Anda di halaman 1dari 15

 

Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol


dari Nira Aren

A. Lay

Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado


Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001
Diterima 5 Oktober 2009 / Direvisi 2 November 2009 / Disetujui 1 Desember 2009

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Bengkel Rekayasa Balai Penelitian Tanaman


Kelapa dan Palma Lain Manado dari bulan Mei sampai September 2009. Kegiatan penelitian
terdiri dari perancangan alat pengolahan bioetanol, pengujian dan penggunaan produk
bioetanol sebagai bahan bakar mesin. Pengamatan terdiri dari karakteristik bahan olah, kondisi
fisik dan sistem unit proses, neraca massa dan analisis ekonomi pengolahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan alat pengolahan bioetanol berupa destilator-dehidrator sistem
sinambung dapat meningkatkan kadar etanol bahan baku dari 13-30% menjadi 80-94%, dan
kadar 83% meningkat menjadi 95-97%. Neraca massa produk etanol beragam tergantung pada
kondisi bahan olah dan suhu pemanasan selama pengolahan. Etanol kadar 97% dapat
digunakan sebagai bahan bakar mesin dengan rasio bensin alkohol 90:10. Penggunaan bahan
bakar campuran bensin bioetanol menghemat penggunaan bahan bakar sebesar 12,5 – 29,0%
dibanding dengan bahan bakar bensin. Secara ekonomi, pengolahan bioetanol dari etanol kadar
25-35% untuk menghasilkan etanol kadar 90-95% adalah menguntungkan. Alat pengolahan
bioetanol ini, sesuai digunakan pada skala kelompok tani dan skala industri kecil-menengah.

Kata kunci : Rekayasa teknologi, pengolahan, nira aren, bioetanol.

ABSTRACT

Engineering Design of Bioethanol Processing from Palm Neera


The research was conducted in Laboratory and engineering workshop of Indonesian Coconut
and Palmae Research Institute, Manado from May to September 2009. The activities consist of
Bioethanol processing equipment, field test of use of bioethanol product as machine fuel engine.
Raw material characteristics (crude ethanol), material balance, physical conditions and
processing system of unit processes and economically processing analysis were observed.
Research result showed that use of bioethanol equipment could improved ethanol content of
crude ethanol from 13-30% to 80-94% and from 83% to 95-97%. Mass balance varied and
depended on charac-teristic of crude ethanol and heating process. Ethanol 97% could be used as
machine engine with ratio of gasoline and ethanol 90:10. Use of bioethanol and gasoline blend
can be used more efficient 12.5-29.0% than use of gasoline. Processing of crude ethanol 25-35%
to produce ethanol 90-95% is profitable. The bioethanol equipment more efficient to be used
under farmer scale and medium industries scale.

Keywords: Engineering design, processing, palm neera, bioethanol.

100 Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren


 
Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren
 
PENDAHULUAN dari berbagai tanaman, antara lain aren
(Prihandana et al., 2008).
Di Indonesia aren tumbuh di
Kebutuhan energi berupa bahan
daerah-daerah perbukitan dengan curah
bakar minyak (BBM) berbasis fosil
hujan yang relatif tingi dan merata
seperti solar, bensin dan minyak tanah
sepanjang tahun. Sentra pertanaman
pada berbagai sektor ekonomi makin
aren meliputi Provinsi Nangroe Aceh
meningkat, sedangkan ketersediaan
Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera
cadangan sumber BBM dalam negeri
Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Banten,
semakin terbatas. Di samping itu, tingkat
Jawa Tengah, Kalimantan Selatan,
pencemaran udara dari gas buang hasil
Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi
pembakaran bahan bakar fosil yang
Selatan, Sulawsi Tenggara, Maluku
semakin memprihatikan, yang patut
Utara, dan Papua (Anonim, 2007).
memperoleh penanganan.
Pengolahan nira aren menjadi
Dalam rangka menjamin keamanan
etanol sudah umum dilakukan petani
pasokan energi dalam negeri, telah
aren, antara lain di daerah Minahasa
dikeluarkan Peraturan Presiden RI ten-
Sulawesi Utara, dengan cara menam-
tang kebijakan Energi Nasional No. 5
pung nira hasil sadapan dalam tangki
Tahun 2005, antara lain menyatakan
selama 2-3 hari tanpa menggunakan
bahwa penyediaan biofuel pada tahun
stater atau ragi, nira hasil fermentasi
2025 minimal 5% dari kebutuhan energi
kemudian disuling dengan alat pe-
nasional. Instruksi Presiden No. 1 tahun
nyulingan sederhana, akan menghasil-
2006, yang menugaskan Menteri Per-
kan bioetanol berkadar 25-35% etanol
tanian untuk: (1) mendorong penyediaan
(Lay et al., 2004). Untuk meningkatkan
tanaman bahan bakar nabati (biofuel),
kadar etanol menjadi 99,5-99,8% dengan
(2) melakukan penyuluhan pengembangan
cara dehidrasi (Tjokoroadikoesoemo,
tanaman bahan bakar nabati, (3) mem-
1986).
fasilitasi penyediaan benih dan bibit
Bioetanol yang digunakan sebagai
tanaman bahan bakar nabati, dan (4) meng-
bahan bakar dalam bentuk campuran
integrasikan kegiatan pengembangan
bioetanol dengan besin adalah bioetanol
dan kegiatan pascapanen tanaman bahan
dengan kadar etanol 99,5% atau lebih
baku bahan bakar nabati.
atau bioetanol anhidrat (Hambali et al.,
Penggunaan energi yang paling
2008). Bioetanol anhidrat yang diguna-
penting dan tidak dapat dikecualikan
kan sebagai bahan bakar lebih populer
adalah sektor transportasi darat seperti
dengan sebutan Fuel Grade Ethanol atau
kereta api, bis dan truk. Bahan bakar ini,
FGE (Prihandana et al., 2006).
berupa bahan bakar cair yang berkualitas
Keuntungan penggunaan bio-
tinggi, mudah ditangani dan dibawa
etanol sebagai bahan bakar adalah
ketika bergerak, oleh karena itu bahan
memiliki nilai oktan lebih tinggi dari
bakar cair sebagai substitusi minyak
bensin, dapat digunakan dalam bentuk
bumi adalah penting untuk dikembang-
murni dan campuran dengan bensin,
kan. Pengadaan bahan bakar nabati yang
mudah terurai dalam air dan ramah
lebih populer dengan sebutan biofuel
lingkungan, sehingga merupakan bahan
atau bioenergi. Salah satu sumbernya
bakar alternatif yang potensial untuk
adalah bioetanol, yang dapat dihasilkan
dikembangkan (Anonim, 2005).

Buletin Palma No. 37, Desember 2009 101


A. Lay

Dalam industri bioetanol umumnya seperti destilator dan dehidrator dengan


digunakan sebagai bahan baku industri kondisi operasi yang optimal, biaya
alkohol, campuran untuk minuman relatif murah dan praktis dioperasikan.
keras, bahan farmasi, dan kosmetika. Penelitian bertujuan untuk menda-
Bioetanol telah dimanfaatkan sebagai patkan teknologi pengolahan bioetanol
bahan bakar subtitusi BBM untuk motor yang praktis diaplikasikan kelompok
bensin. Umumnya penggunaan bioetanol tani dan industri skala menengah, serta
masih dalam bentuk campuran dengan produk bioetanol yang dihasilkan dapat
bensin pada konsentrasi 10% (E10), yaitu digunakan sebagai bahan bakar.
10% bioetanol dan 90% bensin, bahan
bakar ini dikenal sebagai Gasohol
BAHAN DAN METODE
(Hambali et al., 2008).
Campuran bioetanol (5%) dengan
bensin (95%) telah dikomersialkan oleh Penelitian dilaksanakan pada
Pertamina dengan nama dagang Pertamax. bulan Mei sampai September 2009, di
Tahun 2008, harga Pertamax pada bebe- Laboratorium dan Bengkel Rekayasa
rapa SPBU di Pulau Jawa dan Sumatera, Alat, Balai Penelitian Tanaman Kelapa
cukup tinggi, yakni Rp. 6.500-6.850/liter dan Palma Lain Manado.
(Prihandana et al., 2008). Di Manado Dalam penelitian ini digunakan
Sulawesi Utara, harga Bensin Premium bahan perancanagan alat pengolahan
pada bulan November 2009 adalah bioetanol (besi beton, stainless steel,
Rp. 4.500/liter, sedangkan Pertamax se- thermo-koppel, pressure gauge, dan selang
besar Rp. 9.100/liter. Harga Pertamax plastik). Bahan olah etanol yang diguna-
yang cukup tinggi, akan mendorong kan adalah etanol hasil fermentasi dan
pengembangan usaha pengolahan bio- destilasi konvesional nira aren kadar
etanol yang dikategorikan FGE. etanol 13-30% yang berasal dari petani
Pemanfaatan bioetanol tidak Desa Kuwil, Kecamatan Kalawat Kabu-
hanya sebagai substitusi energi minyak paten Minahasa Utara. Bahan adsorpsi
bumi yang makin terbatas, tetapi akan air dari larutan etanol atau hidrat yang
dapat mempercepat pengurangan pengang- digunakan adalah Zeolit alam dan sa-
guran dan kemiskinan. Pengembangan ringan molekuler impor, dan bahan
tanaman bahan bakar nabati dapat men- penunjang lainnya.
dorong peningkatan nilai tambah komo- Peralatan yang digunakan adalah
ditas dan peningkatan pendapatan peralatan bengkel meliputi pengelas,
petani (Prihandana et al., 2006). polisher, gurinda listrik, gergaji dan
Permasalahan menonjol dalam peralatan bengkel lainnya. Peralatan
pengolahan bioetanol, antara lain: laboratorium meliputi timbangan analitik,
(a) pengendalian suhu pemanasan pada glass ware, alkohol meter, Hand refracto
proses destilasi untuk menghasilkan meter, pH meter digital, dan oven. Per-
etanol berkadar 70-95% dan, (b) teknik alatan penunjang yang digunakan antara
proses dehidrasi untuk menghasilkan lain jerigen, botol, ember, timbangan
bioetanol yang dikategorikan FGE, kasar, kompor pompa minyak tanah, dan
dengan hidrat yang dapat digunakan drum penampung air destilasi.
berulang (recycle) untuk waktu lama, dan Penelitian menggunakan metode
(c) terbatasnya unit proses bioetanol observasi terhadap desain dari masing-

102 Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren


Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren
 
masing unit proses alat pengolahan hidrat dilakukan diluar unit proses
bioetanol, karakteristik bahan olah dan dengan menggunakan oven pada
hasil olah. Kegiatan yang diobservasi suhu spesifik regenerasi hidrat,
terdiri dari: yakni zeolit alam 120o-125oC dan
a. Desain dan fungsi unit proses serta saringan molekuler impor 200 -
komponen peralatan dari alat peng- 220oC (Bernasconi et al., 1995).
olahan bioetanol sebagai berikut: - Rangka dudukan alat; terbuat dari
- Tangki penguapan terbuat dari besi siku berlubang 4 x 4 cm,
pelat Stainless steel 1,5 mm, dengan berfungsi sebagai penahan tegak
volome maksimum 100 liter, di- dan kestabilan posisi alat, ter-utama
lengkapi corong pemasukan bahan untuk kondisi operasional peng-
olah dan pengeluaran sisa hasil olahan dan pemasangan peralatan
proses, termo-kopel dan pressure- sebelum pengolahan.
gauge. Bahan bakar untuk pemanasan
tangki dapat berasal dari kompor b. Pengujian alat: Dilakukan peng-
manual, kompor pompa dan sum- amatan terhadap kinerja masing-
ber panas lainnya. masing unit proses selama peng-
- Destilator dengan pengaliran air olahan bioetanol, yakni:
destilasi menggunakan sistem bulu - Tangki penguapan; kondisi bahan
atau cangkang (Bernasconi et al., olah (volume etanol, kadar etanol,
1995). Destilator terdiri dari kadar gula dan pH), kondisi bahan
Destilator I dan Destilator II, terbuat sisa proses (volume etanol, kadar
dari pipa stainless steel diameter etanol, kadar gula dan pH), suhu
4 inci dan panjang masing-masing pemasakkan dan konsumsi bahan
140 dan 120 cm. Destilator berfungsi bakar selama pemanasan campuran
merubah alkohol dalam bentuk uap air-etanol.
menjadi cair. Destilator I, dilengkapi - Destilator; suhu destilasi, debit air
termo-kopel, pipa pengeluaran destilasi, dan produk hasil destilasi
alkohol hasil destilasi, pemasukan (volume etanol, kadar etanol, kadar
dan pengeluaran air destilasi, air gula dan pH).
destilasi berasal dari air sumur atau - Dehidrator; suhu dehidrasi, dan
air keran. Destilator II; rancangan- produk hasil dehidrasi (volume
nya sama dengan destilator I, hanya etanol, kadar etanol, kadar gula
fungsinya sebagai pendingin etanol dan pH) dan daya adsorbsi hidrat
yang berasal dari destilator I. terhadap air dan etanol.
- Dehidrator; terbuat dari pipa
stainless steel diameter 4 inci, c. Analisis neraca massa dan analisis
panjang 100 cm. Dalam pipa dehi- ekonomi penggunaan alat. Analisis
drator terdapat ruang penampung neraca massa didasakan pada kondisi
hidrat, kapasitas 6,3 - 6,5 kg. Hidrat bahan olah dan produk akhir bio-
yang digunakan pada penelitian etanol. Analisis ekonomi pengolahan
adalah zeolit alam dan saringan didasarkan pada investasi (perkiraan
molekuler impor, dengan penggu- biaya pembuatan alat dan bangunan
naan hidrat pada dehidrator dilakukan pengolahan), harga bahan baku, harga
secara bergantian. Proses regenerasi produk, upah dan tingkat bunga yang

Buletin Palma No. 37, Desember 2009 103


A. Lay

berlaku, pendapatan kotor dan pen- untuk mengolahan bioetanol sebagai


dapatan bersih. bahan bakar (Gasohol), perlu dirancang
alat pengolahan bioetanol yang terpadu
d. Penggunaan bioetanol sebagai bahan antar tangki penguapan, destilator dan
bakar: Produk bioetanol dengan kadar dehidrator, dengan suhu terkontrol.
etanol tertinggi dicampurkan dengan Prinsip rancangan alat pengolahan
bensin untuk digunakan sebagai bahan bioetanol model Fornoff (1981) relatif
bakar mesin. Bahan bakar yang diuji sama dengan alat pengolahan bioetanol
adalah campuran bensin-bioetanol pada penelitian ini, yang membedakan
dengan perbandingan: 100: 0; 90:10 dengan model Fornoff, adalah meng-
dan 80:20. Mesin yang digunakan gunakan tangki penguapan, destilator
adalah mesin siklus 2 langkah (2 Tak) dan dehidrator sistem ganda, dan di-
dan siklus 4 langkah (4 Tak). Peng- lengkapi unit proses regenerasi hidrat,
amatan meliputi konsumsi bahan kapasitas olah besar (1000 liter/jam).
bakar dan keadaan visual mesin Tipe alat ini, ditujukan untuk peng-
selama operasi pada kondisi stasioner. olahan bioetanol skala industri besar.
Sebaliknya alat pengolahan bioetanol
e. Analisis data pengolahan bioetanol, pada penelitian ini, menggunakan tangki
didasarkan pada hasil pengamatan penguapan, destilator dan dehidrator
dari masing-masing unit proses sistem tunggal, belum dilengkapi unit
(tangki masak, destilator, dehidrator), regenerasi hidrat, kapasitas olah kecil
kondisi bahan olah, produk yang (25 liter bioetanol/periode proses), yang
dihasilkan dan bahan sisa proses serta penggunaannya lebih sesuai untuk
penggunaan bioetanol sebagai bahan kelompok tani atau industri skala kecil-
bakar mesin, yang didasarkan pada menengah.
data hasil pengamatan.
Kinerja Alat Pengolahan Bioetanol
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pengujian alat menunjukkan
bahwa kondisi fisik dari masing-masing
Desain Alat Pengolahan Bioetanol unit proses alat pengolahan bioetanol,
beroperasi secara normal. Konsumsi
Unit proses alat pengolahan minyak tanah dan lama pemanasan,
bioetanol, terdiri dari: tangki penguapan, suhu tangki penguapan, suhu destilasi,
destilator I, destilator II, dehidrator. suhu dehidrasi, kondisi bahan olah, hasil
Unit-unit proses dirancang secara kompak, olah dan bahan sisa proses beragam
sehingga mulai dari proses pemanasan antar pengujian (Tabel 1).
bahan bahan olah, destilasi, dehidrasi
sampai produk akhir berlangsung secara
kontinu (Gambar 1 dan 2).
Umumnya alat pengolahan bio-
etanol yang diintroduksi sekarang ini,
unit destilator terpisah dengan unit
dehidrator, sehingga proses pengolahan
kurang efektif. Menurut Fornoff (1981)

104 Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren


Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren
 

Gambar 1. Design alat pengolahan bioetanol.


Figure 1. Engineering design of bioethanol processing unit.

Keterangan (Note) :

1. Kompor/tungku pemanas (Oil-stove) 20. Dehidrator (Dehydrator)


2. Dudukan tangki (Saddle) 21. Hidrat atau saringan molekuler (Hydrate or
3. Tangki penguapan (Evaporating tank) Molekuler sieve)
4. Corong pengeluaran sisa proses (Funnel matterial residue) 22. Penahan hidrat (Fixed weir hydrate)
5. Corong pemasukan bahan olah (Hopper crude ethanol) 23. Plans dehidrator-destilator (Dehydrator-destillator
6. Pengukur tekanan (Pressure gauge) plans)
7. Termo-kopel tangki (Evaporating tank thermo-couple) 24. Pipa pengeluaran air destilasi 2 (Pipe outlet water
8. Plans tangki-destilator (Destillator-Evaporating tank plans) distillation 2).
9. Pipa pemasukan air destilaisi 1 (Inlet pipe water distillation 1) 25. Pipa alir destilasi 2 (Pipe flow distillation 2)
10. Destilator 1 (Destillator 1) 26. Destilator 2 (Destillator 2)
11. Pipa pembuluh destilator I (Pipe flows destillated 1 ethanol) 27. Pipa pembuluh destilator 2 (Pipe flows destillator 2)
12. Pipa pengeluaran air destilasi 1 (Pipe flows destillated 1 ethanol) 28. Pipa pemasukan air destilasi 2 (Pipe inlet water
13. Plans destilator-dehidrator (Destillator-dehydrator plans) distillation 2)
14. termo-kopel destilasi (Destillator-Thermo-coupple) 29. Plans 5 destilator 2-pipa destilat (Destillator 2-pipe
15. Stop kran pengeluaran hasil destilasi (Cock control destillated ethanol) destillated plans).
16. Etanol hasil destilasi (Destillated ethanol) 30. Termo-kopel destilator 2 (Destillator 2-thermo-
17. Pipa penghubung destilator dehidrator (Connector pipe destillator- coupple)
dehydrator) 31. Stop keran dehidrat etanol (Cock control dehydrat
18. Mur penghubung pipa (Pipe union) ethanol).
19. Plans pipa penghubung dehidrator (Pipe union-dehydrator plans) 32. Etanol hasil destilasi (Dehydrate ethanol)

Buletin Palma No. 37, Desember 2009 105


A. Lay

Tungku dan tangki penguapan Destilator 1


Oilstove and evaporating tank Destillator 1

Dehidrator Destilator 2
Dehydrator Destillator 2

Gambar 2. Unit proses pengolahan bioetanol.


Figure 2. Bioethanol processing unit.

106 Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren


Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren
Tabel
  1. Kondisi bahan baku, lama dan suhu pemanasan pada pengolahan bioetanol.
Table 1. Raw matterial condition, time and temperature heating on bioethanol
processing.
Bahan olah Suhu Lama Destilasi Dehidrasi
Raw matterial tangki Pema- Destillation Dehydration
Penggu-
penguapan nasan
naan hidrat
No Kadar Evapo- (jam) Kadar Kadar
Usage
Volume Etanol rating tank Heating Suhu Etanol Suhu Etanol
hydrate
Volume Ethanol temperature time Temperature Ethanol Temperature Ethanol
(liter) content (0C) (hours) (0C) content (0C) content
(%) (%) (%)
Zeolit alam
1. 24 25 85-95 8.0 81-85 80 32,5-34 93 belum
regenerasi
Zeolit alam
2. 45 30 84,5-92,5 9.0 81-83 92 31-34 94
Regenerasi I
Zeolit alam
3. 37 30 84,5-89 7.0 84,5-85 90 31-33,5 90
Regenerasi II
Tanpa
4. 48 13 91-98 4.5 81-90 83 31,5-34 80 mengguna-
kan hidrat
Saringan
5. 12 83 82-85 3.0 80-81 92-93,5 32,5-57 95-97 Molekuler
Impor

Keterangan (Note):
a. Lama pemanasan adalah waktu pengolahan etanol kasar menjadi etanol.
Heating time is processing time for crude ethanol to produce ethanol.
b. Suhu tangki penguapan adalah suhu suhu mendidih sampai selesai pengolahan.
Evaporating tank temperature is boiling temperature was finished process.
c. Suhu destilasi adalah suhu yang ditunjukkan pada thermo-kopple destilator I.
Destillation temperature is temperatur show that on destillator thermo-coupple.
d. Suhu dehidrasi adalah suhu yang ditunjukkan pada termo-kopel dehidrator.
Dehydration temperature is temperature shown that on destillator thermo-coupple.

Proses menetesnya alkohol pada etanol yang mengandung air cukup


destilator I ditandai dengan suhu pada tinggi.
thermo-kopple destilator I, mengalami Pengunaan alat pengolahan bio-
peningkatan yang menonjol yaitu untuk etanol dengan bahan olah alkohol kadar
bahan olah etanol 13-30% dari suhu 25-30% berlangsung sesuai prosedur,
37-450C menjadi 75-810C, untuk etanol ditandai proses pengolahan berlangsung
83% dari suhu 400C menjadi 800C. Waktu lancar. Namun untuk efektif pengolahan,
menetesnya etanol pada dehidrator diperlukan penambahan panjang pipa
dengan suhu berkisar 31-57%, dan mem- tangki masak, agar perubahan debit air
butuhkan waktu sekitar 15-30 menit relatif kurang berpengaruh terhadap
setelah etanol menetes pada destilator I. suhu tangki penguapan, ukuran panjang
Untuk kestabilan suhu ketel penguapan destilator perlu diperpanjang agar etanol
dan suhu pada destilasi I, maka debit air hasil destilasi suhunya rendah, agar
destilasi sebesar 20-25 liter/jam. Pening- mengurangi penguapan etanol pada
katan debit air akan memperlambat corong pengeluaran.
mendidihnya bahan olah, debit air yang Penggunaan hidrat zeolit sebelum
rendah akan meningkatkan suhu regenerasi sampai regenerasi I terjadi
destilasi, yang berdampak menguapnya peningkatan kadar alkohol cukup tinggi

Buletin Palma No. 37, Desember 2009 107


A. Lay

yakni 2-13%, sedangkan pada regenerasi laboratorium, karena sisa-sisa uap air
II peningkatan kadar alkohol menurun bahan sisa proses akan melekat pada
menjadi 1%. Penggunaan hidrat saringan dinding pipa unit proses yang dapat
molekuler impor regenerasi II dapat menurunkan kadar etanol.
meningkatkan kadar alkohol bahan olah Dalam upaya meningkatkan kadar
dari 83% menjadi 92-93% pada hasil des- etanol bahan olah menjadi hasil olah
tilasi I dan 95-97%, pada hasil dehidrasi. dengan kadar 99,5% atau lebih, perlu
Bahan sisa proses masih mengandung dirancang alat destilator-dehidrator
alkohol berkisar 5-18%. Bahan sisa dengan dehidrator ganda kapasitas ter-
proses dengan kadar etanol rata-rata pasang masing-masing 10–10,5 kg hidrat.
13%, yang diproses ulang menghasilkan Selain itu, diperlukan tambahan unit
etanol kadar 80-83%, walaupun tanpa pompa vakum dan unit pemanas untuk
menggunakan hidrat. mempercepat proses penguapan etanol
Penggunaan hidrat saringan mole- dari hidrat, dan regenerasi hidrat ber-
kuler impor mempunyai kemampuan langsung dalam unit proses agar etanol
dapat meningkatkan kadar etanol yang diuapkan dari proses regenerasi
sampai 97%, walaupun jumlah saringan tidak terbuang, tetapi dapat diproses
molekuler impor yang tersedia relatif ulang.
terbatas, yakni 3,6 kg, sedangkan kapasi- Dilaporkan bahwa pengolahan
tas terpasang hidrator sekitar 6,3 kg. bioetanol dengan menggunakan desti-
Pengolahan bioetanol pada penelitian ini, lator sistem tunggal skala laboratorium,
dengan proses regenasi hidrat meng- dengan proses destilasi bertingkat
gunakan oven sehingga etanol yang (dua kali proses destilasi) menghasilkan
diserap hidrat dalam proses pemanasan bioetanol dengan kadar 69,2-89,1%
akan menguap dan terbuang ke udara (Anonim, 2008). Dibanding alat peng-
(losses product). olahan bioetanol destilator sistem tung-
Penggunaaan dehidrator tanpa gal skala laboratorium dengan destilator-
hidrat mengalami penurunan kadar dehidrator sistem sinambung, kinerja alat
etanol sebesar 3%, yaitu dari 83% men- pengolahan bioetanol dengan destilator-
jadi 80%. Penurunan kadar etanol dari dehidrator sistem sinambung dapat
proses destilasi ke proses hidrasi dikategorikan lebih efektif, yang ditandai
disebabkan etanol yang keluar pada pengolahan etanol kadar 25-30% dengan
destilator I adalah fraksi mudah meng- satu kali proses destilasi-dehidrasi meng-
uap karena kadar etanol lebih tinggi hasilkan bioetanol 90-94%. Selain itu, alat
(Bernasconi et al., 1995). destilator sistem tunggal akan sulit
Pada proses destilasi-dehidrasi memperoleh bioetanol kadar 95-97%,
berakhir ditandai dengan menetesnya karena pada tangki masak tidak terdapat
cairan hasil destilasi-dehidrasi sangat kontrol suhu dan tidak tersedia unit
lambat atau berhenti. Bahan sisa proses dehidrator.
yang terdapat dalam tangki penguapan, Proses destilasi bertingkat akan
masih mengandung etanol, jika akan menggunakan banyak energi panas dan
didestilasi untuk menghasilkan bioetanol waktu proses lebih lama (Bernasconi et
berkadar cukup tinggi, sebaiknya di- al., 1995). Penggunaan hidrator dengan
lakukan pada unit pengolahan tersendiri, saringan molekuler 3 Å (hidrat yang
seperti destilasi sistem tunggal skala mempunyai kemampuan tinggi untuk

108 Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren


Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren
 
mengadsorbsi air dari etanol, namun dan penggunaan hidrat menyebabkan
tidak menyerap etanol) akan membantu keragaman produk-produk yang dihasil-
proses peningkatan kadar etanol dengan kan (Tabel 2).
tanpa atau hanya menggunakan energi
relatif sedikit dengan waktu cukup
singkat (Fornoff, 1981).

Tabel 2. Neraca massa bahan baku dan produk pada pengolahan bioetanol.
Table 2. Matterial balance of the raw matterialo and products on bioethanol processing.

Bahan olah Produk hasil destilasi Produk hasil dehidrasi Bahan sisa proses
Raw matterial Destillated product Dehydrated product Residue processed Kehi-
langan
No. hasil
Kadar Kadar Kadar Kadar
Product
Volume Etanol Volume Etanol Volume Etanol Volume Etanol
losses
Volume Ethanol Volume Ethanol Volume Ethanol Volume Ethanol
(%)
(liter) content (liter) content (liter) content (liter) content
(%) (%) (%) (%)
1. 24 25 1,7 80 2,4 93 18,4 10,0 5,1
2. 45 30 3,3 92 4,7 94 34,2 10,0 6,4
3. 37 30 2,6 90 3,0 90 29,3 15,0 5,9
4. 48 13 0,6 83 0,9 80 40,3 5,0 0,4
5. 12 83 8,8 92-93,5 1,2 95-97 1,5 18,0 4,2

Penggunaan hidrat zeolit alam Neraca massa pengolahan bioetanol


pada proses dehidrasi mempunyai dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
kelemahan, yakni air yang diserap secara yakni:
perlahan akan dilepas dan bercampur (a) Kelompok 1 : 48 liter bioetanol kasar
dengan etanol, sebaliknya hidrat zeolit kadar 13% didestilasi tanpa dehidrasi
sintetis 3 Å, air akan terikat kuat menghasilkan 1,5 liter bioetanol
(Bustaman, 2008), namun untuk pemi- 80%. Penggunaan alat pengolahan
sahan air dari hidrat zeolit sintetis 3 Å bioetanol ini, kurang efektif karena
yang diadsorbsi selama proses dehidrasi, prosentase bioetanol dari bahan
hanya dapat dilakukan dengan proses olah dengan kadar etanol yang
regenerasi pada suhu 200-205ºC rendah (13%).
(Bernasconi et al., 1995). (b) Kelompok 2: 106 liter bioetanol
kadar 25-30% didestilasi dan
Neraca massa dihidrasi dengan hidrat zeolit alam
meng-hasilkan 7,6 liter bietanol
Neraca massa bahan baku dan 80%, dan 8,0 liter bioetanol 92-94%.
produk hasil olahan, tergantung kondisi Penggunaan alat pengolahan bio-
bahan baku, suhu pemanasan dan lama etanol pada kelompok 2 adalah
pemanasan. Keragaman bahan olah cukup efektif, ditandai prosentase

Buletin Palma No. 37, Desember 2009 109


A. Lay

produk bioetanol terhadap bahan hilangan hasil kehilangan etanol dalam


olah masing-masing 7,17% bioetanol proses dehidrasi hanya 10%, tetapi hidrat
untuk kadar 80%, dan 7,55% bio- zeolit sintetis 3 Å harganya mahal,
etanol kadar 92-94%. sehingga penggunaannya lebih cocok
(c). Kelompok 3: 12 liter bioetanol 83% untuk usaha skala besar (Bustaman,
didestilasi dan dihidrasi dengan 2008). Perbedaan kehilangan hasil pada
hidrat saringan molekuker impor, penggunaan hidrat sejenis pada proses
menghasilkan 8,8 liter bioetanol 92- dehidrasi, diduga adanya perbedaan
93,5% dan 1,2 liter bioetanol 95-97%. kondisi bahan olah dan unit proses yang
Penggunaan alat pengolahan bio- digunakan pada pengolahan bioetanol.
etanol pada kelompok 3 adalah Hasil analisis biaya (Tabel 3) me-
efektif, karena prosentase bioetanol nunjukkan bahwa pengolahan etanol
dengan prosentase produk bioetanol 30% sebanyak 36.000 liter/tahun akan
terhadap bahan olah masing-masing menghasilkan etanol 90% sebanyak
73,33% bioetanol 92-93,5%, dan 1020 liter dan 7284 etanol 95-96%, akan
11,67% bioetanol 95-97%. diperoleh pendapatan bersih sebesar
Dengan demikian, untuk meng- Rp. 11.940.000,-/tahun. Apabila usaha
hasilkan bioetanol 80-90%, dengan bahan pengolahan ditangani satu keluarga/
olah etanol 13-30%, diproses pada alat kelompok tani, maka pendapatan
pengolahan bioetanol destilator-dehidrator setahun adalah pendapatan bersih
sistem sinambung dengan hidrat zeolit ditambah upah kerja selama 12 bulan :
alam, cukup satu kali proses pengolahan. (Rp. 11.140.000) + (Rp. 3.000.000 x 12) =
Untuk menghasilkan bioetanol 95-97% Rp. 47.940.000,-. Total pendapatan ini,
dengan hidrat saringan molekuler impor menguntungkan bagi keluarga/kelom-
untuk kondisi bahan olah yang sama, pok tani.
membutuhkankan dua kali proses peng- Harga jual alkohol 97% setara
olahan. dengan alkohol 95-96%, yakni Rp. 42.500/
Kehilangan hasil yang terjadi pada liter. Dilaporkan Prihandana et al. (2008)
proses pengolahan bioetanol pada uji bahwa harga jual Pertamax (perban-
No. 1, 2 dan 3, yang menggunakan hidrat dingan bensin : etanol = 90:10) tahun
zeolit alam cukup besar, yakni berkisar 2008, di Sumatera Utara, Riau dan
5,1-6,4%. Pada uji No. 4, ke-hilangan Sumatera Barat adalah Rp. 6.850/liter.
hasil sangat kecil (0,4%) karena tidak Harga kompo-nen etanol absolut dari
menggunakan hidrat, namun bioetanol Pertamax = [(Rp. 6.850) - (0,9 x Rp. 4.500)]x
yang dihasilkan kadarnya rendah (80%). 10 = Rp. 28.000/liter (termasuk biaya pe-
Selanjutnya uji No. 5, dengan menggu- nanganan proses produksi dan distribusi),
nakan hidrat saringan molekuler impor jika dibanding-kan harga komponen
(sejenis zeolit sintetis 3 Å), kehilangan etanol pada Pertamax, maka harga etanol
hasil relatif kecil (4,2%) dibanding dari nira aren sebagai bahan olah untuk
menggunakan hidrat zeolit alam. Dengan menghasilkan FGE, dengan kondisi harga
demikian, penggunaan hidrat saringan yang demikian belum menguntungkan,
molekuker impor lebih efektif dibanding karena harga jual etanol kadar 25,0 - 30,0%
zeolit alam. berkisar Rp. 8.000 - Rp. 10.000/liter.
Penggunaan hidrat zeolit sintetis
3 Å mempunyai keunggulan, yakni ke-

110 Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren


Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren
 
Tabel 3. Ekonomi pengolahan bioetanol.
Table 3. Cost analysis of bioethanol processing.
No. Uraian Nilai (Rp)
Items Value
a. Investasi
- Alat destilator – dehidrator 1 unit 1.500.000,-
- Alat destilator tunggal 500.000,-
- Alat pembantu (jerigen, botol, Tangki penampung alkohol 30%, kompor pompa ) 1.000.000,-
- Bangunan pengolahan sederhana 1500.000,-
Jumlah 18.000.000,-
b. Biaya tetao 10% investasi/tahun 1.800.000,-
c. Biaya operasi (bulan)
- Alkohol 30%, 3000 liter @ Rp. 7.000,- 21.000.000,-
- Upah kerja 60 OH @ Rp. 50.000,- 3.000.000,-
- Minyak tanah 360 liter 1.440.000,-
- Angkutan lokal 300.000,-
- Cicilan kredit/pinjaman untuk investasi dan modal kerja 5% 2.100.000,-
Jumlah 27.840.000,-
d. Total biaya setahun (12 x c) + b 335.880.000,-
e. Pendapatan setahun
- Alkohol 90%, 1020 liter @ Rp. 37.500,- 38.250.000,-
- Alkohol 95-96%, 7284 liter @ Rp. 42.500,- 309.570.000,-
Jumlah pendapatan setahun 347.820.000,-
Pendapatan bersih setahun 11.940.000,-

Harga Pertamax didasarkan pada usaha pengolahan, produksi bioetanol


harga berlaku bulan November di diarahkan untuk memproduksi bioetanol
Manado, yakni Rp. 9.100/liter, maka kadar 90-96%.
komponen etanol absolut dari Pertamax
= [(Rp. 9.100) - (0,9 x Rp. 4.500)] x 10 = Bioetanol sebagai bahan bakar mesin
Rp. 50.500/liter. Apabila dibandingkan
harga komponen etanol pada Pertamax Produk bioetanol dengan kadar
dengan harga etanol 97% (Rp. 42.500/ etanol 97%, belum dikategorikan
liter), cukup menguntungkan dengan sebagai FGE, yang dikategorikan FGE
nilai tambah FGE terhadap etanol kasar adalah bioetanol 99,5% atau lebih
adalah Rp. 8.000/liter. (Fornoff, 1981). Dilaporkan Nurianti,
Pada pengolahan bioetanol perlu dalam Bustaman (2008) bahwa bioetanol
mempertimbangkan nilai konversi etanol dengan kadar 95-99% dapat dipakai
kasar (kadar etanol 13-30%) menjadi sebagai bahan subtitusi premium atau
etanol berkadar tinggi atau etanol hidrat bensin.
(90-96%) dan etanol anhidrat (kadar Penggunaan bioetanol 97% yang
99,5% atau lebih), dikaitkan dengan dicampur dengan bensin sebagai bahan
harga produk dipasaran. Secara teknis bakar mesin, tertera pada Tabel 4.
produk etanol anhidrat dapat dipro- Ternyata bioetanol 97% dapat digunakan
duksi, namun jika secara ekonomi lebih sebagai bahan bakar mesin. Walaupun
menguntungkan memproduksi etanol hasil penelitian ini, perlu dilakukan
hidrat, maka untuk kesinambungan pengujian lanjut untuk waktu operasi

Buletin Palma No. 37, Desember 2009 111


A. Lay

Tabel 4. Pengujian campuran bensin-bioetanol sebagai bahan bakar mesin


pada kondisi stasioner.
Table 4. Testing of bioethanol gasoline blend as fuel for stationary gasolin engine.
No. Jenis mesin Rasio Bensin Konsumsi bahan bakar Penghematan Keadaan mesin
bensin Etanol (liter/jam) bahan bakar (%) Engine condition
Gasoline engine Ratio gasoline Fuel consumption Fuel economy
type ethanol (litre/hour) (%)
1. Siklus 2 langkah 100 : 0 0,56 - Normal
(2 Tak) 90 : 10 0,49 12,5 Normal
80 : 20 - - Mesin mati
2. Siklus 4 langkah 100 : 0 1,00 - Normal
(4 Tak) 90 : 10 0,71 29,0 Normal
80 : 20 0,58 52,0 Normal
Keterangan (Note) :
a. Mesin 2 Tak: Pemotong rumput Tanaka Sum 328SE buatan Jepang.
Two stroke engine Handslazer Tanaka Sum 328SE made in Japan.
b. Mesin 4 Tak: Motor Robin 6,0 HP EX17 buatan Jepang.
Four stroke engine Robin machine 6,0 HP EX17 made in Japan.
 

minimal 24 jam, agar diperoleh data pada Toyota Kijang di Serpong, ternyata
yang lebih akurat. konsumsi bahan bakar lebih hemat
Hasil penelitian menunjukkan dibanding Pertamax dan bensin murni
bahwa penggunaan bahan bakar cam- (Yamin, 2005).
puran bensin-bioetanol dengan rasio Penelitian yang dilakukan di Pusat
90:10 akan menghemat penggunaan Peneltian Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan,
bahan bakar sebesar 12,5-29,0% diban- pada kendaraan Nissan siklus 4 langkah
ding dengan menggunakan bahan bakar dalam keadaan stasioner, menggunakan
bensin murni. Penggunaan campuran bahan bakar campuran bensin premium-
bensin-bioetanol pada mesin siklus 4 etanol 90:10, ternyata lebih tinggi
langkah lebih efektif dibanding mesin antiknock index bahan bakar (makin
dengan siklus 2 langkah, yang ditandai sempurna pembakaran bahan bakar
pada campuran bensin : etanol (80:20) dalam mesin), lebih hemat konsumsi
mesin 4 tak dapat beroperasi secara bahan bakar, rendah kadar CO dalam
normal, sedangkan mesin 2 tak hanya gas buangan mesin, dibanding dengan
dapat beroperasi selama 2 menit, menggunakan bensin premium, serta
kemudian mesin mati. Perbedaan ini tidak memerlukan setting baru mesin
disebabkan oleh perbedaan desain mesin bensin (Bahri et al., 2007).
4 langkah dan 2 langkah, terutama pada
sistem kompresi dan pembakaran
KESIMPULAN DAN SARAN
(Prihandana et al., 2008).
Optimalnya penggunaan bahan
bakar mesin campuran bensin-alkohol Kesimpulan
(90:10) adalah sesuai untuk mesin 4 Tak
dan 2 Tak. Dilaporkan bahwa peng- 1. Alat pengolahan bioetanol, terdiri
gunaan bahan bakar Ep 10 (Rasio dari: tangki penguapan, destilator I,
campuran bensin-etanol adalah 90:10) destilator II, dan dehidrator yang

112 Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren


Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren
 
dirancang secara kompak, sehingga etanol tidak terbuang percuma, tetapi
mulai dari proses pemanasan/ dapat diproses ulang.
pemasakan bahan bahan olah, desti- 2. Secara teknis produk bioetanol
lasi, dehidrasi sampai produk akhir sebagai bahan bakar mesin dapat
berlangsung secara kontinu. diproduksi, namun secara ekonomi
2. Penggunaan alat pengolahan bio- lebih menguntungkan memproduksi
etanol berupa destilator-dehidrator bioetanol 90-96%, maka untuk ke-
sistem sinambung sesuai untuk peng- sinambungan usaha pengembangan,
olahan etanol kadar 25-30% menjadi proses produksi pada tahap awal
etanol hidrat. Alat pengolahan bio- diarahkan untuk memproduksi bio-
etanol destilator-dehidrator sistem etanol 90-96%.
sinambung, sesuai untuk di-gunakan
kelompok tani dan usaha industri
DAFTAR PUSTAKA
skala kecil-menengah.
3. Penggunaan hidrat saringan mole-
kuler impor dapat meningkatkan Anonim. 2005. Bioetanol, pengganti BBM
kadar etanol sampai 97%. Bioetanol yang kompetetif. Kompas, 14/02/
97% dapat digunakan sebagai bahan 2005
bakar mesin dengan campuran bensin- Anonim. 2007. Data statistik tanaman
etanol (90:10). Penggunaan bahan aren. Departemen Pertanian.
bakar ini dapat menghemat peng- Anonim. 2008. Teknologi produksi etanol
gunaan bahan bakar bensin sebesar dari sagu dan biofuel minyak
12,5 – 29,0 %. kelapa. Laporan Tahunan 2008.
4. Pengolahan etanol untuk menghasil- Balai Penelitian Tanaman Kelapa
kan etanol 70-95 % secara ekonomi dan Palma Lain Manado.
adalah menguntungkan. Pengolahan Bahri S, Santoso BE, Kurniawan Y. 2007.
etanol dari nira aren menjadi bahan Pengujian bioetanol sebagai cam-
bakar mesin berupa Pertamax dengan puran bahan bakar pada mesin
harga Rp. 9.100/liter, cukup meng- bensin stasioner. MPG - P3GI,
untungkan. Pasuruan ; 43(3):186-197.
Bernasconi G, Gaster A, Hauser H,
Saran Stanbe H, Schneiter E. 1995.
Chemical technologie, Teil 2, Diter-
1. Untuk meningkatkan kadar etanol jemahkan Lienda Handojo. PT.
dari kadar 25-30% menjadi etanol Pradnya Paramita, Jakarta.
hidrat atau etanol anhidrat dengan Bustaman S. 2008. Strategi pengem-
proses yang efisien, perlu dirancang bangan bioetanol berbasis sagu di
unit dehidrator ganda pada alat Maluku. Perspektif, Review Pene-
pengolahan bioetanol, dengan ka- litian Tanaman Industri, Bogor;
pasitas masing-masing 10-10,5 kg 7(2):65-79.
yang dilengkapi unit pemanas dan Fornoff LL, 1981. Process for dehydrating
pompa vakum untuk proses rege- ethanol and for the production of
nerasi hidrat dalam satu sistem gasohol. United States Patent
proses, agar etanol yang diadsorpsi 4.273.621.
hidrat selama proses pengolahan bio-

Buletin Palma No. 37, Desember 2009 113


A. Lay

Hambali E, Mujdaliah S, Tambunan AH, Prihandana R, Hendroko R, Munamin


Pattiwi AW, Hendroko R. 2008. M. 2006. Menghasilkan biodiesel
Teknologi bio-energi. AgroMedia murah; Mengatasi polusi dan
Pustaka, Jakarta. kelangkaan BBM. PT. AgroMedia
Instruksi Presiden RI (Inpres) No.1 Pustaka, Jakarta.
Tahun 2006. Tugas Menteri Per- Prihandana R, Noerwijati K, Adinurani
tanian, untuk menangani bahan PG, Setyaningsih D, Setiadi S,
baku bahan bakar nabati (biofuel). Hendroko RR. 2008. Bioetanol
Lay A, Hutapea RTP, Tuyuwale J, Ubikayu: Bahan Bakar Masa Depan.
Sondakh JO, Polakitan AL. 2004. P.T. AgroMedia Pustaka, Jakarta
Pengembangan komoditas aren di Tjokroadikoesoemo PS. 1986. HFS dan
Daerah Minahasa Sulawesi Utara. industri ubi kayu lainnya. Penerbit
Prosiding Seminar Nasional Pe- Gramedia, Jakarta.
ngembangan Tanaman Aren. Yamin PSM. 2005. Gasohol BE 10, bahan
Tondano, Juni 2004. bakar minyak alternative karya
Peraturan Presiden RI (Penpres) No.5 BPPT. www.bisnis.com.
Tahun 2005. Kebijakan energi
nasional; Penyediaan biofuel dan
kebutuhan energi nasional pada
tahun 2005.

114 Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Anda mungkin juga menyukai