com
Hell on Earth
Stephenie Meyer
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Gabe tak yakin apa protokolnya apabila kau dibuang oleh pasanganmu di
prom. Bagaimana ia bisa yakin kalau Celeste pulang dengan selamat? Apa itu
menjadi tugas heath sekarang?
Gabe kembali bertanya-tanya mengapa ia mengajak Celeste ke prom.
Ia gadis yang sangat cantik. Rambut pirang yang sempurna—begitu berisi
dan tebal—mata lebar cokelatnya, dan bibir berlekuknya yang selalu berwarna
pink yang merayu. Tidak hanya bibirnya saja yang berlekuk. Ia memiliki
segalanya dan ia tengah mengendalikan pikirannya dengan gaun tipis berkilau
yang ia kenakan malam ini.
Penampilannya bukanlah alasan Gabe memperhatikannya, walau begitu.
Alasannya sama sekali bukan karena penampilan fisik Celeste. Benar-benar
bodoh dan memalukan, sungguh. Gabe tak akan pernah, sekalipun
memberitahu siapapun tentang ini, tapi setiap saat, Gabe merasakan perasaan
aneh yang mengatakan kalau seseorang membutuhkan pertolongan.
Membutuhkan dirinya. Gabe merasakan adanya tarikan yang tak dapat
dijelaskan dari Celeste, seolah-olah dibalik sosok sempurna berambut pirang
itu, ada seorang gadis bersembunyi di dalam kesedihan, entah dimana, di balik
riasan sempurnanya.
Benar-benar bodoh. Dan seutuhnya salah. Celeste sepertinya tidak
tertarik pada pertolongan apapun dari Gabe sekarang.
Gabe memeriksa lantai dansa sekali lagi tapi tak dapat menemukan
rambut emas milik gadis itu di keramaian. Ia menghela napas.
“Hey, Bry, kau merindukannku?” Clara, dengan rambut gelap keritingnya
yang penuh dengan glitter, melonjak bebas dari sekelompok anak perempuan
dan bergabung dengan mereka di balik dinding. Sisa-sisa dari kelompok anak
perempuan itu memisahkan diri dan berpencar. “Hey, Gabe. Dimana Celeste?”
Bryan meletakkan lengannya di sekeliling pundak Clara. “Aku kira kau
telah pergi. Jadi aku harus membatalkan rencana hebatku yang baru saja aku
buat dengan—“
Sikut Clara tepat mengenai Bryan di jaringan otot perutnya.
“Mrs. Frinkle,” Lanjut Bryan, terengah-engah dengan kata-katanya dan
mengangguk ke arah wakil kepala sekolah yang menatap marah melalui sudut
ruangan yang paling jauh dari speaker. “Kita akan membetulkan kesalahan-
kesalahan pada cahaya lilin-lilin yang ada.”
“Well, aku tak akan mau melewatkannya! Aku rasa aku tadi melihat
pelatih Lauder di bagian kue. Mungkin aku bisa bicara padanya mengenai
beberapa tambahan hutang pull-ups.”
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
satu-satunya yang menyebalkan di prom. Clara dan Bryan terlihat senang, tapi
selain keduanya, Gabe dan Logan—keduanya yang baru saja dihina dan ditolak
oleh teman kencan mereka—sepertinya menikmati waktu mereka sendiri lebih
daripada orang-orang lain.
Lebih tidak peka dari Gabe, Logan sepertinya tak menyadari atmosfer
negatif yang ada hingga Libby dan Dylan mulai berdebat; dengan kasar. Libby
meninggalkan lantai dansa. Hal itu menarik perhatiannya seketika. Logan
memindahkan beban tubuhnya, matanya menempel pada sosok Libby yang
pergi. “Hey, Gabe, apa kau keberatan kalau aku meninggalkanmu?”
“Tidak sama sekali. Kejarlah.”
Logan hampir berlari cepat untuk mengejarnya.
Gabe tak yakin apa yang akan ia lakukan dengan dirinya sendiri
sekarang.
Apakah ia harus mencari Celeste dan menanyakan apakah ia keberatan atau
jika Gabe pergi? Ia tak benar-benar setuju dengan ide untuk meminjamnya
sebentar dari orang lain hanya untuk bertanya, walau begitu. Ia memutuskan
mengambil sebotol lain air dan mencari sudut paling tenang untuk menunggu
sepanjang malam hingga prom selesai.
Dan kemudian, sembari mencari sudut paling tenang, Gabe merasa
adanya tarikan kuat aneh lagi, lebih kuat dari yang pernah ia rasakan sepanjang
hidupnya; seperti seseorang sedang tenggelam di air berwarna hitam dan
berteriak minta tolong kepadanya. Gabe memperhatikan sekitarnya dengan
gelisah, bertanya-tanya darimana panggilan darurat itu berasal. Ia tak bisa
mengerti, ujung kasar dan sangat berbahaya dari kesedihan ini. Sama sekali
berbeda dengan apa yang ia pernah rasakan sebelumnya.
Untuk sementara waktu, matanya terkunci pada seorang gadis—di balik
punggungnya, karena gadis itu sedang berjalan menjauh darinya. Rabut gadis
itu hitam dan berkilau, dengan cahaya kemilau yang seperti cermin. Ia
mengenakan gaun sepanjang lantai spektakuler dengan warna seperti api.
Sembar Gabe memperhatikan, anting gadis itu berkilau sesekali, seperti cahaya
merah kecil.
Gabe mulai berjalan mengejarnya dengan gerakan yang hampir tak
sadar, dipengaruhi oleh tarikan kuat di sekitar gadis itu yang mengatakan kalau
ia membutuhkan pertolongan Gabe. Gadis itu agak berbalik, dan Gabe bisa
melihat sedikit dari wajah tak dikenal yang pucat—bibir penuh berwarna putih
gading dan alis hitam yang miring—sebelum gadis itu merunduk ke kamar
mandi wanita.
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
halus dan segelap tintanya. Jejak asap merembes melalui hidung dan
telinganya. Hujan letusan keluar dari telinganya ketika ia membisikkan sebuah
kata melalui giginya.
“Mellisa.”
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
“Ya!” gadis hitam pucat itu mendesis, tersembunyi di dalam toilet, dan
lidah bercabang dari api menerangi wajahnya dengan warna merah. Api yang
muncul cukup keras hingga seseorang mungkin telah akan mendengar, kalau
saja kamar mandi tidak seberisik itu dengan suara-suara mengganggu.
Api surut, gadis itu menarik napas panjang. Kelopak matanya bergetar
sejenak, dan kemudian ditutup lagi. Tangannya menegang sampai-sampai kulit
pucatnya terlihat seperti akan membelah tajam punggung buku-buku
jemarinya. Sosok rampingnya mulai bergetar seolah ia sedang berusaha untuk
mengangkat sebuah gunung. Ketegangan, tekad adalah aura yg hampir terlihat
di sekitarnya.
Tugas sulit seperti apapun yang ia bebankan kepada dirinya, jelas sekali
kalau menyelesaikannya sangat penting baginya lebih daripada apapun .
“Cooper,” desisnya, dan api mengalir keluar dari mulut, hidung, dan
telinganya. Wajahnya bermandikan kobaran api.
Seolah kau bukan siapa-siapa. Seolah kau tak terlihat. Seolah kau tidak
ada! Cooper gemetar karena marah, dan kata-kata di kepalanya menyerap
kemarahannya dan membuatnya mendidih.
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
arah pintu masuk toilet, sesuai yang diharapkan, ketika gadis dengan gaun
merah merunduk keluar dari stall toilet dan membuka jendela yang ada di
bagian bawah. Tak seorangpun menyadari kalau ia menyelinap keluar melalui
jendela. Mereka tetap menatap ke arah pintu, mencari suara yang telah
membuat mereka menoleh.
Malam Miami yang lengket dan lembab begitu tidak nyaman, seolah-
olah mencoba menyaingi atmosfer di neraka. Dalam balutan gaun kulit yang
tebal, gadis itu tersenyum lega dan menggosokkan tangannya yang tak
memakai apa-apa.
Ia membiarkan tubuhnya rileks bersandar di sisi kotor dekat tong
sampah, dan membungku ke arah yang terbuka dimana bau makanan busuk
membentuk awan tebal. Ia memejamkan matanya, kemudian menarik napas
dalam-dalam dan tersenyum lagi.
Bau lain, yang lebih hina dan tengik, seperti daging yang terbakar tapi
lebih buruk—melayang di udaya yang pengap. Senyum gadis itu melebar ketika
ia menyerap bau baru itu seolah bau itu adalah parfun terlangka.
Kemudian, matanya terjentik terbuka dan tubuhnya langsung terenggut
kaku.
Gelak tawa rendah keluar dari kegelapan yang bagai beludru.
“kangen rumah, Sheeb?” Suara wanita terdengar samar-samar.
Bibri gadis itu berubah menjadi cemberut dan ketika sosok milik si
sumber suara itu terlihat.
Sosok wanita berambut hitam itu tampak tak mengenakan apa-apa
selain kabut hitam yang berputar malas. Kakinya tak terlihat—bahkan mungkin
memang tidak ada kaki pada gadis itu. Di bagian atas, pada dahinya, ada dua
tanduk onyx kecil yang terpoles.
“Chex Jezebel aut Baal-Malphus,” gadis berbaju merah menggeram, “apa
yang kau lakukan disini?”
“Formal sekali, adikku?”
“Peduli apa aku pada saudaraku?”
“Benar. Dan hubungan darah karena memiliki orang tua yang sama
antara kita berdua, juga dibagi kepada ribuan anak lain... Tapi tetap saja itu
berarti berat. Mengapa kau tidak memanggilku Jez, dan aku akan melewati
bagian Chex Sheba aut Baal-Malphus dan langsung memanggilmu Sheeb.”
Sheba mendengus mengejek. “kukira kau ditugaskan ke New York.”
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
“Aku hanya sedang istirahat, seperti yang tengah kau lakukan.” Jazebel
memandang tajam ke Sheba yang tengah istirahat di tempatnya. “New York
begitu menakjubkan—hampir sama jahatnya dengan neraka, terimakasih
sudah bertanya—tapi bahkan para pembunuh sedang tidur sekarang. Aku
bosan, jadi aku turun untuk melihat apakah kau sedang bersenang-senang di
prrrrrrrrrrrrrrr-rom.”
Sheba merengut tapi tidak menjawab.
Pikirannya waspada sembari ia terfokus pada seoramg remaja tidak
mencurigakan di dalam hotel ballroom, mencari gangguan. Apakah Jezebel
disini untuk mengacaukan rencana Sheba? Apa lagi? Sebagian besar setan level
menengah akan pergi bermil-mil keluar dari jalan mereka untuk mengacaukan
kami yang berlevel lebih rendah—bahkan mereka akan melakukan perbuatan
yang baik. Balan Lilith Hadad aut Hamon pernah menyamar menjadi seorang
manusia di salah satu SMA yang menjadi tempat Sheba bertugas, sekitar satu
dekade lalu. Sheba tidak mengerti mengapa semua plot sengsara yang ia
ciptakan terus saja berubah menjadi happy ending. Kemudian, ketika ia
menyadari, ia masih tak percaya Lilith—setan itu benar-benar mengatur tiga
pasangan terpisah dan menuntun mereka ke cinta sejati, hanya untuk
membuat pangkat Sheba diturunkan! Beruntung bagi Sheba, ia sempat
menciptakan pengkhianatan pada menit terakhir sehingga dua pasangan
berakhir. Sheba menarik napas dalam-dalam. Kalau saja ia tak menciptakan
pengkhianatan pada detik terakhir itu, ia pasti kini sudah turun jabatan dan
ditugaskan kembali ke sekolah menengah!
Sheba meringis pada kejahatan lezat yang mengambang baru saja. Kalau
saja Sheba punya pekerjaan impian seperti Jezebel—setan dalam hal
pembunuhan! Tak ada yang lebih baik dari itu—Pekerjaannya akan terfokus
pada penganiayaan dan melupak trik-trik kecil yang tengah ia lakukan selama
ini.
Pikiran Sheba berputar bagai asap tak terlihat menembus para penari di
gedung di belakangnya, mencari tanda-tanda pengkhianatan. Tapi semuanya
berjalan sebagaimana semestinya. Kesengsaraan dalam ruangan itu bahkan
telan meningkat. Rasa ketidakbahagiaan manusia memenuhi pikirannya. Lezat.
Jezebel tertawa, memahami apa yang tengah Sheba lakukan.
“Tenang,” kata Jezebel, “Aku tidak disini untuk membuatmu dalam
kesulitan.”
Sheba mendengus. Tentu saja Jezebel ada di sana untuk membuat
masalah. Karena itulah yang setan lakukan.
“Gaun yang bagus.” Ucap Jezebel. “Kulit anjing neraka. Hebat untuk
menghasut nafsu dan iri hati.”
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
“sebuah tips dariku, Sheba. Tetap buat mereka yang didalam bingung.
Kalau kau bisa membuat Cooper menarik pelatuk senapannya, maka kau
mungkin akan membuat beberapa gangster-wannabe yang berpikir kalau
mereka di bawah api.” Jezebel menggelengkan kepala kagum. “Kau punya
begitu banyak potensi kekacauan disini. Tentu saja, mereka akan
mendatangkan setan kerusuhan kalau disini menjadi benar-benar panas... tapi
kau tetap mendapat kredit karena telah memanaskan situasi disini.”
Sheba meringis, cahaya kemerahan melintas di telinganya. Apa yang
Jezebel lakukan? Mana tipu dayanya? Pikiran Sheba berjalan memperhatikan
setiap manusia yang ia tugaskan untuk menyiksa, tapi ia tak dapat menemukan
jejak belerang Jezebel di ruangan dansa. Tak ada apapun selain kesengsaraan
yang Sheba tanamkan sendiri, dan beberapa kantung kecil penolak
kebahagiaan yang akan Sheba datangi nanti.
“Kau benar-benar membantu malam ini.” Kata Sheba, sengaja menghina.
Jezebel menghela napas, dan ada sesuatu mengenai cara kabutnya
bergulir kembali pada dirinya yang membuatnya tampak... malu. Untuk
pertama kalinya, Sheba merasakan sedikit keraguan akan asumsinya. Tapi
motif Jezebel pasti jahat. Itu satu-satunya jenis motif yang dimiliki oleh setan.
Dengan ekspresi sedih di wajahnya, Jezebel bertanya pelan, “apakah
begitu sulit untuk percaya bahwa aku mungkin ingin kau dipromosikan?”
“Ya.”
Jezebel mendesah lagi. Dan lagi, cara kabutnya menggeliat membuat
Sheba tidak yakin.
“Kenapa?” Tuntut Sheba. “apa yang kau dapatkan dari ini semua?”
“Aku tahu itu salah—atau mungkin benar—bagiku untuk memberikan
nasihat padamu dalam bekerja. Tak terlalu jahat untukku.”
Sheba mengangguk hati-hati.
“sudah alamiah bagi kaum kita untuk menjahati semuanya baik setan,
manusia, atau bahkan malaikat, jika ada kesempatan. Kita jahat. Biasanya, kita
menusuk dari belakang, tak peduli apakah itu menyakiti pihak kita atau tidak.
Kati tak akan disebut setan kalau tidak membiarkan iri hati, keserakahan, nafsu
dan murka mengeuasai kita.” Jezebel terkekeh. “aku ingat—berapa tahun yang
lalu itu?—Lilith hampir membuatmu turun beberapa tingkat, bukan?”
Api membara di mata Sheba dengan kenangan itu. “Hampir.”
“Kau menanganinya lebih baik dari kebanyakan. Kau salah satu dari yang
paling buruk yang bekerja dalam bidang kesengsaraan sekarang, asal kau
tahu.”
Sanjungan lagi? Sheba menegang.
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Celeste mendengar setiap saran yang Sheba berikan, benar-benar setuju pada
semua skema setan buatannya.
Sheba kembali dengan evaluasinya sebelum bertindak.
Tidak terlalu jauh, Sheba menemukan bahwa ia meninggalkan pesta
dansa tidak dengan cara yang benar. Bukankah itu pasangannya sendiri, Logan,
yang tengah menikmati waktunya? Mustahil. Jadi, ia menemukan Libby
setelah semuanya dan mereka berdua kini bahagia yang mana tak bisa
diterima. Nah, akan cukup mudah untuk diperbaiki. Ia akan kembali untuk
mengklaim kalau Logan itu pasangannya dan Libby akan berlari dengan air
mata. Memang amatir dan mentah untuk ikut campur secara fisik... tapi, lebih
baik daripada membiarkan kebahagiaan bahkan memenangkan satu
pertempuran kecil.
Penilaian Sheba hampir selesai. Hanya tersisa satu kantung kecil
kedamaian—bukan pasangan kali ini; ada seorang pria sendirian yang
mengembara sendirian di ujung ruangan aula. Gabe Christensen yang
menyebalkan.
Sheba memandang marah ke arahnya. Apa y ang membuatnya tetap
senang? Ia ditolak dan sendirian. Pasangan kencannya adalah bencana prom.
Seorang anak laki-laki yang normal pasti akan penuh kemarahan atau rasa sakit
sekarang. Tapi ia bersikeras membuat lebih banyak pekerjaan untuk Sheba!
Sheba meneliti pikiran Gabe lebih keras. Hmm. Gabe tidak benar-benar
bahagia. Bahkan, ia sedang sangat mengkhawatirkan sesuatu saat ini, mencari
seseorang. Celeste cukup jelas dalam pandangannya, gadis itu tengah
menggeliat dalam lagu lambat bersama Rob Carlton (Pamela Green menonton
dengan mata kaget, putus asa merembes ke udara di sekitarnya dengan
lezatnya), tapi ia bukan sumber kekhawatiran Gabe. Ada orang lain yang ingin
ia temukan.
Jadi, ia tak bahagia—itu bukan sensasi yang dirasakan Sheba di
atmosfernya yang penuh penderitaan. Tapi, kebaikan yang memancar dari
anak ini. Bahkan lebih buruk.
Sheba merunduk di belakang palem dan mendorong keluar pikirannya.
Asap mengalir dari hidungnya.
“Gabe.”
Gabe menggeleng tanpa sadar dan melanjutkan pencariannya.
Ia menunggu setengah jam ketika kerumunan gadis-gadis meninggalkan
kamar mandi bergantian. Disana-sini Gabe merasakan adanya tarikan lemah,
tapi tak sama sekali seperti gadis itu mengamuk, hampir mencekik.
Ketika tiga kelompok terpisah telah masuk dan keluar, Gabe
menghentikan Jill Stein dan bertanya soal gadis yang ia car.
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
“Rambut hitam dan baju merak? Tidak, aku tak melihat orang seperti itu
di dalam. Aku pikir kamar mandi telah kosong.”
Gadis itu pasti telah menyelinap atau entah bagaimana caranya.
Gabe baru saja kembali ke lantai dansa, merenungi gadis misterius itu.
Setidaknya Bryan dan Clara dan Logan dan Libby sedang bersenang-senang. Itu
bagus. Sisany terlihat memiliki malam yang buruk.
Dan kemudian, muncul lagi. Kepala Gabe tersentak, merasakan rasa
depresi yang daritadi ia cari-cari. Dimana gadis itu?
Sheba mendesis frustasi. Pikiran anak itu sepenuhnya sadar dan benar-
benar tertutup dari suara-suara bisikan Sheba. Yah, itu takkan
menghentikannya. Ia memiliki alat-alat lain.
“Celeste.”
Ini saatnya gadis jahat itu menyiksa pasangannya sendiri.
Sheba bersandar ringan ke Celeste, menyarankan rencananya.
Bagaimanapun juga, Gabe cukup menarik untuk ukuran manusia. Gabe tinggi,
berotot halus, dengan rambut gelap dan fitur simetris. Ia memiliki mata biru
pucar yang secara pribadi menurut Sheba sedikit menjijikan—mereka begitu
jelas tak terkutuk, hampir begitu surgawi, ugh!—tapi menarik bagi para gadis
mortal. Karena melihat kepada mata jernih itulah yang membuat Celeste
mengatakan ya untuk undangan-bersih baik hatinya.
Undangan baik—memang. Sheba menyipitkan matanya. Gabe sudah ada
pad daftarnya sebelum ia bersikeras mengabaikannya disini, di prom. Ini
adalah anak yang dengan sangat telah merusak rencananya untuk guru
matematika—hanya untuk sedikit bersenang-senang sebelum prom yang telah
direncanakan Sheba untuk memastikan bahwa setiap orang persis membawa
pasangan yang salah ke prom. Jika Gabe tak dihadpkan Mr.Reese pada saat
titik krisis godaan... Sheba menggertakkan gigi dan bunga api menyala keluar
dari telinganya. Ia akan menghancurkan orang dan gadis tak bersalah, juga.
Bukan berarti Mr.Reese telah gagal untuk dijatuhkan, tapi itu akan menjadi
sebuah skandal fantastis. Dan sekarang, gueu matematika bersikap sangat hati-
hati, dibuat waspada oleh mata biru yang sama. Merasa bersalah, bahkan.
Menimbang-nimbang untuk menyediakan konseling bagi masalahnya. Ugh!
Gabe Christensen berutang Sheba beberapa kesengsaraan. Ia akan
mendapatkan haknya.
Sheba memelototi Celeste, bertanya-tanya mengapa gadis itu tak
bergerak ke pasangan kencannya. Celeste masih terbungkus di sekitar Rob,
menikmati rasa sakit Pamela. Sudah cukup senang-senangnya! Ada malapetaka
yang harus ditimbulkan. Sheba membisikkan saran ke pikiran Celeste,
mendorongnya ke arah Gabe.
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Celeste menjauhkan bahunya dari Rob dan melirik Gabe, yang masih
menyisir melalui kerumunan dengan tatapannya. Mata cokelatnya terpaku
pada biru itu untuk sejenak, dan kemudian pindah, meringis sebentar, dan
kembali ke pelukan Rob.
Aneh. Cahaya mata Gabe tampak hampir seperti penolak ke si setan
pirang itu seperti bagaimana mata itu tampak ke Sheba.
Sheba mendekatkan pikirannya ke Celeste lagi, tapi ia—untuk sekali—
mengguncangnya, berusaha mengalihkan diri dari pikiran akan Gabe dengan
bibir bersemangat Rob.
Bingung, Sheba mencari-cari jalan lain untuk menghancurkan anak
menjengkelkan itu, tapi a terganggu oleh sesuatu yang jauh lebih penting dari
satu manusia baik.
Cooper Silverdale hanya bergetar karena marah pada satu sisi lantai
dansa, menatap tajam Melissa dan Tyson. Kepala Melissa di bahu Tyson
sehingga ia sama sekali tak menyadari seringai sombong yang Tyson tujukan
pada Cooper.
Sudah waktunya untuk bertindak. Cooper mempertimbangkan segelas
punch untuk menenggelamkan rasa sakitnya, dan ia benar-benar hampir
pingsan sehingga Sheba tak memperbolehkannya minum lagi. Sheba fokus
pada pria itu, asap keluar dari telinganya, dan Cooper yang datar menyadari
kalau punch hijau itu menjijikan. Ia tak tahan lagi. Ia melempar cangkir
setengah kosong ke lantai dan kembali memelototi Tyson.
Ia pikir aku menyedihkan, kata suara di kepala Cooper. Tidak, ia bahkan
tak memikirkanku sama sekali. Tapi aku bisa membuatnya justru tak dapat
melupakanku sama sekali..
Kepalanya tebal dengan alkohol, Cooper mengulurkan tangannya dan
membelai sepanjang laras pistol di balik jaketnya.
Sheba menahan napas. Percikan terbang dari telinganya.
Dan kemudian, untuk beberapa detik yang menentukan itu, Sheba
terganggu karena menyadari seseorang tengah memperhatikan wajahnya
dalam-dalam.
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Ia melihat Celeste dengan anak lain, tapi matanya tak berhenti mencari.
Jika Celeste tak mengklaim tumpangan pulangnya nanti, maka tak banyak yang
dapat ia lakukan. Ada orang lain yang jauh lebih membutuhkannya.
Rasa kebutuhkan itu menariknya lagi, menarik keras, dan sesaat, Gabe
bertanya-tanya apakah ia mungkin akan gila. Mungkin ia hanya
membayangkan gadis yang tadi dilihatnya dalam pakaian api. Mungkin
perasaan kalau ada yang begitu membutuhkannya ini hanya permulaan
beberapa delusi.
Pada saat itu, mata Gabe menemukan apa yang ia cari.
Melewati badan besar Heath McKenzie, mata Gabe terkunci pada
kedipan merah yang kecil tapi brilian. Disanalah gadis itu—setengah
tersembunyi di balik pohon palsu, antingnya berkilau seperti sparkler lagi—
gadis dengan baju merah. Matanya yang hitam, sedalam kolam yang ia
bayangkan gadis itu tenggelam disana, bertemu dengan matanya. Rasa
kebutuhan itu terasa berupa aura yang mengelilingi gadis itu. Gabe bahkan tak
perlu berpikir untuk bergerak mendekatinya. Ia bahkan tak bisa menghentikan
dirinya sendiri kalaupun ia mau.
Ia yakin kalau ia belum pernah melihat gadis ini sebelumnya malam ini,
ia benar-benar asing.
Mata gelap berbentuk almondnya benar-benar di rancang dan behati-
hati, tapi pada saat yang sama kedua mata itu terasa menangis kepada Gabe.
Mereka adalah fokus utama rasa membutuhkan yang dirasakan Gabe. Ia
benar-benar tak bisa lagi menolak permohonan yang dirasakannya, seperti
bagaimana ia tak bisa menghentikan detak jantungnya.
Gadis itu membutuhkannya.
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Gebe berhenti beberapa kaki dari gadis itu, cukup dekat sehingga ia tak
akan perlu berteriak karena musik keras yang diputar. Ia tahu ia sedang
menatap terlalu serius—gadis itu mungkin akan berpikir kalau Gabe kasar, atau
mungkin Gabe adalah sejenis orang-orang yang aneh. Tapi gadis itu
menatapnya balik, dengan keseriusan yang sama, mata dalamnya
memperhatikan matanya.
Ia membuka mulut untuk memperkenalkan diri, ketika tiba-tiba ekspresi
hati-hati gadis itu meleleh menjadi terkejut. Terkejut? Atau ketakutan? Bibir
pucatnya terbuka, dan Gabe dapat mendengar beberapa helaan napas keluar
melalui bibirnya. Postur kakunya hilang, dan gadis itu mulai pingsan.
Gabe melompat ke arahnya dan menangkapnya dalam lengannya
sebelum gadis itu jatuh.
Lutut Sheba tertekuk ketika api dalam dirinya padam. Nyala internalnya
telah lenyap, terhisap hingga kering, habis seperti lilin dalam ruang hampa.
Tuangan itu tak begitu dingin lagi, dan ia tak dapat mencium apa-apa lagi
selain bau keringat, cologne, dan udara AC. Ia tak bisa lagi merasakan
penderitaan lezat yang ia ciptakan. Ia tak bisa merasakan apa-apa tapi mulut
keringnya sendiri.
Tapi ia bisa merasakan tangan kuat Gabe Christensen memegangnya.
Gaun gadis itu terasa lembut dan hangat. Mungkin itu masalahnya, pikir
Gabe sambil menariknya ke arahnya. Mungkin panas dari ruangan yang penuh
sesak itu menjadi terlalu banyak karena dikombinasikan dengan gaunnya yang
berat. Cemas, Gabe menyikat rambut sutra dari wajah gadis itu. Dahi gadis itu
cukup fingin dan kulit lembutnya tidak lengket dengan keringat. Sementara itu,
mata terkejutnya tak pernah tampak pergi dari mata Gabe.
“Apa kau baik-baik saja? Bisakah kau beridiri? Maaf, aku tak tahu siapa
namamu.”
“Aku baik-baik saja,” kata gadis itu dengan suara rendah, seperti
mendengkur. Biarpun terdengar seperti dengkuran, tapi suaranya terdengar
terkejut sama seperti kedua matanya. “A-aku bisa berdiri.”
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Ia berdiri tegak, namun Gabe tak membiarkannya pergi. Gabe tak ingin
Sheba pergi. Dan Shebapun tak menarik diri. Tangan kecilnya merayap untuk
beristirahat di pundak Gabe, seolah-olah mereka sedang menari bersama.
“Siapa kau?” Ia bertanya dengan suara serak.
“Gabe—Gabe Michael Christensen,” tegasnya sambil tersenyum. “Dan
kau?”
“Sheba,” katanya, mata gelapnya melebar. “Sheba... Smith.”
“Well, apa kau mau menari denganku, Sheba Smith? Kalau kau sudah
merasa cukup sehat.”
“Ya,” desahnya pada dirinya sendiri. “ya, kenapa tidak?”
Matanya tak pernah lepas dari mata Gabe.
Tak berpindah dari tempat mereka, Gabe dan Sheba mulai bergoyang
mengikuti irama lain musik yang celaka itu. Kali ini, musik mengerikan itu tidak
terlalu mengganggu bagi Gabe.
Gabe menjalankannya dengan baik. Gadis baru. Gaun menakjubkan.
Sheba. Gadis ini adalah pasangan prom Logan, ia yang mengajak Logan ke
prom namun lalu tak ingin melakukan apapun dengan Logan. Selama setengah
detik, Gabe khawatir apakah yang ia tengah lakukan, ikut campur dengan
pasangan kencan temannya adalah hal yang salah. Namun, kekhawatirannya
berlalu dengan cepat.
Untuk satu hal, Logan sedang bersenang-senang dengan Libby. Tidak ada
sedikitpun ikut campur pada sesuatu yang sudah seharusnya terjadi.
Untuk yang lain, Logan dan Sheba tidak ditakdirkan untuk terjadi.
Gabe selalu memiliki naluri yang baik untuk itu—untuk kepribadian yang
cocok untuk bersama, untuk sifat kompatibel yang akan bekerja sama secara
harmonis. Ia sering dijadikan bahan lelucon mengenaik mak comblang, tapi ia
tak keberatan. Gabe senang kalau orang-orang lain merasa senang.
Dan gadis dengan mata dalam ini, tidak ditakdirkan untuk bersama
Logan.
Rasa depresi akan kebutuhan pada gadis itu mereda ketika Gabe
menyentuhnya. Gabe merasa jauh lebih baik dengan keberadaan gadis itu di
tangannya—memegangnya terasa begitu melembutkan panggilan aneh yang
sebelumnya ia rasakan. Ia aman disini, tak lagi tenggelam, tak lagi tersesat.
Gabe takut untuk melepaskannya, takut kalau-kalau kebutuhan yang terasa
membakar tadi kembali lagi.
Ini pertama kalinya Gabe merasa aneh seperti ini, merasa kalau ia
berada di tempat yang tepat, menjadi satu-satunya yang memang seharusnya
berada disana. Bukannya Gabe tak pernah memiliki pacar sebelunnya—para
anak perempuan menyukai Gabe, dan ia pernah memiliki beberapa hubungan
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
seperti yang lainnya. Tapi tak pernah bertahan lama. Selalu saja ada orang lain
yang para gadis itu seharusnya bersama, bukan dengan Gabe. Tak satupun dari
mereka benar-benar membutuhkan Gabe, selain sebagai teman. Dan mereka
selalu menjadi teman yang baik.
Tak pernah seperti ini sebelumnya. Apakah disini tempat seharusnya
Gabe berada? Melindungi gadis lemah ini, memeganginya di lengannya?
Bodoh untuk berpikir terlalu pasrah. Gabe berusaha berlaku biasa saja.
“kau baru di Reed River, ya?” Tanya Gabe padanya.
“aku baru disini selama beberapa minggu.” Jawabnya.
“aku pikir kita tak punya kelas yang sama sekalipun.”
“tidak, aku pasti ingat kalau aku pernah dekat denganmu sebelumnya.”
Cara yang aneh menyebutnya seperti itu. Gadis itu menatap matanya,
tangannya berpegang lembut pada pundaknya. Tanpa sadar, Gabe menariknya
mendekat.
“Apa kau memiliki waktu yang menyenangkan malam ini?” Tanya Gabe.
Ia menghela napas, helaan yang dalam dari keberadaannya saat itu. “aku
kini sedang memiliiki waktu yang menyenangkan.” Ucapnya, aneh dan sedih.
“waktu yang sangat menyenangkan.”
Terjebak! Seperti orang bodoh, seperti iblis baru saja dilahirkan, seperti
pemula, seperti pelonco!
Ia menyandar pada Gabe, tak mampu menolak. Ia menatap pada mata
surgawi Gabe dan merasakan desakan paling konyol untuk menghela napas.
Bagaimana bisa ia tak melihat tanda-tandanya?
Bagaimana kebaikan menyelimuti orang ini seperti perisai. Bagaimana
saran-saran jahatnya melontar keluar dari orang ini begitu saja. Bagaimana
satu-satunya yang tidak terkontaminasi pikiran setan Sheba—gelembung kecil
kebahagiaan yang diluar kendali Sheba—adalah orang-orang yang Gabe sentuh
dan ajak bicara, teman-teman Gabe.
Bahkan mata pria ini seharusnya sudah menjadi peringatan buatnya!
Celeste lebih cerdas dari Sheba. Setidaknya, instingnya menjauhkannya
dari pria berbahaya ini. Sekalinya ia telah bebas dari pandangan dalam Gabe, ia
menjauhkan diri darinya. Mengapa Sheba tadi tidak mengerti alasan dibalik
semua ini? Dan alasan Gabe telah memilih Celeste dari pertama kali. Tentu saja
ia sudah tertarik pada Celeste! Semua masuk akal sekarang.
Sheba bergoyang mengikuti irama musik di udara, merasakan rasa aman
karena tubuh Gabe di sekitarnya, melindunginya. Sulur asing kecil
kebahagiaan, berputar masuk ke inti hatinya yang kosong.
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)
Translated by http://heytiva.webs.com
Prom Nights from Hell (paranormal prom stories from five extraordinary authors)