Anda di halaman 1dari 9

Pendahuluan

Ketika terjadi krisis ekonomi di Indonesia pada pertengahan 1997, sektor pertanian
merupakan salah satu sektor yang dapat bertahan dibandingkan dengan sektor-sektor
lainnya. Meskipun perekonomian Indonesia pada saat itu mengalami penurunan
pertumbuhan sekitar 13,68%, namun sektor pertanian justru mengalami pertumbuhan
sebesar 0,22% (Arham, 2008). Oleh karena itu, dalam krisis finansial global yang sedang
melanda dunia saat ini, pertanian dianggap sebagai penyelamat perekonomian bangsa dari
keterpurukan.
Sebagai negara dengan kekayaan plasma nutfah kedua terbesar di dunia, keragaman
flora yang dimiliki berpotensi mendukung pengembangan bidang pertanian di Indonesia.
Berbagai kekayaan sumber daya genetik tumbuhan merupakan suatu komoditas yang
sangat berharga bagi pengembangan pertanian Indonesia. Hal ini ditunjang dengan
keberadaan sumber daya manusia yang sangat melimpah dan berbagai penelitian bidang
pertanian yang menghasilkan teknologi-teknologi mutakhir. Dengan potensi yang
dimilikinya, sudah sepantasnya pertanian menjadi leading sector dalam pembangunan
nasional.
Namun, pada kenyatannya prestasi pertanian kita belum sesuai dengan sumber daya
yang dimiliki. Indonesia sebagai negara agraris bukan merupakan produsen hasil-hasil
pertanian, namun sebaliknya bahkan menjadi negara pengimpor terbesar produk pertanian
(Yohana, 2005). Hal ini disebabkan karena masing-masing sumber daya yang dimiliki
belum terintegrasi secara sinergis dalam membangun pertanian di Indonesia. Oleh karena
itu, diperlukan satu sistem yang terstruktur dan terencana untuk mengintegrasikan seluruh
potensi dan sumber daya yang ada sehingga pembangunan sektor pertanian di Indonesia
dapat dilakukan secara optimal.

Peran Startegis dan Prospek Industri Bisnis Pertanian


Para pemikir ekonomi pembangunan telah lama menyadari bahwa sektor pertanian
memiliki peranan yang besar dalam perekonomian. Menurut Kuznets (1964, dalam
Harianto 2007), kontribusi pertanian dalam pembangunan perekonomian antara lain adalah
(1) menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin
ketahanan pangan, (2) menyediakan bahan baku industri, (3) sebagai pasar potensial bagi
produk-produk yang dihasilkan oleh industri, (4) sumber tenaga kerja dan pembentukan
modal, serta (5) sumber perolehan devisa. Sementara itu, dalam pembangunan

1
perekonomian di Indonesia, pertanian memiliki peran yang strategis terutama dalam hal
peningkatan PDB dan penyerapan tenaga kerja.
Salah satu sektor pertanian yang memilki potensi besar unuk dikembangkan di
Indonesia adalah agribisnis. Dalam kaitannya dengan peran strategis pertanian, agribisnis
menjadi sektor utama dalam meningkatkan PDB dan menyerap tenaga kerja. Sektor
agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (value added) terbesar dalam
perekonomian nasional, diperkirakan sebesar 45 persen total nilai tambah dalam
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Sektor agribisnis juga merupakan sektor
yang menyerap tenaga kerja terbesar, sekitar 74 persen dari total penyerapan tenaga kerja
nasional. Selain itu, sektor agribisnis juga berperan dalam penyediaan pangan masyarakat
dan menciptakan ketahanan pangan (Asmara, 2004).
Terjadinya gejolak makroekonomi pada pertengahan 2007 sejalan dengan fluktuasi
harga energi dan komoditas lainnya. Fluktuasi tersebut disusul dengan krisis finansial yang
memukul lembaga keuangan dunia. Pada pertengahan 2008, hal tersebut berimplikasi pada
penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dan Indonesia. Estimasi tahun 2009 yang
dikeluarkan oleh LMFEUI menunjukkan bahwa perekonomian dunia mengalami
pertumbuhan ekonomi stagnan bahkan minus (LMFEUI, 2009).
Selanjutnya, LMFEUI mengelompokkan perkembangan PDB menurut lapangan
usaha atau sektoral. Perkembangannya tersebut dapat dikelompokkan atas tiga periode
antara lain periode pertumbuhan ekonomi tinggi, periode krisis, dan periode pemulihan.
Periode pertumbuhan ekonomi tinggi terjadi pada periode 1992–1996, sementara periode
krisis terjadi pada periode 1998–2000, dan periode pemulihan terjadi pada periode 2001–
2007 (LMFEUI, 2009). Melalui pengelompokkan tersebut, kita dapat melakukan
identifikasi terhadap tingkat sensitivitas berbagai sektor ekonomi di Indonesia.
Perkembangan sektor ekonomi berdasarkan pengelompokkan tersebut dapat dilihat melalui
gambar di bawah ini.

Gambar 1. Perkembangan Sektor Ekonomi

2
Pada pemetaan Gambar 1, terlihat bahwa sektor pertanian adalah sektor yang paling
stabil pada segala kondisi perekonomian, atau tidak elastis terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berbeda halnya dengan sektor kontruksi (properti) yang merupakan sektor yang paling
sensitif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, meskipun cenderung lebih
stabil, sektor manufaktur dan pertambangan sama-sama bergerak sesuai pertumbuhan
ekonomi. Oleh karena itu, dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa industri bisnis
pertanian memiliki prospek yang sangat strategis untuk dikembangkan dalam menghadapi
pertumbuhan ekonomi yang stagnan bahkan minus akibat krisis financial global yang
sedang melanda dunia.

Potensi dan Permasalahan Pengembangan Industri Bisnis Pertanian


Sumber Daya Alam
Indonesia memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Keanekaragaman
hayati dalam pertanian mencakup keragaman hewan, tanaman dan mikrorganisme yang
berguna bagi pertanian. Selain itu, Indonesia terbagi atas kawasan-kawasan yang
mempunyai potensi biologis dan karakter fisiko kimia serta sumberdaya alam yang berbeda
dan khas. Masing-masing karakter dapat dipandang menurut landskap ekosistem yang
memiliki potensi, karakter dan sejarah evolusi kehidupan yang unik. Oleh karena itu,
pengembangan industri bisnis pertanian seharusnya dilakukan berdasarkan potensi lokal
yang dimiliki oleh daerah.

3
Akan tetapi, pembangunan bisnis pertanian yang ada masih belum memperhatikan
aspek keunggulan komparatif yang dimiliki wilayah. Pembangunan cenderung dilakukan
secara universal tanpa memperhatikan karakter dan potensi pertanian lokal yang dimiliki
oleh suatu kawasan. Hal ini dapat tercermin dalam program BIMAS (Bimbingan Massal)
pada masa orde baru, dimana pembangunan pertanian diarahkan sepenuhnya pada
komoditas padi dengan standardisasi teknologi yang disebut dengan panca usaha tani.
Padahal lahan kering di Nusa Tenggara memiliki potensi lokal hasil pertanian non-padi
seperti jagung dan kentang. Begitu juga dengan lahan rawa di Sumatra atau lahan gambut
di Kalimantan, memiliki karakteristik lahan yang dapat dikembangkan menjadi industri
pertanian berdasarkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, pembangunan agribisnis
seharusnya tidak didasarkan pada uniformity akan tetapi didasarkan kepada keunggulan
kawasan.
Sumber Daya Manusia
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya manusia yang luar biasa. Sebagai negara
agraris, tentu mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah bertani. Selain itu,
potensi sumber daya manusia yang unggul dalam penelitian bidang pertanian juga
menunjukkan prestasi yang cukup membanggakan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
macam penemuan bidang pertanian baik yang dilakukan oleh Universitas maupun Badan
Litbang secara intensif. Dengan kekayaan sumber daya manusia yang dimilikinya, sudah
sepantasnya sektor pertanian menjadi sektor utama dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia.
Namun, pada umumnya petani sebagai pelaku utama bisnis dalam bidang pertanian
sejauh ini belum memiliki kualitas yang memadai untuk dapat merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pertanian secara sehat. Sebagian besar petani kita memiliki tingkat
pendidikan yang rendah. Selain itu, kebanyakan petani hanya melaksanakan kegiatannya
secara tradidional, dengan teknologi turun temurun tanpa disertai inovasi baru untuk
meningkatkan produktivitas pertaniannya. Tentu menjadi hal yang sangat ironi mengingat
Indonesia telah menghasilkan banyak peneliti dan ahli pertanian dengan inovasi
teknologinya.
Belum terintegrasinya pelaku pertanian di Indonesia, terutama antara para peneliti
dan ahli pertanian pemilik inovasi dan teknologi dengan para petani yang notabene
menjadi pelaku utama dalam bisnis pertanian menjadi sebab mengapa inovasi teknologi
yang dihasilkan tidak pernah teraplikasi secara optimal. Masih ada missing link yang
menjadi gap sehingga berbagai macam teknologi dan inovasi yang dilakukan hanya

4
menjadi wacana pada pengembangan bisnis pertanian. Oleh karena itu, perlu adanya satu
sistem yang menjadi jembatan penghubung antara gap ini sehingga pemilik teknologi dan
inovasi dapat berinteraksi dengan pelaku utama industri sehingga wacana-wacana
pengembangan bisnis pertanian dapat teraplikasi secara optimal.
Sumber Daya Teknologi
Teknologi merupakan salah satu kunci peningkatan produksi pertanian. Melalui
lembaga-lembaga pertanian dan juga universitas, Indoensia telah menghasilkan teknologi
pengembangan pertanian yang luar biasa. Contohnya dalam bidang bioteknologi, melalui
Rekayasa Biologis, Indonesia telah mampu menghasilkan kedelai setinggi 2,5 m dengan
produksi 3-4 kali lebih banyak. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang
mengenai potensi lahan rawa dan juga lahan gambut yang mengandung berbagai macam
mineral layak dikembangkan menjadi industri dalam bisnis pertanian. Melalui teknologi
dan penemuan yang telah dihasilkannya sektor agribisnis memiliki prospek yang besar
dalam pencapaian ketahanan pangan.
Akan tetapi, paket teknologi yang dihasilkan Indonesia tidak mempunyai dampak
yang signifikan dalam kapasitas produksi pertanian. Hal ini disebabkan karena rendahnya
pendidikan petani Indonesia sehingga menyebabkan munculnya kesenjangan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Akibat kesenjangan tersebut, sistem alih teknologi di
Indonesia menjadi lemah sehingga hasil-hasil penelitian yang diperoleh kurang dapat
diserap dan dimanfaatkan oleh petani kita. Selain itu, penerapan teknologi sering kali
kurang berorientasi pada keunggulan wilayah sehingga teknologi yang diterapkan kurang
tepat sasaran. Oleh karena itu, diperlukan satu usaha yang terstruktur dan terencana dalam
distribusi informasi dalam kaitannya dengan teknologi dan inovasi pertanian yang berbasis
pada potensi dan keunggulan wilayah.

Pendidikan Pertanian Berbasis Keunggulan Wilayah sebagai Alternatif Solusi


Dengan potensi yang dimilikinya, Indonesia memiliki prospek yang besar dalam
mengembangkan industri bisnis pertanian demi terwujudnya ketahanan pangan. Selain itu,
dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, potensi pertanian yang merupakan sektor
riil dapat menjadi penyelamat dalam menghadapi krisis global yang sedang melanda dunia.
Akan tetapi, pembangunan yang berlangsung selama ini belum berhasil mengangkat sektor
pertanian pada posisi yang seharusnya. Hal ini disebabkan karena belum adanya satu
program yang mengintegrasikan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan
sumber daya teknologi dalam sistem pembanguanan pertanian di Indonesia.

5
Pembangunan pertanian perlu dilakukan secara paripurna, terintegrasi dan sinergis.
Setiap unsur yang menjadi potensi pembangunan pertanian perlu dikembangkan secara
optimal. Unsur-unsur pertanian pokok dan merupakan potensi strategis dalam
pengembangan pertanian Indonesia terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya teknologi. Ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait
dan mempengaruhi. Oleh karena itu, diperlukan satu usaha yang konsisten yang dapat
mengintegrasikan ketiga unsur tersebut secara paripurna dan sinergis. Salah satu usaha
yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan petani mengenai teknologi
pertanian terkini melalui pendidikan pertanian berbasis keunggulan wilayah.
Yang dimaksud dengan pendidikan pertanian berbasis keunggulan wilayah adalah
satu sistem pendidikan pertanian dengan orientasi pada optimalisasi keragaman sumber
daya lokal. Pendidikan dilakukan melalui sebuah lembaga setingkat desa dengan tenaga
pengajar professional yang ahli dalam bidangnya. Materi pelajaran yang diajarkan meliputi
pengenalan karakteristik wilayah dan potensinya dalam pengembangan bidang pertanian,
sosialisasi inovasi teknologi baru dan pendampingan alih teknologi.
Konsep pendidikan pertanian berbasis keunggulan wilayah adalah integrasi antara
ketiga unsur pertanian melalui satu sistem pendidikan formal yang konsisten. Hal ini
dilakukan melalui sistem pendidikan pertanian dengan materi pengajaran berbasis
kompetensi daerah, penggunaan teknologi tepat guna dan dukungan sistem insentif dalam
implementasi produksi komoditas unggulan wilayah. Melalui sistem ini, optimalisasi
sumber daya alam unggulan, sinergisitas pemilik dan pengguna inovasi teknologi, serta
alih teknologi berdasarkan keunggulan lokal akan dapat dilakukan secara paripurna.
Integrasi tersebut dapat digambarkan melalui gambar di bawah ini.

+
Gambar 2. Karakteristik Pendidikan Pertanian Berbasis Keunggulan Wilayah

Potensi 6
Sumber daya alam
Wilayah

Pelajaran Intarkurikuler Sekolah


(Fun Learning, Fun Teaching)

Sumber Daya Manusia Kompetensi


Pendidikan
Daerah
Pertanian Berbasis
Keunggulan
Wilayah
Sumber Daya Keunggulan
Teknologi Lokal

Melalui sistem pendidikan ini, potensi wilayah dapat dikembangkan secara lebih
optimal. Berbeda dengan sitem BIMAS yang melakukan penyeragaman terhadap usaha
alih teknologi, pengajaran inovasi teknologi dilakukan dengan berorientasi pada
keragaman karakteristik lahan dan potensi wilayah yang dapat dikembangkan sebagai
komoditas. Oleh karena itu, materi pengajaran akan berbeda antara satu wilayah dengan
wilayah yang lain, tergantung pada karakteristik dan potensi kawasan. Misalnya, materi
pengajaran di Nusa Tenggara dengan sebagian besar terdiri dari lahan kering akan berbeda
dengan materi pengajaran yang dilakukan di Kalimantan dengan lahan gambutnya atau di
Sumatra dengan karakteristik rawanya.
Melalui sistem ini, kesenjangan antara pemilik teknologi dan pelaku pertanian secara
langsung juga dapat diminimalisir. Dengan pengajar yang professional dan terdiri dari ahli-
ahli teknologi dan para peneliti diharapkan akan terjadi interaksi sehingga distribusi
informasi mengenai inovasi dan temuan teknologi dapat dilakukan secara optimal.
Informasi yang diajarkan didasarkan pada kerakteristik wilayah dengan
mempertimbangkan kompetensi daerah. Alih teknologi dilakukan melalui pendampingan
secara konsisten. Dengan sistem ini, diharapkan sumber daya ahli pertanian dapat
terberdayakan dan hasil inovasi teknologi tidak lagi menjadi suatu wacana.
Selain itu, melalui sistem ini, diharapkan alih teknologi yang dilakukan dapat
dilakukan tepat sasaran. Dengan berorientasi pada keunggulan wilayah, pengajar dapat
menentukan materi yang dibutuhkan dan teknologi yang sesuai untuk dapat diaplikasikan
dalam mengembangkan keunggulan lokal. Misalnya, di Nusa Tenggara dengan

7
karakteristik lahan yang kering, maka teknologi yang tepat dikembangkan adalah inovasi
komoditas lahan kering seperti jagung dan kentang. Sistem ini juga memungkinkan
pemberdayaan teknologi yang tepat untuk digunakan pada lahan rawa berdasarkan
karakteristik asamnya. Misalnya, padi gogo untuk lahan dengan karakteristik sulfat masam,
kedelai untuk lahan gambut, dan kelapa untuk lahan salin.
Dengan pendidikan pertanian berbasis keunggulan wilayah, akan dihasilkan satu
produk unggul berdasar potensi daerah. Dengan karaktersitik wilayah yang berbeda-beda,
maka kandungan mineral dan zat hara di setiap wilayah juga berbeda-beda. Setiap
kandungan dalam kawasan tertentu, tentu berimplikasi pada kandungan dari produk
pertanian yang dihasilkannya. Optimalisasi yang berorientasi pada karaktersitik kawasan
ini akan memungkinkan dihasilkannya bahan makanan fungsional yang kaya akan satu zat
gizi tertentu. Misalnya dihasilkannya gandum rice yang kaya akan kandungan zat besi.

Penutup
Pendidikan pertanian berbasis keunggulan wilayah merupakan salah satu alternatif solusi
dalam menjawab permasalahan industri bisnis pertanian yang bersumber dari kurang
sinergisnya optimalisasi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya
teknologi di Indonesia. Melalui sistem ini, usaha pengembangan sumber daya alam
unggulan berbasis potensi wilayah, sinergisitas pemilik dan pengguna inovasi teknologi
berdasar kompetensi daerah, serta alih teknologi berdasarkan keunggulan lokal dapat
dilakukan secara paripurna. Dengan pendidikan pertanian berbasis keunggulan wilayah,
diharapkan industri bisnis pertanian dapat dikembangkan secara optimal sehingga terwujud
satu sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya lokal. Hal ini
akan berimplikasi pada stabilitas pembanguanan ekonomi di Indonesia mengingat industri
bisnis pertanian memiliki peran yang strategis dalam menghadapi krisis finansial global
yang sedang melanda dunia.

Daftar Pustaka
Arham, Ihsan. 2008. Potensi Strategis Pertanian dalam Membangun Perekonomian
Indonesia. Diakses dari
http://ihsanarham.multiply.com/journal/item/25/Potensi_Strategis_Pertanian_dala

8
m_Membangun_Perekonomian_Indonesia pada tanggal 29 September 2010 pukul
15.43
Asmara, Rosihan. 2004. Makalah: Sumbangan untuk Menteri Pertanian. Malang:
Universitas Brawijaya
Dedenia. 2009. Potensi Pertanian Indonesia. Diakses dari
http://dedenia72.wordpress.com/2009/08/10/potensi-pertanian-indonesia/ pada
tanggal 29 September 2010 pukul 15.55
Harianto. 2007. Peran Pertanian dalam Ekonomi Pedesaan. Bogor: Pusat Studi
Pembangunan Pertanian dan Perdesaab IPB
Kamaruddin & Azis ,Mansur. 2006. Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian di Jepang
dan Indonesia. Sinar Tani Edisi 13 Desember 2006
Jamal, E., Syahyuti, & Hurun, A. M. 2002. Reforma Agraria dan Masa Depan Pertanian.
Bogor: Jurnal Litbang Pertanian
Simatupang, P. & Adimihardja, A. 2004. Peranan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Lahan Rawa Mendukung Pembangunan Agribisnis Wilayah.
Palembang: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Makalah disampakan pada
Seminar dan Lokakarya Nasional
Subejo. 2005. Globalisasi dan Isu-isu Strategis dalam Pembangunan Pertanian di
Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Paper untuk Studium General
Study on Rural Empowerment (SORem) 2005
Sugiharto, Dedi. 2009. Potensi Pertanian Indonesia. Diakses dari
http://novyan83.wordpress.com/2009/01/05/potensi-pertanian-indonesia/ pada
tanggal 29 September 2010 pukul 14.32
Sulistyaningsih, Yohana C. 2005. Tinjauan Tentang Petani dan Pertanian Indonesia.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
_______. 2010. Program Unggulan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Nusa Tenggara Barat. Dinas Pertanian NTB.

_______. 2009. Proyeksi Makroekonomi Indonesia 2009 – 2013. Depok: Biro Riset
LMFEUI
______. 2009. Pertanian Menyelamatkan Bangsa dari Krisis Kapitalisme Global. Diakses
dari http://www.spi.or.id/?p=862 tanggal 29 September 2010 pukul 15.03 WIB

Anda mungkin juga menyukai