x Fp
Î
x Fp
Ct = Ca +Cb
Keterangan:
Ca = Klorofil a (mg/g) D645 = Absorbansi pada Ä 645 nm
Cb = Klorofil b (mg/g) Vs = Volume sampel (ml)
Ct = Klorofil total Ws = Berat sampel (g)
D663 = Absorbansi pada Ä 663 nm Fp = Faktor pengenceran
&()* ##
+ + ,- '' %
( .
Sebanyak 5 gram sampel dihomogenisasi dengan aseton dan ditambah CaCO3,
kemudian disaring vakum selama 3 kali. Filtrat digabungkan dalam labu pemisah
dan dicampur dengan 30 ml Petroleum eter (PE). Kemudian ditambah air bebas
ion untuk mempercepat pelarutan komponen klorofil dalam PE. Lapisan PE
dikumpulkan dan dilarutkan secara volumetric sampai 50 ml, kemudian
dikeringkan dengan gas N2. Sampel dilarutkan dalam 2-4 ml aseton untuk
persiapan analisis HPLC.
&()*
Sistem HPLC yang digunakan adalah model 510 Waters yang dilengkapi
chromatopac Shimadzu dengan kolom C-18 sebagai fase diam serta metanool-
asam asetat (75:25) pada reservoir A dan etil asetat pada reservoir B sebagai fase
geraknya. Detektor yang digunakan adalah detector uv-vis. Laju aliran 1 ml/menit.
|Sumber :
Feruzzi MG, Falita MI dan Schwarts SJ. 2001. Assessment of degradation ang
intestinal cell uptake of carotenoid and chlorophyll derivates from spinach
puree using an in vitro digestion and Caco2 human cell model. V
. 49:2082-2089
Hendriyani D. 2003. Kajian bioavailabilitas klorofil bubuk daun cincau hijau
(
L. Merr) pada hati dan plasma tikus ( )
[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institur pertanian Bogor
( (/ 0 /
/