Anda di halaman 1dari 7

1

SKENARIO PIHAK ASING DI BALIK TEROR BOM DI INDONESIA

Oleh Dr.Gazalba Saleh, S.H., M.H.

(Doktor Ilmu Hukum UNPAD, Dosen, Praktisi dan Analis Hukum dan Politik)

Pemburuan Densus 88 terhadap orang-orang yang diduga teroris

pasca tertembaknya Noordin M. Top belumlah berakhir. Kali ini kakak

beradik, Syaifuddin Zuhri dan Syahril, tewas diterjam timah panas

anggota Densus 88, di sebuah rumah kost yang berada di kawasan

Ciputat, Banten (Sabtu, 9/10). Pihak kepolisian, sudah lama mengincar

kedua bersaudara ini karena diduga keras turut terlibat dalam

merencanakan peledakan bom di hotel J.W. Marriot, Ritz Carlton dan Mega

Kuningan.

Orang-orang lokal yang terlibat dalam jaringan teroris termasuk

Syaifudin dan Syahril ini hanyalah pion-pion yang digerakkan oleh pihak-

pihak tertentu yang memiliki agenda utama untuk menghancurkan

kredibilitas (pemerintah) Indonesia di mata internasional. Pihak-pihak

tertentu tersebut bisa berupa negara asing, lembaga internasional dan

kombinasi keduanya atau dapat pula pihak rezim masa lalu. Dengan
2

demikian, motif para teroris yang meledakkan bom di Bali dan Jakarta

tidak dapat dilihat hanya dari sisi kegeraman mereka terhadap kebijakan

Amerika Serikat dan sekutunya di beberapa negara Islam.

Doktrin Rektrutmen

Mati syahid dalam melawan dan menghancurkan musuh-musuh

Islam merupakan doktrin formal yang selalu dipropogandakan oleh teroris

dalam mengrekrut orang-orang yang dapat membantu dan terlibat

langsung dalam menjalankan misinya. Bagi kalangan orang muda yang

masih memiliki idealisme terhadap agamanya, doktrin seperti ini

merupakan “nyanyian merdu” yang perlu didukung dan ditindaklanjuti.

Maka tidak mengherankan jika kemudian anak-anak muda termakan

dengan doktrin tersebut sehingga relah menjadi pengantin dan

pendukung pengantin dalam peledakan bom di Jakarta dan Bali. Padahal,

bisa jadi pihak-pihak dibalik penyandang dana kegiatan teroris di

Indonesia hanyalah berkedok dibalik doktrin rekrutmen tersebut tetapi

sebenarnya motifnya tidak semata-mata untuk menghancurkan musuh-

musuh Islam. Kondisi hubungan Barat versus Islam yang kurang

bersahabat hanyalah dijadikan entry point untuk menjustifikasi

perbuatannya sehingga anak-anak muda yang idealis tersebut relah

menjadi bagian dari jaringannya. Hal seperti ini tentunya tidak disadari

oleh kalangan muda kita, baik yang telah tewas dalam pemboman,

ditembak oleh Densus 88 maupun yang masih buron. Jadi sebenarnya

mereka bukanlah semata-mata pelaku, tetapi juga sebagai korban dari

kelaliman pihak-pihak yang berhati Marchiavelli. Untuk itu, masyarakat


3

harus bersikap arif dalam menerima jasad mereka untuk dikubur sesuai

dengan wasiat atau keinginan keluarganya. Sebab mereka bisa

bermetafora menjadi teroris dapat pula disebabkan oleh lingkungan yang

tidak agamis, pola dan prilaku masyarakat yang menyimpang dari ajaran

agama, media yang terlalu vulgar dan lain-lain, sehingga memacu mereka

untuk berjihad versi mentornya.

Skenario Asing

Tidak dapat dipungkiri bahwa seringnya bom meledak di Indonesia

disamping menimbulkan korban nyawa warga negara asing dan WNI, juga

membuat image negatif bagi Indonesia karena dianggap tidak aman

sehingga turis dan investor asing enggan datang. Jadi setiap terjadi bom,

maka ekonomi Indonesia melamban. Semakin seringnya terjadi bom,

maka kepercayaan asing terhadap Indonesia semakin berkurang pula

sehingga lama-kelamaan Indonesia bukan menjadi tempat yang menarik

untuk pariwisata dan penanaman modal asing. Jika ini terjadi, maka

pertumbuhan ekonomi semakin terpuruk dan yang paling merasakan

dampaknya tentu umat Islam sebagai penduduk mayoritas di negeri ini.

Jadi, skenario munculnya serangkaian ledakan bom di Indonesia

harus dilihat dalam perfektif yang lebih luas dan mendalam. Berdasarkan

pengakuan dari Amrozi Cs bahwa alasan utama meledakkan bom yakni

untuk menghancurkan reputasi Pemerintah AS (khususnya rezim

Presiden George W. Bush) di Luar negeri karena telah melakukan

serangkaian kebijakan yang merugikan umat Islam di banyak negara,

seperti di Irak, Afganistan, Palestina, dan lain-lain. Sebagai sasarannya


4

yakni asset bisnis dan warga negara AS serta sekutu-sekutunya (Inggris,

Perancis, Australia, dan lain-lain). Dari beberapa peledakan yang

dilakukannya, memang ada warga negara AS dan sekutunya yang

menjadi korban berikut dengan assetnya, namun itu hanya bersifat

temporari belaka. Jika misi seperti ini yang ingin dicapai oleh Dr.

Anshary, dkk, maka tujuan itu tidaklah terlalu signifikan merugikan AS

dan sekutu-sekutnya karena hanya dilakukan di luar negara AS dan di

suatu negara yang tidak terlalu banyak berkonsentrasi warga negara AS

dan sekutunya. Berbeda kalau itu dilakukan di dalam negeri AS dan

diberbagai negara yang terdapat asset dan komunitas warga negara AS

yang besar. Justru pengeboman yang dilakukan oleh Dr. Anshary, dkk di

Indonesia lebih menimbulkan kerugian yang mendalam bagi umat Islam di

Indonesia itu sendiri. Kerugian tersebut dapat berupa : (1) Image umat

Islam Indonesia tercoreng karena bombers berasal dari orang Islam

Indonesia; (2) Ustadz dan jamaah penggiat serta pengkaji Islam

terganggu karena ada kesan mereka disamakan dengan teroris hanya

karena adanya kesamaan fisik dan asesoris belaka; (3) Dapat mengurangi

semangat kaum muda untuk menpelajari Islam lebih mendalam karena

takut dicap sebagai bagian dari teroris ; (4) Dapat mengurangi

kepercayaan orang tua untuk menyekolahkan adanya di pesantren,

karena ada kesan bahwa pesantren dan orang-orang santri adalah sarang

teroris; (5) Semangat dan nilai-nilai Islami sulit untuk diimplementasikan

baik secara formal maupun non formal karena adanya kesan

pengidentikan Islam dengan teroris.


5

Fundamentalnya dampak yang ditimbulkan terhadap umat Islam

Indonesia terhadap perbuatan yang dilakukan Dr. Ashari dan Noordin M.

Top maka menimbulkan pertanyaan, apakah memang benar misi Dr.

Anshary, dkk hanya untuk membalas kebijakan Amerika yang kontra

terhadap beberapa negara-negara Islam ataukah ada agenda lain yang

tersebunyi (hidden agenda) ? Penulis melihat bahwa misi Dr. Ashary,

Noordin M. Top dan jaringannya sangatlah bias. Bisa jadi misi utamanya

untuk memberi pelajaran AS tetapi tidak memikirkan kerugian yang

dialami oleh umat Islam di Indonesia. Bisa pula misi untuk memporak-

porandakan kepentingan AS di Indonesia hanyalah misi kamuflase belaka

tetapi lebih dari itu misi utamanya yakni untuk menghancurkan citra

Indonesia di luar negeri. Penghancuran citra bisa menjadi alasan pula

karena setiap terjadi pengeboman di Indonesia, maka negara AS,

Australia dan beberapa negara di Eropa seringkali mengeluarkan Travel

Warning (TW) bagi warga negaranya yang akan berkunjung ke Indonesia.

Seharusnya tidak selayaknya dilakukan karena Indonesia korban dari

kebijakan AS dan sekutu-sekutunya sendiri. Jika mereka selalu

mengeluarkan TW pada waktu terjadi ledakan bom maka pada dasarnya

mereka telah mendukung kegiatan teroris yang memang menghendaki

ketakutan di tengah masyarakat.

Negara Asing Menari

Pihak-pihak asing atau negara apakah yang menari-nari jika

Indonesia semakin terpuruk ? Pertama, Israel. Seperti diketahui Indonesia

merupakan pendukung abadi Palestina. Indonesia tidak relah jika tanah


6

Palestina dikuasai oleh Israel. Oleh karena itu Indonesia melakukan

berbagai cara untuk membantu perjuangan rakyat Palestina dalam

melawan imprealisme Israel, termasuk mengukuhkannya dalam UU No.

37 Tahun 1999 dan UU No. 24 Tahun 2000, yang intinya menyatakan

bahwa Indonesia tidak mau mengadakan hubungan diplomatik dan tidak

mengakui negara Israel sepanjang masih menjajah Palestina. Sikap keras

yang diperlihatkan oleh Indonesia bisa jadi sebagai alasan zionisme Israel

untuk melakukan Kick back dalam berbagai cara termasuk mendanai aksi

teror di tanah air.

Kedua, Australia. Semakin terpuruknya ekonomi Indonesia maka

mengurangi potensi ancaman militer bagi Australia. Negara Kanguru ini

selalu dibayang-banyangi munculnya kekuatan militer Indonesia yang

berpotensi mencaplok wilayah koloni Inggris tersebut.

Ketiga, Malaysia. Indonesia tidak dapat mengembangkan

pertahanan dan keamanan yang memadai jika ekonomi Indonesia

terpuruk. Rapuhnya militer Indonesia, maka membuat Malaysia leluasa

melakukan klaim-klaim sepihak terhadap wilayah laut, darat dan udara

milik Indonesia.

Keempat, negara dan lembaga keuangan internasional yang selalu

standby memberikan pinjaman dan bantuan yang mengikat sehingga

Indonesia tidak mempunyai lagi kedaulatan ekonomi. Semakin seringnya

ekonomi Indonesia terpuruk maka semakin menyenangkan bagi mereka

karena Indonesia semakin tergantung pada pinjaman dan bantuan dari

mereka. Pada akhirnya mereka dapat menyetir Indonesia sesuai yang

mereka inginkan dan keadaan seperti inilah yang saat kita rasakan
7

bersama. Jadi dengan demikian yang kita harus lawan bukan hanya

terorisnya tetapi pihak atau negara asing yang berada dibelakang teroris

tersebut.***

Anda mungkin juga menyukai