Anda di halaman 1dari 12

Sebatang Coklat

Disusun Oleh : Ayu Laila Fitriyani

Kelas : IX-1

SMP NEGERI 9 BEKASI

Jl. Swatantra 4 no IV, Jati Asih, Bekasi


(0218214091)
Sebatang Coklat

“Cinta tak harus memiliki”

Tiba-tiba kata-kata itu terlintas dibenakku saat aku memikirkan dirinya.


Seorang gadis pujaan hatiku. Aku memang sangat mengaguminya, tapi takdir
berkata lain, dia sudah ada yang memiliki. Meskipun begitu aku tetap
menyimpan perasaan ini untuknya. Meskipun dia tidak mengetahui bahwa aku
menyayanginya. Meskipun aku tak pernah mendapatkannya.

Aku ceritakan bagaimana aku bisa bertemu dengannya, bertemu dengan


“Bintang”. Bermula dari keikutsertaanku di ekskul Paskibra di sebuah SMP.
Pertama kali aku berinteraksi dengannya, saat itu ia yang mengajari pasukan
aku dan kawan-kawanku. Ia mengajari kami-aku dan teman-temanku-langkah
tegap. Aku yang saat itu baru belajar, benar-benar memperhatikannya. Namun,
saat kami mempraktekan, dia malah tersenyum, tersenyum geli melihat kami.

“Aneh” pikirku “ Tapi senyumnya manis”.

Kami yang diajarinya bertanya-tanya kebingungan. Tiba-tiba dia


menghampiriku dan bertanya kepadaku.

“Nama kamu siapa?”

“Ari kak” jawabku tergagap. Bukannya takut, tapi aku canggung.

“Kamu jalannya kaya robot. Tangannya jangan bengkok, lurus dek!”

Saat ia mengatakan itu teman-teman yang lain ikut tertawa. Lucu,


mungkin itu pikirnya. Anehnya aku malah tidak merasa tersinggung sama
sekali, aku malah merasa senang.

Dari kejadian itu aku mulai tertarik untuk mengenalnya, mulai dari
mengetahui namanya, sampai meminta nomer handphonenya. Saat istirahat
paskib, aku sempat bertanya kepada temanku di satu pasukan tadi, Rio
namanya.

“Eh yo, lo tau nama kakak kelas tadi nggak?” tanyaku tanpa berbasa-
basi.
Sebatang Coklat

“Oh. Yang ngajarin kita tadi? Kak Fitri kalo nggak salah. Yang pake
jilbab itu kan? Kenapa? Lo naksir ya? hahaha” jawab Rio. Sontak mukaku
memerah.

“iya, itu. Nggak kok. Aneh aja, ketawa terus kalau ngajarin. Ya kan?”

“Iya, hahaha.. aneh banget. Tapi mukanya bikin semangat ah”

“Iya, mungkin. Jajan nyok!” ucapku mengalihkan pembicaraan.

“Kak Fitri”, akhirnya kutahu namanya, sekarang tinggal mencari nomer


handphonenya, pikiranku kemana-kemana dibuatnya. Hahaha.

“Tapi dari mana guebisa tau nomor handphonenya ya? Tau namanya
aja baru. Hadeh, gue bingung” pikirku. Aku semakin rajin untuk latihan
paskib. Bukan karena apa-apa, tapi hanya bertemu dan dekat dengannya. Haha

Aku semakin mengaguminya terlebih saat aku masuk Organisasi Siswa


Intra Sekolah (OSIS). Saat itu ia juga masuk OSIS, nilai seleksinya termasuk
yang paling tinggi dan aku dengar ia selalu mendapat peringkat satu di
kelasnya.

“Perfecto! Manis, baik, pintar pula” pujiku dalam hati.

Aku selalu mencari cara bagaimana bisa mendapatkan nomor


handphonenya. Aku tidak mungkin memintanya langsung. Nyaliku teralu ciut
untuk melakukan hal sebodoh itu. Sampai suatu ketika aku bisa mendapatkan
nomornya. Awalnya aku dekat dengan salah satu teman Kak Fitri, Kak Ilmi
namanya, teman Kak Fitri di paskib. Aku tau dia salah satu orang yang dekat
dengan Kak Fitri, jadi aku mencoba untuk bertanya padanya. Pertama aku
bercerita tentang OSIS atau paskib kepada Kak Ilmi, lama-lama aku
memberanikan diri untuk menanyakan nomor handphone Kak Fitri.

“Kak, boleh nggak gue minta nomornya Kak Fitri, buat nanya-naya
kalau ada yang penting.”

Jariku mengetik setiap tombol yang ada di handphone. Tak sabar ingin
mendapatkan nomor seseorang yang istimewa. Menurutku. Kak Ilmi membalas
lama sekali. Sempat aku berfikir Kak Ilmi tidak akan memberikan nomor itu
padaku. Handphoneku bergetar, Kak Hilmi.

“Oh, yaudah. Nih nomornya 0856102…….”


Sebatang Coklat

Yeah! Akhirnya aku mendapatkan nomornya. Tadinya aku berniat ingin


langsung meng-sms-nya, tapi aku bingung, topik apa yang akan aku bahas saat
meng-sms-nya. Akupun mengurungkan niatku dan mencari waktu yang tepat
untuk meng-sms-nya dan mengenalinya.

Suatu hari diadakan perpisahan kelas 9 di SMPku dan OSIS menjadi


panitianya. Tanggal 4 Mei 2010. Di momen itulah aku mencoba mendekatinya
lewat sms. Aku dan dia, Kak Fitri , duduk bersebelahan dibatasi Kak Fajar.
Yah, dibatasi oleh Kak Fajar, agak kesal memang, tapi itu lebih baik dari pada
aku harus bersebelahan dengannya tanpa dibatasi orang lain. Aku mencoba
meng-sms-nya, kata pertama

“Kak, kakak suka MotoGp ya? Nggak nyangka cewek suka


MotoGp..wkwk..”

Topik pertama adalah MotoGp. Aku tau dia sangat menyukai MotoGp, sebuah
olahraga balap motor, yang biasa disukai kaum adam dan aku juga tau dia
adalah penggemar berat dari Jorge Lorenzo, rider MotoGp asal Spanyol. Aku
mengetahui hal itu dari status di Facebooknya, begini isi statusnya “yeah,
Lorenzo menang..asik..asik..” dari situ aku mengetahuinya.
Jariku bersemangat mengetik sms, walaupun agak gugup. Aku
memperhatikan Kak Fitri. Dia yang dari tadi memegang handphonenya, apa
mendapat sebuah sms, sms dariku. Aku takut sms itu salah kirim, atau Kak Fitri
sudah ganti nomor, atau aku dibohongi Kak Ilmi. Campur aduk rasanya. Tiba-
tiba handphoneku bergetar, Kak Fitri, dia membalas smsku. Aku deg-degan
membuka sms darinya, apa balasannya ya? Tak sabar.

“Maaf, ini siapa?”

Hanya itu balasannya.

“Masa sih kakak nggak tau siapa saya?” balasanku ingin membuatnya
penasaran.

“Iya, emang kamu siapa?”

Aku tersenyum membaca smsnya. Senyum bahagia.

“Tebak aja kak..wkwk..”

Tapi, belum sempat aku mendapatkan balasannya, handphoneku direbut Kak


Fajar.
Sebatang Coklat

“Anak jaman sekarang! Duduk sebelahan aja smsan.” Ucap Kak Fajar
saat melihat ada sms di handphoneku dari Kak Fitri. Kaf Fitri yang dari tadi
sibuk dengan rasa penasarannya, sontak melihat ke arah aku. Aku malu.
Langsung kurebut handphoneku dari tangan Kak Fajar.

“Hahaha..Ari..Ari..” ledek Kak Fajar.

Saatku baca smsnya, isinya masih sama dengan sms yang tadi. Aku tidak
berani membalas smsnya. Aku takut dia mengetahui bahwa itu aku. Aneh,
seharusnya aku senang jika ia mengenaliku, tapi ini malah sebaliknya, aku
malah takut ia tau siapa aku sebenarnya. Tiba-tiba handphoneku bergetar lagi.
Kak Fitri. Aduh, gimana nih! Aku takut! Jantungku berdetak sangat cepat.
Perlahan kubuka is I sms itu, huruf demi huruf kusambung menjadi kata sampai
ke kalimat.

“Ari ya? Hahaha. Orang bodoh. Sebelahan kok smsan?”

“Maaf kak, iseng. haha”

Aku tersenyum melihat isi smsnya. Hari itu rasanya adalah hari yang
paling indah bagiku. 4 Mei 2010, tanggal yang akan selalu aku ingat.

Kami meneruskan topik sms kami, meskipun identitasku sudah


terbongkar sebagai seorang ARI. Huft! Masih seputar MotoGp. Kupikir tidak
ada hal lain yang bisa aku jadikan topik saat itu, karena waktu itu aku masih
“malu-malu kucing” istilahnya. Hahaha..

Aku sangat senang bisa smsan dengannya. Hampir setiap hari pada jam yang
sama, 17.00, aku mengiriminya sebuah sms. Satu kalimat tanya yang selalu aku
tanyakan kepadanya, dan sama dari hari ke hari.

“Kak, lagi ngapain? wkwk”

Aneh, setiap kata yang aku ketik di sms selalu diakhiri “wkwk”.. haha..

Aku pikir dengan kata “wkwk” Kak Fitri tidak akan mencurigai niatku
yang sebenarnya. Ingin mendekatinya. Haha. Malu kalau harus berterus terang.

Seminggu berlalu, aku mulai bisa menilai siapa Kak Fitri sebenarnya.
Gadis berjilbab penyuka MotoGp ini ternyata asik juga di ajak smsan. Orangnya
baik, bahasanya ringan, dan sama sekali tidak menilaiku sebagai adik kelasnya.
Sebatang Coklat

Ia malah menganggapku seperti teman biasa. Lagi-lagi aku terpesona akan


kepribadiannya. Aku semakin bersemangat ingin mengenalnya lebih jauh lagi.

Kak Fitri inspirasiku, Kak Fitri penyemangatku, Kak Fitri Bintangku.


“Bintang” julukan aku untuk Kak Fitri. Julukan itu bermula dari sebuah
kejadian yang membuat aku cukup putus asa. Seminggu telah berlalu dari hari
pertama kali aku meng-sms Kak Fitri, aku mendapat berita tentang Kak Fitri.
Bukan berita buruk, malah itu adalah kabar bahagia bagi Kak Fitri. Tapi berita
itu cukup membuatku jatuh, jatuh dari semangat yang selama ini kutanam untuk
mengenali Kak Fitri. Seorang temanku Lavyan, ia berkata bahwa Kak Fitri
sudah ada yang punya, “yah telat deh gue!” kesal rasanya. Levyan memang
sudah lebih dulu meng-sms Kak Fitri, dan dia juga sama sepertiku, mengagupi
Kak Fitri. Aku kemudian menggali informasi tersebut dari Lavyan.

“Hah? Yang bener lo yan? Anak mana? Jangan bilang kalau dia jadian
sama lo!”

“Nggaklah yo. Kak Fitri tuh bukan cewek yang gampang dirayu. Jadian
sama temen sekelasnya. 2 hari sebelum lo sms Kak Fitri”

“yah, gue telat dong? Kenapa lo baru bilang sih yan?”

“Gue aja baru tau tadi malem, itu juga dari temennya.”

Aku kesal mendengar hal itu. Aku putus asa! (lebe ya?). Impianku untuk
mengenali Kak Fitri.

Aku jadi lemas, sedih dan menyendiri setelah mendengar informasi dari
Levyan. Bahkan saat istirahat pun aku lebih berdiam diri di teras kelas,
menyandarkan punggungku pada sebuah tiang penyangga. Hal yang tidak di
duga-duga kemudian terjadi, Kak Fitri tiba-tiba berjalan ke arah kelasku. Aku
tidak tau tujuannya. Satu hal, aku senang karena di hari itu aku telah bertemu
dengannya. Saat melintasiku Kak Fitri tersenyum, seperti menyapa dengan
halus.

“manisnya” gumamku.

Saat pulang sekolah, aku tidak langsung pulang ke rumah., karena aku
mengikuti latihan upacara untuk kelasku yang mendapat giliran tugas menjadi
petugas upacara Senin depan. Aku ditugaskan menjadi pembaca teks UUD
1945. Saat latihan konsentrasiku sedikit, alhasil suka salah deh. Apalagi waktu
Sebatang Coklat

teman-temanku meledek Levyan yang sedang smsan dengan Kak Fitri. Jujur,
aku cemburu, konsentrasiku semakin buyar. Ingin rasanya cepat-cepat pulang
ke rumah, mengambil handphone dan meng-sms Kak Fitri untuk menyatakan
perasaanku. Niatan itu muncul di pikiranku.

Sore hari, sekitar jam 16.30 latihan upacara selesai. Aku bergegas pulang
ke rumah. Sesampainya di rumah aku mengambil handuk untuk pergi mandi.
Selesai mandi aku mengambil handphoneku dan berbaring di kasur
kesayanganku. Lelah rasanya, tapi jari-jariku tidak merasa lelah saat aku
menyuruh mereka menekan tombol demi tombol huruf dan angka untuk meng-
sms Kak Fitri. Seperti biasa, aku memulai smsku.

“Kak, lagi ngapain? Wkwk..”

Dan tidak lama Kak Fitri membalasnya.

“Lagi ngerjain PR, kenapa Ri?”

Sebenarnya aku ingin memberitahukan Kak Fitri tentang perasaanku.


Tapi niatan itu jadi hilang. Aku jadi ingat kalau Kak Fitri sudah punya pacar.
Akhirnya, aku putuskan untuk tidak membalas sms itu. Maaf ya Kak!

Malam harinya, jam 22.00 mataku belum bisa terpejam. Aku masih
kepikiran berita dari Levyan itu. Kubuka jendela kamarku. Kulihat ke atas
langit, banyak deh bintangnya.

“Kak Fitri itu kaya bintang, cuma bisa dilihat tapi nggak bisa diambil.”
kemudian kuambil secarik kertas dan sebuah pulpen dari rak bukuku. Sambil
melihat bintang di langit itu, kutulis semua yang ada di hatiku. Ini isinya.
Cahaya bintang mengelilingi air mataku..

Air mataku bercucuran melawan hembusan angin..

Dapatkah kau merasakannya?

Kesunyian bergetar untukmu..

  Aku melukismu diatas kertas putih..

Kehangatan senyummu membalut hatiku..

Apakah ini cinta?

Aku bisa melihatmu sekalipun mataku tertutup..


Sebatang Coklat

Aku akan menunggumu,  akan selalu menunggumu..

Aku takkan memperlihatkan air mataku lagi..

Kamu tau cinta ini salah..

Tapi, aku takkan melepaskannya..

karena itu kau..

Aku berjalan dalam kenangan kita..

Air mataku tumpah dihatiku..

Apa yang harus aku lakukan?

Kau selalu muncul di setiap mimpiku..

Lihatlah aku seperti bintang di langit..

Tak bisakah kau menjadi satu-satunya cinta di hatiku?

Aku nggak tau apa yang aku tulis. Disebut puisi, bukan,. Syair? Bukan
juga. Pantun? Hahaha, bukanlah. Itu hanya isi hatiku. Mulai saat itu aku mulai
memberi julukan “Bintang” untuk Kak Fitri.

Semenjak Levyan memberi tahuku bahwa Kak Fitri sudah punya pacar,
aku mengurangi niatku untuk lebih mengenali Kak Fitri, tapi aku masih sering
meng-smsnya. Kupikir melihat Kak Fitri dari jauh pun sudah cukuplah.

Hari Jumat, aku mengikuti latihan paskibra untuk memperingati HUT


Paskibra SMPku. Tetap tujuan utamaku ingin bertemu Kak Fitri. Hahaha.
Mengambil kesempatan dalam kesempitan, wk. Tapi saat itu aku malah tidak
melihatnya. Aku ingin bertanya pada yang lain, tapi aku malu, takut kalau
mereka berpikir yang lain. latihan dimulai dai jam 1 siang. Capek deh rasanya.
Sampai jam 3 sore kami baru istirahat.

“heh..heh..heh.. maaf ya aku telat!”

Suara Kak Fitri. Benar saja, Kak Fitri tiba-tiba datang sambil berlari. Aku
senang. Semangatku jadi tumbuh lagi. Kak Fitri memberikan suasana baru di
sesi latihan sore itu. Diakhir latihan, kami-anggota Paskibra-berkumpul
membahas HUT Pakibra besok. Rencananya akan diadakan acara tukar kado,
yang berisi makanan dengan harga diatas Rp 6.000.
Sebatang Coklat

“Dek, besok ada yang bawa coklat ya. Dari pada susah-susah mikir,
mending bawa coklat” ucap Kak Fitri memberi saran sambil bercanda.

“Dasar lo nya aja itu mah yang kepengen!” ucap Kak Tiwi, ketua
paskibara.

“Hahaha.. Tiwi tau aja nih”

Tapi aku menganggap ucapan Kak Fitri serius. Pulang dari latihan aku
langsung pergi kesebuah mini market di dekat rumahku. Membeli coklat dengan
harapan Kak Fitri yang akan mendapat cokalt itu besok. Aku sangat berharap
hal itu terjadi.

Hari Sabtu pun tiba. Pagi-pagi sekali aku mandi dan bersiap-siap pergi ke
sekolah. Tentu saja dengan semangat karena ingin bertemu Kak Fitri. Haha. Di
saat acara tukar kado, aku sangat antusias. Aku ingin Kak Fitri yang mendapat
cokaltku. Ingin sekali. Tapi sayang, bukan Kak Fitri yang mendapat coklatku
malah teman sekelasku. Kecewa saya.mungkin memang bukan waktuku, tapi
aku sangat ingin memberikan coklat ke Kak Fitri. Dengan harapan melalui
coklat itu Kak Fitri bisa tau gimana perasaan aku sebenernya.

Tapi aku bingung, apa alasan aku member coklat ke Kak Fitri? Gimana
pula caranya? Aku tau pacar Kak Fitri pasti akan marah jika mengetahui
pacarnya dikasih coklat sama orang lain.

Suatu hari di tanggal 23 Mei 2010, aku mendapatkan cara dan alasan
untuk memberikan Kak Fitri coklat. Di hari itu aku melihat status di
facebooknya Kak Fitri

“MotoGp minggu ini Lorenzo yang jadi pole position. Yaeh!”

Aku langsung meng-sms Kak Fitri detik itu juga.

“Wah, Lorenzo di pole sosition nih..wkwk.. Tapi tetep The Doctor pasti
menang. Haha”

“Ah, nggak boleh itu. Lorenzo pasti menang. Rossi mah kalah aja deh.
Haha”

“Ah, liat aja nanti. Rossi pasti menang. Saya jamin! wkwk”

“Oke, liat aja nanti! ;)”


Sebatang Coklat

“Kalau sampe Lorenzo menang saya kasih kakak coklat deh.. wkwk”

“Okelah, hahaha. Tapi kalau kalah gimana nih?”

“ya nggak di apa-apain ;)”

Lewat taruhan MotoGp. Dengan alasan taruhan aku bisa memberi Kak
Fitri coklat.

Malam harinya siaran MotoGp ditanyangkan. Jam 19.00 race di kelas


MotoGp dimulai dengan Jorge Lorenzo sebagai peraih pole position dan
Valentino Rossi mengikuti dibelakangnya. Di race-race awal jarak antara Jorge
Lorenzo dan Valentino Rossi masih dekat. Aku takut. Bukan takut kalah, tapi
aku takut kalau aku menang dan nggak bisa ngasih Kak Fitri coklat. Di race-
race pertengahan persaingan semakin ketat, tapi mendekati akhir race jarak
Lorenzo dan Rossi menjauh. Lorenzo memimpin. Aku senang. Aku segera
mengambil kunci motorku dan pergi ke sebuah mini market untuk membeli
coklat. Sepulangnya dari mini market, kubuka handphoneku, ternyata ada sms
dari Kak Fitri.

“Ri, besok jangan lupa coklatnya ya! Hahaha ;)”

Sesuai dugaanku. Lorenzolah yang menang. Akhirnya, aku dapat waktu


yang tepat untuk memberi Kak Fitri coklat.

“Oke kak. Tunggu besok ya”

“Eh..eh.. Nggak kok. Saya Cuma bercanda tadi, jangan dianggap serius”

Mungkin Kak Fitri merasa nggak enak sama aku.

“Yah, tapi kak saya udah terlanjur beli coklatnya nih..wkwk” balasku
meyakininya.

“Ya udahlah. Terserah kamu aja..wkwk”

Malam itu aku sangat senang. Nggak sabar deh nunggu besok. Haha.

Senin pagi saat jam istirahat, seperti biasa aku duduk di teras kelasku.
Menunggu Kak Fitri yang biasanya melewati kelasku jika ingin ke kantin.
Benar saja, waktu itu Kak Fitri melewati kelasku. Aku gugup saat akan
memberikan coklat itu. Nyaliku ciut. Padahal dari rumah aku telah bertekad
akan memberikan langsung padanya. Ternyata tekad itu berubah. Aku takut
Sebatang Coklat

kalau nanti aku gugup berhadapan dengannya. Akhirnya aku menyuruh


temanku, Ahmad untuk memberikannya. Saat Ahmad memberikan coklat itu,
aku membelakangi meeka. Aku tidak ingin melihatnya. Aku juga tidak
mendengar bagaimana pembicaraan Ahmad dengan Kak Fitri saat memberikan
coklat itu. Aku hanya mendengar dengan samar-samar.

“Kak Fitri, nih dari Ari. Katanya Rossi kalah.”

“Eh, apaan nih? Nggak kok, cuma bercanda kemaren tuh.”

Hanya itu. Selebihnya, aku tidak mengetahui.

Setelah Ahmad memberikan coklat itu, aku masuk ke kelas. Ahmad


mengikutiku. Di kelas Ahmad menceritakan kejadian itu. Di tengah-tengah
pembicaraan kami, handphone Ahmad bergetar. Ada sms, sms dari Kak Fitri.

“Ahmad, bilangin makasih banyak ke Ari. Beneran, saya nggak enak


sama dia. Ini kan sama aja taruhan”

Aku dan Ahmad membacanya bersama-sama. Kemudian Ahmad


menyerahkan handphone kepadaku. Menyuruhku membalas sms itu.

“Kak, ini saya Ari. Sama-sama Kak. Gapapa kok. Emang sih tadinya
buat taruhan, tapi saya kasih itu buat Kakak kok, bukan karena taruhan Kak 
” balasku

“bener nih Ri?Saya tetep nggak enak sama kamu”

“BENERAN kak! Hehehe. Udah ya kak, udah masuk nih kelas


saya..wkwk”

Aku mengakhiri smsku supaya Kak Fitri tigak merasa nggak enak lagi
denganku. Aku senang. Bulan Mei sangat memberikanku kenangan
menyenangkan. Meskipun begitu, aku masih takut jika suatu saat pacar Kak
Fitri tahu niat dan maksudku yang sebenarnya. Aku memberikan coklat ke Kak
Fitri bukan karena taruahan, tapi aku ingin Kak Fitri menyadari bagaimana
perasaanku terhadapnya. Semoga saja.

“Gue cuma mau Kak Fitri tau, gue sayang sama dia!”

Hanya itu harapanku. Satu harapan yang sangat berarti bagiku.


Sebatang Coklat

Anda mungkin juga menyukai