Anda di halaman 1dari 3

sikinclong.

com

Jasa Penatu Kiloan Karena Malas Mencuci


Contributed by Harian Umum Pikiran Rakyat
Tuesday, 12 February 2008
Last Updated Monday, 10 November 2008

Suara mesin cuci dan harum pewangi pakaian memenuhi ruang depan berukuran 3 x 3 meter persegi. Dua orang datang
seraya membawa setumpuk pakaian kotor yang dimuat dalam dua kantong plastik. Seorang perempuan siap melayani
untuk menimbang berat cucian, "Lima kilo Teh. Dihitung dulu jumlah pakaiannya."

Selesai menghitung, dua orang tadi mendapat tanda bukti untuk mengambil hasil cucian. Begitulah aktivitas sehari-hari
di laundry kiloan (penatu) Si-Kinclong yang selalu ramai.

Berawal dari keinginan Dini Wahyuni untuk memiliki bisnis yang diharapkan selalu ramai sepanjang tahun tanpa
mengenal musim, dia terpikir untuk memulai usaha laundry . "Karena orang akan selalu butuh pakaian bersih dan ingin
yang praktis di sela-sela kesibukannya," ungkapnya.

Dari keyakinan itulah Dini beserta sang suami mantap memulai usaha ini dengan bermodalkan sebuah mesin cuci dan
pengering hasil kredit. Setelah dirintis di tahun 2004, pada Januari 2005 hadirlah Si-Kinclong dengan motonya "mencuci
jadi lebih mudah, murah, dan praktis". Nama Si-Kinclong sengaja dipilihnya karena dianggap eye catching dan mudah
diingat.

penatu dengan konsep laundry kiloan / cuci kiloan sengaja dipilih Dini karena dia ingin menjangkau seluruh kalangan
konsumen. "Sebab laundry-laundry yang banyak hadir saat itu hanya menawarkan cuci pakaian yang harganya dihitung
per potong," akunya.

Barang yang dipenatukan biasanya pakaian-pakaian mewah dengan bahan yang perlu perlakuan khusus. Ibu-ibu rumah
tangga yang juga sibuk bekerja menjadi segmen incarannya saat itu. Lokasi di sekitar kompleks perumahan pun sengaja
dipilihnya. Namun, tanggapan masyarakat saat itu, diakui Dini, masih banyak yang melihatnya dengan sebelah mata.
"Mereka pikir untuk apa mencucikan baju kepada kita. Mereka khawatir pakaiannya dicampur dengan cucian konsumen
lain," kenangnya.

Awalnya memang sulit meyakinkan masyarakat akan kehadiran usahanya ini. Namun, seiring dengan berjalannya waktu
dan bukti pelayanan yang diberikan, lama-kelamaan pelanggan laundry kiloan Si-Kinclong mulai banyak.

Saat ini telah terdapat enam outlet Si-Kinclong yang tersebar di Bandung, satu cabang lainnya bahkan telah hadir di
Lampung. Dari seluruh outlet yang ada, hanya dua lokasi di Antapani dan Margahayu Raya yang ditangani langsung
oleh Dini dan sang suami. Selebihnya, telah dikelola pemodal yang membeli bisnis ini dengan sistem franchise (
waralaba ). Meski demikian , manajemen pusat kerap memantau langsung pengelolaan di tiap-tiap cabang yang terlibat
franchise laundry kiloan / franchise cuci kiloan ini demi menjaga kualitas yang menjadi layanan utama yang ditawarkan.

**

Saat awal Si-Kinclong muncul, begitu banyak keluhan yang datang dari konsumen. Baik berupa ketidakpuasan dengan
hasil cucian, maupun soal rusak atau hilangnya pakaian. Belajar dari pengalaman itulah, perlahan Dini berhasil
menemukan formula ampuh untuk memuaskan keinginan konsumennya.

Prosedur standar yang diberikan kepada tiap konsumen yang datang ialah dengan mengajak mereka turut mengamati
proses penimbangan cucian yang dibawanya. Kemudian konsumen dan seorang karyawan akan sama-sama
menghitung banyaknya pakaian yang akan dicuci. Hal ini tidak mutlak dilakukan karena banyak konsumen yang enggan
melakukannya. Jika sudah demikian, risiko kehilangan barang akan ditanggung oleh konsumen sendiri.

Selanjutnya, tiap-tiap potong cucian akan diidentifikasi berdasarkan nama si pelanggan dengan tujuan menghindari
tertukarnya pakaian. Upaya tersebut merupakan antisipasi tambahan karena tiap order yang masuk akan diproses dalam
mesin terpisah.

Ada tiga paket yang ditawarkan Si-Kinclong untuk para konsumen. Paket cuci dan setrika, hanya cuci, setrika saja, dan
keringkan saja. Umumnya order cuci baru beres dan diambil setelah dua hari. Namun, ada juga tawaran paket ekspres
yang memungkinkan cucian beres diproses dan langsung diambil hanya empat jam setelah order masuk. Untuk paket
ini, uang yang harus dirogoh konsumen tentunya lebih banyak.

Pelayanan yang maksimal diakui Dini sebagai kunci utama yang berhasil membuat bisnisnya tumbuh dengan pesat.
http://sikinclong.com/web Powered by Joomla! Generated: 24 November, 2010, 22:47
sikinclong.com

Saat ini outlet Si-Kinclong yang berlokasi di Jln. Purwakarta, Antapani Bandung menerima order cucian hingga 200 kg
setiap harinya. Jumlah itu belum termasuk permintaan mencucikan karpet dan bedcover.

Dalam sebulan, dibutuhkan sedikitnya 400 kg detergen yang diproduksi sendiri. "Merek yang ada di pasaran hasilnya
kurang memuaskan sehingga kami meracik sendiri formulanya," tuturnya.

Tak hanya konsumen perseorangan, Si-Kinclong juga melayani order dari beberapa hotel dan spa di Bandung yang
telah menjalin kerja sama. Secara rutin dilakukan promosi melalui media lokal dan nasional. Kerja sama dengan
beberapa perusahaan pun dijalin dengan tujuan menjaring lebih banyak konsumen.

Dalam menjalankan usaha ini, Dini memiliki sebuah misi khusus. Ia ingin menyebarkan pola hidup yang lebih efisien di
masyarakat melalui usaha laundry kiloan ini. Menurut dia, misi ini hampir terwujud seiring dengan makin maraknya
usaha sejenis. Karenanya, Dini tak menganggap kehadiran para pesaing sebagai ancaman, melainkan sebagai mitra
yang dapat membantu terwujudnya misi itu.

Misi yang diemban Dini bisa jadi mulai terbukti. Saat ini bisnis laundry kiloan menjamur hampir di setiap sudut Kota
Bandung. Contohnya Pondok Cuci di Jln. Dipati Ukur Kota Bandung yang ada sejak tahun 2004.

Ali, sang pemilik Pondok Cuci melihat ada celah bisnis karena kebutuhan masyarakat akan jasa cuci yang mendesak.
"Masyarakat perlu yang cepat dan murah. Soalnya mereka ingin efisien waktu, biaya, dan tenaga. Bila mereka mencuci
sendiri, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk detergen, pewangi, air, dan listrik?" kata Ali.

Pondok Cuci menerima pelanggan yang terdiri dari mahasiswa, karyawan, dan rumah tangga. Dalam sehari konsumen
yang datang ke Pondok Cuci sebanyak 40 -60 pelanggan, dengan berat cucian sampai 60 kg. Mereka menjamin dalam
sehari pakaian bisa selesai dan siap diambil. "Pelanggan yang datang rata-rata membawa segala jenis pakaian kotor,
bahkan sampai pakaian dalam, selain itu selimut, bedcover, seprei, karpet, tas, dan sepatu. Mereka datang dan hanya
mau tahu bersih dan rapi," jelas Ali.

Pondok Cuci memiliki lima mesin cuci dan empat mesin pengering dengan tujuh orang karyawan untuk mencuci dan
menyetrika. Mereka berkomitmen untuk memberikan pelayanan, satu mesin cuci untuk satu orang, jadi pakaian tidak
akan tercampur. Proses mencuci dilihat dari tingkat kesulitan noda, apabila noda sulit dibersihkan akan ada proses
rendam dulu, setelah itu baru masuk mesin cuci, dikeringkan, dan disetrika.

"Keluhan yang paling banyak adalah masalah pakaian yang luntur dan kurang bersih. Makanya sekarang untuk
mengantisipasi itu, kami selalu menanyakan ada pakaian yang luntur atau tidak, kalau soal bersih itu relatif. Jika pakaian
tertukar atau hilang belum pernah, jangan sampai lah," tutur Ali.

Tarif mencuci yang berlaku di Pondok Cuci terjangkau untuk semua kalangan, terutama untuk mahasiswa. "Bisnis
laundry kiloan ini makin banyak saingan, tapi perputaran uangnya bagus, pelanggan kami bertambah tiap bulannya.
Omzetnya mencapai Rp 25 sampai Rp 30 juta. Di sekitar Dipati Ukur ada 20-an jenis usaha yang sama, kalau kami
promosinya dari mulut ke mulut saja. Ramainya kalau tahun ajaran baru dan habis Lebaran, soalnya pembantu pada
mudik," ujar Ali.

Demam bisnis laundry kiloan merebak juga hingga ke Jatinangor. Di daerah yang ramai dengan keberadaan beberapa
perguruan tinggi ini, para mahasiswa menjadi segmen utama yang dibidik. Sudah ada puluhan usaha sejenis yang
dijalankan secara rumahan dengan ciri khasnya masing-masing.

Laundry dengan sistem cuci kiloan sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Bedanya dengan yang ada di Bandung, hanya
dari segi harga. Rata-rata harga cuci dan setrika pakaian di penatu ini berkisar Rp 4.000,00-4.500,00/kg. "Pasang harga
segitu karena mahasiswa inginnya kualitas yang baik, tapi dengan harga murah," kata pengelola Warwash, Saptono
Budianto.

Ada juga laundry yang menerapkan sistem harga berbeda. Washing Clean adalah jasa laundry yang menerapkan sistem
ini. Cucian yang masuk disortir tiap helainya. Masing-masing item dibanderol dengan harga yang berbeda. Sehelai kaus
Rp 500,00, Rp 800,00 untuk kemeja lengan pendek, sedangkan yang lengan panjang Rp 1.200,00. "Penentuan harga
tiap jenis barang yang masuk berdasarkan berat dan tingkat kesulitan pencuciannya," ungkap Iin, karyawan Washing
Clean.

Tak hanya pakaian, segala macam barang semisal karpet, ransel, topi, sepatu, dan boneka pun dapat dicuci di sini.
"Harga dijamin lebih murah dibanding laundry lain," janji Iin.

Konsep lain yang coba diterapkan laundry lain adalah sistem perentalan mesin cuci. Seperti halnya yang diterapkan
Zeindhika. Iim Kusmiatin, sang pengelola, menyediakan empat mesin cuci berkapasitas 8 kg untuk direntalkan kepada
pengguna. Satu jamnya harus membayar Rp 4.500,00. Pengguna harus membawa sendiri detergen dan pewangi yang
akan dipakainya.
http://sikinclong.com/web Powered by Joomla! Generated: 24 November, 2010, 22:47
sikinclong.com

"Tapi karena banyak mahasiswa yang malas dan tidak punya banyak waktu untuk mencuci sendiri pakaiannya, sekarang
selain rental saya juga terima cuci kiloan," kata Iim. (Riesty Yusnilaningsih/ Windy Eka Pramudya)***

http://sikinclong.com/web Powered by Joomla! Generated: 24 November, 2010, 22:47

Anda mungkin juga menyukai