Jurnal Fonologis Bahasa Arab
Jurnal Fonologis Bahasa Arab
Jurnal Ilmiah
Proses Fonologis Bahasa Arab dalam Al Quran
Suatu Tinjauan Fonologi Generatif
Drs. Abd. Rahim Razaq, MPd.
2010
Artikel Ilmiah ini telah diterbitkan dalam edisi cetak pada Jurnal PILAR,
Fak Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah, Makassar
Edisi Januari 2010
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Proses Fonologis Bahasa Arab dalam Al Quran 2
PROSES FONOLOGIS BAHASA ARAB DALAM ALQURAN
SUATU TINJAUAN FONOLOGI GENERATIF
Drs. Abd. Rahim Razaq, M.Pd
Pengajar pada Unismuh Makassar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menemukan proses fonologis bahasa Arab dalam Al‐
quran dalam berbagai jenis dan bentuknya, mendiskripsikan proses
fonologisnya, sekaligus merumuskan kaidah‐kaidah fonologi bahasa Arab
dalam Alquran. Sebagai bahasa wahyu yang berbahasa Arab, tentunya kaidah‐
kaidah fonologi tidak sanggup merinci dan menjelaskan secara detail dan
mendalam apa yang terkandung di dalam bahasanya. Sehingga jin pun merasa
terheran‐heran dan sangat kagum ketika mendengarkan bahasa Al‐quran
ditilawahkan oleh para sahabat Rasulullah saw.
Dalam menganalisis data, ditempuh langkah‐langkah berdasarkan prinsip‐
prinsip fonologi generatif, yakni identifikasi data, klasifikasi data, formulasi
kaidah, pengujian kaidah, dengan menggunakan penutur asli (verifikasi).
Data diperoleh dari Mushhab (Al‐quran) sebagai sumber data yang utama
dalam penelitian. Alhamdulillah, peneliti menemukan bahwa Mushhab (Al‐
quran) sangat banyak mengandung proses fonologis vang meliputi (1) asimilasi,
(2) struktur silabe/struktur suku kata, (3) pelemahan/penguatan, dan (4)
netralisasi.
Kata Kunci: Fonologis, Bahasa Arab
A. PENDAHULUAN
Bahasa Arab adalah bahasa Al‐quran dan bahasa Alhadits, sampai saat
masih diakui oleh semua kalangan yang muslim dan non muslim, ilmuan maupun
kaum yang menganggap "bahasa Arab sebagai bahasa yang memiliki standar
ketinggian dan keindahan linguistik yang tinggi yang tiada taranya". (Lagousi, 2002)
Syahin (1980) menyatakan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa tertulis
dan terkaya kandungan deskripsi dan pemaparannya sangat mendetail, beliau
menyatakan ungkapannya sebagai berikut:
.اﻟﻠﻌﺔ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ أوﺳﻊ اﻟﻠﻐﺎت وأﻏﻨﺎﻫﺎوأدﻗﻬﺎﺗﺼﻮﻳﺮا
Imamu al sysyahid Hasan al‐Banna menyatakan:
إﺟﳤﺪأن ﺗﺘﻠﳫﻢ اﻟﻠﻐﺔ اﻟﻌﺮ ﺑﻴﺔ اﻟﻔﺼﺤﻰ ﻓﺈن ذكل ﻣﻦ ﺷﻌﺎﺋﺮ اﻹﺳﻼم
Terjemahannya:
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Proses Fonologis Bahasa Arab dalam Al Quran 3
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Proses Fonologis Bahasa Arab dalam Al Quran 4
spoken or colloquial Arabic).
Bahasa Semit (Semit Language/Samiah) termasuk bahasa yang mempunyai
penutur terbanyak. Bahasa Semit yang lain termasuk Hebrew (bahasa Yahudi) yakni
bahasa yang dituturkan sekarang di Israel, Amharik yang dituturkan di Ethiopia,
Akkadain yang dituturkan di Assyria dan Babilonia, tetapi sekarang telah punah, dan
Aramiki (Aramaic) yang dituturkan oleh penduduk tanah suci pada masa Nabi Isa as.
yang kini masih dipakai oleh penduduk beberapa daerah di Syria. Bahasa Arab
dewasa ini disunatkan oleh kebanyakan penduduk wilayah‐wilayah yang disebut
terakhir, wilayah bahasa Semit lainnya dituturkan sebelumnya (Ghazzawi, 1992).
Bahasa‐bahasa Semit yang beraneka ragam tersebut menunjukkan
persamaan‐persamaan fonologi, sintaksis, leksem, dan aturan kegramatikalan,
misalnya antara bahasa Arab dan bahasa Yahudi, yang keduanya dari rumpun
bahasa Semit.
Di Afrika, bahasa Arab menjadi bahasa pertama di negara‐negara seperti
Mauritania, Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, Mesir dan Sudan. Di Semenanjung
Arabia, Bahasa Arab juga menjadi bahasa resmi di Oman, Yaman, Bahrain, Kuwait,
Arab Saudi, Qatar, Emirat Arab dan jauh ke utara di Yordania, Irak, Lebanon dan
Palestina. Menurut Wise (1987), bahasa Arab juga menjadi bahasa India Utara,
sebagian orang Turki, Iran, Portugal dan Spanyol.
Bahasa Arab bukan saja sebagai bahasa komunikasi oleh masyarakat
penuturnya, melainkan juga sebagal bahasa pengantar dalam demo pendidikan
khususnya dalam dunia pendidikan Islam. Karena itulah di Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, secara otomatis mengenal bahasa Arab meski
sebatas membaca, mendengar dan menghafal tanpa mengerti maknanya.
Al‐quran sebagai kitab suci umat Islam sarat dengan berbagai muatan‐‐
muatan syariat yang memerlukan analisis‐analisis sistematik. Karena itu, makna Al‐
quran harus dipahami bukan hanya dalam sudut pandang yang sempit, melainkan
pemahaman makna tersebut mutlak berwawasan luas dan komprehensif. Hal
tersebut tidak dapat terwujud tanpa adanya pemahaman mendekati makna melalui
suatu proses fonologis.
Pemahaman makna Al‐quran seseorang akan berbeda‐beda dalam
menafsirkan atau menginterpretasikan suatu persoalan dalam Al‐quran
berdasarkan perbedaan sudut pandang. Ahli hukum akan menginterpretasikan
penafsirannya ke dalam bahasa hukum, ahli sejarah dengan sendirinva akan melihat
dari sudut pandang historis, demikian juga ahli bahasa akan menggunakan
kacamata bahasa sebagai sarana mendekatkan kandungan isi Al‐quran. Dengan
demikian, para ilmuan akan menggunakan disiplin ilmunya masing‐masing dalam
memandang suatu persoalan yang dihadapinya berdasarkan kriteria masing‐masing.
Salah satu alternatif penafsiran Al‐quran, dalam mendekatkan makna, yang
sesungguhnya yaitu dengan menggunakan pendekatan kebahasaan berupa analisis
fonologis, pendekatan ini identik dengan pendekatan linguistik biasanya (qawaid
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Proses Fonologis Bahasa Arab dalam Al Quran 5
dan sharaf) dalam bahasa Arab karena metode ini merupakan pendekatan
kebahasaan yang menonjol‐kan relasi makna terhadap bentuk kata yang sinonim
(al‐taraduf). Bahasa Arab pada dasarnya mempunyai arti kata yang sama, namun
mempunyai makna yang spesifik baik dalam penempatan kata atau pilihan kata
menjadi sebuah kalimat maupun dalam susunan (uslub) bahasanya.
Kajian mengenai kebahasaan (linguistik) pada prinsipnya mempunyai sifat
keuniversalan. Akan tetapi penulis mengangkat analisis proses fonologis bahasa
Arab dalam Al‐quran suatu tinjauan fonologi generatif, karena bahasa Arab pada
hakikatnya mempunyai beberapa bentuk proses fonologis yang membutuhkan
analisis, mengenal spesifikasi dan kedudukannya. Penelitian tersebut dirasa sangat
penting jika dikaitkan dengan Al‐quran yang mengandung berbagai bentuk proses
fonologis yaitu analisis karena diyakini bahwa penempatan/ pemilihan predikat
tersebut bukan tanpa dasar dan tujuan, baik secara struktural maupun secara
fungsional.
Analisis proses fonologis tersebut penting untuk menganalisis bentuk‐‐
bentuk bunyi pada naskah‐naskah atau ujaran yang berbahasa Arab pada
umumnya, khususnya yang terdapat dalam Al‐quran yang mengalami proses
fonologis.
Dalam Al‐quran dijelaskan bahwa yang pertama‐tama diajarkan Allah
kepada Nabi Adam as. adalah (...)وﻋﲅ آدم اﻷ ﺳﲈء ﳇﻬﺎ nama semuanya.
Dalam Surat Fushshilat, juz 24 Surat 41, ayat 3,
ﻛﺘﺎب ﻓﺼﻠﺖ آﻳﺘﻪ ﻗﺮآانﻋﺮﺑﻴﺎ ﻟﻘﻮم ﻳﻌﻠﻤﻮن
Terjemahannya:
Kitab yang dijelaskan ayat‐ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum
yang mengetahui.
Bahasa adalah sarana komunikasi vang paling utama pada setiap manusia.
Melalui bahasa, manusia akan dapat berkomunikasi dan berinteraksi, berbagi
pengalaman, dan belajar‐mengajar satu sama lain.
Bahasa adalah seperangkat bunyi. Bunyi itu bersistem dan dikeluarkan oleh
alat bicara manusia. Ketika kita mendengarkan orang lain berbicara, ketika itulah
kita mendengarkan bunyi bahasa. Bunyi itu berfungsi dalam ujaran yang
mempunyai makna yang dimaksudkan oleh penuturnya kepada lawan bicaranya.
Melalui kajian ini penulis berasumsi bahwa dalam upaya mencapai tujuan
proses fonologis bahasa Arab yang, baik dan benar sesuai kaidah fonologi bahasa
Arab yang benar dan fasih memerlukan pendidikan khusus sejak usia dini oleh
seorang (ahli fonologi) secara intensif dan terprogram. Jika hal itu dapat terwujud
dengan baik, maka insya Allah, Alquran sebagai kitab suci umat Islam yang di
dalamnya berisi antara lain hudan, syifa, rahmat, dan mau’idhah akan dapat
dirasakan dan dinikmati oleh kaum muslimin dalam kehidupan sehari‐hari dan akan
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Proses Fonologis Bahasa Arab dalam Al Quran 6
memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat kelak.
Al‐quran bermakna 'bacaan' dan yang 'dibaca'. Dalam mushab Alquran,
penamaan Quran bermakna sama, keterangan ayat ini terdapat dalam Surat Al‐
Qiyamah ayat 17 dan 18, terjemahnya: Sesungguhnya Kami mengumpulkan Alquran
(di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaanmu (pada lidahmu) itu adalah
tanggungan Kami. (Karena itu) jika kamu membacanya, hendaklah kamu ikuti
bacaannya.
Mempelajari bacaan Al‐quran, dan mempelajari terjemahan dan maknanya
tidaklah sesulit yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Dia adalah wahyu Allah
dari Yang Maha fitrah yang diperuntukkan untuk hamba‐Nya yang fitrah pula. Jika
fitrah bertemu dengan yang fitrah tentu akan bersinerji seirama dan akan cepat
berasimilasi secara utuh dan sempurna.
B. FONOLOGI (ILMU ASHWAT)
1. Pengertian Fonologi
Penulis akan mengemukakan beberapa pendapat para ahli, Ma'louphe
Louis (1984) menyatakan bahwa fonologi (shout), ialah:
ﰻ ﻟﻔﻆ ﺣﲄ ﺑﻪ ﺻﻮت ﻛﻄﻖ ﰱ: ﻣﻌﺮوف ﰻ ﴐب ﻣﻦ اﻟﻐﻨﺎء اﺳﲈء اﻷﺻﻮات ﻋﻨﺪاﻟﻨﺤﺎة: اﻟﺼﻮت ج اﺻﻮات
ﺣﲀﻳﺔ ﺻﻮت وﻗﻊ اﳊﺠﺮ أوﺻﻮت ﺑﻪ ﻟﺰﺟﺮ اﳊﻴﻮان ﻛﻬﻼ ﻟﻠﻔﺮس وﻋﺪس ﻟﻠﺒﻐﻞ أوﻟﻠﺘﻌﺠﺐ ﻛﻮى واﻟﺘﻮﺟﻊ ﻛﺄخ
.وﻟﺘﺤﴪﻛﺂﻩ
Terjemahannya:
Bunyi jama’nya bunyi‐bunyi. Sesuatu yang dikenal setiap jenis bunyi dari nyanyian
adalah nama‐nama bunyi menurut para pakar nahwu; Setiap lafadh (bunyi) yang
diserupakan seperti bunyi thaq dalam meniru jatuhnya batu atau diserupakan
dengan mengusir hewan seperti hala: pada Kuda dan ‘adas untuk Baghal atau wae
pada sesuatu yang mengherankan, akh untuk sakit serta a:h pada hal‐hal yang
menyedihkan.
lbnu Faris (ttp,) menyatakan bahwa shaut ialah:
. ورﺟﻞ ﺻﻴﺖ. ﻳﻘﺎل ﻫﺬا ﺻﻮت زﻳﺪ. ﺟﻨﺲ ﻟﲁ ﻣﺎوﻗﺮﰱ أذن اﻟﺴﺎﻣﻊ, وﻫﻮ, اﻟﺼﺎد واﻟﻮاو واﻟﺘﺎء أﺻﻞ ﲱﻴﺢ
Terjemahannya:
Ashsha:d wa:wu dan ta adalah huruf asli, yaitu setiap jenis yang terekam pada
telinga pendengar. Contohnva kalau dikatakan ini suara Zaid. Dan itu suara laki‐laki
(suara orang).
Kridalaksana (1984) menyatakan bahwa fonologi: adalah salah satu bidang
linguistik yang menyelidiki bunyi‐bunyi bahasa menurut fungsinya.
Sementara itu Konstowics dan Kissebret (1979) mengatakan bahwa obyek
kajian fonologi adalah bunyi‐bunyi sebagai refleksi dari suatu sistem yang
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Proses Fonologis Bahasa Arab dalam Al Quran 7
mendasarinya.
Teori fonologi generatif adalah suatu komponen tata bahasa
transformasional generatif yang sudah disempurnakan kemudian dikembangkan
oleh para pakar bahasa yang lain seminal Chomsky (1968). Pada awalnya tata
bahasa generatif ini dipopulerkan oleh pakar bahasa yang cukup dikenal yaitu Noan
Chomsky dalam bukunya, Syntatic Structures (1957) serta Aspect of the Theory of
Syntax (1965).
Harms (1968) menyatakan bahwa daerah fonologi generatif dapat
dijelaskan secara luas, yaitu semua komponen tata bahasa generatif yang berperan
memberikan representasi ujaran dalam bahasa tertentu. Representasi ujaran itu
meliputi bentuk‐bentuk fonologi dari morfem yang tercantum dalam leksikon,
komponen kaidah struktur morfern, dan komponen kaidah fonologi.
Sementara itu Kaseng (1989) menyatakan bahwa komponen kaidah
fonologi memberikan penjelasan fonetik, baik bagi struktur fonetik maupun struktur
morfologik. Komponen dan kaidah‐kaidah fonologis juga mencakup struktur
morfologik yang meliputi infleksi, derivasi dan sebagainya. Cara kerja struktur
fonologis dalam struktur morfologik sama dengan cara kerja struktur fonologis.
Komponen fonologis dihubungkan dengan komponen lain secara linear karena ia
memperlihatkan kejelasan leksikal dan sintaksis kata dan kalimat ke dalam kejelasan
fonetik.
2. Ciri‐ciri Pembeda
Dalam perkembangan deskripsi linguistik berikutnya para ahli belum ada
kesepakatan dalam hal bentuk ciri yang diperlukan untuk mendeskripsikan pola
bunyi yang terjadi dalam bahasa. Akan tetapi, sudah terdapat dua ciri yang sering
digunakan. Ciri pertama adalah ciri yang disebut dengan ciri utama dan ciri kedua
adalah ciri yang dikemukakan oleh Noan Chomsky dan Morris Halle (Ladefoged,
19785) yang dikenal dengan istilah ciri Chomsky‐Halle.
Ciri utama adalah sebuah properti yang dapat diukur dan dapat digunakan
untuk mengelompokkan bunyi‐bunyi bahasa. Contohnya, ciri utama nasal yang
mengelompokkan fonem bahasa Indonesia menjadi [+ nasal], yaitu /m, n, η, ñ/ dan
[‐nasal], yaitu yaitu semua konsonan lain bahasa Indonesia. Ciri utama juga dapat
digunakan untuk menentukan bunyi yang memiliki kaidah fonologis yang sama.
Contohnya, [‐bersuara] digunakan sebagai penentu fonem bahasa Indonesia /p, c,
t, k, s/.
Chomsky dan Halle mengungkapkan bahwa setiap ciri memiliki nilai biner,
sebagai contoh digunakan enam ciri biner untuk menentukan daerah artikulasi
bunyi. Ciri pertama adalah ciri anterior‐nonanterior. Ciri kedua adalah ciri koronal‐
nonkoronal. Ciri ketiga adalah ciri tersebar‐tak tersebar. Ciri keempat adalah
belakang‐tak belakang. Ciri kelima adalah tinggi‐taktinggi, dan ciri keenam adalah
rendah‐takrendah.
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Proses Fonologis Bahasa Arab dalam Al Quran 8
3. Proses Fonologis
Penelitian ini akan menguraian proses fonologis bahasa Arab dalam
Alquran menurut tinjauan fonologi generatif. Dalam kesempurnaan penelitian ini,
penulis akan menggunakan metode proses fonologi menurut Schane (1973) yang
meliputi:
(1) Assimilasi, yaitu suatu peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang
lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu
menjadi sama atau mempunyai ciri‐ciri yang sama dengan bunyi yang
mempengaruhinya.
(2) Struktur suku kata. Proses struktur kata mempengaruhi distribusi secara
relasional konsonan dan vokal, yaitu dalam hubungan satu sama lain dalam
kata. Proses ini terjadi karena perubahan distribusi ruas dalam sebuah morfem,
baik vokal maupun konsonan.
(3) Pelemahan dan penguatan. Perubahan struktur suku kata yang disebabkan oleh
ruas‐ruas yang lemah atau kuat dalam kata atau morfem dapat disebut sebagai
proses pelemahan dan penguatan.
(4) Netralisasi. Menurut Schane (1973), netralisasi merupakan suatu proses
penghilangan perbedaan fonologis dalam lingkungan tertentu.
4. Kaidah fonologia
Kaidah fonologi sangat erat hubugannya dengan proses fonologis. Kaidah
fonologi dapat mengubah nilai atau ciri pembeda ruas‐ruas formatif yang berlainan
tetapi saling berdekatan akibat penggabungan format‐fotmat yang mengandung
ruas‐ruas tersebut (Schane, 1973). Untuk menyatakan keadaan yang tepat dalam
proses fonologis sebetulnya kita telah memberikan suatu kaidah. Pendapat ini
didukung oleh Hyman (1975). Kaidah‐kaidah fonologis harus mampu mengubah
suatu ruas menjadi ruas lain, seperti melepaskan ruas‐ruas, menambah ruas‐ruas,
menggabungkan ruas‐ruas, dan mempermutasikan posisi suatu ruas.
Kaidah‐kaidah fonologis dalam fonologi generatif bukanlah pernyataan
biasa, contohnya bunyi obstruen menjadi tak bersuara pada akhir kata, akan tetapi
pernyataan itu masih perlu diubah menjadi notasi formal. Notasi itu harus tetap
untuk menyatakan berbagai jenis proses yang terjadi dalam fonologi dan juga harus
tepat menetapkan kesimpulan proses tersebut.
Schane (1973) menyatakan bahwa kalau kita dapat menetapkan secara
tepat yang terjadi dalam suatu proses fonologis sebetulnya kita telah memberikan
suatu kaidah. Kaidah‐kaidah fonologis itu dikelompokkan menjadi: kaidah
perubahan ciri, kaidah pelepasan dan penyisipan, kaidah permutasi dan
perpaduan, serta kaidah bervariabel.
Kaidah perubahan ciri, jika ada ruas‐ruas mengalami perubahan, maka ada
tiga hal yang perlu diketahui yaitu, (1) ruas mana yang berubah, (2) bagaimana ruas
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Proses Fonologis Bahasa Arab dalam Al Quran 10
itu berubah, dan (3) dalam keadaan bagaimana ruas itu berubah.
Kaidah di bawah ini menyatakan bahwa bunyi obstruen menjadi tak
bersuara dan bahwa vokal dinasalisasi.
[‐sonoran] [‐bersuara]
V [+nasal]
Kaidah ini menerangkan bahwa semua bunyi obstruen menjadi tak
bersuara pada segala posisi, dan bahwa semua vokal dinasalisasi pada setiap
kemunculannya.
Kaidah pelesapan dan penyisipan, suatu ruas yang hilang atau lepas
dinyatakan dengan Ø, simbol nol. Ruas yang mengalami pelesapan itu muncul pada
sebelah kiri tanda panah dan penyisipan Ø berada di sebelah kanan. Konsonan itu
tertentu pada akhir kata dilesapkan jika kata berikutnva dimulai dengan konsonan
atau jika konsonan itu pada posisi frase (Schane, 1973). Dalam bahasa Perancis,
konsonan nasal dilesapkan sesudah vokal nasal.
Ø/
Dalam bahasa Hanunoo, apabila kata itu dimulai dengan dua konsonan,
vokal disisipkan untuk memisahkan gugus konsonan itu.
Ø /#K K
Kaidah permutasi dan perpaduan pada hakekatnya kaidah ini termasuk
transformasi (Schane, 1973). Sama juga yang dikembangkan dalam sintaksis untuk
menulis kaidah transformasi dan pengoperasiannya termasuk penyisipan,
pelesapan, perubahan sebagian, permusi dan perpaduan. Kaidah A Æ B/ ÆC adalah
sama dengan AC Æ RC yang lingkungannya disebutkan konsonan nasal dan batas
kata, kaidah yang menasalisasi vokal itu diberikan dalam notasi alternatif ini.
# #
Kalau ada tiga kesatuan dalam sebuah deretan dan yang pertama adalah
vokal, kedua konsonan nasal dan yang tiga batas kata, maka ruas pertama
dinasalisasikan. Tetapi elemen kedua dan ketiga tetap utuh dan tidak berubah. Jika
salah satu ruas di sebelah kiri mengalami perubahan, maka perubahan itu
dinyatakan di sebelah kanan.
Koleksi: www.bukuku.net
Jurnal: Proses Fonologis Bahasa Arab dalam Al Quran 11
DAFTAR PUSTAKA
Abercrombie. D. 1967. Elements of General Phonelitics Edinburgh‐ Edinburgh
University Press.
Al‐Ghulayaini, Syaikh Mustafa. 1992. Ja:miuddurrus Al Arabiyah. Semarang, CV.
Asysyifa'.
Arsyad, Azhar. 2001. Dasar‐Dasar Penguasaan Bahasa Arab, Pustaka Pelajar
Yogyakarta.
Al‐Baithory, 'Ashim Bahjat. 1412 H. Syarhu lbnu 'Aqi:l Lialfiyah lbnu Malik. Jami'atul
Al Imam Muhammad Ibnu Suud: Riyadh.
Cahyono, Bambang Yudi, 1995. Kristal‐kristal Ilmu Bahasa, Surabaya Airlangga
University Press.
Chomsky, N. dan M. Halle. 1968. The Sound Pattern of English. New York Evanston
and London: Harper & Row.
Dell, F. 1973. Generative Phonology, Cambridge: Cambridge University Press.
Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Harmas, R.T. 1968. Introduction to Phonological Theory. New Jersey‐ Pretince Hall
Inc.
Harun, Abdul Al Salam Muhammad. 1399 H. Mu’jam Maqa:yi:su Al‐lugha. Bairut:
Da:rul Fiqri.
Ibnu Husain, Muhammad Ibnu Said. 1415 H. Al Adab al Arabiy wa ta:rikhihi Ja:mi’ah
Muhammad lbnu Su'ud. Riyad.
Khadimul Haramain asy‐syarifain. 1411 H. Al Quran dan terjemahnya.
Muhdlor, Atabik Ali Ahmad Zuhdi, 1996. Kamus Kontemporer Arab Indonesia.
Yayasan Ali Maksum: Yogyakarta.
Schane, Sanford A. 1973. Generative Phonology. New Jersey: Prentice Hall Inc.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 1992. Fonologi Generative Terjemahan. Kencanawati Gunawan, Jakarta‐
Glora Angkasa Pratarna.
Subroto. D. Edi.1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural, Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Tarigan, Hendry Guntur. 1984. Psikolinguistik, Bandung: Angkasa
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 1990. Pengantar Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa
Verhaar, J.W.M. 1986. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Wafiy, 'Aly 'Abdul Wallid, 1945a. 'Ilmu Allughah Da‐ru Nahdhah‐Qairo
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 1945b. Fiqhu, Allughah. Da:ru Nahdhah:Qairo.
Ya'qub., Imil Badi'. 1982. Fiqhi Allughah Al Arabiyah Wa Khasha:ishuha Da:rul Al
Tsaqa:fah Al islamiyah: Bairut.
Yusuf, Suhendra. 1998. Fonetik dan Fonologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koleksi: www.bukuku.net