BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara
pendidik dan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu pemilihan teknikyang
tepat. Ada banyak teknik yang bisa diterapkan untuk membangun interaksi dan
komunikasi yang baik antara peserta didik dan pendidik
Teknik adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang
lain. Teknikdapat dijadikan pola pikiran, artinya para guru boleh memilih teknik
yang sesuai dan efisien utntuk mencapai tujuan pendidikannya.
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan
kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi
situasi yang baru. Proses yang dimaksud bukan dilihat sebagai perolehan
informasi yang tejadi secara satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan
sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses
asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktakhiran struktur kognitifnya.
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan
masa depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan
pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang
studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. (Suharsono, 1991 dalam Muna, 2009).
Mata pelajaran biologi sebagai bagian dari bidang sains, menuntut
kompetensi belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif.
Namun, dalam kenyataan saat ini siswa cendrung menghafal daripada memahami,
padahal pemahaman merupakan modal dasar bagi penguasaan selanjutnya. Siswa
dikatakan memahami apabila dapat menunjukkan unjuk kerja pemahaman
tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada konteks yang sama
maupun pada konteks yang berbeda. (Gardner, 1999 dalam Muna, 2009).
Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan yang
mereflesikan kompetensi sehingga dapat mengantarkan siswa untuk menjadi
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan metode diskoveri/inkuiri?
2. Apakah yang dimaksud dengan metode pemecahan masalah?
3. Apakah yang dimaksud dengan teknik simulasi?
4. Bagaimana penerapan metode discoveri/inkuiri dan pemecahan masalah
dengan teknik simulasi dalam pembelajaran biologi?
3
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami metode diskoveri/inkuiri
2. Untuk mengetahui dan memahami metode pemecahan masalah
3. Untuk mengetahui dan memahami teknik simulasi
4. Untuk mengetahui dan memahami penerapan metode discoveri/inkuiri dan
pemecahan masalah dengan teknik simulasi dalam pembelajaran biologi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Diskoveri/Inkuiri
Menurut Zulfiani (2003), inkuiri dapat dikatakan sebagai suatu metode
yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau
informasi, atau mempelajari suatu gejala. Oleh karena Sains merupakan cara
berpikir dan bekerja yang setara dengan kumpulan pengetahuan, maka dalam
pembelajaran Sains perlu menekankan pada cara berpikir dan aktivitas saintis
melalui metode inkuiri. Wayne Welch, telah memberikan argumentasi, bahwa
teknik-teknik yang diperlukan untuk pembelajaran Sains sama dengan teknik-
teknik yang digunakan untuk penyelidikan ilmiah. Metode-metode yang
digunakan oleh para saintis harus menjadi bagian integral dari metode
pembelajaran Sains. Metode ilmiah dapat dianggap sebagai proses inkuiri.
Dengan demikian inkuiri seharusnya menjadi “roh” pembelajaran Sains. Welch
telah mengidentifikasi lima sifat pembelajaran inkuiri, yaitu:
a. Pengamatan
Sains diawali dengan pengamatan materi atau gejala. Pengamatan merupakan
langkah awal dalam proses inkuiri
b. Pengukuran
Dalam Sains diperlukan deskripsi kuantitatif suatu objek dan gejala melalui
pengukuran
c. Simulasitasi
Simulasi melibatkan pertanyaan-pertanyaan, pengamatan-pengamatan dan
pengukuran. Simulasi merupakan landasan Sains yang dirancang untuk
menguji pertanyaan-pertanyaan dan ide-ide
d. Komunikasi
Komunikasi merupakan bagian yang esensial dari proses inkuiri.
e. Proses-proses mental
Welch mendeskripsikan beberapa proses berpikir yang merupakan bagian
integral dari inkuiri ilmiah, yaitu: penalaran induktif, merumuskan hipotesis
dan teori, penalaran deduktif, analogi, ekstrapolasi, sintesis dan evaluasi.
5
Terdapat beberapa model inkuiri, yaitu: inkuiri induktif terbimbing dan tak
terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Inkuiri induktif terbimbing
merupakan bentuk pembelajaran yang berpusat pada guru. Sebaliknya, inkuiri
induktif tak terbimbing merupakan inkuiri yang berpusat pada siswa. Metode ini
memungkinkan siswa memilih gejala dan metode penyelidikan. Dalam bentuk
inkuiri induktif, siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran tentang konsep dan
gejala Sains melalui pengamatan, pengukuran dan pengumpulan data untuk
menarik kesimpulan. Dalam inkuiri deduktif, siswa mengawali belajarnya melalui
topik yang besar, kesimpulan, atau konsep umum dan bergerak menuju ke kasus-
kasus khusus. Memecahkan masalah merupakan bentuk lain pembelajaran inkuiri.
Guru yang menerapkan metode pemecahan masalah akan menggunakan
perspektif bahwa siswa-siswa akan mengusulkan penyelesaian masalah dan
mengajukan rekomendasi ke arah apa yang harus dikerjakan agar terjadi
perubahan, peningkatan, pembetulan, pencegahan atau situasi yang lebih baik.
J. Bruner telah mengembangkan belajar penemuan (discovery learning)
yang berdasarkan kepada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-
prinsip konstruktivis. Pada discovery learning siswa didorong untuk belajar secara
mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman
dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan
prinsip-prinsip. Menurut Carin (1985), discovery merupakan suatu proses di mana
anak atau individu mengasimilasi proses konsep dan prinsip-prinsip. Discovery
terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan mentalnya agar
memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk menemukan konsep
atau prinsip. Proses-proses mental itu melibatkan perumusan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang simulasi, melaksanakan eksprimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Di samping itu
juga diperlukan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan terbuka (inilah yang
dimaksud dengan sikap ilmiah).
Discovery learning memiliki beberapa keuntungan, yaitu: (1) pengetahuan
ang diperoleh dapat bertahan lebih lama dalam ingatan, atau lebih mudah diingat,
dibandingkan dengan cara-cara lain, (2) dapat meningkatkan penalaran siswa dan
6
C. Teknik Simulasi
1. Pengertian Simulasi
Bermain peran atau simulasi adalah suatu metode pembelajaran dimana
siswa mempelajari fakta, konsep atau prinsip tertentu melalui pengalaman yang
terdramatisasikan (Susanto, 2002). Dalam permainan drama itu siswa-siswa yang
8
terlibat ditugaskan untuk memainkan peran dari orang, benda, kejadian atau
situasi alam yang menjadi bagian dari fakta, konsep atau prinsip. Bila ditugasi
untuk melakukan suatu permainan peran, para siswa akan belajar sungguh-
sungguh untuk melakukannya. Mereka melakukan permainan peran itu secara
sungguh-sungguh karena pekerjaan mengasyikkan.
Menurut Silautama (2010), Simulasi berasal dari kata simulate yang
artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar,
simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan
tertentu.
Teknik simulasi merupakan teknik yang membuat suatu peniruan
terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau
proses. Tekni kini dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-
macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk
memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.
Teknik ini diterapkan didalam dunia pendidikan dengan tujuan
mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses sibernetika.
Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati kenyataan dimana gerakan yang
dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya, dalam proses simulasi ini
dilakukan dengan menggunakan simulator.
Teknik simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik
bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh
pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah,
(4) meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar kepada
siswa, (6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok,
(7) menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk
mengembangkan sikap toleransi.
Tahap-tahap pokok yang perlu diikuti oleh guru agar dapat
mengimplementasikan suatu kegiatan simulasi adalah menjelaskan tugas,
mendiskripsikan peran,memberi kesempatan kepada pemain untuk menyiapkan
interpretasinya dan membantu pemain jika diperlukan, memberi kesempatan
9
2. Sistem Sosial
Didalam simulasi, pengajar harus dengan sengaja memilih jenis
kegiatan dan mengatur siswa dengan merancang kegiatan yang utuh dan
padat mengenai sesuatu proses. Karena itu, model ini termasuk model yang
terstruktur. Namun demikian, kerjasama antar peserta sangat diperhatikan.
Keberhasilan dari model ini tergantung pada kerjasama dan kemauan dari
siswa untuk secara bersungguh-sungguh melaksanakan aktivitas ini.
3. Prinsip reaksi/pengelolaan
Dalam model ini, pengajar berperan sebagai pemberi kemudahan atau
fasilitator. Dalam keseluruhan proses simulasi, pengajar bertugas dan
bertanggung jawab atas terpeliharanya suasana belajar dengan cara
menunjukkan sikap yang mendukung atau supportif dan tidak bersifat menilai
atau evaluatif. Dalam hal ini, pengajar bertugas untuk lebih dahulu
mendorong pengertian dan penafsiran para siswa terhadap isi dan makna dari
simulasi tersebut.
4. Sistem Pendukung
Sarana yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan simulasi ini
bervariasi, mulai dari yang paling sederhana dan murah, ke yang paling
kompleks dan mahal. Misalnya bila sarana yang dipergunakan berupa
simulator elektronik, tentu hal ini memerlukan biaya yang besar. Tapi bila
sarana yang diperlukan itu hanyalah berupa kartu ataupun kelereng, tentu
sangat murah
3. Kelebihan Dan Kelemahan Teknik Simulasi
Sanjaya (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan
kelemahan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar.
Kelebihan Teknik ini di antaranya adalah:
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi
situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode diskoveri-inkuiri adalah suatu metode yang mengacu pada suatu cara
untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau
mempelajari suatu gejala.
2. Metode pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah
belajar baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
3. Teknik simulasi adalah teknik yang membuat suatu peniruan terhadap
sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau
proses.
4. Penerapannya adalah
B. Saran
Sebagai seorang calon pendidik dalam suatu proses pembelajaran guru
hendaknya meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seorang
siswa dengan memilih metode dan teknik pembelajaran yang efektif, pada
pembelajaran biologi. Metode diskoveri inkuiri serta pemecahan masalah dengan
teknik simulasi cukup efektif akan tetapi pendidik/guru harus mampu
mengembangkan dan meminimalisasi kekurangan dari setiap metode tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, Bruce & Weil, Marsha. 1996. Models of Teaching. Boston, London,
Toronto, Sydney, Tokyo, Singapore: Prentice-Hall, Inc