Anda di halaman 1dari 4

BAB 5

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI


DALAM ISLAM

I. Konsep Iptek dalam Islam


a. Definisi Ipteks (ilmu pengetahuan dan teknologi )
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indra,
intuisi dan firasat. sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklarifikasi,
diorganisasi, disistemisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif,
sudah diuji kebenarannya dan diuji ulang secara ilmiah.
Istilah pengetahuan dan ilmu dipahami masyarakat umum menjadi satu istilah baku
yaitu ilmu pengetahuan atau sains, yang dapat didefinisikan sebagai himpunan pengetahuan
manusia yang dikumpulkan melalui suatu proses pengkajian dan dapat diterima rasio(masuk
akal). Sains mempunyai tiga karakteristik yaitu obyektif, netral, bebas nilai. Namun dalam
pemikiran Islam sains tidak boleh bebas, baik nilai lokal maupun universal.
Teknologi merupakan hasil dari ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Teknologi mempunyai karakteristik obyektif dan netral. Teknologi dapat
membawa dampak positif dan negatif,tergantung bagaimana kita memanfaatkan teknologi
untuk kesejahteraan atau kehancuran manusia itu sendiri (netralitas teknologi).
Seni adalah hasil ungkapan jiwa, akal dan budi manusia dengan segala prosesnya.
Hasil seni menjadi bagian dari budaya manusia. Dalam ajaran Islam wahyu dan akal, agama
dan ilmu harus sejalan tidak boleh dipertentangkan karena hakikat agama dan wahyu adalah
membimbing ilmu dan mengarahkan akal.

b. Syarat-syarat ilmu
Dalam sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus di bandingkan dengan pengetahuan.
Suatu pengetahuan bisa dikategorikan ilmu apabila tiga unsur pokok, sebagai berikut:
1. Ontologi, artinya bidang yang bersangkutan memiliki obyek studi yang jelas. Obyek
studi harus dapat diidentifikasi, dapat diberi batasan, dapat diuraikan, sifat–sifat yang
esensial. Obyek studi sebuah ilmu ada dua yaitu material dan obyek formal.
2. Epistemologi, artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode kerja yang
jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu metode deduksi, induksi, dan
edukasi.

1
3. Aksiologi, artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau
kemanfaatannya, dapat menunjukkan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum, generalisasi,
kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis,
dan koheren.

c. Sumber Ilmu Pengetahuan


Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Ilmu dalam
pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge), tingkat kebanarannya
bersifat mutlak (absolute), karena bersumber dari wahyu Allah, dan ilmu yang bersifat
peroleh (acquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena
bersumber dari akal pikiran manusia. Dalam prespektif Islam, ilmu pengatahuan , teknologi
dan seni merupakan hasil pengembangan potensi manusia yang diberikan Allah berupa akal
dan budi.

II. Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal


Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
terdapat hubungan yang terintegrasi ke dalam suatu system yang disebut dinul Islam.
Didalamnya terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah, dan akhlaq, dengan kata
lain iman, ilmu, dan amal shalih.
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya dapat tergambar
dalam keutuhan inti ajarannya. Tiga inti ajaran Islam yaitu iman, Islam dan ikhsan (dinul
Islam). Dalam surat QS 14 (Ibrohim) : 24-25 dinyatakan:

Artinya : (24). Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik (dinul islam) seperti pohon yang baik, akarnya teguh (menghujam ke
bumi) dan cabangnya (menjulang) ke langit, (25). pohon itu memberikan buahnya pada setiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.

III. Keutamaan Orang Berilmu


Perkembangan Ipteks yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai
ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam

1
lingkungannya bahkan akan menimbulkan mala petaka bagi kehidupannya sendiri. Manusia
sebagai makhluk yang sempurna, karena dibekali seperangkat potensi(akal).akal berfungsi
untuk berfikir yang menghasilkan ilmu pengetahuan, tenologi, dan seni.
Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT,akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia dan
lingkungannya. Allah berjanji dalam QS 58 (al Mujadilah):11:

Artinya : “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Dalam bagian awal kitab Ihya’ Ulumuddin, Al Ghozali memulai dengan keterangan
tentang keutamaan ilmu dan pembelajaran. Beliau memberi pernyataan bahwa makhluk yang
mulia dimuka bumi adalah manusia, sedangkan bagian tubuh yang paling mulia adalah
hatinya. Guru sibuk menyempurnakan, mengagumkan, mensucikan, serta menuntunnya agar
selalu dekat kepada Allah SWT. Mengajarkan ilmu bukan hanya termasuk aspek ibadah
melainkan juga termasuk khalifah Allah SWT, karena hati orang yang berilmu telah dibuka
oleh Allah SWT untuk menerima dan mengamalkan ilmu.
Menjelaskan keutamaan-keutamaan orang berilmu, Al Ghozali mengatakan barang
siapa berilmu, membimbing manusia, dan memanfaatkan ilmunya pada orang lain,bagaikan
matahari yang menerangi dirinya juga menerangi orang lain.beliau menambahkan bahwa
seluruh manusia akan binasa, kecuali orang-orang berilmu, orang-orang berilmu akan celaka
kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya, dan orang-orang yang mengamalkan
ilmunyapun akan binasa kecuali orang yang ikhlas.

IV. Tanggung Jawab Para Ilmuwan Terhadap Alam

Alam di ciptakan untuk kehidupan manusia. Untuk menggali potensi alam dan
memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang-orang yang
memiliki ilmu pengetahuan yang cukuplah atau para ilmuan dan para intelektual yang
sanggup mengeksplorasi sumber alam ini. Oleh sebab itu tanggung jawab kekhalifahan
banyak tertumpu pada para ilmuan dan para cendikiawan.

Ada dua fungsi utama manusia didunia yaitu:

1
1. Sebagai ABDUN (hamba Allah SWT), esensi abdun adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan AllahSWT.
2. Sebagai KHALIFAH (wakil), tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan
sosial maupun lingkungan alam. Manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi,
menggali sumber daya, serta memanfaatkannya. Tetapi manusia harus sadar bahwa
potensi sumberdaya alam ini akan habis terkuras untuk memenuhi kebutuhan manusia
apabila tidak dijaga keseimbangannya dan dikelola dengan baik.

Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak di sebabkan oleh manusia yang tidak
menjaga amanat Allah SWT sebagai khalifah yang bertugas menjaga kelestarian alam ini.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS 30 (ar Ruum) :41 :

Artinya : ” (41). Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Perpaduan antara ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung (fungsi


sebagai Abdun) maupun ketaatan terhadap sunahtullah “hukum alam” di alam ini (fungsi
sebagai Khalifah) akan mewujudkan manusia yang ideal yaitu manusia yang selamat di dunia
dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai