Kelas : IX-1
Dari kejadian itu aku mulai tertarik untuk mengenalnya, mulai dari
mengetahui namanya, sampai meminta nomer handphonenya. Saat istirahat
paskib, aku sempat bertanya kepada temanku di satu pasukan tadi, Rio
namanya.
“Eh yo, lo tau nama kakak kelas tadi nggak?” tanyaku tanpa berbasa-
basi.
Sebatang Coklat
“Oh. Yang ngajarin kita tadi? Kak Fitri kalo nggak salah. Yang pake
jilbab itu kan? Kenapa? Lo naksir ya? hahaha” jawab Rio. Sontak mukaku
memerah.
“iya, itu. Nggak kok. Aneh aja, ketawa terus kalau ngajarin. Ya kan?”
“Tapi dari mana guebisa tau nomor handphonenya ya? Tau namanya
aja baru. Hadeh, gue bingung” pikirku. Aku semakin rajin untuk latihan
paskib. Bukan karena apa-apa, tapi hanya bertemu dan dekat dengannya. Haha
“Kak, boleh nggak gue minta nomornya Kak Fitri, buat nanya-naya
kalau ada yang penting.”
Jariku mengetik setiap tombol yang ada di handphone. Tak sabar ingin
mendapatkan nomor seseorang yang istimewa. Menurutku. Kak Ilmi membalas
lama sekali. Sempat aku berfikir Kak Ilmi tidak akan memberikan nomor itu
padaku. Handphoneku bergetar, Kak Hilmi.
Topik pertama adalah MotoGp. Aku tau dia sangat menyukai MotoGp, sebuah
olahraga balap motor, yang biasa disukai kaum adam dan aku juga tau dia
adalah penggemar berat dari Jorge Lorenzo, rider MotoGp asal Spanyol. Aku
mengetahui hal itu dari status di Facebooknya, begini isi statusnya “yeah,
Lorenzo menang..asik..asik..” dari situ aku mengetahuinya.
Jariku bersemangat mengetik sms, walaupun agak gugup. Aku
memperhatikan Kak Fitri. Dia yang dari tadi memegang handphonenya, apa
mendapat sebuah sms, sms dariku. Aku takut sms itu salah kirim, atau Kak Fitri
sudah ganti nomor, atau aku dibohongi Kak Ilmi. Campur aduk rasanya. Tiba-
tiba handphoneku bergetar, Kak Fitri, dia membalas smsku. Aku deg-degan
membuka sms darinya, apa balasannya ya? Tak sabar.
“Masa sih kakak nggak tau siapa saya?” balasanku ingin membuatnya
penasaran.
“Anak jaman sekarang! Duduk sebelahan aja smsan.” Ucap Kak Fajar
saat melihat ada sms di handphoneku dari Kak Fitri. Kaf Fitri yang dari tadi
sibuk dengan rasa penasarannya, sontak melihat ke arah aku. Aku malu.
Langsung kurebut handphoneku dari tangan Kak Fajar.
Saatku baca smsnya, isinya masih sama dengan sms yang tadi. Aku tidak
berani membalas smsnya. Aku takut dia mengetahui bahwa itu aku. Aneh,
seharusnya aku senang jika ia mengenaliku, tapi ini malah sebaliknya, aku
malah takut ia tau siapa aku sebenarnya. Tiba-tiba handphoneku bergetar lagi.
Kak Fitri. Aduh, gimana nih! Aku takut! Jantungku berdetak sangat cepat.
Perlahan kubuka is I sms itu, huruf demi huruf kusambung menjadi kata sampai
ke kalimat.
Aku tersenyum melihat isi smsnya. Hari itu rasanya adalah hari yang
paling indah bagiku. 4 Mei 2010, tanggal yang akan selalu aku ingat.
Aku sangat senang bisa smsan dengannya. Hampir setiap hari pada jam yang
sama, 17.00, aku mengiriminya sebuah sms. Satu kalimat tanya yang selalu aku
tanyakan kepadanya, dan sama dari hari ke hari.
Aneh, setiap kata yang aku ketik di sms selalu diakhiri “wkwk”.. haha..
Aku pikir dengan kata “wkwk” Kak Fitri tidak akan mencurigai niatku
yang sebenarnya. Ingin mendekatinya. Haha. Malu kalau harus berterus terang.
Seminggu berlalu, aku mulai bisa menilai siapa Kak Fitri sebenarnya.
Gadis berjilbab penyuka MotoGp ini ternyata asik juga di ajak smsan. Orangnya
baik, bahasanya ringan, dan sama sekali tidak menilaiku sebagai adik kelasnya.
Sebatang Coklat
“Hah? Yang bener lo yan? Anak mana? Jangan bilang kalau dia jadian
sama lo!”
“Nggaklah yo. Kak Fitri tuh bukan cewek yang gampang dirayu. Jadian
sama temen sekelasnya. 2 hari sebelum lo sms Kak Fitri”
“Gue aja baru tau tadi malem, itu juga dari temennya.”
Aku kesal mendengar hal itu. Aku putus asa! (lebe ya?). Impianku untuk
mengenali Kak Fitri.
Aku jadi lemas, sedih dan menyendiri setelah mendengar informasi dari
Levyan. Bahkan saat istirahat pun aku lebih berdiam diri di teras kelas,
menyandarkan punggungku pada sebuah tiang penyangga. Hal yang tidak di
duga-duga kemudian terjadi, Kak Fitri tiba-tiba berjalan ke arah kelasku. Aku
tidak tau tujuannya. Satu hal, aku senang karena di hari itu aku telah bertemu
dengannya. Saat melintasiku Kak Fitri tersenyum, seperti menyapa dengan
halus.
“manisnya” gumamku.
Saat pulang sekolah, aku tidak langsung pulang ke rumah., karena aku
mengikuti latihan upacara untuk kelasku yang mendapat giliran tugas menjadi
petugas upacara Senin depan. Aku ditugaskan menjadi pembaca teks UUD
1945. Saat latihan konsentrasiku sedikit, alhasil suka salah deh. Apalagi waktu
Sebatang Coklat
teman-temanku meledek Levyan yang sedang smsan dengan Kak Fitri. Jujur,
aku cemburu, konsentrasiku semakin buyar. Ingin rasanya cepat-cepat pulang
ke rumah, mengambil handphone dan meng-sms Kak Fitri untuk menyatakan
perasaanku. Niatan itu muncul di pikiranku.
Sore hari, sekitar jam 16.30 latihan upacara selesai. Aku bergegas pulang
ke rumah. Sesampainya di rumah aku mengambil handuk untuk pergi mandi.
Selesai mandi aku mengambil handphoneku dan berbaring di kasur
kesayanganku. Lelah rasanya, tapi jari-jariku tidak merasa lelah saat aku
menyuruh mereka menekan tombol demi tombol huruf dan angka untuk meng-
sms Kak Fitri. Seperti biasa, aku memulai smsku.
Malam harinya, jam 22.00 mataku belum bisa terpejam. Aku masih
kepikiran berita dari Levyan itu. Kubuka jendela kamarku. Kulihat ke atas
langit, banyak deh bintangnya.
“Kak Fitri itu kaya bintang, cuma bisa dilihat tapi nggak bisa diambil.”
kemudian kuambil secarik kertas dan sebuah pulpen dari rak bukuku. Sambil
melihat bintang di langit itu, kutulis semua yang ada di hatiku. Ini isinya.
Cahaya bintang mengelilingi air mataku..
Aku nggak tau apa yang aku tulis. Disebut puisi, bukan,. Syair? Bukan
juga. Pantun? Hahaha, bukanlah. Itu hanya isi hatiku. Mulai saat itu aku mulai
memberi julukan “Bintang” untuk Kak Fitri.
Semenjak Levyan memberi tahuku bahwa Kak Fitri sudah punya pacar,
aku mengurangi niatku untuk lebih mengenali Kak Fitri, tapi aku masih sering
meng-smsnya. Kupikir melihat Kak Fitri dari jauh pun sudah cukuplah.
Suara Kak Fitri. Benar saja, Kak Fitri tiba-tiba datang sambil berlari. Aku
senang. Semangatku jadi tumbuh lagi. Kak Fitri memberikan suasana baru di
sesi latihan sore itu. Diakhir latihan, kami-anggota Paskibra-berkumpul
membahas HUT Pakibra besok. Rencananya akan diadakan acara tukar kado,
yang berisi makanan dengan harga diatas Rp 6.000.
Sebatang Coklat
“Dek, besok ada yang bawa coklat ya. Dari pada susah-susah mikir,
mending bawa coklat” ucap Kak Fitri memberi saran sambil bercanda.
“Dasar lo nya aja itu mah yang kepengen!” ucap Kak Tiwi, ketua
paskibara.
Tapi aku menganggap ucapan Kak Fitri serius. Pulang dari latihan aku
langsung pergi kesebuah mini market di dekat rumahku. Membeli coklat dengan
harapan Kak Fitri yang akan mendapat cokalt itu besok. Aku sangat berharap
hal itu terjadi.
Hari Sabtu pun tiba. Pagi-pagi sekali aku mandi dan bersiap-siap pergi ke
sekolah. Tentu saja dengan semangat karena ingin bertemu Kak Fitri. Haha. Di
saat acara tukar kado, aku sangat antusias. Aku ingin Kak Fitri yang mendapat
cokaltku. Ingin sekali. Tapi sayang, bukan Kak Fitri yang mendapat coklatku
malah teman sekelasku. Kecewa saya.mungkin memang bukan waktuku, tapi
aku sangat ingin memberikan coklat ke Kak Fitri. Dengan harapan melalui
coklat itu Kak Fitri bisa tau gimana perasaan aku sebenernya.
Tapi aku bingung, apa alasan aku member coklat ke Kak Fitri? Gimana
pula caranya? Aku tau pacar Kak Fitri pasti akan marah jika mengetahui
pacarnya dikasih coklat sama orang lain.
Suatu hari di tanggal 23 Mei 2010, aku mendapatkan cara dan alasan
untuk memberikan Kak Fitri coklat. Di hari itu aku melihat status di
facebooknya Kak Fitri
“Wah, Lorenzo di pole sosition nih..wkwk.. Tapi tetep The Doctor pasti
menang. Haha”
“Ah, nggak boleh itu. Lorenzo pasti menang. Rossi mah kalah aja deh.
Haha”
“Ah, liat aja nanti. Rossi pasti menang. Saya jamin! wkwk”
“Kalau sampe Lorenzo menang saya kasih kakak coklat deh.. wkwk”
Lewat taruhan MotoGp. Dengan alasan taruhan aku bisa memberi Kak
Fitri coklat.
“Eh..eh.. Nggak kok. Saya Cuma bercanda tadi, jangan dianggap serius”
“Yah, tapi kak saya udah terlanjur beli coklatnya nih..wkwk” balasku
meyakininya.
Malam itu aku sangat senang. Nggak sabar deh nunggu besok. Haha.
Senin pagi saat jam istirahat, seperti biasa aku duduk di teras kelasku.
Menunggu Kak Fitri yang biasanya melewati kelasku jika ingin ke kantin.
Benar saja, waktu itu Kak Fitri melewati kelasku. Aku gugup saat akan
memberikan coklat itu. Nyaliku ciut. Padahal dari rumah aku telah bertekad
akan memberikan langsung padanya. Ternyata tekad itu berubah. Aku takut
Sebatang Coklat
“Kak, ini saya Ari. Sama-sama Kak. Gapapa kok. Emang sih tadinya
buat taruhan, tapi saya kasih itu buat Kakak kok, bukan karena taruhan Kak
” balasku
Aku mengakhiri smsku supaya Kak Fitri tigak merasa nggak enak lagi
denganku. Aku senang. Bulan Mei sangat memberikanku kenangan
menyenangkan. Meskipun begitu, aku masih takut jika suatu saat pacar Kak
Fitri tahu niat dan maksudku yang sebenarnya. Aku memberikan coklat ke Kak
Fitri bukan karena taruahan, tapi aku ingin Kak Fitri menyadari bagaimana
perasaanku terhadapnya. Semoga saja.
“Gue cuma mau Kak Fitri tau, gue sayang sama dia!”