Anda di halaman 1dari 24

BAB2

ANALISIS RANGKAIAN

2.1 PENDAHULUAN DAN DEFINISI

Didalam merancang dan aplikasi sistem instrumentasi dipakai sejumlah rangkaian-rangkaian analog dan digital. Walaupun ini tidak penting didalam merancang rangkaian listrik agar supaya dapat dipakai dalam sistem instrumen, tetapi perlu dipahami hukum-hukum dasar yang berpengaruh pada kelakuan rangkaian ac dan de. Juga sangat penting untuk menganalisis sinyal untuk menggambarkan efek dari sistem instrumentasi dan responnya pada kuantitas yang diukur. Bab ini berisikan ringkasan konsep eletronika dasar dan hukum-hukum yang berguna didalam pemakaian dan pemahaman sistem instrumentasi modem.

Analisis rangkaian dimulai dengan definisi sistem satuan SI, dimana meter adalah satuan panjang, kilogram satuan massa dan detik satuan waktu. Satuan-satuan yang penting lainnya adalah temperatur dalam derajat Kelvin, temperatur relatif dalam derajat Celsius dan arus listrik dalam Ampere. Besaran-besaran yang dipakai dalam bukuini termsuk simbol standard, satuan dan singkatannya didefinisikan dalam Tabel 2.1.

Definisi singkat untuk masing-masing kuantitas adalah sebagai berikut:

Gaya. Gaya 1 N menyebabkan massa 1 kg untuk dipercepat 1 m/dt".

Enersi. Sebuah benda yang beratnya 1 N menerima enersi potensial 1 J bila benda tersebut berada pada ketinggian 1 m. Bentuk lain massa 2 kg bergerak dengan kecepatan 1 mldt mempunyai enersi kinetik 1 J.

Tabel2.1 Kuantitas-kuantitas listrik yang penting didalam Sistem Instrumentasi
Kuantitas I Simboll Satuan I Singkatan I BentukLain
Tenaga f Newton N (kg.m/dt")
Enersi w Joule J (N.m)
Tenaga p Watt W (I/dt)
Muatan q Coulum C (A.dt)
Arus i Ampere A (C/dt)
Tegangan v Volt V (W/A)
Medan listrik E volt/meter VIm (N/C)
Kerpatan flux magnet B tesla T (Wb/m2)
Flux magnet cj) Weber Wb (T.m2) 21

dw e=:z: dt

Tenaga. Tenaga menggambarkan rate waktu dimana enersi ditransformasikan. Transformasi enersi 1 J dalam waktu 1 dt menggambarkan tenaga rata-rata 1 W. Tenaga secara umum adalah

Muatan. Muatan listrik adalah integral arus terhadap waktu

( .1) I

t

q = f idt

o

( .2)

Muatan 1 C dipindahkan selama 1 dt akan menghasilkan arus 1 A.

Arus. Arus adalah rate aliran total dari muatan positif

. dq

1=-

dt

( .3)

Arus 1 A merupakan perpindahan muatan pada laju 1 C/dt. !

Tegangan. Muatan 1 C menerima (atau membawa)enersi II bergerak melalui tegangan 1 r. Seca-

~~m dw I

V= - ,( .4)

~ I

i

Kuat medan listrik. Kuat medan listrik E didefinisikan oleh besaran dan arah gaya f pa+ tuan

muatan positif didalam medan listrik. i

f £ '11.(

=q

I

Mudah ditunjukkan bahwa kuat medan listrik adalah sarna dan berlawanan tanda ter~p gra-

dien tegangan . i

dv E=-dl

1 ( .6)

Kerapatan flux magnet. Medan magnet terjadi pada daerah sekitar muatan bergerak a.au arus.

Intensitas efek magnet ditentukan oleh I

f=quxB

,

I ( .7)

u adalah kecepatan muatan q

B adalah kerapatan flux: magnet

x adalah simbol dari perkalian vektor.

i

Gaya 1 N dihasilkan oleh muatan 1 C yang bergerak dengan kecepatan 1 mldt arah nomal er-

hadap medan magnet dengan kerapatan flux 1 T. i

22

Flux magnet. Flux magnet diperoleh dengan mengintegralkan kerapatan flux magnet terhadap luas A.

~=fB.dA

(2.8)

simbol ernenunjukkan perkalian titik vektor.

Tenaga p dan transmisi enersi w didalam rangkaian dalam bentuk arus i dan tegangan v diperoleh sebagai berikut. Dari persamaan 2.1,2.3, dan 2.4 kita dapatkan

_ dw _ dwdq P - dt - dq dt

dw

V=-

dq

dan

. dq

1=-

dt

Oleh karena itu

p=vi

(2.9)

w = J pdt = J vidt

(2.10)

2.2KOMPONEN-KOMPONEN LISTRIK DASAR

Rangakain analog dan digital dirangkai dengan memakai komponen-komponen berbeda yang dipengaruhi oleh kelakuan arus listrik dan tegangan pada lokasi berbeda didalam rangkaian. Seksi ini memperkenalkan tiga komponen-komponen dasar dan memberikan hukum yang mempengaruhi komponen pada rangkaian.

A. Takanan

Simbol untuk tahanan ditunjukkan dalam Gambar 2.1 a dimana tahanan R terlihat dirangkai didalam rangkaian.Hukum Ohm (untuk menghormati George Ohm)

v=iR

(2.11)

mendefinisikan hubungan antara turunnya tegangan melalui tahanan dan aliran arus. Apabila v diekspresikan dalam volt dan i ampere, maka R diberikan dalam n.

Konduktan G dari komponenen adalah berbanding tebalik dengan tahanan R. Maka

1 G=R

(2.12)

G diekspresikan dalam bentuk satuan diketahui sebagai seiemen S.

23

B. Kapasitas.

Simbol kapasitas ditunjukkan dalam Gambar 2.1 b dimana kapasitor C terlihat didalam ran kaian sederhana. Secara fisik kapasitor terdiri dari elektrode yang dipisahkan oleh dielektrik dan rtindak sebagai sebuah isolator. Jika diberi tegangan positif pada plat atas dan tegangan negati pada plat bawah, maka kapasitor akan menyimpan muatan q menurut rumus

q =Cv

dan enersi yang tersimpan w ditentukan dari persamaan 2.13 dan 2.14 seperti

v

W = J Cvdv = tCJ!2

o

I

(~.14)

i

Apabila tegangan v adalah konstan, muatan pada kapasitor dipertahankan· dan tidak ada CUll yang

I

mengalir. Oleh karena itu apabila tegangan berubah terhadap waktu, arus mengalir dielektri me-

nuruti

. cdv

1= -

dt

I

(4 15)

Didalam persamaan 2.13 sampai 2.15, kapasitas diekspresikan dalam Farad (nama untuk M chael Faraday).

C Induktansi l'

Simbol untuk induktansi diilustrasikan didalam Gambar 2.1c dimana induktor L dirangk k kedalam sebuah rangkaian sederhana. Secara fisik induktor adalah koillilitan kawat dengan i eter keeil. Koil mempunyai resistansi yang sangat kecil untuk aliran arus stedi; oleh karena itu iI arus

bervariasi terhadap waktu, penurunan tegangan pada koil ditunjukkan oleh '

di v=Ldt

induktansi L diekspresikan dalam Henry H (nama untuk Joseph Henry).

Enersi yang tersimpan didalam induktor ditentukan oleh persamaan 2.10 dan 2.16,

I

W = J Lidi = tIP

o

j< 17) j

2.3 HUKUM RANGKAIAN KIRCHHOFF'S

Lebih dua abad yang lalu Gustav Kirchhoff menghasilkan dua hukum rangkaian yang meru akan teori dasar rangkaian listrik. Pertama adalah hukum arus, diilustrasikan dalam Gambar 2.~a, yang

24

menunjukkan jumlah aljabar dari arus yang mengalir kedalam suatu titik sambuangan adalah sarna dengan nol.

(2.17)

f t t
i J
+ J l.
[/ C
Generator Generator
__ l'_
(b) (c)
(0) Gambar 2.1 (a) Tahanan didalam rangakaian, (b) kapasitor didalam rangkaian, (c) induktor didalarn rangkaian.

Tanda panah dalam Gambar 2.2 menunjukkan tanda dan besaran arus listrik. Arus mengalir kedalam titik cabang dianggap positif dan jika mengalir menjahui titik cabang dianggap negatif

Hukum kedua rangkaian Kirchhoff's adalah hukum tegangan, yang menunjukkan bahwa jumlah aljabar tegangan seputar loop adalah sarna dengan nol.

Untuk memperlihatkan pemakaian Persamaan 2.19, perhatikan loop rangkaian dalam Gambar 2.2b dan tuliskan perubahan tegangan pada masing-masing empat sisi dari loop seperti

LV = Vba +Vcb +Vdc +Vad = 0

Vba menunjukkan tegangan pada titik b diukur terhadap titik a. Apabila Vba positif, titik bpotensialnya lebih tinggi dan pada potensila titik a. Sekarang dimulai pada titik a, berputar searab jarum jam sekitar loop, dan

LV = Vs - VR - vc + 0 = 0

atau

Vs =VR+VC

pada suatu waktu. Dalam hal ini vs menunjukkan sumber tegangan dan VR dan Vc menunjukkan penurunan tegangan dalah arab aliran arus.

25

Gambar 2.2 Model rangkaian untuk (a) Hukum arus Kirchhoff's, dan (b) Hukum tegangan Kirchhoff's

2.4 DIODE, TRANSISTOR DAN GERBANG

Komponen-komponen dasar dari rangkaian adalah tahanan, kapasitor dan induktor telah ibahas dalam seksi 2.2. Diode, transistor dan gerbang adalah komponen yang lebih tinggi, biasany terbuat dari semikonduktor, yang dipakai dalam rangkaian analog dan digital.

2.4.1 Diode

1

Diode adalah komponen dua terminal, secara simbolik ditunjukkan dalam Gambar 2. a. Diode

ideal tidak ada tahanan untuk mengalirkan arus apabila dipakai tegangan positif (bias), p rti ditunjukkan dalam Gambar 2.3a. Sedangkan dipakai tegangan kebalikannya (bias negat J diode

mempunyai tahanan yang tidak tebatas. Pada dasarnya diode bekerja sebagai sebuah el, ter-

tutup untuk tegangan bias kebalikannya dan terbuka untuk tegangan bias kedepan (fo ). Ka-

rakteristik tegangan arus ditunjukkan dalam Gambar 2.3b, adalah identik dengan sebuah lar.

Diode pada umumnya dibuat dengan sambuan PIN didalam silikon dan memerlu b as ke-

depan melebihi tegangan threshold sebelum terjadi konduksi.

2.4.2 Transistor ,

Transistor adalah piranti semikonduktor dipakai sebagai penguat (amplifier) atau seb~ elektronik berkecepatan tinggi. Pemakaian penguat pada umunya berbasiskan pada trans" bungan bipolar, diilustrasikan dalam Gambar 2.4. Pirantinya adalah planar; oleh karena i dibuat dengan memakai metode lithografik dalam silikon doped P dan N. Bentuk sangat] k

ngan luas 10-9 m2 .

Transistor dengan tiga terminal adalah base ditunjukkan oleh B, kolektor oleh C, dan iter 0-

leh E. Teori operasi dari transistor bipolar adalah diluar skope dari buku ini. Pada ~Y transistor akan bekerja sebagai penguat arus karena arus base ie reiatifkecil menghasiIkan 1s olek-

26

tor ic besar. Contohnya apabila transistor NPN dihubungkan dalam konfigurasi dengan tegangan sumber dan beban tahanan RL, seperti terlihat dalam Gambar 2.5, transistor bekerja untuk memperkuat sinyal masukan i i- Arus sinyal i i menyebabkan variasi arus base i B, yang selanjutnya menghasilkan arus kolektor ie sepanjang garis beban seperti dalam Gambar 2.Sb. Bagian varisi waktu (time varying) pada arus kolektor menunjukkan penguat arus keluaran yang digambarkan dari sumber Vee dan arus melalui beban tahanan RL. Gain G adalah

G= i.O Ii

(2.20)

i 0 adalah komponen sinusoida dari i e. Gain G tergantung pada karakteristik base dan kolektor dari transistor dan Vee dan RL. Sinyal gain untuk transistor tunggal dalam range 10 ke 100.

Transistor juga bekerja sebagai sakelar elektronik berkecepatan tinggi, yang dibuka dan ditutup tergantung pada tegangan yang dipakai base. Apabila operasinya sebagai sakelar, transistor dihubun: . -n ke rangkaian sederhana seperti terlihat dalam Gambar 2.6a. Karena sambungan PIN keduanya bias kebalikannya, maka tidak ada aliran arus kolektor dan transistor beroperasi dalam da-

t'

Current I

Reverse bias Fa," J' j bias Voltage t', volt,

la)

(/»

Gambar 2.3 (a) Simbol untuk sebuah diode memperlihatkan aaliran arus dengan bias positif. (b) Karakteristik Tegangan-arus dari diode ideal.

B

2--§
I
~
~I Collec

11
~ P
g: 11 " E

tor

B

(a)

(b)

Gambar 2.4 Representasi dari transistor bipolar NPN. (a) Struktur planar dalam silikom, dan (b) sibol rangkaian.

27

ic(mA)

flJt " /

i(.

C ._:_

/ /

Ti~-- - _15 ~

____ \1-lc-I0C1 ......... -.....L-~---7 - - 5 t-J;...:;;..;;;;...=~--i-____;~--+-~

/ /

(a)

j = 0

(b)

Gambar 2.S Dasar penguat arus transistor NPN. (a) Diagram rangkaian, dan (b) karakteristik operasi

erah cutoff dari Gambar 2.6b pada titikl arus kolektor keeil (5 J.lA), dipakai tegangan Vec

Kondisi ini berhubungan dengan tahanan cutoff 1 Mil, dan sakeIar, yang kontak adalah t inal

kolektor dan emiter, terbuka.

Apabila tegangan positif dipakai pada masukan, arus base naik (katakan 0,3 rnA) d transitor bergerak sepanjang garis beban pada Gambar 2.6b ke titik 2. Pada titik ini, sistor beroperasi dalam kondisi jenuh (sturasi) dan penurunan tegangan VCE pada transistor keeil kali. Arus kolektor adalah sekitar 30 rnA pada tegangan jenuh 0,3 V, yang menghasilkan tah sakelar sekitar IOn. Dalam hal ini, transistor dianggap sakelar tutup.

2.4.3 Gerbang (gate)

Didalam memproses sinyal digital, informasi diekspresikan sebagai kode digital dan ditrans . sikan melalui operasi Iogika, yang mengubah bentuk dan memanipulasi informasi ini. Ger !K ogika adalah piranti yang mengontrol aliran informaasi didalam jaringan Iogika.Walaupun ter t beberapa perbedaan gerbang yang melakukan operasi Iogika khusus, semua gate Iebih ko~pl ks ini dibuat dari tiga gate dasar, yaitu gerbang AND, OR dan NOT.

Gerbang AND direpresentasikan oleh rangkaian dalam Gambar 2.7a, dimana dua _ tar A dan B ditetakkan dalam garis dari sumber ke beban. Tegangan Vs dipakai ke beban han~ ~ abita sakelar A dan sakelar B keduanya ditutup. Kemungkinan untuk gerbang AND diapaparkan am tabel kebenaran pada Tabel 2.2. Dengan catatan 0 dipakai untuk menyatakan statmen • dan 1 menyatakan statmen benar. Dengan menganggap tegangan yang dipakai ke beban, 1 men*nj kkan ini adalah benar bahwa v s dipakai ke beban.

Gerbang OR dipresentasikan dalam rangkaian pada Gambar 2.7b, dimana dua sakelarjA diletakkan sejajar satu dengan lainnya dalam rangkaian antara sumber tegangan dan beban

B

28

I I

',ui

30 i/j = 0,3 rnA
Output
20
;(
.5 Linear region
E ._v 0.1 rnA
10
0
~ ~V('~'(~" 3 4 5
VI'I'
(I,) Gambar 2.6 Transistor dalam aplikasi sakelar. (a) rangkaian sakelar, dan (b) daerah operasi.

la A ditutup atau jika B ditutup. tegangan dipakai ke beban (T=l). Tabel kebenaran untuk gerbang OR dua sakelar dipresentasikan dalarn Tabe12.3.

A ----r-\_~ut B~

A~~ut B~

Outp"t

(,,)

Input

Voltage

I~e

llnl£' -=

(d

(1))

GJIIlbar 2.7 Rangkaian dan simbol untuk tiga dasar gerbang logika. (a) Gerbang AND, (b) gerbang O~ (c) gerbang NOT

Gerbang NOT, yang diilustrasikan dalarn Garnbar 2.7c, adalah sebuah inverter, Dalarn hal ini sakelar mekanik diganti dengan transistor yang ditutup oleh tegangan masukkan positif Apabila si-

29

nyal rnasukan ke transistor adalah (katakan 0) transistor berlaku sebagai sebuah sakelar t rbuka, tidak ada aliran arus, -dan tegangan keluaran adalah v s atau 1. Apabila sinyal masukan me . adi 1, transistor konduksi, bertindak seperti sebuah sakelar tutup, dan keluaran ditanahkan, mem erikan keadaan rendah (low) atau O. Jelaslah dari deskripasi ini jika masukan adalah ti1jl . (A), keluarannya adalah rendah (A), dan perubahan masukan ke rendah (a) menghasikan] k luaran tinggi (A).

Gerbang-gerbang dasar ini disusun dalam rangkaian untuk melakukan fungsi digital, istem digital tersusun dari banyak fungsi digital ini dan dapat berisikan jutaan atau lebih dari ig banggerbang dasar sederhana. Jumlah chip yang dipakai untuk membuat rangkaian logika t~rg tung pada skala dari integrasi yang dipakiuntuk membuat rangkaian-rangkaian. Dengan very l¥g scale integration (VLSI) memungkinkan menempatkan 104 gerbang-gerbang dalam chip turlgg dari silikon, maka dimungkinkan mengembangkan sistem digital besar hanya dengan 100 samp 1000 chip.

Tabel 2.2 Tabel kebenaran untuk Gerbang AND A.B=T

Tabel2.3 Tabel kebenaran untuk Gerbang OR A+B=T

Sakelar atau Masukan

Sakelar atau Masukan

Keluaran

Keluaran

A

B

T

A

B

T

o o 1 1

----------------------------------------r--

o 0 0

o 1 1

1 0 1

1 1 1

o 1 o 1

o o o 1

2.5 RANGKAIAN DC

Didalam rangkaian de, aliran arus adalah konstan terhadap waktu. lni adalah analisis ri' aian

yang sederhana karena penurunan tegangan pada induktor adalah nol (midi = 0) dan al arus

melalui kapasitor adalah nol (dvldt = 0). Tahanan adalah hanya komponen yang men ilkan

penurunan tegangan sesuai dengan hukum Ohm. •

Perhatikan tahanan susunan seri R, dan R2 didalam rangkaia de, seperti dalam Gam~ Hukum tegangan Kirchhoff's, diberikan oleh persamaan 2.19, dan hukum Ohm's, diberikan maan 2.11, akan menghasilkan

R, = R 1 + R2 adalah tahanan loop tertutup ekuivalen seperti dalam Gambar 2.8a.

Selanjutnya perhatikan rangkaian paralel dalam Gambar 2.8b dan pakailah hu Kirchhoff's, persamaan 2.18, ke titik A diperoleh

arus

30

I I

Masukkan persamaan 2.11 kedalam persamaan a, maka

(b)

Karena v s = V d , tahanan ekuivalen untuk tiga tahanan paralel adalah

(2.22)

i,

R,

+

,= -=- u.

(0)

J,

I,

+

+

-=- (..I,

= -=- v,

R,

(b)

Gambar 2.8 Tahanan didalam loop rangkaian.(a) tahanan sen, dan (b) tahanan parale1

2.6 FUNGSI-FUNGSI PERIODIK

Apabila arus atau tegangan berubah-ubah terhadap waktu didalam rangkaian, mak sinyal mempunyai tipe bentuk gelombang (waveform). Perbedaan tipe dari bentuk gelombang salah satunya adalah periodik atau transien. Sinyal periodik adalah berulang-ulang dan dapat dipresentasikan oleh fingsi sinusoida atau oleh deret komponen sinusoida artinya analisis Fourier. Sinyal transien adalah kejadian satu waktu; tidak berulang.

Tipe khusus fungsi periodik adalah sinus (sin1lQ)t atau COS1lQ)t). Fungsi sinusoida adalah sangat penting didalam menggambarkan respon dinamik dari sistem instrumentasi dimana rasio tegangan masukan dengan tegangan keluaran adalah fungsi frekuensi. Sinusoida juga dipakai didalam analisis Fourier dari signal periodik lainnya yang mempunyai bentuk gelombang yang lebih kompleks.

Untuk mengilustrasikan dua fungsi sinusoida, perhatikan pusat titik putar pada titik 0 dalam bidang xy seperti dalam Gambar 2.9. Karena gari~ OR berputar dengan besaran konstan Ao dalam arah berlawanan jarum jam dengan kecepatan sudut 0), proyeksi OR pada sumbu x memberikan posisi dari titik P sebagai

x = Aocosrot

(2.23)

dan proyeksi OR pada sumbu y memberikan posisi dari titik Q sebagai

31

y = Aosinrot

I ( .24)

.\'

.r or \-

T

I" I

, w

(Ii I: R

''t''/ ,

I : wI

l/~'_;'

~', --- 1 .r

() I' I=C

Gambar 2.9 Fungsi sinusoida x = A o cos rot dan y =Aosinrot

Fungsi sinusoida adaIah berulang-ulang seperti ditunjukkan daIam Gambar 2.9, dengan h ga x dan y berulang setiap periode (T detik). Frekuensi sudut e, periode T (dt), dan frekuensi p tar 1 (Hz) dihubungkan dengan ekspresi

21t

ro= T = 21tj

dan dari persamaan 2.25 ,

I 1=1'

i

(2. 6) j

Kecepatan pada titik P dan Q, diilustrasikan daIam Gambar 2.9, diberikan oleh

Vp = x = 1r(A ocos rot) = -A oro sin rot =Aocos( rot+~)

! 1

t2. 7) i

VQ =y = 1r(A o sin rot) = Aoro cos rot = Aorosin (rot+~)

dan percepatan pada titik P dan Q adaIah

ap = x = -A oro2cos rot

= Aoro2cos (rot + 1t)

«o = y = -Aoro2sinrot

aQ = y = A oro2sin (rot + 1t)

(2. 8)

32

Perasamaan 2.27 dan 2.28 menunjukkan bahwa besamya kecepatan dan percepatan pada titik P dan Q dapat diperoleh dengan mengalikan posisi x dan y masing-masing dengan ro dan ro2 . Dengan catatan terdapat perbedaan fase, kecepatan, percepatan yang mendahului pegeseran (posisi) masing-masing dengan rc/2 dan re.

Dari persamaan 2.23, 2.24, 2.27, dan 2.28, harga maksimum kecepatan dan percepatan dapat dituliskan sebagai

vp=~y

(2.29)

Karena gerak ini sebanding dengan pergeseran dari titik tetap dan kecepatan v dan percepata a kearah titik tetap, gerak digolongkan sebagai gerak harmonik.

Bentuk gelombang periodik yang lebih kompleks dapat dipresentasikan dengan deret Fourier sinusoida. Maka,

A 00 00

X = -f + L Ancosnrot+ L Bnsinnrot

n=1 n=1

(2.30)

Ao,An, dan B; adalah amplitudo harmonik dan ro adalah frekuensi dasar (fundamental). Apabila sejumlah harga diberikan kedalam representasi Fourier, gerak priodik x, x, x dapat diterangkan dengan jumlah frekuensi gerak harmonis sederhana yang dikalikan dengan frekuansi dasarnya (misaI2ro,3ro, ......... ,mro).

Metode kedua analsis sinyal adalah dengan memakai phasor didalam bidang kompleks, dimana phasor, diproyeksikan kedalam sumbu nyata (real) dan khayal (imaginary), yang ditunjukkan bagian nyata dan khayal dari sinyal. Perhatikan phassor A, dalam Gambar 2.10, dan diekspresikan dalam bentuk eksponensial adalah

(2.31)

; = H . Kita ambil kembali identity dimana

elIDt = cos rot + j sin rot

(2.32)

Maka persamaan 2.31 dapat dituliskan sebagai

A =Aocosrot+ jAosinrot

(2.33)

Dengan catatan suku pertama dalam Persamaan 2.33 adalah harga nyata dan sum kedua harga khayal. Grafik bidang kompleks, ditunjukkan dalam Gambar 2.10, mengilustrasikan phasor, harga nyata dan ikhayal, dan sudut(rot) berharga positif jika berlawanan arah jarum jam. Membandingkan Gambar 2.9 dan 2.10 menunjukkan bahwa representasi phasor garis putar OR, yang memberikan sebuah contoh dari gerak harmonis sederhana (atau sinyal).

Deferensial dari phasor A untuk mendapatkan dAldt diberikan

33

"

A =jmAoejIDt

Dengan catatan dari Persamaan 2.32 bahwa j = elK12 dan P = -1 = efK. Masukkan ini kedJ samaaan 2.34 akan mendapatkan l

Per-

( .35)

" (Imaginary)

/l

.:

/ 101/ :

-':. - :--, ----<>------. l (Real) Au cos (1)/

Gambar 2.10 Representasi phasor A = A oefIDt pada bidang kompleks.

! ~embandingkan Persamaan 2.35 dengan Persamaan 2.27 menunjukkan bahwa bagian n*at dari

A berhubungan dengan Vp dan bagian khayal merepresentasikan vQ. Deferensial Persam 2.34 un- tuk mendapatkan d2 Aldt? memberikan

(236)

Dengan memakai Persamaan 2.32 dengan Persamaan 2.36, jelaslah bahwa

A = co2 A oei<IDt-+1t)

= co2AOCOS(cot + 1t) + jco2Aosin(cot+1t)

:(237)

Membandingkan persamaan 2.37 dengan 2.28 menunjukkan bahwa bagian nyata A berhab ngan d,engan Qp dan bagian khayal merepresentasikan QQ. Sudut fase untuk A adalah + = 1tI2~ A adalah + = 1t realatifpada referensi phasor. Sudut fase ini adalah mendahului, seperti yang· ~uk-

kan dalam bidang kompleks dalam Gambar 2.11. Dengan catatan bahwa sudut fase m ului

adalah positif (berlawanan arah jarum jam) terhadap garis referensi. !

Amplitude A 0 dari phasor adalah !

,

34

Re adalah amplitudo bagian nyata Im adalah amplitudo bagian khayal

Sudut fase cj) adalah

..I.. -t -1 (1m) 'I' - an (Re)

(2.39)

Keuntungan yang paling penting dengan memakai representasi phasor dari gerak sinusoida adalah merupakan penurunan deferensial dan integral fungsi eksponensial dan informasi besar dan fase. Deferensiasi dilakukan mengalikan dengan ;00, dan integrasi dilakukan membagi dengan ;00. Amplitudo dan sudut fase unntuk A, A dan A dapat ditentukan dengan memakai persamaan 2.39. Karena dari keuntungan ini, notasi eksponensial akan dipakai disini.

Leading (+) phase

A

It \

wI +"2 \ ~

Lagging (..) phase '" Reference hne

wI

A

Gambar 2.11 Sudut fase dari A dan A realtif terhadap A, terliahat kecepatan bergeser kedepan sebesar 1tfl dan percepatannya bergeser kedepan sebesar 1t.

2.7 RANGKAIAN AC

Tiga komponen listrik listrik yang dipakai untuk menggambarkan kelakuan dari rangkaian ac yaitu induktansi L, tahanan R, dan kapasitan C. Ketiga komponen ini diilustrasikan secara terpisah dalam Gambar 2.12, yang dihubungkan dengan tegangan masukan sinusoida vs. Penurunan tegangan Vd masing-masing komponen ini akan dibahas dalam seksi 2.2. Untuk menentukan pengaruh dari maasing-masing komponen dalam rangkaian dengan sinyal ac,

(2.40)

yang dapat dimasukkan kedalam Persamaan 2.11,2.13, dan 2.16 menghasilkan

untuk induktor

untuk tahanan

(2.41) 35

V d = ( . i 0 ) ejrot = -. t: = Zci untuk kapasitor

\froC froC

,

---_

" -__.

(u) Inductance

"d: I.(<!__I_)

,I,

' .. --_

'(') ',:dp.J. uance '1

I'

(10) Re~,~tance ",1' II,

Gambar 2.12 Rangkaian-rangkaian dasar yang menggambarkan penurunan tegangan pada tiga komponen dasar L,R, dan C.

ZL=jroL

( .42)

1 j

Zc=-=--

j(fJC roC

Dari persamaan 2.42 tegangan induktansi mendahului tegangan tahanan dan arus dengan $u ut fa-

~~. I

Untuk mengilustrasikan pemakaian hUb.un. gan impedansi dan untuk memperlihat~ tode

dasar anaIisis rangkaian ac, perhatikan rangkaian dalam Gambar 3.13. Dengan memaIcaf kum

Kirchhoff, Persamaan 2.19, dan dengan Persamaan 2.13 akan memberikan i

Vs = v;(t) = iR+~

Karena tegangan keluaran Vo = qlC, maka Persamaan (a) dapat disederhanakan menjadi

v;(t) = iR + vo(t) Dari persamaan 2.15 diperoleh

i(b

I

dvo(t)

i = C--;j( = Cvo(t)

(c

36

Masukkan persamaan c kedalam persamaan b memberikan persamaan diferensial orde pertama

RCvo(t) + vo(t) = Vj(t) = vjeiCJ)t

(2.43)

Ambil vo{t) = voeJCJ)t dan masukkan kedalam Persamaan 2.43 akan menghasilkan

) 1 . t

vo(t = 1 +jroRC vje'CJ)

(2.44)

Eleminasi j dari penyebut Persamaan 2.44 memberikan

_ I-jroRC rot

vo(t) - 2 v.e'

It{roRC)

(d)

H

I,

---

Gambar 2.13 Sebuah rangkaian RC dengan tegangan keluaran vo{t) menunjukkan tegangan pada kapasitor.

Dengan memakai 2.38 dan 2.39 dengan Persamaan d, tegangan keluaran kapasitor dalam Persamaan 2.13 didapatkan

v·ej«(i)t~)

I

(2.45)

dimana

dan fase sudut cj) adalah

Dengan memeriksa Persamaan 2.45 menunjukkan bahwa amplitudo Vo dan fase cj) dari tegangan keluaran adalah fungsi kombinasi tunggal harga roRC.

37

Metode kedua dari analisis rangkaian untuk rangkaian yang ditunjukkan dalam Gamb 2.13 dengan memakai definisi dalam Persamaan 2.42. Dengan pendekatan ini, tegangan masuk dan keluaran dituliskan sebagai sinusoida dengan notasi efrot. Penurunan tegangan pada elemea iambil sebagai Z; Contohnya, tegangan keluaran vo(t) pada kapasitor dalam Persamaan 2.13 oi erikan oleh Persamaan 2.41 sebagai

vo(t) =Zci

Tetapi

Msukkan Persamaan (f) kedalam Persamaan (e) akan menghasilkan

() _ Zc (ot

Vo t - Z Z Vie' R+ c

Kemudian gunakan Persamaan 2.42 dengan Persamaan g diperoleh

( ) 1 . t

Vo t = l+jroRC Vieiro

( )

Membandingkan persamaan 2.46 dengan persamaan 2.44 menunjukkan bahwa hasilnyaad lah identik dan kedua metode yang dapat dipakai untuk menentukan performan dinamik dari ~an kaian ac; walaupun pendekatan dengan memakai impedansi lebih mudah dan memerlukan w yang lebih singkat.

2.7.1 Impedansi

Didalam rangkaian ac impedansi Z berhubungan dengan fungsi kompleks yang tergan~n pada frekuensi sinyal. Untuk mununjukkan impedansi didalam cara yang umum, perhatikan ran wan dalam Gambar 2.14. Rangkaian dijalankan dengan tegangan sinusoida vs(t).

Gambar 2.14 Sebuah rangkaian ac mengandung tiga komponen dasar L, R dan C

38

II

Apabila penurunan tegangan pada komponen dijumlahkan dan sama dengan suplai tegangan, maka

(2.47)

Dengan memeriksa Persamaan 2.47 menunjukkan bahwa fungsi kompleks dengan bagian nyata dan khayal termasuk daJam hubungan antara v.dan i.. Apabila fungsi kompleks dibagi kedalam bagian nyata dan khayal, seperti dalam Gambar 2.15, maka lebih bermanfaat ekspresi untuk Vi dan i i akan diperoleh

Vi = Zi,

(2.48)

dimana

(2.49)

adalah impedansi total dari rangkaian.

Persamaan 2.48 dan 2.49 mendefinisikan amplitudo dari tegangan dan arus, tetapi fase dari tegangan relatif terhadap arus tetap ditentukan. Bereferensi dari Persamaan 2.15, 2.39 dan 2.47 menunjukkan sudut fase cP seperti

(2.50)

Apabila sudut fase cP > 0, seperti dalam Gambar 2.15, mak tegangan mendahului arus dan ekspresi untuk vs(t) adalah

1m

Gambar 2.15 Komponen-kornponen impedansi dalam bidang komples.

(2.51)

Yang paling penting adalah pengaruh frekuensi co pada kedua imedansi Z dan sudut fase cI>.

39

2.8 FUNGSI RESPO~ FREKUENSI

Fungsi respon frekuensi, sering disebut FRF, untuk rangkaian atau instrumen didefinisik gai rasio keluaran dan masukan terhadap range frekuensi. Maka,

seba-

H(ro) = vo(co) Vj(co)

.52)

I

I

\

vo(ro)dan Vi(ro) adalah spektra frekuensi dari sinyal-sinyal keluaran dan masukan. Fungsi

frekuensi untuk rangkaian pada Gambar 2.13 dapat dituliskan dari Persamaan 2.44 , 1,

espon

1 e-j+

H(ro) = l+jcoRC = J 1 +(coRC) 2

.53)

dimana Persamaan 2.38 dan 2.39 dipakai dalam memanipulasi.

Dari Persamaan 2.53 jelaslah bahwa besar FRF adalah

1 IH(ro)1 = J

1 +(coRC) 2

( .54)

dan fase cI> adalah

lelaslah dari persamaan 2.54 fungsi respon frekuensi H(ro) memberikan rasio untuk ampF do tegangan keluaran dengan tegangan masukan, dan persamaan 2.55 memberikan perges~~ar se cI> dari tegangan keluaran relatifterhadap tegangan masukan. Fase sudut negatif menunjukkF ahwa

sinyal keluaran ketinggalan dibelakang sinyal masukan. .~

Fungsi respon frekuensi dan parameter-parameter lainnya sering diekspresikan sebagai umlah

relatif dalam bentuk decibel N as . lumlah decibel didefinisikan sebagai .

NdB = 10 log (:r )

( .56)

p adalah tenaga yang diukur Pradalah tenaga referensi

Decibel juga dapat diekspresikan dalam bentuk rasio tegangan dengan memasukkan P = .,2 ke-

dalam Persamaan 2.56 untuk mendapatkan

NdB = 20 log (:r ) Apabila membahas kelakuan dinamik pada sistem pengukuran dalam N dB secara esensial menentukan kuantitas referensi P r atau v..

40

I I

Besar dan fase dari H(ro) dipresentasikan secara grafik pada diagram Bode, dimana IH(ro)1 dan q, ditunjukkan tersehdiri sebagai fungsi roRC. Besar IH(ro) 1 direpresentasikan dalam bentuk diagram Bode dan parameter roRC ditunjukkan pada skala log 10' Untuk mengilustrasikan konstruksi dari diagram Bode, dengan menuliskan kembali Persamaan 2.54 dalam bentuk decibel dengan memakai Persamaan 2.57 diperoleh

(( ) 112')

NdB = 20 log \ 1 + (roRC)2 )

= -10 log ( 1 + (roRC) 2 )

(2.58)

Fase q, diberikan langsung oleh persamaan 2.55.

Diagram Bode berhubungan dengan Persamaan 2.58 dan 2.55 ditunjukkan dalam Gambar 2.16.

Besar H(ro) diturunkan 3 dB bila roRC = 1, dan bila roRC» 1, besamya meluruh secara linear pada 20 dB per dekade. Contoh ilustrasi ini menunjukkan bahwa diagram Bode memberikan representasi visual pada range lebar dinamik dari rangkaian atau karakteristik instrumen. Ini sangat berguna didalam menentukan kelakuan dari instrumen dalam pemakainnya untuk mengukur dinamik.

-3dB

'3 -20 ~

,

10101111 +(wR(:)~1

, ,

, ,

--r~-~ I

: 20 dB/decade:

-407-------~--~--~--~--~----------~

0.1 0', 5 10

50 100

IIJHC (u)

00

.. 't>

.. -45

..

'" '" .t:.

e,

,

." '

• = lan·1('lRC :

, ,

, ,

, ,

, , ,

, ,

, ,

07-------~--~------~'---L------~--~

0.1 O.~ 5 10

, , ,

" ,

,

50 100

wHC (b)

Gambar 2.16 Diagram Bode (a) besaran, dan (b) fase untukrangkaian RC ditunjukkan dalam Gambar 2.13.

41

2.9 RINGKASAN

!

Didalam meraneang dan aplikasi dari sebuah sistem instrumentasi, diperlukan sejumlah~ r' . an-

rangkaian analog dan digital. Pemahaman hukum-hukum dasar yang ditimbulkan dari esakuan rangkaian-rangkaian ini sangat diperlukan untuk pemakaiannya efektif pada sistem. Dal ab ini diberikan seeara singkat untuk seluruh kuantitas-kuantitas listrik dan hubungan dasar di . t a kuantitas-kuantitas ini yang dipaparkan seeara singkat dalam TabeI2.4.

Tiga komponen-komponen dasar (tahanan, kappasitor dan induktor) yang mempengaru kelakuan aliran arus dan tegangan didalam seluruh rangkaian-rangkaian listrik. Hukum Ohm 1m ndefinisikan hubungan antara penurunan tegangan pada tahanan dan aliran arus. Kapasitor men mpan muatan listrik. Apabila tegangan konstan dipakai pada kapasitor, muatan dipertahankan,' tidak ada aliran arus. Apabila tegangan berubah terhadap waktu teIjadi aliran arus. Sebuah ind~ r menuniukkan tahanan yang sangat kecil untuk aliran arus stedi. Apabila arus berubah-ubah ~ dap waktu maka akan terjadi penurunan tegangan pada induktor.

Diode, transistor, dan gerbang adalah komponen-komponen lanjut adalah merup k mpo-

nen-komponen dasar dalam rangkaian-rangkaian analog dan digital pada umumnya. Diod kerja

sebagai sakelar selektif. Apabila dipakai tegangan positif tidak ada tahanan dan aliran aru, an tahanan tidak terbatas terjadi aliran arus bila teganga kebalikannya. Transisitor dipakai se . penguat (amplifier) atau sakelar berkecepatan tinggi. Gain sinyal untuk transistor tunggal depa mencapai range 10 sampai 100. Gerbang yang dipakai dalam jaringan logika adalah untuk men ntrol arus informasi. Rangkaian diraneang untuk melakukan operasi khusus yang berisikan sej mlah besar gerbang-gerbang dasar AND, OR dan NOT pada satu chip silikon.

Terdapat dua hukkum Kirehhoffyaitu hukum tegangan dan hukum arus, yang memb .' sar untuk menganalisis rangkaian. Prosedur analisis dipressentasikan untuk kedua rangk dan de. Didalam rangkaian de, aliran arus konstan, tahanan adalah komponen yang hanja enghasilkan penurunan tegangan. Didalam rangkaian ae, arus berubah-ubah terhadap waktu.lol h karena itu penurunan tegangan terjadi pada tahanan, kapasitor dan induktor. Impedansi daf kaian ae didefinisikan dan besar dan fase dari penurunan tegangan terhadap arus ditentukan.

Analisis sinyal adalah bagian terpenting dari suatu investigasi percobaan. Sinyal periodik berulang-ulang; sinyal transien adalah satu shot yang tidak berulang. Fungsi sinusida a4tt tipe khusus dari fungsi periodik, adalah sangat penting dalam membahas respon dinamik dari ~st m instrumen dimana rasio dari tegangan masukan dengan tegangan keluaran adalah fungsi tle Juga sinusoida dipakai secara ekstensif didalam analisis sinyal priodik lainnya dengan ben lombang yang lebih kompleks.

Metode kedua dari analisis sinyal dipakai phasor dalam bidang kompleks. Keutungaa memakai representasi phasor dari sinyal sinusoida meliputi penurunkan deferensiali integralisasi dan prisensi informasi besaran dan fase . Diferensial dilakukan pengalikan deng integral membagi dengan ;00.

Fungsi respon frekuensi untuk rangkaian atau untuk instrumen memberikan rasio amp~tu 0 tegangan keluaran dengan tegangan masukkan dan pergeseran fase dari tegangan keluaran elatif terhadap tegangan masukan. Fungsi respon frekuensi dan parameter-parameter lainnya s!e' g diekspresikan sebagai jumlah relatif dalam bentuk decibel N dB. Diagram Bode memberikan sentasi visual dari range lebar dinamik dari karakteristi-karakteristik rangkaian atau inst Maka sangat berguna dalam menentukan kelakuan dari instrumen dalam pemakaiannya Un ngukuran dianamik.

42

I'

Tabel2.4 Ringkasan dari hubungan dasar
Eelemen I Satuan I Simbol I Karakteristik
Tahanan Ohm i R vj=Ri
(Konduktansi) (seimen) + ~ ((;) (i=Gv)
Induktansi henry I L v=L1!..
~ dt
+ t
v i=tJvdt+lo
0
Kapasitan farad I c i = C!ft
~f- dt
t
u V= ~ Jidt+ Vo
0
Rangkaian hubung I v = 0 untuk suatu i
---
(short circuit)
~fIC>--
Rangkaian terbuka + i = 0 untuk suatu v
Sumber tegangan volt ----0- v = v s untuk suatu i
I',
Sumber arus ampere -e- i = is untuk suatu v
.. 43

Anda mungkin juga menyukai