(Doktor Ilmu Hukum UNPAD, Dosen, Praktisi dan Analis Hukum dan Politik)
merencanakan peledakan bom di hotel J.W. Marriot, Ritz Carlton dan Mega
Kuningan.
Syaifudin dan Syahril ini hanyalah pion-pion yang digerakkan oleh pihak-
kombinasi keduanya atau dapat pula pihak rezim masa lalu. Dengan
2
demikian, motif para teroris yang meledakkan bom di Bali dan Jakarta
tidak dapat dilihat hanya dari sisi kegeraman mereka terhadap kebijakan
Doktrin Rektrutmen
menjadi bagian dari jaringannya. Hal seperti ini tentunya tidak disadari
oleh kalangan muda kita, baik yang telah tewas dalam pemboman,
harus bersikap arif dalam menerima jasad mereka untuk dikubur sesuai
tidak agamis, pola dan prilaku masyarakat yang menyimpang dari ajaran
agama, media yang terlalu vulgar dan lain-lain, sehingga memacu mereka
Skenario Asing
disamping menimbulkan korban nyawa warga negara asing dan WNI, juga
sehingga turis dan investor asing enggan datang. Jadi setiap terjadi bom,
untuk pariwisata dan penanaman modal asing. Jika ini terjadi, maka
harus dilihat dalam perfektif yang lebih luas dan mendalam. Berdasarkan
temporari belaka. Jika misi seperti ini yang ingin dicapai oleh Dr.
yang besar. Justru pengeboman yang dilakukan oleh Dr. Anshary, dkk di
Indonesia itu sendiri. Kerugian tersebut dapat berupa : (1) Image umat
karena adanya kesamaan fisik dan asesoris belaka; (3) Dapat mengurangi
karena ada kesan bahwa pesantren dan orang-orang santri adalah sarang
Noordin M. Top dan jaringannya sangatlah bias. Bisa jadi misi utamanya
dialami oleh umat Islam di Indonesia. Bisa pula misi untuk memporak-
tetapi lebih dari itu misi utamanya yakni untuk menghancurkan citra
yang diperlihatkan oleh Indonesia bisa jadi sebagai alasan zionisme Israel
untuk melakukan Kick back dalam berbagai cara termasuk mendanai aksi
milik Indonesia.
mereka inginkan dan keadaan seperti inilah yang saat kita rasakan
7
bersama. Jadi dengan demikian yang kita harus lawan bukan hanya
terorisnya tetapi pihak atau negara asing yang berada dibelakang teroris
tersebut.***