ِ ن الّتَبّت
ل ْع
َ سّلَم َنَهى
َ عَلْيِه َو
َ ل
ُّ صّلى ا
َ ل
ِّ ي ا
ّ ن َنِب
ّ َأ
“Bahwa Nabi SAW telah melarang hidup membujang.” (HR Ahmad no.
19329)
Tabattul maknanya adalah memutuskan untuk tidak menikah (memutuskan untuk
terus membujang) dan menjauhkan diri dari kenikmatan pernikahan, semata-mata
untuk focus beribadah saja.(Sistem Pergaulan dalam Islam hal. 176, Faidhul
qadhir 6/393)
Selain itu terdapat hadist dari Abu Yahya, Nabi bersada:
جاٌء
َ صْوِم َفِإّنُه َلُه ِو
ّ طْع َفَعَلْيِه ِبال
ِ سَت
ْ ن َلْم َي
ْ ج َوَم
ْ ع ِمْنُكْم اْلَباَءَة َفْلَيَتَزّو
َ طا
َ سَت
ْ نا
ْ ب َم
ِ شَبا
ّ شَر ال
َ َيا َمْع
Artinya: Wahai para pemuda siapasaja yang mampu dari kalian maka
menikahlah dan jika tidak mampu (hendaklah) baginya berpuasa, karena puasa
baginya adalah perisai (Hr. Bukhari no. 4677 dan Muslim no. 2486)
Atas dasar ini maka dakwah tidaklah dapat menjadi alasan mubahnya
untuk membujang. Maka apabila seseorang pengemban dakwah yang mampu
secara ekonomi namun tidak menikah maka dia telah melakukan kemakruhan.
Sedangkan apabila memang dia tidak mampu untuk menikah maka mubah
baginya untuk membujang.
Namun yang perlu diingat bahwa seseorang harus yakin bahwa Allah
SWTlah yang Maha mengatur rizki. Bahkan Allah SWT berfirman:
ضِلِه
ْ ن َف
ْ ل ِم
ُّ ن َيُكوُنوا ُفَقَراَء ُيْغِنِهُم ا
ْ عَباِدُكْم َوِإَماِئكُْم ِإ
ِ ن
ْ ن ِم
َ حي
ِ صاِل
ّ لَياَمى ِمْنُكْم َوال
َْ حوا ا
ُ َوَأْنِك
عِليٌم
َ سٌع
ِ ل َوا
ُّ َوا
“Ada tiga golongan orang yang wajib bagi Allah untuk menolong mereka:
mukâtab (budak yang mempunyai perjanjian dengan tuannya untuk menebus
dirinya sehingga merdeka) yang ingin membayar tebusan dirinya, seorang
mujahid (yang sedang berperang) di jalan Allah; orang yang menikah karena ingin
menjaga kehormatan; dan (HR al-Hâkim dan Ibn Hibbân)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Dari Anas r.a. berkata: “Rasulullah saw. memerintahkan kami dengan “ba-ah”
(mencari persiapan nikah) dan melarang membunjang dengan larangan yang
sesungguhnya seraya bersabda: “Nikaihi wanita yang banyak anak dan yang
banyak kasih sayang. Karena aku akan berlomba dengan jumlah kamu terhadap
para nabi pada hari kiamat.” (Imam Ahmad, dishahihkan Ibnu Hibban. Memiliki
“syahid” pada riwayat Abu Dawud, An-Nasaai dan Ibnu Hibban dari hadits
Ma’qil bin Yasaar)
Dari Abdullah berkata: Rasulullah saw. bersabda kepada kami: “Wahai para
pemuda, barangsiapa dari kalian yang memiliki kemampuan, maka hendaklah ia
menikah. Karena sesungguhnya menikah itu akan menundukkan pandangan dan
memelihara farji (kemaluan). Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia
berpuasa. Karena puasa itu merupakan benteng baginya. (Imam Muslim)