PENDAHULUAN
1970 sampai dengan tahun 1975-an dan tahun 1980, Program Keluarga Berencana
(KB) ini sebagai gerakan masyarakat pada tahun 1980 sampai tahun 1990. Keluarga
keluarga sejahtera pada tahun 1990-an, Keluarga Berencana (KB) sebagai persiapan
SDM Potensial yang kompetitif dan produktif dalam rangka mendukung Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera pada tahun 2000 sampai sekarang (KB Era Baru).
(www.bkkbn.go.id).
masa yaitu sejak tahun 1970 sampai dengan tahun tahun 2000 (era baru). Berikut ini
Berencana tahun 1990 – 1999 KB sebagai cara hidup dalam rangka pembangunan
keluarga sejahtera, dan Keluarga Berencana Tahun 2000 (era baru) persiapan
(KB) adalah suatu upaya atau tindakan yang membantu individu atau pasangan
1
2
dengan umur suami-istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto,
1996).
Tujuan dari Program Keluarga Berencana (KB) ini adalah untuk membantu
pasangan atau individu dalam mencapai reproduksi secara bertanggung jawab dalam
tidak diinginkan serta dapat mengurangi angka kesakitan maupun angka kematian
akibat dari kehamilan dan persalinan yang pada gilirannya akan menurunkan
salah satunya adalah dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium (dengan
sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan
angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak ke
batasan umur pada masa remaja adalah adalah 12 – 24 tahun. Tetapi jika dilihat dari
segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan
(Depkes) batas umur pada masa remaja adalah bagi mereka yang berumur 10 sampai
3
dengan 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat
Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan umur remaja adalah 10 sampai
21 tahun (www.bkkbn.go.id).
1990 dan 2000, jumlah penduduk Indonesia 179,4 juta jiwa dan 206,3 juta jiwa,
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% per tahun pada periode 1990-
2000, lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk periode 1980-1990 (1,97%).
Masalah yang dihadapi antara lain adalah masih tingginya pertambahan jumlah
penduduk secara absolut. Meskipun telah terjadi penurunan fertilitas, namun secara
absolut pertambahan penduduk Indonesia meningkat sekitar 3 sampai 4 juta jiwa per
tahun. Hal ini disebabkan karena tambahan pasangan usia subur yang dihasilkan dari
ledakan kelahiran atau momentum demografi yang terjadi pada tahun 1970-an.
Apabila masalah kependudukan tersebut tidak ditangani dengan baik, dapat berakibat
(www.bappenas.go.id/index).
kelahiran. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971, angka kelahiran total (TFR)
diperkirakan 5,6 anak per wanita usia reproduksi, dan saat ini telah turun lebih 50%
menjadi 2,6 anak per wanita (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia-
SDKI, 2002-2003). Penurunan TFR antara lain sebagai akibat dari meningkatnya
pemakaian alat kontrasepsi (prevalensi) pada pasangan usia subur. Pada tahun 1971,
angka prevalensi kurang dari 5%, meningkat menjadi 26% pada tahun 1980, 48%
pada tahun 1987, 57% tahun 1997, dan tahun 2002 sebesar 60% (SDKI 2002-2003).
4
masih menjadi persoalan utama dalam pelayanan KB. Dalam hal ini keluarga miskin
(www.bappenas.go.id/index).
tahun 2005 mencapai 62 juta jiwa atau sekitar 28,44% dari jumlah penduduk
Indonesia yang mencapai 218 juta jiwa. Dari 62 juta penduduk miskin Badan Pusat
15,5 juta kepala keluarga dengan asumsi satu rumah tangga berisi empat orang
Menurut Data Badan Pusat Statistik pada tahun 1996 jumlah penduduk
miskin sebanyak 34,01 juta jiwa. Angkanya bertambah pada bulan Maret tahun 2007
menjadi 37,17 juta jiwa. Menurut Edy Suandi Hamid, kemiskinan meningkat di
survei ekonomi nasional BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di kota
naik dari 9,42 juta jiwa pada 1996 menjadi 13,56 juta jiwa pada 2007. Sementara itu
di pedesaan angkanya turun dari 24,59 juta jiwa pada 1996 menjadi 23,61 juta jiwa
remaja usia 15 sampai dengan 24 tahun adalah 40.407.618 juta jiwa dengan
persentase sebesar 20,08% dari jumlah penduduk Indonesia. Berarti sekitar seperlima
penduduk Indonesia adalah remaja yang berusia 15 sampai dengan 24 tahun. Jika
diilihat dari jenis kelamin, jumlah remaja perempuan lebih banyak dibandingkan
5
persentase sebesar 50,78% dan remaja laki-laki sebanyak 19.886.812 juta jiwa
dengan persentase 49,22% (Warta Demografi, 2005). Jumlah remaja yang cukup
besar menjadi suatu tantangan yang berat bagi pemerintah, terutama yang berkaitan
adalah kelahiran yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan dengan jumlah
pada remaja di sebabkan oleh kematangan seksual yang lebih dini dan bertambah
Sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 20% sampai dengan 30% dari
semua kasus HIV positif, diderita oleh pemuda yang berusia 20 tahun, yang
Studi di atas merupakan salah satu permasalahan remaja, dan salah satu
menghindari penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/AIDS, sifilis, dan lain
perilaku seks remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada
33.943 responden di 24 negara dan dikerjakan oleh sebuah LSM Perancis tersebut,
menunjukkan 13,2 % remaja berperilaku seks aktif semenjak usia 15 tahun dan tidak
6
kontrasepsi (www.rileks.com).
perilaku seksnya. Dengan melindungi diri mereka sendiri dan rekannya untuk
mencegah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom atau pil
(www.rileks.com).
remaja belum nikah yang aktif seks, lebih banyak kemungkinan menggunakan
kontrasepsi ketimbang para wanita remaja seumurnya yang sudah menikah. Hal yang
sama juga dilakukan oleh rekan-rekan mereka, para wanita remaja di Amerika Latin
dan Amerika Serikat. Dari kira-kira 260 juta wanita di seluruh dunia, usia 15-19
tahun, yang belum dan yang sudah menikah, kira-kira 11% (29 juta) yang aktif seks
tetapi tidak mau hamil, dan tidak menggunakan metoda moderen pencegah
kehamilan (pil, suntikan, AKDR (alat yang dipasang dalam rahim), implan,
kontrasepsi atau proteksi yang lebih baik besar sekali (misalnya hampir sepertiga
perempuan muda di Pantai Gading dan di Ghana) Di Bangladesh dan di India juga
cukup tinggi (kurang sedikit dari 1 dalam 5). Di sebagian besar negara Amerika
Latin dan Karibia kira-kira 1 dalam 10 kaum wanita terancam kehamilan yang tidak
tradisional (www.pusatartikel.com).
dari para remaja tersebut banyak yang melakukan hubungan seksual sebelum
menikah, dan tidak sedikit dari mereka juga yang sudah menjadi pelaku seks aktif.
Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dr. Boyke Dian Nugraha,
yang menunjukkan bahwa sekitar 16 hingga 20% dari remaja telah melakukan
hubungan seks pranikah. Dalam catatannya jumlah kasus itu cenderung naik, awal
seksual sebelum menikah (pranikah). Sepertinya hal itu berkaitan dengan hasil
seksnya masih sangat kurang. Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan seks bagi
anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, semakin penting
(agussur@hotmail.com).
tahun 2005 yang memiliki responden remaja usia 15-24 tahun yang dilakukan di
seluruh kecamatan di DKI Jakarta memberikan gambaran kritis tentang perilaku para
remaja tersebut. Survei yang memiliki responden sebanyak 2271 orang ini
kesehatan-remaja-jakarta.html) :
1. Pada saat berpacaran, terdapat 12,5% responden yang mengaku pernah meraba
alat kelamin pacarnya. Sementara itu hanya 4% responden yang pernah pacaran
mengaku pernah berhubungan seks (laki-laki lebih banyak). Angka ini lebih
tinggi bila dibandingkan dengan studi BSS tahun 2002 dengan responden siswa
SMU di Jakarta Pusat dimana 8,9% siswa laki-laki dan 5,3% siswa perempuan
8
pernah berhubungan seks. Namun angka diatas lebih rendah dibanding angka
seks, dimana lebih dari 18% berhubungan seks dengan Pekerja Seks Komersial
(PSK). Pada saat seks pertama, ternyata hanya 8% responden yang menggunakan
kehamilan, tetapi juga pencegah penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan
HIV/AIDS.
2. Pengetahuan tentang HIV/AIDS mayoritas responden cukup baik. Hal ini terlihat
dari tingginya persentase responden yang tahu cara penularan, pencegahan dan
tempat tes HIV/AIDS. Hal yang sama ditemukan pada pengetahuan responden
tentang alat kontrasepsi, dimana mayoritas responden perempuan tahu cara pakai
pil, sedangkan laki-laki lebih banyak yang tahu cara pakai kondom (www.point-
lookout.blogspot.com).
dikarenakan oleh berbagai hal seperti banyak orang yang masih menganggap tabu
kepedulian dari pemerintah dan masyarakat, selain itu kurangnya informasi yang
didapatkan oleh para remaja mengenai alat kontrasepsi membuat mereka kurang
Para santri yang pada umumnya adalah usia remaja tentunya memiliki
keinginan dan hak yang sama dengan remaja yang lainnya, yaitu hak untuk
9
mengenai KB kontrasepsi dalam hal ini sangat diperlukan, selain untuk melindungi
diri dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD) dan penyakit menular seksual (PMS), hal ini juga dikarenakan remaja juga
peran dan fungsi yang sangat penting sebagai lembaga pendidikan Islam. Sedangkan
Kota Bogor sendiri merupakan penyangga bagi kota metropolitan DKI Jakarta. Posisi
santri-santri yang pada umumnya adalah remaja yang berusia antara 10 sampai
dengan 19 tahun. Untuk itu informasi masalah kesehatan yang khususnya adalah
Salah satu Pondok Pesantren yang ada di Wilayah Kota Bogor adalah Pondok
Pesantren Daarul Uluum. Pondok Pesantren ini memiliki santri laki-laki dan
perempuan yang diasramakan dalam satu komplek pesantren, yang beralamat di jl.
Durian Raya No. 219 Komplek Perumnas Bantar Kemang, desa Baranangsiang
Kecamatan kota Bogor Timur – Kota Bogor, Jawa Barat. Dilihat dari letaknya yang
berada di Pusat Kota Bogor, Pondok Pesantren juga memiliki kewajiban untuk
pada para santri yang pada umumnya adalah remaja. Untuk itu timbul pertanyaan
tahun 2008.
2008.
11
belakang, di tambah lagi dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia dan jumlah
remaja di Indonesia. Serta kondisi Kota Bogor yang menjadi penyangga metropolitan
pada saat ini. Dari hasil wawancara penulis dengan Ibu Somia selaku Petugas
dalam ber-KB, namun sampai sejauh ini belum ada penelitian mengenai tingkat
pengetahuan, sikap, dan praktek (perilaku) remaja terhadap kontrasepsi dalam ber-
KB. Selain itu kita juga belum mengetahui tingkat pengetahuan remaja terhadap
kontrasepsi dalam ber-KB di era reformasi ini. Hal ini yang membuat peneliti tertarik
12
untuk meneliti tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja yaitu santri terhadap
2008 ?
Bogor untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja yaitu para santri
berbasis agama.
Pondok Pesantren Daarul Uluum terletak di Kota Bogor dan berada di lokasi
yang strategis karena dekat dengan pusat kota, tempat wisata dan pusat perbelanjaan,
dan yang paling penting lagi pondok pesantren ini dekat dengan pelayanan kesehatan
seperti Puskesmas dan LSM. Dimana tempat tersebut memiliki peran yang sangat
penting bagi remaja yaitu para santri dalam memberikan pengetahuan dan informasi
penelitian.
Bogor,