Anda di halaman 1dari 5

NAMA : PANDU TRIAWAN

NIM : F1D 006033

TUGAS : MASALAH SOSIAL DI INDONESIA

KEBERADAAN HACKER DI DUNIA MAYA

SEBAGAI SALAH SATU MASALAH SOSIAL PADA MASYARAKAT

Bagi orang yang mengerti perkembangan dunia maya, istilah mengenai hacker sendiri

mungkin identik dengan arti pembobolan situs, data dan sistem di internet atau di dunia maya

lainnya. Makna mengenai hacker atau hacking, ada baiknya kita melihat sejarah dan

perkembangannya terlebih dahulu. Kata hacking atau hacker pertama kali muncul pada awal

tahun 1960-an diantara para anggota organisasi mahasiswa Tech Model Railroad Club di

Laboratorium Kecerdasan Artifisial Massachusetts Institute of Technology (MIT). Kelompok

mahasiswa tersebut merupakan salah satu perintis perkembangan teknologi komputer,

khusunya komputer mainframe.1 Kata hacker sendiri mengacu pada seseorang yang punya

minat besar untuk mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan

kemampuannya untuk mencapi taraf yang lebih tinggi mengenai pengetahuannya di dunia

komputer. Memang pada awalnya istilah hacking dan hacker memiliki konotasi yang positif.

Pada tahun 1983, istilah hacker mulai berkonotasi negatif. Masalahnya pada tahun

tersebut pertama kalinya polisi federal atau FBI menangkap kelompok kriminal computer

yang bernama The 414s. Kelompok ini dinyatakan telah bersalah dikarenakan kasus

pembobolan 60 komputer dari komputer milik Pusat Kanker Memorial Sloan-Kettering

sampai komputer milik Laboratorium Nasional Los Alamos. Satu dari pelaku tersebut

mendapatkan kekebalan karena testimonialnya, sedangkan 5 pelaku lainnya mendapatkan

hukuman masa percobaan.


1
//http://aditya-fp.blogspot.com/2009/12/hacking-antara-kreativitas-dan.html (di posted tanggal 24-3-2010).
Mulai dari sinilah kesalahpahaman terhadap hacker atau hacking semakin di perparah

dengan adanya kelompok orang yang mengatasnamakan diri mereka sebagai hacker. Mereka

mengambil keuntungan atas tindakannya dengan membobol situs atau sistem komputer.

Belum lagi dengan munculnya film yang berjudul Hackers pada tahun 1995, yang

menceritakan pertarungan antara anak muda jago komputer bawah tanah dengan sebuah

perusahaan high-tech dalam menerobos sebuah sistem dan jaringan komputer.

Dalam film tersebut digambarkan bagaimana akhirnya anak-anak muda tersebut

mampu menembus dan melumpuhkan keamanan sistem komputer perusahaan tersebut.

Dengan keluarnya film tersebut, maka eksistensi mengenai hacker semakin jauh dari yang

pertama kali muncul di tahun 1960-an.

Definisi hacker sendiri sampai saat ini masih menuai pro dan kontra. Apalagi dengan

kenyataan yang terjadi di atas. Masyarakat memahami hacker sebagai sesuatu yang negatif

dan banyak sekali merugikan pihak-pihak yang membuat perangkat lunak. Hal tersebut

mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman terhadap istilah tentang hacker dan cracker.

Banyak orang memahami bahwa hacker yang mengakibatkan kerugian pada banyak pihak

seperti mengubah tampilan suatu situs web (defacing), menyisipkan kode-kode virus, dan

lain-lain, padahal yang dimaksud mereka adalah cracker. Cracker-lah yang menggunakan

celah-celah keamanan yang belum diperbaiki oleh pembuat perangkat lunak (bug) untuk

menyusup dan merusak suatu sistem.2

Sejatinya hacker bukanlah perusak seperti yang dibayangkan banyak orang. Justru

kita patut berterima kasih atas kehadiran mereka. Tanpa mereka, mungkin trend dotcommers

(pembuat situs) tidak akan seramai saat ini. Berkat mereka internet yang saat ini kita rasakan

terus berkembang dan terus diperbaiki dari segala kesalahan dan kekurangan sistem yang ada.

Berbagai kelemahan yang ada terus dipubikasikan dan diperbaiki secara sukarela. Bahkan

satu hal yang patut dipuji dari hacker itu sendiri adalah rasa berbagi informasi dan
2
//http://aditya-fp.blogspot.com/2009/12/hacking-antara-kreativitas-dan.html (di posted tanggal 24-3-2010).
pengetahuan antar anggota komunitas hacker yang justru tumbuh di dunia maya yang

biasanya terkesan sebaliknya yakni tudingan yang bersifat futuristik dan jauh dari rasa sosial,

Hacking is an art. Itulah slogan yang sering ditemukan di berbagai forum maupun komunitas

hacker.

Menurut pendapat saya hacker atau hacking bukanlah suatu hal yang terlalu dan

selalu dianggap negative bagi banyak orang, tetapi juga merupakan sebuah kreatifitas dari

kelompok atau anggota hacker. Tindakan hacking yang bias dapat pula dikategorikan sebagai

salah satu bentuk seni yang ada, dimana seni tersebut berasal dari sebuah kreatifitas yang

terlahir. Satu hal penting yang menandakan pandangan para hacker sebagai sebuah seni

kreatifitas yakni ada pada penulisan kode program. Setiap hacker yang ada, memiliki

kreatifitas yang berbeda-beda dalam membuat kode programnya meskipun fungsi dan

tujuannya tetap sama. Hacker memandang sebuah sistem sebagai bentuk seni, dengan

demikian ia dapat menemukan arti dari sistem tersebut. Dengan memahaminya, tentulah ia

menemukan kelemahan-kelemahan dari sebuah sistem.

Tidak cukup sampai di situ. Proses pengeksplorasian kelemahan sebuah sistem juga

menuntut kreativitas yang tinggi, karena tidak ada ilmu baku yang membahas tentang itu

semua. Seperti yang sudah dijelaska sebelumnya bahwa penulisan kode program dari sebuah

sistem adalah seni yang unik, dengan demikian diperlukan kreativitas yang tinggi bagi

seorang hacker untuk dapat mengeksplorasi kelemahan sistem tersebut. Kemudian, untuk

memperoleh kreativitas yang tinggi, maka mutlak diperlukan sebuah rasa keingintahuan

(curiosity) yang tinggi pula.

Dari sini kita dapat diambil kesimpulan bahwa hacking atau hacker bukan hanya

sekedar ilmu, melainkan sebuah seni yang memerlukan kreativitas tinggi. Untuk

menimbulkan daya kreativitas yang tinggi, maka diperlukan rasa keingintahuan yag tinggi
pula. Bukan seorang hacker namanya jika ia hanya menunggu datangnya sebuah informasi,

namun ia juga harus aktif mencari informasi, baik melalui forum maupun terjun langsung.

Namun timbul sebuah pro dan kontra baru dalam hal itu. Kini tidak lagi

memperdebatkan masalah definisi hacking itu sendiri, melainkan tentang pengalaman yang

luas hacker. Bagi seorang hacker segala informasi adalah free (bebas), namun pernyataan ini

menuai kontra, karena jika semua informasi adalah free maka tidak ada lagi privasi. Selama

ini hacker sejati memang tidak pernah merusak, mereka hanya sekedar mencoba masuk ke

dalam sebuah sistem untuk mendeteksi kelemahan-kelamahan yang ada dan kemudian

mengambil sebuah data penting yang mereka butuhkan. Namun permasalahannya adalah

bagaimana jika hacker tersebut masih newbie atau baru dan ia tidak mengetahui apakah yang

ia lakukan itu merusak atau tidak. Maka jangan heran ketika ada seorang hacker yang

ditangkap padahal ia hanya dikatakan iseng ataupun coba-coba.

Tetapi untuk hacker yang memang bertujuan tidak baik dan merugikan orang atau

yang mempunyai system tersebut, maka disinilah hacker dilawan dengan hacker yang

memang sengaja di bayar atau di kontrak dalam suatu instansi untuk mengamankan data-data

yang riskan untuk di ambil dan disalah gunakan oleh para hacker yang tidak bertanggung

jawab. Hacker yang bekerja untuk suatu instansi tersebut juga di tugaskan untuk mencari

data-data yang telah hilang dicuri untuk mengembalikan atau melacak kemana perginya data

tersebut dan disimpan oleh hacker yang dapat dikatakan jahat.

Terlepas dari itu semua, terdapat batas yang tipis antara kreativitas dan kriminalitas

dalam dunia maya. Salah melangkah sedikit saja, maka konsekuensinya adalah hukum. Untuk

itulah, perlu sekiranya seorang hacker juga memperhatikan etika-etika yang ada. Saat ini

muncul istilah Certified Ethical Hacker, dimana seorang hacker dimungkinkan untuk

memiliki sertifikasi bertaraf internasional dalam dunia hacking demi sebuah keamanan dan

dapat terkendalinya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh hacker. Maka dengan sertifikasi
inilah secara legal seorang hacker dapat melakukan pekerjaanya dengan seizin dan

sepengetahuan pemilik dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat keamanan pada suatu

sistem. Meskipun demikian, kegiatan yang dilakukan tanpa sepengetahuan dan izin dari

pemilik, walaupun memiliki tujuan yang baik justru mendapat ancaman hukuman yang sesuai

jika sang pemilik sistem merasa tidak senang dengan perbuatan hacker tersebut. Dengan

demikian bisa dilihat antara sisi baik dan buruk antara hacker yang memang mempunyai

tujuan untuk merugikan demi sebuah kepentingan pribadi dan heacker yang hanya mengasah

kreatifitas untuk menambah suatu pengalaman bahkan untuk menjaga system keamanan suatu

instansi yang fatal.

Ref:

http://id.wikipedia.org

Onno W. Purbo, Belajar Menjadi Hacker

//http://aditya-fp.blogspot.com/2009/12/hacking-antara-kreativitas-dan.html

Anda mungkin juga menyukai