Anda di halaman 1dari 3

Pengobatan

Berdasarkan literatur, pengobatan terhadap pasien yang mengalami neuropati optik


nutrisional tidak spesifik. Beberapa penulis telah berhasil merangkum beberapa regimen
pengobatan.

 Perbaikan gizi merupakan kuncinya, karena defisiensi gizi merupakan penyebab


tersering pada beberapa pasien. Diet seimbang yang tinggi protein, juga harus
dilengkapi dengan pemberian vitamin B-kompleks. Beberapa mempercayai bahwa
thiamin juga dapat membantu pemulihan, terutama pada pasien yang kecanduan alkohol
ataupun tembakau.
 Suntikan hidroksokobalamin telah berhasil mengobati pasien dengan ambliopia akibat
tembakau, meskipun pada pasien itu tetap merokok.
 Perlu ditekankan kepada pasien untuk berhenti atau mengurangi kebiasaan merokok
ataupun konsumsi alkohol dalam masa pemulihan. Serta dapat dikombinasikan dengan
perbaikan gizi melalui asupan makanan ( sayuran yang berwarna hijau dan buah setiap
hari ) dan suplemen vitamin. Dapat pula diberikan pengobatan spesifik meliputi
pemberian thiamin 100 mg oral, asam folat 1 mg oral, dan tablet multivitamin setiap hari
serta menghindari agen penyebab seperti tembakau dan alkohol.
 Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan pada pasien dengan anemia pernisiosa.
Namun bila lapisan serabut saraf telah rusak maka pengobatan akan sia-sia.

Sedangkan untuk kasus neuropati toksik, pengobatannya lebih spesifik. Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi dan menghilangkan penyebabnya.

 Selain menghentikan pemakaian obat, tidak ada pengobatan khusus yang tersedia untuk
neuropati optik akibat pemakaian etambutol. Jika ini telah dilakukan, kebanyakan pasien
akan sembuh dalam waktu beberapa minggu atau beberapa bulan. Namun pernah
dilaporkan bahwa ketajaman penglihatan masih mungkin menurun atau gagal walaupun
pemakaian obat telah dihentikan, ini terjadi jika kerusakan cukup parah.
 Untuk isoniazid, ketajaman penglihatan juga dapat meningkat apabila pemakaian obat ini
dihentikan. Pada beberapa pasien, pemakaian piridoksin dapat membantu menghilangkan
toksisitas dari isoniazid. Karena isoniazid dan piridoksin biasa digunakan bersama-sama
dalam pengobatan tuberkulosis dan keduanya dapat menyebabkan neuropati optik toksik.
Harus diingat jika menghentikan pemakaian salah satu obat tidak berhasil memperbaiki
tajam penglihatan pasien, maka pemakaian kedua obat tersebut harus dihentikan.
 Jika diagnosis neuropati optik ditegakkan terhadap pasien yang mengkonsumsi isoniazid
dan etambutol, maka pemakaian etambutol harus dihentikan terlebih dahulu. Jika
gangguan tajam penglihatan masih tetap ada maka pemakaian isoniazid juga harus
dihentikan.
 Pemakaian amiodarone harus dihentikan ( di konsultasi dengan ahli jantung ) jika
terdapat bukti yang meyakinkan bahwa obat tersebut menyebabkan neuropati optik
toksik. Dapat terjadi gejala gangguan penglihatan disertai pembengkakan diskus optikus
secara bertahap selama beberapa bulan, jarang yang terjadi secara langsung. Sebaliknya,
gangguan hilang penglihatan telah dilaporkan dapat terjadi menetap meskipun
pemakaian obat telah dihentikan dengan pembengkakan diskus optikus yang berkembang
menjadi saraf optik yang berwarna pucat. Dengan catatan bahwa pada beberapa pasien
telah terjadi pembengkakan diskus optikus dan neuropati optik setelah pemakaian obat
dihentikan.

Pada pasien dengan neuropati optik toksik maupun nutrisional harus di observasi selama
4-6 minggu, dan masa pemulihan tergantung dari setiap pasien yaitu sekitar 6-12 bulan. Dan
harus diperiksa tajam penglihatan, penglihatan warna, lapang pandang, keadaan pupil dan saraf
optik untuk setiap pasien.

Pencegahan

 Pasien yang sedang dalam pemakaian obat etambutol ataupun isoniazid merupakan
indikasi untuk menjalani pemeriksaan oftalmologi sebelum dilakukan pengobatan
dengan obat-obat tersebut dan harus kontrol secara rutin selama pasien tersebut masih
memakai obat-obat tersebut untuk mendeteksi adanya neuropati optik toksik segera
mungkin. Pasien juga harus dijelaskan bila terjadi gejala berkurangnya tajam
penglihatan harus segera mencari bantuan medis.
 Setiap pasien yang sedang dalam pengobatan dengan amiodarone juga harus dilakukan
pemeriksaan oftalmologi sebelum pemakaian obat tersebut dimulai. Dan harus rutin
dievaluasi setiap 6 bulan.
 Pasien juga harus menghentikan ataupun mengurangi kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol.

Komplikasi

Tidak ada komplikasi yang berhubungan dengan pengobatan tersebut. Komplikasi yang
dapat terjadi bila pengobatan tidak dijalani dengan baik adalah menurunnya penglihatan bilateral
tetapi tidak sampai terjadi kebutaan total.

Prognosis

 Pada pasien dengan neuropati optik nutrisional yang telah mendapat regimen pengobatan
dan meskipun telah terjadi hilangnya penglihatan, prognosis masih baik, kecuali pada
kasus-kasus yang berlangsung kronis. Namun tingkat pemulihan bervariasi dari beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Prognosis juga lebih baik jika pengobatan dimulai sejak
bulan pertama setelah timbulnya gejala. Ketajaman penglihatan cenderung pulih terlebih
dahulu sebelum pulihnya penglihatan warna. Ketika pemulihan telah sempurna, jarang
terjadi kekambuhan. Pada kasus yang jarang, pernah dilaporkan dapat terjadi perbaikan
tajam penglihatan secara spontan.
 Pada neuropati optik toksik, bila agen toksik yang menyebabkannya dihentikan maka
penglihatan biasanya akan kembali normal dalam beberapa hari hingga beberapa minggu.
Namun hal ini sebagian besar tergantung dari sifat serta lamanya pemaparan agen toksik
yang menyebabkannya.

Anda mungkin juga menyukai