Anda di halaman 1dari 21

SKIZOFRENIA

TIPE PARANOID

KELOMPOK IV
KASUS
 Ny.S, 27 tahun, dibawa ke UGD RS Trisakti oleh keluarganya
dengan keluhan tangan gemetar, badan kaku dan jalan seperti
robot.
 Menurut keluarga, satu minggu sebelumnya, pasien marah-marah
dan mengamuk tanpa alasan yang jelas. Karena tidak dapat lagi
dipertahankan dirumah, akhirnya pasien dibawa berobat ke klinik
terdekat. Pasien disuntik dan mendapat resep obat. Tiga hari
setelah mengkonsumsi obat tersebut pasien merasa tak nyaman
dan badan kaku. Pada anamnesis diperoleh data bahwa
perubahan perilaku marah-marah dan mengamuk disebabkan
karena suara bisikan yang menyuruh pasien menyerang suaminya.
Pasien mengatakan suaminya berselingkuh dengan perempuan
lain serta hendak mencelakakannya. Penampilan pasien lusuh,
dandanannya kurang rapi, dan kurus. Kedua tangannya tremor,
jalannya pelan, langkahnya pendek dan agak kaku, wajahnya
berekspresi tampak seperti topeng.
 Kejadian seperti ini pernah dialami sejak tiga tahun terakhir
walaupun hanya kadang-kadang saja. Pasien pernah berobat ke
dokter Puskesmas sejak 2 tahun yang lalu dan diberi 2 macam
obat, tapi obat tersebut tidak diminum secara teratur. Sebelum
mengamuk, pasien biasanya sering menyendiri dalam kamar,
melamun, kadang-kadang tertawa sendiri dan bicara kacau.
Pasien juga yakin bahwa pikirannya tentang suami yang selingkuh
telah diketahui oleh orang banyak melalui siaran televisi.
 Perkembangan Ny. S: pada masa kanak dan remaja tidak ada
kelainan fisik yang berarti. Pasien mempunyai perawakan yang
kurus, jarang bergaul, mudah tersinggung, teman akrabnya hanya
1-2 orang saja. Pasien menikah pada usia 23 tahun, punya 2
orang anak laki-laki yang berusia 1 dan 3 tahun, pasien jarang
mengurus anaknya sendiri. Suami pasien saat ini sedang
menganggur selama 3 bulan karena di PHK.
ANAMNESIS
 Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Keturunan (kebangsaan) :-
Status pernikahan :-
Pekerjaan :-
Ras/etnik :-
Agama :-
Alamat :-
 Riwayat penyakit sekarang
 Kapan terjadinya?
 Durasi keluhan atau lama berlangsungnya?
 Sebelumnya sudah pernah terjadi atau belum?
 Faktor pencetus terjadinya gangguan?
 Apakah aktivitas terganggu karena keluhan ini?
 Apakah ada disfungsi kepribadian, daya ingat, atau
pembicaraan?
 Penyakit sistemik yang berpengaruh pada psikologis
pasien?
 Apa penatalaksanaan penyakit tersebut dan
bagaimana disiplin pasien?
 Bagaimana persepsi pasien terhadap penyakitnya?
 Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada keterangan.
 Riwayat psikiatri
Ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah
berkunjung ke psikiater atau pernah didiagnosis
mengalami gangguan psikiatri.
 Riwayat medikamentosa
Ditanyakan apakah pasien pernah mendapatkan
pengobatan sebelumnya?
Kalau ya, kita perlu menanyakan lebih lanjut mengenai
jenis pengobatan, derajat kepatuhan, apakah pernah
terjadi reaksi alergi, dan efek samping obat tersebut.
Dapat ditanya pula tentang riwayat tindakan
pembedahan.
 Riwayat pemakaian zat-zat dan alkohol
Tidak ada.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
 Kesadaran neurologis: kompos mentis,
kesadaran psikologis dan sosial terganggu
 Disartri; asosiasi longgar
 Waham curiga, waham kejar, waham
kebesaran dan siar pikir
 Halusinasi auditorik
 Afek tumpul dan tidak serasi
 Rigiditas psikomotor
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Dalam batas normal
 Pemeriksaan neurologis :
 tidakterdapat rangsang meningeal
 Nervus cranialis dalam batas normal
 Susunan saraf motorik tampak resting tremor,
bradikinesia, cogwheel phenomen+/+,
 mask face +
 Susunan saraf sensorik dalam batas normal
 Susunana saraf motorik dalam batas normal
 Reflex fisiologis +/+; reflex patologis -/-
 Laboratorium darah dan urin tidak ada kelainan
DIAGNOSIS BANDING
 Skizofrenia
 Gangguan mental organik
 Skizofreniform
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
(PPDGJ-III)
 Aksis I : Skizofrenia paranoid
 Aksis II : Ciri kepribadian skizoid
 Aksis III : Parkinsonism
 Aksis IV : (perlu ditanyakan masalah
ekonomi dan keluarga)
 Aksis V : 31 – 40
Dengan dipenuhinya kriteria A dan beberapa kriteria lain menurut
DSM IV, maka kami mengambil kesimpulan bahwa pasien ini
menderita skizofrenia tipe paranoid (ditandai oleh waham kejar
dan atau waham kebesaran, waham cemburu).

Parkinsonism yang dialami pasien dapat disebabkan oleh efek


samping pemakaian obat sebelumnya, dimana obat yang dapat
menimbulkan efek samping seperti ini salah satunya adalah obat
anti-psikosis tipikal seperti chlorpromazine dan haloperidol.
PENATALAKSANAAN
 Skizofrenia:
 Hospitalisasi
 Pengobatan psikosomatik:
 atipikal antipsikotik (Quetiapine), mulai dari dosis rendah 2x200mg.
 tipikal antipsikotik (Trifenoperazin), jika ada masalah ekonomi.
 Parkinsonism:
 Hentikan pemakaian obat yang menyebabkan parkinsonism
 Ganti obat psikotik atipikal
 Berikan anti Parkinson sementara (Trihexyphenidyl 3-4x2mg/hari)
 Terapi psikososial:
sesuai dengan informasi tambahan tentang stresor psikososial
 Psikoterapi:
Suportif (meliputi nasehat, meyakinkan, mendidik, mencontohkan,
pemberian batas, dan uji realita, dan secara umum hal-hal ini merupakan
terapi pilihan)
Tujuan: untuk menyuport ego pasien yang efektif dan meningkatkan insight
yang cocok bagi penderita.
PROGNOSIS

 Ad vitam : bonam
 Ad sanasionam : dubia ad malam
 Ad fungsionam : ad malam
LANDASAN TEORI
 SKIZOFRENIA(1,2)
 Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik,
dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas
pada proses pikir. Kadang-kadang mempunyai perasaan
bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari
luar.
 Pada skizofrenia terdapat waham yang aneh, disertai
dengan gangguan persepsi, afek abnormal yang tidak
terpadu dengan situasi yang sebenarnya serta autisme.
Kriteria Diagnosis Skizofrenia
menurut DSM IV
A. Gejala karakteristik
Dua atau lebih berikut ditemukan selama periode 1 bulan.
 1. waham;
 2. halusinasi;
 3. bicara terdisorganisasi (sering menyimpang/inkoheren)
 4. perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
 5. gejala negative yaitu pendataran afektif, alogia atau tidak ada kemauan
(avolition).
B. Disfungsi sosial/pekerjaan;
 seperti pekerjaan, hubungan interpersonal atau perawatan diri.
Kriteria Diagnosis Skizofrenia
menurut DSM IV
C. Durasi sekurang-kurangnya 6 bulan
D. Penyingkiran gangguan skizofrenia
dan gangguan alam perasaan
Gangguan skizoafektif dan gangguan alam perasaan dengan ciri
psikotik telah disingkirkan karena:
1. tidak terdapat episode depresif berat, manik atau campuran yang
terjadi bersama-sama dalam fase aktif, atau
2. jika episode suasana perasaan terjadi selama gejala fase aktif,
durasi totalnya lebih singkat disbanding durasi periode aktif dan
residual.
Kriteria Diagnosis Skizofrenia
menurut DSM IV
E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan
perkembangan pervasive
Jenis dan Tipe Skizofrenia

 Menurut DSM IV
 Tipe paranoid
 Ditandai oleh waham kejar dan atau waham kebesaran, waham cemburu.
 Tipe hebefrenik
 Cirinya isi pikir dan arus pikir sangat terdisorganisasi, penampilan dan perilaku sosial
rusak, inkoherensi, kekanak-kanakan dan tampak bodoh (silly)
 Tipe katatonik
 Ciri khas yaitu adanya gangguan nyata pada fungsi motorik berupa stupor, negativisme,
rigiditas, kegaduhan atau posturing.
 Tipe tak tergolongkan
 Terdapat waham yang jelas, halusinasi, inkoherensi tingkah laku kacau, namun tidak
memenuhi klasifikasi tipe-tipe diatas.
 Tipe residual
 Pernah terjadi paling sedikit satu episode skizofrenia.
Perjalanan penyakit
skizofrenia
 Fase prodromal
 Onset insidious yang terjadi selama berbulan-bulan atau lebih
 Ada perubahan perilaku seperti: penarikan diri secara sosial, hendaya
dalam pekerjaan, afek tak serasi, avolition, ide aneh
 Fase aktif
 Muncul gejala psikotik seperti waham, halusinasi, bicara dan perilaku
kacau
 Memerlukan intervensi medik
 Bisa akut eksaserbasi
 Fase residual
 Gejala-gejala fase aktif hilang, ada hendaya dalam perasaan
 Ada gejala negative, gejala positif berkurang
KESIMPULAN
 Pasien datang dengan keluhan awal berupa sindrom
parkinsonism yang diduga disebabkan oleh efek
samping pemakaian obat anti-psikosis tipikal potensi
tinggi.
 Berdasarkan riwayat pasien dan diperkuat dengan hasil
pemeriksaan lengkap serta pemeriksaan status mental,
maka dapat ditegakkan diagnosis multiaksial.
 Selanjutnya dilakukan terapi komprehensif untuk
meringankan gejalanya, baik berupa terapi farmakologik
maupun psikoterapi.
 Prognosis ad vitam bonam namun ad sanationam dan
ad fungsionam kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
 Ibrahim, Ayub Sani. Splitting Personality. Edisi
Ketiga. Jakarta:PT. Dian Ariesta, 2005.
 Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan
Klinis Obat Psikotropika. Edisi Ketiga, halaman
16. Jakarta: PT. Nuh Jaya, 2007.
 Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa
PPDGJ III. Jakarta: PT. Nuh Jaya. 2001.
 Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry
Behavioural Sciences/Clinical Psychiatry. 7 th
Edition, page 745-748: Lippincott Williams &
Wilkins. 2004.

Anda mungkin juga menyukai