Anda di halaman 1dari 142

Lampiran SE No.

7/62//DASP tanggal 30 Desember 2005


---------------------------------------------------------------------------

Petunjuk Pelaksanaan
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
Lampiran SE No. 7/62//DASP tanggal 30 Desember 2005
---------------------------------------------------------------------------

Lampiran-Lampiran
Petunjuk Pelaksanaan
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005
----------------------------------------------------------------------

DAFTAR ISI

No. Bab. Judul Bab Halaman


BAB I Pendahuluan I.1 s/d I.3
BAB II Penyelenggara II.1 s/d II.3
BAB III Kepesertaan III.1 s/d III.42
BAB IV Pelaksanaan Operasional Sistem BI-RTGS IV.1 s/d IV.49
BAB V Kewajiban Peserta V1 s/d V.13
BAB VI Perhitungan Bunga dan Kompensasi VI.1 s/d VI.10
BAB VII Pengawasan dan Pengenaan Sanksi VII.1 s/d VII.10
BAB VIII Kondisi Gangguan dan Keadaan Darurat VIII.1 s/d VIII.7
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005
----------------------------------------------------------------------

Daftar Lampiran
Petunjuk Pelaksanaan Sistem BI-RTGS

1. Permohonan Pembukaan Rekening Giro Rupiah dan Peserta Langsung


2. Data Kepesertaan Langsung
3a. Surat Kuasa Hak Substitusi untuk Peserta Langsung berbentuk Bank
3b. Surat Kuasa tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Langsung yang berbentuk Bank
3c. Surat Kuasa Tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Langsung berbentuk Bank
khusus pengambilan tunai
3d. Surat Kuasa Tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Langsung berbentuk Bank
khusus pengambilan advis
3e. Surat Kuasa Hak Substitusi untuk Peserta Langsung berbentuk bukan Bank
3f. Surat Kuasa tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Langsung yang berbentuk bukan
Bank
3g. Surat Kuasa Tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Langsung berbentuk bukan
Bank khusus pengambilan tunai
3h. Surat Kuasa Tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Langsung berbentuk bukan
Bank khusus pengambilan advis
4a. Surat Pemberitahuan Perubahan Direksi untuk Peserta Langsung berbentuk Bank
4b. Surat Pemberitahuan Perubahan Direksi untuk Peserta Langsung berbentuk bukan
Bank
4c. Surat Pemberitahuan Perubahan Direksi untuk Peserta Tidak Langsung
5a. Surat Permohonan Pembuatan Spesimen TandaTangan bagi Pejabat Penerima
Kuasa Substitusi
5b. Surat Permohonan Pembuatan Spesimen tanda Tangan bagi Penerima Kuasa
Substitusi untuk Pengambilan Fisik uang
6a. Surat Pernyataan Spesimen Tanda Tangan bagi Pejabat Penerima Kuasa Direksi
6b. Surat Pernyataan Spesimen Tanda Tangan bagi Penerima Kuasa Substitusi untuk
Pengambilan Fisik Uang
7. Surat Kuasa Penandatanganan Perjanjian
8. Surat Penyampaian AT
9. Permohonan Pembukaan Rekening Giro Rupiah dan Peserta Tidak Langsung
10. Data Kepesertaan Peserta Tidak Langsung
11a. Surat Kuasa Hak Substitusi untuk Peserta Tidak Langsung
11b. Surat Kuasa Tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Tidak Langsung
11c. Surat Kuasa Tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Tidak Langsung khusus
Pengambilan tunai
11d. Surat Kuasa Tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Tidak Langsung khusus
Pengambilan Advis
12a. Surat Pernyataan Pencabutan Kuasa
12b. Surat Pemberitahuan Pencabutan Wewenang Direksi
13. Surat Bank Peserta Merger
14. Surat Bank Peserta Hasil Merger
15. Surat dari Bank Peserta Hasil Konsolidasi
16. Surat dari Bank Peserta Konsolidasi
17. Jam Operasional Sistem BI-RTGS
18. Reason Code List
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005
----------------------------------------------------------------------

19a. Daftar TRN untuk Transaksi BI-RTGS oleh Bank


19b. Daftar TRN untuk Transaksi BI-RTGS oleh Bank Indonesia
20. Matriks Standardisasi Pengisian Message Transaksi BI-RTGS
21. Surat Penunjukan untuk Pengambilan Fisik Uang
22. Laporan Sistem BI-RTGS pada Peserta
23. Contoh Stempel Subsidiary Member BI-RTGS
24. Surat Permohonan Contingency Plan
25. Contoh Stempel Contingency Plan BI-RTGS
26. Pedoman Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis Peserta Sistem BI-RTGS
27. Pedoman Penyusunan Laporan Pemeriksaan Internal Peserta Sistem BI-RTGS
28. Pedoman Penyusunan Laporan Hasil Security Audit Peserta Sistem BI-RTGS
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 I.1
--------------------------------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mengurangi risiko sistem pembayaran sebagai upaya untuk
mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal,
sejak tanggal 17 November 2000 Bank Indonesia telah
mengimplementasikan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS). Sistem BI-RTGS merupakan sistem transfer dana elektronik
antar Peserta khususnya Bank, dalam mata uang rupiah yang penyelesaian
transaksinya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.
Sebelum diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor
6/8/PBI/2004 tanggal 11 Maret 2004 tentang Sistem Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor
6/13/PBI/2004 tanggal 9 Juni 2004 (PBI 6/8/PBI/2004), pelaksanaan Sistem
BI-RTGS didasarkan pada PBI Nomor 2/24/PBI/2000 tanggal
17 November 2000 tentang Hubungan Rekening Giro antara Bank
Indonesia dengan Pihak Ekstern sebagaimana telah diubah dengan PBI
Nomor 7/48/PBI/2005 tanggal 16 November 2005.
Petunjuk pelaksanaan dari PBI Nomor 2/24/PBI/2000 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan PBI Nomor 6/16/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004
adalah Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) Nomor 2/24/DASP tanggal
17 November 2000 perihal Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
sebagaimana telah diubah terakhir dengan SE BI Nomor 5/17/DASP
tanggal 15 Agustus 2003 (SE 2/24/DASP).
Sesuai dengan Pasal 58 PBI 6/8/PBI/2004, Surat Edaran tersebut di atas
masih tetap berlaku sampai dengan dicabut, diganti atau diperbaharui
sepanjang tidak bertentangan dengan PBI 6/8/PBI/2004. Namun demikian
untuk dapat memberikan petunjuk pelaksanaan transaksi Sistem BI-RTGS
sesuai …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 I.2
--------------------------------------------------------------------------

sesuai dengan PBI 6/8/PBI/2004 dipandang perlu untuk menyempurnakan


SE 2/24/DASP dengan menerbitkan Surat Edaran Bank Indonesia yang
baru.
B. Tujuan Sistem BI-RTGS
1. Mengurangi risiko Penyelesaian Akhir (settlement risk) dalam sistem
pembayaran nasional;
2. Menyediakan tambahan pilihan sarana transfer yang efisien, cepat,
aman dan handal;
3. Meningkatkan kepastian Penyelesaian Akhir;
4. Meningkatkan efektivitas pengelolaan dana (management fund) bagi
Bank melalui sentralisasi Rekening Giro; dan
5. Memberikan informasi yang mendukung kebijakan moneter dan early
warning system bagi pengawasan Bank.
C. Komponen Sistem BI-RTGS
Sistem BI-RTGS terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu:
1. RTGS Central Computer (RCC)
Merupakan sistem komputer yang berada di lokasi Penyelenggara,
yang digunakan untuk memproses Penyelesaian Akhir semua
transaksi yang dikirim oleh Peserta. RCC terdiri dari dua komponen
utama, yaitu:
a. Interbank Funds Transfer System (IFTS)
IFTS adalah sistem yang berfungsi untuk menerima dan
memproses data transaksi, menghasilkan data-data di database
RCC yang dapat di-enquiry oleh Peserta, laporan-laporan
Settlement dan laporan-laporan lainnya bagi semua Peserta.
b. Settlement Account (SA)
SA adalah sistem yang mencatat saldo Rekening Giro seluruh
Peserta secara real time.
RCC terdiri dari RCC Utama dan RCC Back-up.

2. RTGS …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 I.3
--------------------------------------------------------------------------

2. RTGS Terminal (RT)


RT merupakan sistem komputer yang berada di lokasi Peserta yang
terhubung dengan RCC secara online yang berfungsi untuk
melakukan berbagai transaksi.
RT terdiri dari RT Server Utama, RT Server Back-up dan RT
Workstation.
3. Jaringan komunikasi
Jaringan komunikasi merupakan sistem yang menghubungkan antara
RT Peserta dengan RCC.

BAB …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 II.1
--------------------------------------------------------------------------

BAB II
PENYELENGGARA

Dalam rangka penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, Penyelenggara mempunyai


kewajiban sebagai berikut:
A. Menyediakan RCC
Penyediaan RCC oleh Penyelenggara meliputi penyediaan perangkat keras
(hardware), aplikasi RCC (software) dan perangkat pendukung lainnya.
B. Menjamin RCC berfungsi dengan baik
Dalam menjamin RCC agar dapat berfungsi dengan baik, Penyelenggara
melakukan:
1. Pengelolaan RCC
Kegiatan pengelolaan RCC antara lain meliputi:
a. penentuan petugas yang berhak mengoperasikan RCC;
b. mengelola database RCC; dan atau
c. mengelola dan menetapkan parameter RCC.
2. Pengoperasian RCC
Kegiatan pengoperasian RCC meliputi:
a. proses awal hari;
b. proses operasional; dan
c. proses akhir hari.
3. Pengoperasian RCC Back-up
Mengoperasikan RCC Back-up sewaktu-waktu untuk kegiatan
operasional dalam kondisi normal.
4. Pembatasan minimum nilai nominal transaksi melalui Sistem BI-
RTGS pada waktu tertentu.
Bank Indonesia mengumumkan pembatasan minimum nilai nominal
transaksi dan waktu berlakunya pembatasan tersebut kepada Peserta
sebelum pelaksanaan pembatasan dimaksud.

C. Menyediakan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 II.2
--------------------------------------------------------------------------
C. Menyediakan saluran komunikasi yang menghubungkan RT Server Utama
atau RT Server Back-up dengan RCC Utama atau RCC Back-up.
Penyelenggara hanya menyediakan 1 (satu) saluran komunikasi yang
menghubungkan RT Server Utama atau RT Server Back-up dengan RCC
Utama atau RCC Back-up. Dalam hal Peserta menambah saluran
komunikasi, maka biaya penambahan penyediaan dan penggunaaan sarana
komunikasi dimaksud menjadi beban Peserta.
D. Menyediakan aplikasi RT dan perubahannya
Dalam hal terjadi perubahan aplikasi RT, maka Penyelenggara akan
mengirimkan release aplikasi RT terbaru beserta pedoman instalasinya
kepada seluruh Peserta.
E. Melakukan pemantauan terhadap:
1. Keberhasilan akses komunikasi RT Peserta dengan RCC; dan
2. Kecukupan saldo Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia pada akhir
hari.
F. Menyediakan help-desk untuk menangani masalah operasional Sistem BI-
RTGS yang dihadapi Peserta.
G. Memberikan pelayanan yang berkaitan dengan kepesertaan dalam Sistem
BI-RTGS, yang antara lain meliputi:
1. Pendaftaran kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS;
2. Perubahan kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS, meliputi antara lain:
a. Perubahan dari Peserta Tidak Langsung menjadi Peserta
Langsung atau sebaliknya;
b. Merger atau Konsolidasi;
c. Perubahan member code;
d. Perubahan member account;
e. Perubahan nama;
f. Perubahan alamat;
g. Penghentian kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS;

h. Perubahan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 II.3
--------------------------------------------------------------------------
h. Perubahan kegiatan usaha Bank dari konvensional menjadi
syariah; dan
i. Perubahan status kepesertaan.

BAB …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.1
------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB III
KEPESERTAAN

Setiap Bank wajib menjadi Peserta Sistem BI-RTGS. Adapun Pihak Selain Bank
dapat menjadi Peserta Sistem BI-RTGS dengan persetujuan Bank Indonesia
sepanjang kepesertaan pihak tersebut untuk memperlancar sistem pembayaran
nasional. Peserta dalam Sistem BI-RTGS dibedakan menjadi Peserta Langsung
dan Peserta Tidak Langsung.
A. Persyaratan menjadi Peserta
1. Peserta Langsung
a. Memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia.
b. Menyediakan perangkat Sistem BI-RTGS, yang meliputi:
1) 1 (satu) buah RT Server Utama;
2) minimal 1 (satu) buah RT Server Back-up;
3) minimal 2 (dua) buah RT Workstation;
4) minimal 1 (satu) buah printer;
5) Simple Network Architecture (SNA) card untuk saluran
komunikasi leased line dan SNA Server Software;
6) modem untuk saluran komunikasi dial up;
7) 2 (dua) nomor telepon untuk keperluan komunikasi Data
Over Voice (DOV) dan dial up; dan
8) software sistem operasi untuk RT Server Utama, RT Server
Back-up dan RT Workstation.
2. Peserta Tidak Langsung
Calon Peserta harus memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia.
3. Khusus bagi calon Peserta yang merupakan Pihak Selain Bank, selain
harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1
huruf a dan huruf b, keikutsertaannya sebagai Peserta juga didasarkan
atas hasil kajian Bank Indonesia yang menyatakan bahwa

keikutsertaan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.2
------------------------------------------------------------------------------------------------

keikutsertaan Pihak Selain Bank tersebut dalam Sistem BI-RTGS


dapat memperlancar sistem pembayaran nasional.
B. Tata cara menjadi Peserta
1. Tata cara menjadi Peserta Langsung adalah sebagai berikut:
a. Permohonan diajukan kepada Bagian Penyelesaian Transaksi
Rupiah (PTR) - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
(DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta
10110. Khusus bagi calon Peserta Langsung yang berkantor
pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI),
permohonan tersebut diajukan melalui Kantor Bank Indonesia
(KBI) yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta. Permohonan
tersebut diajukan paling lambat 10 (sepuluh) hari kalender
setelah Bank mendapatkan izin usaha, atau izin menjalankan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, bagi Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan. Dalam surat
permohonan tersebut diinformasikan pula kesiapan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada butir A.1.
Dalam hal calon Peserta belum memiliki Rekening Giro di Bank
Indonesia, pengajuan permohonan untuk menjadi Peserta
Langsung disampaikan bersamaan dengan permohonan
pembukaan Rekening Giro yang tata cara dan persyaratannya
diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan pihak
ekstern.
Contoh surat permohonan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.
b. Apabila calon Peserta Langsung telah memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada huruf a, persetujuan menjadi

Peserta …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.3
------------------------------------------------------------------------------------------------

Peserta Langsung akan disampaikan melalui surat yang memuat


antara lain hal-hal sebagai berikut:
1) persetujuan menjadi Peserta Langsung;
2) nama dan nomor Rekening Giro serta member code;
3) informasi pelatihan, pemasangan jaringan komunikasi data
dan instalasi aplikasi RT;
4) permintaan pembuatan Authenticator Text (AT) 1, AT 2
dan AT 3 dari RT Peserta untuk dipertukarkan dengan AT
4 dan AT 5 dari Penyelenggara;
5) permintaan kelengkapan administrasi berupa:
a) Data kepesertaan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 2.
b) Surat kuasa khusus, dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Surat kuasa khusus dibuat dengan 1 (satu) kali
hak substitusi dari Direksi kepada pejabat atau
petugas di kantor pusat dan atau kantor cabang
Peserta, yang berlaku untuk 1 (satu) kantor
wilayah kerja Bank Indonesia, untuk melakukan:
(a) penandatanganan Cek BI dan Bilyet Giro
Bank Indonesia (BGBI);
(b) penandatanganan surat menyurat dan atau
dokumen yang terkait dengan hubungan
Rekening Giro Peserta dengan Bank
Indonesia serta terkait dengan kepesertaan
dan operasional dalam Sistem BI-RTGS;
(c) hal-hal antara lain sebagai berikut:
i. pengambilan fisik uang yang terlebih
dahulu telah dilakukan pendebetan
Rekening Giro Peserta melalui
Sistem BI-RTGS dan

menandatangani …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.4
------------------------------------------------------------------------------------------------

menandatangani surat menyurat dan


atau dokumen yang berkaitan dengan
hal tersebut;
ii. pengambilan laporan dan atau advis-
advis yang terkait dengan Rekening
Giro Peserta serta terkait dengan
kepesertaan dan operasional dalam
Sistem BI-RTGS;
iii. pengambilan buku Cek BI dan BGBI;
iv. penyerahan dan pengambilan
Authenticator Text (AT); dan
v. penyerahan dan pengambilan surat
dan berbagai dokumen yang terkait
dengan Rekening Giro Peserta serta
terkait dengan kepesertaan dan
operasional dalam Sistem BI-RTGS.
(2) Jumlah pejabat atau petugas yang diberi kuasa
ditetapkan maksimum sebagai berikut:
(a) Jumlah pejabat penerima kuasa dan atau
kuasa substitusi dari Direksi untuk
melakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada butir (1).(a), butir (1).(b)
dan butir (1).(c) dalam surat kuasa di atas:
i. di KPBI: 10 (sepuluh) orang; dan
ii. di masing-masing KBI: 5 (lima)
orang.
(b) Petugas penerima kuasa dari pejabat
sebagaimana dimaksud pada angka (1) atau
Direksi untuk melakukan pengambilan
fisik uang:

i. di …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.5
------------------------------------------------------------------------------------------------

i. di KPBI: sesuai ketentuan mengenai


sistem antrian penarikan uang tunai
(Queue Management System) di
Direktorat Pengedaran Uang.
ii. di masing-masing KBI: 10 (sepuluh)
orang.
(c) Jumlah petugas pengambilan fisik uang
termasuk petugas pihak ketiga yang
ditunjuk untuk melakukan pengambilan
fisik uang.
(d) Petugas penerima kuasa dari pejabat
sebagaimana dimaksud pada angka (1) atau
Direksi untuk melakukan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada butir (1)(c)(ii)
sampai dengan butir (1)(c)(v) dalam surat
kuasa di atas: sesuai keperluan Peserta.
(3) Dalam hal terjadi perubahan penetapan jumlah
maksimum pejabat atau petugas penerima kuasa,
akan diinformasikan kepada calon Peserta
melalui surat.
(4) Hal-hal yang dikuasakan dalam surat kuasa
sebagaimana dimaksud pada butir (1) dapat
dituangkan dalam satu atau lebih surat kuasa
sesuai dengan kebutuhan Peserta. Contoh surat
kuasa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 3a sampai dengan Lampiran 3h.
c) Surat pemberitahuan wewenang Direksi dan apabila
diperlukan menyertakan surat pemberitahuan
perubahan Direksi dengan contoh sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 4a dan Lampiran 4b.

d) Surat …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.6
------------------------------------------------------------------------------------------------

d) Surat permohonan dari Direksi atau kuasanya untuk


membuat spesimen tanda tangan bagi:
(1) pejabat atau petugas yang diberi kuasa untuk
melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada butir b)h(1)(a), butir b)(1)(b) dan butir
b)(1)(c); dan
(2) petugas yang diberi kuasa untuk melakukan
pengambilan fisik uang, khusus bagi calon
Peserta yang berada di wilayah kerja KBI.
Contoh surat permohonan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 5a dan Lampiran 5b.
Dalam hal pejabat atau petugas penerima kuasa telah
memiliki spesimen tanda tangan yang telah
ditatausahakan di Bank Indonesia, maka calon Peserta
harus membuat surat pernyataan dari Direksi atau
kuasanya yang menyatakan bahwa spesimen tanda
tangan dari pejabat atau petugas penerima kuasa
tersebut yang telah ditatausahakan di Bank Indonesia
masih berlaku. Apabila Peserta tidak membuat surat
pernyataan, Penyelenggara tidak memproses dokumen
yang ditandatangani oleh pejabat/petugas yang
bersangkutan sampai dipenuhinya prosedur tersebut.
Contoh surat pernyataan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 6a dan Lampiran 6b.
e) Surat pemberitahuan mengenai nama dan jabatan
Direksi atau pejabat yang akan melakukan
penandatanganan perjanjian penggunaan Sistem BI-
RTGS. Dalam hal penandatanganan perjanjian akan
dilakukan oleh pejabat selain Direksi maka diperlukan

surat …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.7
------------------------------------------------------------------------------------------------

surat kuasa dari Direksi dengan format sebagaimana


tercantum dalam Lampiran 7.
f) Surat pemberitahuan persetujuan menjadi Peserta
Sistem BI-RTGS disampaikan paling lambat 1 (satu)
bulan sejak permohonan dan dokumen pendukung
secara lengkap diterima oleh Penyelenggara.
c. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a
tidak disetujui, penolakan keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS
akan disampaikan melalui surat kepada calon Peserta dengan
menyebutkan alasan penolakan paling lambat 1 (satu) bulan
sejak permohonan dan dokumen pendukung secara lengkap
diterima oleh Penyelenggara.
d. Berdasarkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf
b, calon Peserta Langsung menyampaikan kelengkapan
administrasi sebagai berikut:
1) Surat pemberitahuan AT 1, AT 2 dan AT 3 di dalam
amplop tertutup dan bersegel dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 8;
2) Surat penyampaian kelengkapan administrasi sebagaimana
dimaksud pada butir b.5);
3) Surat penyampaian tembusan berita acara pemasangan
jaringan komunikasi data dan pelaksanaan instalasi aplikasi
RT.
e. Penyampaian kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud
pada huruf d, dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Bagi calon Peserta Langsung yang berkantor pusat di
wilayah kerja KPBI (wilayah DKI Jakarta, Depok, Serang,
Pandeglang, Lebak, Tangerang, Karawang, dan Bekasi)
surat disampaikan langsung kepada Bagian Penyelesaian
Transaksi Rupiah (PTR) – Direktorat Akunting dan Sistem

Pembayaran …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.8
------------------------------------------------------------------------------------------------

Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin


No. 2 Jakarta 10110. Surat kuasa pengambilan fisik uang
disampaikan langsung kepada Bagian Pengelolaan Uang
Keluar (BPUK) – Direktorat Pengedaran Uang (DPU),
Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin No. 2 Jakarta 10110.
2) Bagi calon Peserta Langsung yang berkantor pusat di luar
wilayah kerja KPBI:
a) surat permohonan menjadi Peserta Langsung, data
kepesertaan dan surat kuasa perjanjian serta surat
pemberitahuan kewenangan Direksi ditujukan kepada
Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) melalui
KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta;
b) surat yang berkaitan dengan kegiatan operasional
Peserta di KBI yaitu:
(1) surat kuasa khusus dengan satu kali hak
substitusi dari Direksi kepada pejabat atau
petugas di kantor cabang Peserta sebagaimana
dimaksud pada butir b.5)b);
(2) surat kuasa pejabat penerima kuasa substitusi,
apabila diperlukan;
(3) surat kuasa pengambilan fisik uang;
(4) surat kuasa pengambilan laporan; dan atau
(5) surat permohonan pembuatan spesimen tanda
tangan atau surat pernyataan spesimen tanda
tangan,
disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor
pusat calon Peserta.
f. Penyelenggara menyampaikan AT 4 dan AT 5 kepada calon
Peserta Langsung dalam amplop tertutup untuk diinput dalam
RT. Penyampaian tersebut dilakukan melalui petugas calon

Peserta …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.9
------------------------------------------------------------------------------------------------

Peserta yang diberi kuasa khusus oleh pejabat calon Peserta


Langsung yang berwenang. Khusus untuk calon Peserta
Langsung yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, AT
disampaikan melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat Peserta.
g. Keikutsertaan Peserta yang bersangkutan dalam Sistem BI-
RTGS diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas
administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat
gangguan pada RCC.
h. Bagi Peserta Langsung selain Bank, persyaratan kelengkapan
administrasi yang harus dilengkapi sekurang-kurangnya meliputi
dokumen sebagaimana dimaksud pada butir b.5).a), b.5).c),
b.5).e) dan dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan
kepentingan Peserta.
2. Peserta Tidak Langsung
Tatacara menjadi Peserta Tidak Langsung adalah sebagai berikut:
a. Permohonan diajukan kepada Bagian Penyelesaian Transaksi
Rupiah (PTR) - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
(DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta
10110. Khusus bagi calon Peserta yang berkantor pusat di luar
wilayah kerja KPBI, permohonan diajukan melalui KBI yang
mewilayahi kantor pusat calon Peserta. Permohonan tersebut
diajukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kalender setelah
Bank mendapatkan izin usaha atau izin menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, bagi Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan. Dalam surat
permohonan tersebut calon Peserta menginformasikan alasan
menjadi Peserta Tidak Langsung, antara lain belum dapat
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir A.1.b.

Dalam …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.10
------------------------------------------------------------------------------------------------

Dalam hal calon Peserta belum memiliki Rekening Giro di Bank


Indonesia, pengajuan permohonan untuk menjadi Peserta Tidak
Langsung disampaikan bersamaan dengan permohonan
pembukaan Rekening Giro yang tata cara dan persyaratannya
diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak
Ekstern.
Contoh surat permohonan untuk menjadi Peserta Tidak
Langsung sebagaimana tercantum dalam Lampiran 9.
b. Apabila calon Peserta telah memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada huruf A.1, persetujuan keikutsertaan dalam
Sistem BI-RTGS akan disampaikan melalui surat kepada calon
Peserta yang memuat antara lain hal-hal sebagai berikut:
1) persetujuan menjadi Peserta Tidak Langsung;
2) nama dan nomor Rekening Giro serta member code;
3) permintaan kelengkapan administrasi berupa:
a) Data kepesertaan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 10.
b) Surat kuasa khusus, dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Surat kuasa dibuat dengan satu kali hak
substitusi dari Direksi kepada pejabat atau
petugas di kantor pusat dan atau kantor cabang
Peserta, yang berlaku untuk 1 (satu) kantor
wilayah kerja Bank Indonesia, untuk melakukan:
(a) penandatanganan Cek BI dan BG BI;
(b) penandatanganan surat menyurat dan atau
dokumen yang terkait dengan hubungan
Rekening Giro Peserta dengan Bank
Indonesia serta terkait dengan kepesertaan
dan operasional dalam Sistem BI-RTGS;

(c). hal-hal …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.11
------------------------------------------------------------------------------------------------

(c) hal-hal sebagai berikut:


i. pengambilan fisik uang yang terlebih
dahulu telah dilakukan pendebetan
Rekening Giro Peserta melalui
Sistem BI-RTGS oleh Bank
Indonesia dan menandatangani surat
menyurat dan atau dokumen yang
berkaitan dengan hal tersebut;
ii. pengambilan laporan dan atau advis-
advis yang terkait dengan Rekening
Giro Peserta serta terkait dengan
kepesertaan dan operasional dalam
Sistem BI-RTGS;
iii. pengambilan buku Cek BI dan BG
BI; dan
iv. penyerahan dan pengambilan surat
dan berbagai dokumen yang terkait
dengan Rekening Giro Peserta serta
terkait dengan kepesertaan dan
operasional dalam Sistem BI-RTGS.
(2) Jumlah pejabat atau petugas yang diberi kuasa
ditetapkan maksimum sebagai berikut:
(a) Jumlah pejabat penerima kuasa dan atau
kuasa substitusi dari Direksi untuk
melakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada butir (1)(a), butir (1)(b) dan
butir (1)(c) dalam surat kuasa di atas:
i. di KPBI: 10 (sepuluh) orang; dan
ii. di masing-masing KBI: 5 (lima)
orang.

(b). Petugas …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.12
------------------------------------------------------------------------------------------------

(b) Petugas penerima kuasa dari pejabat


sebagaimana dimaksud pada angka (1) atau
Direksi untuk melakukan pengambilan
fisik uang:
i. di KPBI: sesuai sistem antrian
penarikan uang tunai (Queue
Management System) di Direktorat
Pengedaran Uang;
ii. di masing-masing KBI: 10 (sepuluh)
orang.
(c) Jumlah petugas pengambilan fisik uang
termasuk petugas pihak ketiga yang
ditunjuk untuk melakukan pengambilan
fisik uang.
(d) Petugas penerima kuasa dari pejabat
sebagaimana dimaksud pada angka (1) atau
Direksi untuk melakukan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada butir (1)(c)
(ii) sampai dengan butir (1)(c)(v) dalam
surat kuasa di atas sesuai kepentingan
Peserta.
(3) Dalam hal terjadi perubahan penetapan jumlah
maksimum pejabat atau petugas penerima kuasa,
akan diinformasikan kepada calon Peserta
melalui surat.
(4) Hal-hal yang dikuasakan dalam surat kuasa
sebagaimana dimaksud pada angka (1) dapat
dituangkan dalam 1 (satu) atau lebih surat kuasa
sesuai dengan kepentingan Peserta. Contoh surat

kuasa …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.13
------------------------------------------------------------------------------------------------

kuasa sebagaimana tercantum dalam Lampiran


11a sampai dengan Lampiran 11d.
c) Surat pemberitahuan perubahan Direksi dengan
contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4a
dan Lampiran 4b, apabila diperlukan.
d) Surat permohonan dari Direksi atau kuasanya untuk
membuat spesimen tanda tangan bagi:
(1) pejabat atau petugas yang diberi kuasa untuk
melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada butir b)(1); serta
(2) petugas yang diberi kuasa untuk melakukan
pengambilan fisik uang, khusus bagi calon
Peserta yang berada di wilayah kerja KBI.
Contoh surat permohonan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 5a dan Lampiran 5b.
Dalam hal pejabat atau petugas penerima kuasa telah
memiliki spesimen tanda tangan di Bank Indonesia
yang telah ditatausahakan di Bank Indonesia, maka
calon Peserta wajib membuat surat pernyataan dari
Direksi atau kuasanya yang menyatakan bahwa
spesimen tanda tangan dari pejabat atau petugas
penerima kuasa tersebut yang telah ditatausahakan di
Bank Indonesia masih berlaku.
Contoh surat pernyataan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 6a dan Lampiran 6b.
e) Surat pemberitahuan mengenai nama dan jabatan
Direksi atau pejabat yang akan melakukan
penandatanganan perjanjian penggunaan Sistem BI-
RTGS. Dalam hal penandatanganan perjanjian akan
dilakukan oleh pejabat selain Direksi maka diperlukan

surat …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.14
------------------------------------------------------------------------------------------------

surat kuasa dari Direksi dengan format sebagaimana


tercantum dalam Lampiran 7.
f) Surat pemberitahuan persetujuan menjadi Peserta
Sistem BI-RTGS disampaikan paling lambat 1 (satu)
bulan sejak permohonan dan dokumen pendukung
secara lengkap diterima oleh Penyelenggara.
c. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a
tidak disetujui, penolakan keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS
akan disampaikan melalui surat kepada calon Peserta dengan
menyebutkan alasan penolakan paling lambat 1 (satu) bulan
sejak dokumen diterima lengkap oleh Penyelenggara.
d. Berdasarkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf
b, calon Peserta menyampaikan kelengkapan administrasi
sebagaimana dimaksud pada butir b.3).
e. Penyampaian kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud
pada huruf d, dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Bagi calon Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja
KPBI (wilayah DKI Jakarta, Depok, Serang, Pandeglang,
Lebak, Tangerang, Karawang, dan Bekasi), surat
disampaikan langsung kepada Bagian Penyelesaian
Transaksi Rupiah (PTR) – Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin
No. 2 Jakarta 10110. Surat kuasa pengambilan fisik uang
disampaikan langsung kepada Bagian Pengelolaan Uang
Keluar (BPUK) – Direktorat Pengedaran Uang (DPU),
Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin No. 2 Jakarta 10110.
2) Bagi calon Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah
kerja KPBI:
a) Surat permohonan menjadi Peserta, data kepesertaan
dan surat kuasa perjanjian serta surat pemberitahuan

kewenangan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.15
------------------------------------------------------------------------------------------------

kewenangan Direksi ditujukan kepada Bagian


Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) melalui KBI
yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta;
b) surat yang berkaitan dengan kegiatan operasional
Peserta di KBI yaitu:
(1) surat kuasa khusus dengan 1 (satu) kali hak
substitusi dari Direksi kepada pejabat atau
petugas di kantor cabang Peserta sebagaimana
dimaksud pada butir b.3)b);
(2) surat kuasa pejabat penerima kuasa substitusi
apabila diperlukan;
(3) surat kuasa pengambilan fisik uang;
(4) surat kuasa pengambilan laporan; dan atau
(5) surat permohonan pembuatan spesimen tanda
tangan atau surat penyataan spesimen tanda
tangan,
disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor
pusat calon Peserta.
f. Penyelenggara akan mendaftarkan Peserta Tidak Langsung
sebagai subsidiary member dari kantor Bank Indonesia yang
mewilayahi kantor pusat Peserta.
g. Keikutsertaan Peserta yang bersangkutan dalam Sistem BI-
RTGS diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas
administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat
gangguan pada RCC.
C. Tata Cara Perubahan Kuasa
Perubahan kuasa dilakukan dalam rangka penambahan atau pencabutan
pejabat/petugas penerima kuasa atau perubahan wewenang pejabat/petugas
penerima kuasa, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Dalam …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.16
------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Dalam hal terjadi penambahan pejabat/petugas penerima kuasa,


Peserta harus menyampaikan surat pemberitahuan yang memuat
penambahan pejabat/penerima kuasa berikut permohonan pembuatan
spesimen tanda tangan bagi pejabat penerima kuasa yang
bersangkutan, yang dilampiri dengan surat kuasa dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3a sampai dengan
Lampiran 3h untuk Peserta Langsung atau Lampiran 11a sampai
dengan Lampiran 11d untuk Peserta Tidak Langsung. Surat kuasa
tersebut berlaku efektif terhitung 5 (lima) hari kerja sejak dokumen
diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia sesuai dengan
persyaratan penandatanganan dan kecukupan materai, termasuk pula
telah diterimanya fotokopi kartu identitas dan dibuatnya spesimen
tanda tangan penerima kuasa.
2. Dalam hal terjadi pencabutan seluruh atau sebagian pejabat/petugas
penerima kuasa, Peserta harus menyampaikan surat pernyataan
pencabutan kuasa yang ditandatangani oleh Direksi/pemberi kuasa
dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 12a. Dalam
surat pernyataan pencabutan kuasa yang ditandatangani oleh
Direksi/pemberi kuasa disebutkan tanggal berlakunya pencabutan
kuasa terhitung sejak tanggal diterimanya surat pernyataan secara
lengkap oleh Bank Indonesia.
3. Dalam hal terjadi perubahan susunan Direksi, maka Peserta
menyampaikan surat pemberitahuan perubahan Direksi dan/atau surat
pemberitahuan pencabutan wewenang Direksi kepada Bank Indonesia.
Contoh surat pemberitahuan perubahan Direksi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 4a sampai dengan Lampiran 4c.
sedangkan contoh surat pemberitahuan pencabutan wewenang Direksi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 12b. Surat pemberitahuan
perubahan Direksi berlaku efektif terhitung 5 (lima) hari kerja sejak
dokumen diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia sesuai dengan

persyaratan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.17
------------------------------------------------------------------------------------------------

persyaratan penandatanganan dan kecukupan materai, termasuk pula


telah diterimanya fotokopi kartu identitas dan dibuatnya spesimen
tanda tangan Direksi. Surat pemberitahuan pencabutan wewenang
Direksi berlaku efektif terhitung sejak tanggal surat tersebut diterima
secara lengkap oleh Bank Indonesia.
4. Dalam hal terjadi perubahan kewenangan untuk mewakili pemberi
kuasa oleh penerima kuasa secara sendiri atau secara bersama-sama,
Peserta harus menyampaikan surat pemberitahuan yang dilampiri
dengan surat kuasa baru dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 3 sampai dengan Lampiran 3h untuk Peserta Langsung
atau Lampiran 11a sampai dengan Lampiran 11d untuk Peserta
Tidak Langsung serta dilampiri dengan surat pernyataan tetap
diberlakukannya spesimen tanda tangan pejabat yang mengalami
perubahan kewenangan. Surat kuasa tersebut berlaku efektif terhitung
5 (lima) hari kerja sejak dokumen diterima secara lengkap oleh Bank
Indonesia sesuai dengan persyaratan penandatanganan dan kecukupan
materai, termasuk pula telah diterimanya foto kopi kartu identitas dan
dibuatnya spesimen tanda tangan penerima kuasa.
Dalam hal Peserta tidak memberitahukan perubahan kewenangan
pejabat/petugas penerima kuasa maka data yang telah ditatausahakan
di Bank Indonesia dianggap masih berlaku sampai dengan perubahan
kewenangan berlaku efektif.
5. Surat pemberitahuan perubahan surat kuasa disampaikan kepada Bank
Indonesia dengan tata cara sebagai berikut:
a. Perubahan surat kuasa yang berkaitan dengan kegiatan
operasional Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI
(wilayah DKI Jakarta, Depok, Serang, Pandeglang, Lebak,
Tangerang, Karawang, dan Bekasi) dilakukan sebagai berikut:
1) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah
kerja KPBI:

a) perubahan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.18
------------------------------------------------------------------------------------------------

a) perubahan surat kuasa disampaikan oleh kantor pusat


Peserta kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah
(PTR) - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
(DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10110;
b) perubahan surat kuasa pengambilan fisik uang,
disampaikan langsung kepada Bagian Pengelolaan
Uang Keluar (BPUK) – Direktorat Pengedaran Uang
(DPU), Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin No. 2
Jakarta 10110.
2) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah
kerja KBI yang telah mengimplementasikan Sistem
Informasi Nasabah (SINAS) maka perubahan surat kuasa
disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor Peserta
penerima kuasa.
3) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah
kerja KBI yang belum mengimplementasikan SINAS maka
perubahan surat kuasa disampaikan kepada Bagian
Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) - Direktorat
Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank
Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110.
b. Perubahan surat kuasa yang berkaitan dengan kegiatan
operasional Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
KPBI dilakukan sebagai berikut:
1) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah
kerja KPBI atau KBI yang telah mengimplementasikan
SINAS maka perubahan surat kuasa disampaikan langsung
kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) -
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP),

Bank …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.19
------------------------------------------------------------------------------------------------

Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110


atau KBI yang mewilayahi kantor Peserta penerima kuasa.
2) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah
kerja KBI yang belum mengimplementasikan SINAS maka
perubahan surat kuasa disampaikan kepada KBI yang
mewilayahi kantor pusat Peserta.
3) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah
kerja KBI yang bersangkutan maka perubahan surat kuasa
disampaikan kepada KBI yang bersangkutan.
c. Setiap ada penambahan, perubahan, dan atau pencabutan kuasa
Direksi untuk pejabat penerima kuasa di kantor Peserta yang
berada di wilayah kerja KBI yang belum mengimplementasikan
SINAS maka KPBI atau KBI penerima penambahan, perubahan
dan atau pencabutan surat kuasa menginformasikan melalui
sarana administrative message kepada KBI yang mewilayahi
kantor Peserta penerima kuasa dengan tembusan kepada Peserta
yang bersangkutan.
D. Tata Cara Perubahan Kepesertaan
1. Perubahan dari Peserta Tidak Langsung menjadi Peserta Langsung
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta Tidak Langsung wajib mengubah kepesertaannya
menjadi Peserta Langsung paling lambat 1 (satu) tahun sejak
tanggal kepesertaan sebagai Peserta Tidak Langsung.
Permohonan perubahan dari Peserta Tidak Langsung menjadi
Peserta Langsung diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum
batas waktu berakhirnya periode menjadi Peserta Tidak
Langsung.
b. Dalam hal Peserta Tidak Langsung mengajukan permohonan
perubahan menjadi Peserta Langsung melewati jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada huruf a

namun …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.20
------------------------------------------------------------------------------------------------

namun Peserta yang bersangkutan dapat memenuhi persyaratan


menjadi Peserta Langsung sebelum periode Peserta Tidak
Langsung berakhir, maka Penyelenggara dapat menyetujui
permohonan menjadi Peserta Langsung.
c. Dalam hal Peserta Tidak Langsung mengajukan permohonan
perubahan menjadi Peserta Langsung melewati jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan Peserta yang bersangkutan tidak dapat memenuhi
persyaratan menjadi Peserta Langsung sampai dengan periode
Peserta Tidak Langsung berakhir maka Penyelenggara akan
mengenakan sanksi berupa teguran tertulis dan Peserta Tidak
Langsung wajib memenuhi persyaratan menjadi Peserta
Langsung dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat
teguran tertulis. Dalam hal Peserta tidak memenuhi persyaratan
untuk menjadi Peserta Langsung dalam jangka waktu dimaksud,
status kepesertaan Peserta diubah menjadi ditangguhkan
(suspend) sampai dengan Peserta memenuhi persyaratan.
d. Tata cara perubahan Peserta Tidak Langsung menjadi Peserta
Langsung adalah sebagai berikut:
1) Peserta Tidak Langsung mengajukan surat permohonan
kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) -
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP),
Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110.
Khusus bagi Peserta Tidak Langsung yang berkantor pusat
di luar wilayah kerja KPBI, surat permohonan diajukan
melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat Peserta Tidak
Langsung.
Dalam surat tersebut Peserta Tidak Langsung
menginformasikan pemenuhan persyaratan untuk menjadi
Peserta Langsung sebagaimana dimaksud pada butir A.1.b.

Contoh …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.21
------------------------------------------------------------------------------------------------

Contoh surat permohonan sebagaimana tercantum dalam


Lampiran 1.
2) Dalam hal Peserta Tidak Langsung telah memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir A.1.b,
Penyelenggara menyampaikan surat kepada Peserta Tidak
Langsung yang memuat hal-hal sebagai berikut:
a) persetujuan menjadi Peserta Langsung;
b) member code;
c) informasi pelatihan, pemasangan jaringan komunikasi
data dan instalasi aplikasi RT;
d) permintaan pembuatan AT 1, AT 2, dan AT 3 di RT
Peserta sesuai dengan Buku Pedoman Teknis Sistem
BI-RTGS yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
secara terpisah dari Surat Edaran ini, untuk
dipertukarkan dengan AT 4 dan AT 5 di
Penyelenggara. Pertukaran AT akan dilakukan pada
saat menjelang pelaksanaan perubahan status
kepesertaan dari Peserta Tidak Langsung menjadi
Peserta Langsung;
e) permintaan kelengkapan administrasi sebagaimana
dimaksud pada butir B.1.b.5) huruf a), b), d) dan e).
Surat pemberitahuan tersebut disampaikan paling lambat 1
(satu) bulan sejak permohonan diterima oleh
Penyelenggara.
3) Berdasarkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada
angka 2), Peserta menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
a) Surat penyampaian AT 1, AT 2, dan AT 3 di dalam
amplop tertutup dan bersegel dengan format surat
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 8;

b). Surat …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.22
------------------------------------------------------------------------------------------------

b) Surat penyampaian kelengkapan administrasi


sebagaimana dimaksud pada butir B.1.b.5) a), b), d)
dan e);
c) Surat penyampaian tembusan berita acara
pemasangan jaringan komunikasi data dan
pelaksanaan instalasi aplikasi RT.
4) Penyampaian surat sebagaimana dimaksud pada angka 3),
dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
a) Bagi Peserta Tidak Langsung yang berkantor pusat di
wilayah kerja KPBI (wilayah DKI Jakarta, Depok,
Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Karawang,
dan Bekasi), surat disampaikan kepada Bagian
Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) – Direktorat
Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank
Indonesia, Jalan MH Thamrin No. 2 Jakarta 10110.
Khusus untuk surat kuasa pengambilan fisik uang
disampaikan langsung kepada Bagian Pengelolaan
Uang Keluar (BPUK) – Direktorat Pengedaran Uang
(DPU), Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin No. 2
Jakarta 10110.
b) Bagi Peserta Tidak Langsung yang berkantor pusat di
luar wilayah kerja KPBI:
(1) surat permohonan menjadi Peserta Langsung,
data kepesertaan, surat kuasa penandatanganan
perjanjian dan AT ditujukan kepada Bagian
Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) melalui
KBI yang mewilayahi kantor pusat Peserta;
(2) surat yang berkaitan dengan kegiatan
operasional Peserta di KBI yaitu:

(a). Surat …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.23
------------------------------------------------------------------------------------------------

(a) surat kuasa khusus dengan 1 (satu) kali hak


substitusi dari Direksi kepada pejabat atau
petugas di kantor cabang Peserta
sebagaimana dimaksud pada butir B.1.b.5)
b);
(b) surat kuasa pejabat penerima kuasa
substitusi apabila diperlukan;
(c) surat kuasa pengambilan fisik uang;
(d) surat kuasa pengambilan laporan; dan atau
(e) surat pernyataan spesimen tanda tangan,
disampaikan kepada KBI yang mewilayahi
kantor pusat calon Peserta.
5) Penyelenggara menyampaikan AT 4 dan AT 5 kepada
Peserta dalam amplop tertutup untuk di-input dalam RT
Peserta. Khusus untuk Peserta yang berkantor pusat di luar
wilayah kerja KPBI, AT disampaikan melalui KBI yang
mewilayahi kantor pusat Peserta.
6) Keikutsertaan Peserta yang bersangkutan dalam Sistem BI-
RTGS diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui
fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila
terdapat gangguan pada RCC.
2. Perpanjangan periode Peserta Tidak Langsung
a. Perpanjangan periode Peserta Tidak Langsung atas dasar
permintaan Peserta
Permohonan perpanjangan periode Peserta Tidak Langsung
dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Peserta Tidak Langsung yang berkantor pusat di wilayah
kerja KPBI mengajukan surat permohonan kepada Bagian
Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) - Direktorat
Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank

Indonesia …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.24
------------------------------------------------------------------------------------------------

Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110 paling


lambat 3 (tiga) bulan sebelum periode kepesertaan sebagai
Peserta Tidak Langsung berakhir. Bagi Peserta yang
berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, permohonan
tersebut diajukan kepada Bagian PTR melalui KBI yang
mewilayahi kantor pusat Peserta. Dalam surat permohonan
tersebut Peserta menginformasikan alasan perpanjangan
periode menjadi Peserta Tidak Langsung.
2) Dalam hal permohonan perpanjangan periode Peserta Tidak
Langsung disetujui, Penyelenggara menyampaikan
persetujuan tersebut melalui surat yang memuat antara lain
hal-hal sebagai berikut:
a) Perpanjangan periode menjadi Peserta Tidak
Langsung;
b) Kewajiban Peserta Tidak Langsung untuk memenuhi
persyaratan sebagai Peserta Langsung dalam periode
perpanjangan dan menyampaikan perkembangan
pemenuhan persyaratan tersebut; serta
c) Sanksi yang akan dikenakan apabila tidak mengubah
kepesertaan menjadi Peserta Langsung dalam periode
sebagaimana dimaksud pada huruf a).
3) Dalam hal permohonan perpanjangan periode Peserta Tidak
Langsung ditolak, Penyelenggara menyampaikan
penolakan tersebut melalui surat yang memuat antara lain
hal-hal sebagai berikut:
a) Kewajiban untuk mengubah kepesertaan sesuai
dengan batas waktu yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada PBI tentang Sistem BI-
RTGS; dan

b) Sanksi …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.25
------------------------------------------------------------------------------------------------

b) Sanksi yang akan dikenakan apabila tidak mengubah


kepesertaan menjadi Peserta Langsung dalam periode
sebagaimana dimaksud pada huruf a).
4) Surat persetujuan atau penolakan tersebut akan
disampaikan oleh Penyelenggara paling lambat 1 (satu)
bulan sejak surat permohonan diterima oleh Penyelenggara.
b. Perpanjangan Periode Peserta Tidak Langsung berdasarkan
kebijakan Penyelenggara
Penyelenggara dapat memperpanjang jangka waktu kepesertaan
sebagai Peserta Tidak Langsung berdasarkan pertimbangan
antara lain:
1) Rencana merger;
2) Konsolidasi;
3) Perubahan jenis usaha yang akan mempengaruhi
keikutsertaan Peserta dalam Sistem BI-RTGS;
4) Peserta Tidak Langsung sudah mengajukan surat
permohonan perubahan menjadi Peserta Langsung paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum jangka waktu Peserta Tidak
Langsung berakhir namun terjadi kondisi di luar kendali
Peserta, antara lain belum adanya kesiapan jaringan atau
instalasi aplikasi.
3. Perubahan dari Peserta Langsung menjadi Peserta Tidak Langsung
Perubahan kepesertaan dari Peserta Langsung menjadi Peserta Tidak
Langsung dapat terjadi karena proses penyelesaian hak dan kewajiban
Peserta sehubungan dengan pencabutan izin usaha Peserta oleh
instansi atau pihak yang berwenang dan/atau karena terdapat
permintaan khusus dari instansi atau pihak yang berwenang dalam
melakukan pengawasan terhadap Peserta. Berkaitan dengan perubahan
ini, Penyelenggara menginformasikan kepada:

a. Peserta …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.26
------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Peserta yang bersangkutan melalui surat yang antara lain


memuat:
1) Hak dan kewajiban Peserta sebagai Peserta Tidak
Langsung;
2) Tatacara penarikan Rekening Giro; dan
3) Jenis transaksi yang dapat dilakukan melalui Sistem BI-
RTGS.
b. seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau
sarana lainnya apabila Penyelenggara tidak dapat mengirimkan
administrative message; dan
c. seluruh satuan kerja terkait di Bank Indonesia dan instansi atau
pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap
Peserta.
4. Perubahan Status Kepesertaan
a. Perubahan status kepesertaan dari aktif (active) menjadi
ditangguhkan (suspend) dan sebaliknya, yang disebabkan oleh
Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia bersaldo negatif
sampai dengan waktu tutup Sistem BI-RTGS (cut-off time),
berlaku tata cara sebagai berikut:
1) Dalam hal Rekening Giro Peserta bersaldo negatif sampai
dengan waktu tutup Sistem BI-RTGS (cut off time) maka
pada awal hari kerja berikutnya saat buka Sistem BI-RTGS
(RCC open) status kepesertaan secara otomatis akan
berubah menjadi ditangguhkan (suspend).
2) Perubahan kepesertaan sebagaimana tersebut di atas
diberitahukan kepada:
a) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative
message atau sarana lainnya apabila terdapat
gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak
dapat mengirimkan administrative message, pada

pukul …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.27
------------------------------------------------------------------------------------------------

pukul 09.00 WIB pada hari diberlakukannya


perubahan status kepesertaan tersebut;
b) seluruh satuan kerja terkait dan instansi atau pihak
yang berwenang dalam melakukan pengawasan
terhadap Peserta.
3) Dalam hal Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia tidak
lagi bersaldo negatif, maka akan dilakukan perubahan
status kepesertaan menjadi aktif (active) dan perubahan
tersebut diberitahukan kepada pihak-pihak sebagaimana
dimaksud pada angka 2).
b. Perubahan status kepesertaan dari aktif (active) menjadi
ditangguhkan (suspend) atau dibekukan (freeze) dan sebaliknya,
dapat didasarkan pada permintaan tertulis dari instansi atau pihak
yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta.
Instansi atau Pihak yang berwenang dalam melakukan
pengawasan terhadap Bank sebagai Peserta adalah Bank
Indonesia. Terhadap permintaan tertulis dimaksud,
Penyelenggara melakukan perubahan status kepesertaan dan
menginformasikan kepada:
1) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message
atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC
sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan
administrative message segera setelah Penyelenggara
menyetujui permintaan tertulis dari instansi atau pihak yang
berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta.
2) seluruh satuan kerja terkait dan instansi atau pihak yang
berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta;
c. Perubahan status kepesertaan menjadi ditutup (close)
1) Perubahan status kepesertaan menjadi ditutup (close)
didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

a). Untuk …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.28
------------------------------------------------------------------------------------------------

a) Untuk Bank sebagai Peserta, adanya permintaan


tertulis dari instansi atau pihak yang berwenang dalam
melakukan pengawasan terhadap Bank tersebut, yang
didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
(1) adanya pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang perbankan,
sistem pembayaran dan/atau ketentuan internal
Peserta;
(2) tindakan preventif terhadap kemungkinan
terjadinya risiko yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha Peserta yang bersangkutan
dan/ atau sistem perbankan; dan/atau
(3) keputusan mengenai merger, konsolidasi, atau
pencabutan izin usaha Bank.
b) Untuk Peserta Selain Bank, adanya permintaan
tertulis dari Peserta selain Bank tersebut, instansi atau
pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan
terhadap Peserta Selain Bank dengan menyampaikan
permohonan perubahan status kepesertaan kepada
Penyelenggara, dengan menyebutkan alasan
perubahan status tersebut.
2) Dalam hal Peserta berubah status menjadi ditutup (close),
Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) memindahkan saldo Rekening Giro Peserta ke
rekening lain di Bank Indonesia atau rekening lain
yang ditetapkan oleh Peserta yang bersangkutan;
b) mengubah status kepesertaan menjadi ditutup (close)
setelah Rekening Giro Peserta bersaldo nihil;
c) memberitahukan perubahan status kepesertaan
kepada:

(1). Peserta …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.29
------------------------------------------------------------------------------------------------

(1) Peserta yang bersangkutan melalui surat;


(2) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative
message atau sarana lainnya apabila terdapat
gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara
tidak dapat mengirimkan administrative
message, bersamaan dengan diberlakukannya
perubahan status kepesertaan tersebut;
(3) seluruh satuan kerja terkait di Bank Indonesia
dan instansi atau pihak yang berwenang dalam
melakukan pengawasan terhadap Peserta.
d. Perubahan kepesertaan karena merger, konsolidasi dan adanya
permintaan tertulis dari Peserta khusus untuk Peserta Selain
Bank atau pihak yang berwenang melakukan pengawasan
terhadap Peserta Selain Bank
1) Perubahan kepesertaan karena Merger
Dalam hal terdapat Bank Peserta yang akan melakukan
merger, berlaku tata cara sebagai berikut:
a) Setiap Bank Peserta merger menyampaikan surat
kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR)
- Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
(DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10110, yang berisi:
(1) Pemindahan saldo Rekening Giro Bank Peserta
Merger ke Rekening Giro Bank Peserta hasil
merger;
(2) Permohonan penutupan Rekening Giro dan
permintaan penghentian kepesertaan Sistem BI-
RTGS;
(3) Pengalihan hak dan kewajiban dari Bank
Peserta merger kepada Rekening Giro Bank

tertentu …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.30
------------------------------------------------------------------------------------------------

tertentu yang ditetapkan sebagai Bank Peserta


hasil merger;
(4) Waktu pelaksanaan merger;
(5) Pencabutan spesimen tanda tangan seluruh
pejabat yang berwenang dari Bank Peserta
merger.
Format surat sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 13.
Surat tersebut disampaikan dengan melampirkan
fotocopy surat keputusan izin merger dari Bank
Indonesia dengan dilampiri fotocopy akta perubahan
Anggaran Dasar yang dilegalisasi oleh
Direksi/notaris.
b) Bank Peserta hasil merger menyampaikan dokumen
merger kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah
(PTR) - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
(DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10110 yang terdiri dari:
(1) Surat Pemberitahuan merger yang memuat
informasi antara lain:
(a) Bank Peserta merger;
(b) waktu pelaksanaan pemindahan saldo,
penutupan Rekening Giro dan penghentian
kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS dari
Bank Peserta merger; serta
(c) informasi mengenai pemberitahuan merger
yang dimuat dalam surat kabar nasional.
(2) Surat Pernyataan yang antara lain memuat
pernyataan:

(a). pengambilalihan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.31
------------------------------------------------------------------------------------------------

(a) pengambilalihan hak dan kewajiban Bank


Peserta merger terhitung sejak tanggal
legal merger;
(b) pemberlakuan spesimen untuk Bank
Peserta hasil merger dan penegasan status
spesimen Bank Peserta merger;dan
(c) pengambilalihan tanggung jawab
operasional Bank Peserta merger karena
adanya perbedaan tanggal legal merger dan
operational merger.
Format surat sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 14.
Surat tersebut disampaikan dengan disertai
fotocopy akta merger dan fotocopy surat
persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia yang dilegalisasi oleh
Direksi/penerima kuasa/pihak yang berwenang,
fotocopy Surat Keputusan Bank Indonesia
tentang merger dan perkiraan jangka waktu
pelaksanaan merger.
c) Berdasarkan surat dari Bank Peserta Hasil merger
sebagaimana dimaksud pada huruf b), Penyelenggara
memberitahukan kepada seluruh Peserta melalui
fasilitas administrative message atau sarana lainnya
apabila terdapat gangguan pada RCC mengenai telah
disetujuinya merger beserta perkiraan jangka waktu
pelaksanaan merger.
d) Setiap Bank Peserta merger memindahkan saldo
Rekening Giro-nya ke Rekening Giro Bank Peserta

Hasil …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.32
------------------------------------------------------------------------------------------------

Hasil merger melalui RT Peserta sesuai dengan


jadwal operational merger.
e) Setelah Rekening Giro Bank Peserta merger bersaldo
nihil, status Bank Peserta merger diubah menjadi
ditutup (close).
f) Pemberitahuan penghentian kepesertaan Sistem BI-
RTGS dan penutupan Rekening Giro Bank Peserta
merger disampaikan oleh Penyelenggara melalui surat
kepada Bank Peserta Hasil merger.
g) Penghentian kepesertaan Bank Peserta merger dari
Sistem BI-RTGS dan penutupan Rekening Giro
diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas
administrative message atau sarana lainnya apabila
terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara
tidak dapat mengirimkan administrative message.
2) Perubahan Kepesertaan karena Konsolidasi
Dalam hal terdapat Bank Peserta yang akan melakukan
konsolidasi, berlaku tata cara sebagai berikut:
a) Bank Peserta Hasil konsolidasi menyampaikan surat
kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR)
- Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
(DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10110, yang berisi:
(1) Permohonan pembukaan Rekening Giro Bank
Peserta hasil konsolidasi dengan melampirkan
dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada
ketentuan yang mengatur mengenai Hubungan
Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan
Pihak Ekstern.

(2). Permohonan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.33
------------------------------------------------------------------------------------------------

(2) Permohonan kepesertaan dalam Sistem BI-


RTGS dengan melampirkan dokumen-dokumen
sebagaimana dimaksud pada huruf B mengenai
Tatacara Menjadi Peserta serta sesuai dengan
Ketentuan Hubungan Rekening Giro Antara
Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern.
(3) Pernyataan pengambilalihan hak dan kewajiban
Bank Peserta konsolidasi.
(4) Waktu pelaksanaan konsolidasi.
Format surat sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 15.
b) Setiap Bank Peserta konsolidasi menyampaikan surat
kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR)
- Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
(DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10110, yang memuat permohonan atau
permintaan untuk:
(1) menutup Rekening Giro Peserta;
(2) menghentikan kepesertaan dalam Sistem BI-
RTGS;
(3) mencabut spesimen tanda tangan pejabat
penerima kuasa Direksi.
(4) mengalihkan hak dan kewajiban dari seluruh
Bank Peserta konsolidasi kepada Rekening Giro
Bank Peserta hasil konsolidasi.
Format surat sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 16.
Surat tersebut disampaikan dengan melampirkan
fotocopy surat keputusan izin konsolidasi dari instansi
yang berwenang.

c). Penyelenggara …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.34
------------------------------------------------------------------------------------------------

c) Penyelenggara menyampaikan surat kepada Bank


Peserta hasil konsolidasi yang memuat hal-hal
sebagaimana dimaksud pada butir B.1.b.
d) Berdasarkan surat dari Bank Peserta hasil konsolidasi
sebagaimana dimaksud pada huruf a), Penyelenggara
memberitahukan kepada seluruh Peserta melalui
fasilitas administrative message atau sarana lainnya
apabila terdapat gangguan pada RCC mengenai telah
disetujuinya konsolidasi, perkiraan jangka waktu
pelaksanaan konsolidasi dan nama, nomor, serta
member code Bank Peserta hasil konsolidasi.
e) Bank Peserta konsolidasi memindahkan saldo
Rekening Giro ke Rekening Giro Bank hasil
kondolidasi melalui RT Peserta yang bersangkutan.
f) Setelah Rekening Giro Bank Peserta konsolidasi
bersaldo nihil, status Bank Peserta konsolidasi diubah
menjadi ditutup (close).
g) Pemberitahuan penghentian kepesertaan Sistem BI-
RTGS dan penutupan Rekening Giro Bank Peserta
konsolidasi disampaikan oleh Penyelenggara melalui
surat kepada Bank Peserta konsolidasi.
h) Penutupan Rekening Giro dan penghentian
kepesertaan Bank Peserta konsolidasi dari Sistem BI-
RTGS diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui
fasilitas administrative message atau sarana lainnya
apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga
Penyelenggara tidak dapat mengirimkan
administrative message.
3) Perubahan Kepesertaan karena adanya Permintaan tertulis
dari Peserta Selain Bank

Dalam …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.35
------------------------------------------------------------------------------------------------

Dalam hal Peserta Selain Bank mengajukan permintaan


menjadi ditutup (close), berlaku tata cara sebagai berikut:
a) menyampaikan surat kepada Bagian Penyelesaian
Transaksi Rupiah (PTR) – Direktorat Akunting dan
Sistem Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan
MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110, yang memuat
permohonan atau permintaan untuk:
(1) menutup Rekening Giro;
(2) menghentikan kepesertaan dalam Sistem BI-
RTGS; dan
(3) memindahkan saldo Rekening Giro ke Rekening
tertentu yang ditetapkan oleh Peserta yang
bersangkutan,
dengan dilampiri persetujuan untuk menjadi ditutup
(close) dari satuan kerja terkait di Bank Indonesia
yang memberikan persetujuan keikutsertaan dalam
Sistem BI-RTGS, atau persetujuan untuk menjadi
ditutup (close) dari satuan kerja terkait di Bank
Indonesia yang memberikan rekomendasi
keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS dan surat
pencabutan izin usaha dari instansi yang berwenang
dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta Selain
Bank dan informasi tanggal pelaksanaan penutupan.
b) Peserta tidak diperkenankan untuk melakukan log-on
ke RCC 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan penutupan
Rekening Giro.
c) Pada tanggal pelaksanaan penutupan Rekening Giro,
Peserta menerbitkan dan menyampaikan BGBI ke
Bagian PTR untuk memindahkan saldo Rekening

Giro …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.36
------------------------------------------------------------------------------------------------

Giro. Jumlah saldo yang dipindahkan adalah jumlah


saldo setelah memperhitungkan biaya transfer.
d) setelah Rekening Giro Peserta bersaldo nihil, status
Peserta akan diubah menjadi ditutup (close).
e) pemberitahuan penghentian kepesertaan Sistem BI-
RTGS dan penutupan Rekening Giro Peserta
disampaikan oleh Penyelenggara melalui surat kepada
Peserta yang bersangkutan.
f) penghentian kepesertaan dari Sistem BI-RTGS dan
penutupan Rekening Giro diberitahukan kepada
seluruh Peserta melalui fasilitas administrative
message atau sarana lainnya apabila terdapat
gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak
dapat mengirimkan administrative message.
4) Perubahan kepesertaan karena adanya permintaan tertulis
dari instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan
pengawasan terhadap Peserta Selain Bank.
Dalam hal instansi atau pihak yang berwenang dalam
melakukan pengawasan terhadap Peserta Selain Bank
mengajukan permintaan menjadi ditutup (close), berlaku
tata cara sebagai berikut:
a) Instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan
pengawasan terhadap Peserta Selain Bank
menyampaikan surat kepada satuan kerja di Bank
Indonesia yang memberikan rekomendasi
keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS dengan
tembusan kepada Bagian Penyelesaian Transaksi
Rupiah (PTR) – Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan MH.

Thamrin …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.37
------------------------------------------------------------------------------------------------

Thamrin No. 2 Jakarta 10110, yang memuat


permohonan atau permintaan untuk:
(1) memindahkan saldo Rekening Giro Peserta ke
rekening lain di Bank Indonesia atau ke
rekening lain yang ditunjuk oleh Peserta; dan
(2) menutup Rekening Giro dan menghentikan
kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS,
dengan dilampiri surat pencabutan izin usaha dari
instansi yang berwenang dalam melakukan
pengawasan terhadap Peserta Selain Bank apabila
ada.
b) atas dasar rekomendasi dari satuan kerja di Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a),
Penyelenggara mengubah jenis kepesertaan dari
Peserta Langsung menjadi Peserta Tidak Langsung.
c) Penyelenggara menyampaikan surat kepada Peserta
yang memuat permintaan agar Peserta menyampaikan
surat kepada Penyelenggara untuk memindahkan
saldo, menghentikan kepesertaan dalam Sistem BI-
RTGS dan menutup Rekening Giro Peserta.
d) pada tanggal pelaksanaan penutupan Rekening Giro,
Peserta menerbitkan dan menyampaikan BGBI ke
Bagian PTR untuk memindahkan saldo Rekening
Giro. Jumlah saldo yang dipindahkan adalah jumlah
saldo setelah memperhitungkan biaya transfer.
e) setelah Rekening Giro Peserta bersaldo nihil, status
Peserta akan diubah oleh Penyelenggara menjadi
ditutup (close).
f) pemberitahuan penghentian kepesertaan Sistem BI-
RTGS dan penutupan Rekening Giro Peserta

disampaikan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.38
------------------------------------------------------------------------------------------------

disampaikan oleh Penyelenggara melalui surat kepada


Peserta yang bersangkutan dan instansi berwenang
yang melakukan pengawasan terhadap Peserta.
g) penghentian kepesertaan dari Sistem BI-RTGS dan
penutupan Rekening Giro diberitahukan kepada
seluruh Peserta melalui fasilitas administrative
message atau sarana lainnya apabila terdapat
gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak
dapat mengirimkan administrative message.
E. Perubahan member code
Peserta dapat mengajukan perubahan member code. Perubahan tersebut
dapat disebabkan antara lain karena Peserta yang bukan merupakan anggota
SWIFT berubah menjadi anggota SWIFT. Peserta yang akan mengubah
member code tersebut harus mengajukan permohonan perubahan member
code yang ditujukan kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) -
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank Indonesia,
Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110.
Perubahan member code diberitahukan kepada:
1. Peserta yang bersangkutan melalui surat;
2. seluruh Peserta lainnya melalui fasilitas administrative message, atau
sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga
Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message;
3. seluruh satuan kerja terkait di Bank Indonesia; dan
4. instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan
terhadap Peserta Selain Bank melalui surat.
F. Perubahan member account
Perubahan member account Peserta hanya dapat dilakukan oleh Bank
Indonesia. Perubahan akan diberitahukan kepada:
1. Peserta yang bersangkutan melalui surat;

2. seluruh …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.39
------------------------------------------------------------------------------------------------

2. seluruh Peserta melalui fasilitas administrative messages atau sarana


lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara
tidak dapat mengirimkan administrative message;
3. seluruh satuan kerja terkait di Bank Indonesia; dan
4. instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan
terhadap Peserta Selain Bank melalui surat.
G. Perubahan nama Peserta
Apabila terjadi perubahan nama Peserta, Peserta tersebut harus mengajukan
perubahan nama dengan tata cara sebagai berikut:
1. Peserta mengajukan surat permohonan kepada Bagian Penyelesaian
Transaksi Rupiah (PTR) - Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10110 dengan melampirkan foto kopi:
a. perubahan Anggaran Dasar Peserta yang telah disahkan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan telah dilegalisasi
oleh Notaris atau pejabat Bank yang memiliki spesimen tanda
tangan di Penyelenggara;
b. surat persetujuan perubahan nama dari Departemen Hukum dan
Hak Asasi Manusia yang telah dilegalisasi oleh Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia;
c. surat keputusan perubahan nama dari Bank Indonesia khusus
untuk Bank; dan
d. khusus untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar
negeri cukup menyampaikan surat keputusan perubahan nama
dari Bank Indonesia.
2. Penyelenggara memberitahukan perubahan nama Peserta kepada:
a. Peserta yang bersangkutan melalui surat;
b. Peserta lainnya melalui fasilitas administrative message atau
sarana lain apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga
Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message;

c. seluruh …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.40
------------------------------------------------------------------------------------------------

c. seluruh satuan kerja terkait di Bank Indonesia; dan


d. instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan
pengawasan terhadap Peserta melalui surat.
H. Perubahan lokasi RT Server Utama Peserta
Untuk perubahan lokasi RT Server Utama berlaku tata cara sebagai berikut:
1. Peserta yang bersangkutan harus mengajukan surat yang berisi
permohonan pemindahan jaringan komunikasi, pemberitahuan
perubahan lokasi RT Server Utama dan 2 (dua) saluran telepon di
lokasi baru yang dilampiri dengan formulir data kepesertaan yang baru
dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 kepada
Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) - Direktorat Akunting
dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin
No. 2 Jakarta 10110.
2. Perubahan lokasi RT Server Utama berlaku setelah mendapat surat
pemberitahuan dari Penyelenggara.
I. Perubahan Authenticator Text (AT)
Perubahan AT dilakukan secara periodik atau sewaktu-waktu sesuai dengan
kebutuhan Peserta atau Penyelenggara yang pelaksanaannya diatur sebagai
berikut:
1. Penggantian AT secara periodik
masa berlaku AT dibagi menjadi 5 kelompok sebagai berikut:
a. kelompok A, berakhir tanggal 17 Juli;
b. kelompok B, berakhir tanggal 17 Agustus;
c. kelompok C, berakhir tanggal 17 September;
d. kelompok D, berakhir tanggal 17 Oktober; dan
e. kelompok E, berakhir tanggal 17 November.
Adapun penggantian AT secara periodik dilakukan dengan tata cara
sebagai berikut:

a. Bagian …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.41
------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) menyampaikan


kepada seluruh Peserta melalui administrative message
mengenai penggantian AT Sistem BI-RTGS.
b. Peserta melakukan pengecekan tanggal kadaluwarsa AT melalui
RT masing-masing.
c. Peserta membuat dan menyampaikan AT 1, AT 2 dan AT 3
kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) -
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank
Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110. Khusus bagi
Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat
Bank Indonesia (KPBI), surat penyampaian AT1, AT 2, dan AT
3 dari Peserta serta AT 4 dan AT 5 dari Penyelenggara
dikirimkan melalui Kantor Bank Indonesia (KBI) yang
mewilayahi kantor pusat Peserta. AT 4 dan AT 5 yang disertai
informasi mengenai tanggal efektif dan kadaluwarsa untuk
Peserta disampaikan dalam amplop tertutup untuk di-input
dalam RT Peserta.
d. Setelah AT diterima secara lengkap oleh Peserta dan
Penyelenggara, maka Peserta melakukan input AT pada RT
Peserta dan Penyelenggara melakukan input AT pada RCC
sebelum berakhir masa berlakunya AT.
2. Penggantian AT sewaktu-waktu
Penyelenggara maupun Peserta sewaktu-waktu dapat melakukan
penggantian AT, dengan tata cara sebagai berikut:
a. Peserta mengajukan surat permohonan penggantian AT disertai
dengan AT 1, AT 2, dan AT 3 dalam amplop tertutup dan
bersegel kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) -
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank
Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110. Khusus bagi
Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, surat

tersebut …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 III.42
------------------------------------------------------------------------------------------------

tersebut disampaikan melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat


Peserta.
b. Bagian PTR atau KBI menyampaikan AT 4 dan AT 5 yang
disertai informasi mengenai tanggal efektif dan kadaluwarsa
untuk Peserta dalam amplop tertutup dan bersegel untuk di-
input dalam RT Peserta.
c. Setelah AT diterima secara lengkap oleh Peserta dan
Penyelenggara, maka Peserta melakukan input AT pada RT
Peserta dan Penyelenggara melakukan input AT pada RCC
sebelum berakhir masa berlakunya AT.
J. Informasi Kelengkapan Dokumen
Dalam hal terdapat kekurangan dokumen yang berkaitan dengan
penambahan, perubahan, penutupan dan atau pencabutan rekening dan
kepesertaan Sistem BI-RTGS, Penyelenggara menginformasikan kepada
Peserta melalui sarana telepon, administrative message atau surat untuk
melengkapi kekurangan dokumen tersebut.

BAB …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.1
-------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB IV
PELAKSANAAN OPERASIONAL SISTEM BI-RTGS

A. Pelaksanaan Operasional RCC


1. Jam Operasional
Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dilaksanakan setiap hari kerja
kecuali ditetapkan lain oleh Bank Indonesia.
Kegiatan selama Jam Operasional adalah sebagai berikut :
a. Waktu RCC open sampai dengan cut off warning
Transaksi-transaksi melalui Sistem BI-RTGS yang dapat
dilakukan dalam periode ini meliputi transaksi sebagaimana
dimaksud pada Lampiran 17.
Pelaksanaan pengiriman transfer dana melebihi waktu yang telah
ditetapkan secara otomatis akan ditolak oleh sistem.
b. Waktu antara cut off warning sampai dengan pre cut off
Dalam periode ini terdapat beberapa kegiatan sebagai berikut:
1) RCC secara otomatis melakukan special gridlock
resolution, yaitu menyelesaikan seluruh antrian Peserta
berdasarkan kecukupan dana masing-masing transaksi.
2) Pada saat cut off warning:
a) Peserta menerima :
(1) “cut off warning report”, yang memuat
informasi waktu pelaksanaan cut off warning;
dan
(2) “Pre Cover Position report”, yang memuat
informasi posisi saldo Rekening Giro Peserta.
b) Transaksi yang masuk ke dalam Sistem Antrian akan
ditolak secara otomatis oleh sistem sedangkan
transaksi yang masih dalam Sistem Antrian akan

dibatalkan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.2
-------------------------------------------------------------------------------------------------

dibatalkan secara otomatis oleh sistem. Atas transaksi


yang dibatalkan, Peserta pengirim akan menerima
reject advice.
3) Peserta diberikan kesempatan untuk melakukan transfer
antar Peserta dalam rangka menutupi kekurangan likuiditas
(Interbank Cover Position).
c. Waktu antara pre cut off sampai dengan waktu cut off (BI Cover
Position)
1) Dalam periode ini dilakukan pengkreditan Rekening Giro
Peserta atas permohonan Fasilitas Pendanaan Jangka
Pendek (FPJP) yang disetujui oleh Penyelenggara atau
pengalihan dari FLI yang tidak lunas menjadi FPJP.
2) Pada saat pre cut off, Peserta menerima pre cut off
notification report dan member recontiliation report.
d. Waktu RCC cut off
Pada waktu RCC cut off, seluruh transaksi yang dikirimkan
melalui RT akan ditolak secara otomatis oleh sistem. Pada saat
cut off, Peserta menerima cut off notification report, cut off
position report dan member statement.
Kegiatan dan Jam Operasional sebagaimana dimaksud pada huruf a
sampai dengan huruf d sebagaimana tercantum dalam Lampiran 17.
2. Perubahan Jam Operasional
a. Perubahan Jam Operasional atas dasar kebijakan Penyelenggara
dapat berupa perpanjangan atau pengurangan Jam Operasional.
1) Perpanjangan Jam Operasional dilakukan dalam hal terjadi:
a) Gangguan atau kerusakan pada RCC;
b) Keterlambatan waktu Penyelesaian Akhir hasil
kliring;

c) Adanya …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.3
-------------------------------------------------------------------------------------------------

c) Adanya kebijakan yang menyebabkan Penyelenggara


harus memperpanjang Jam Operasional, antara lain
adanya permintaan pemerintah dalam rangka
pembayaran pajak atau untuk kepentingan Bank
Indonesia dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
2) Pengurangan Jam Operasional dilakukan dalam hal tidak
terdapat lagi transaksi yang masih harus diselesaikan.
Khusus untuk transaksi pelimpahan pajak dan penarikan
tunai, dalam hal terjadi perpanjangan atau pengurangan Jam
Operasional maka hal tersebut tidak selalu diikuti dengan
perpanjangan atau pengurangan jam kedua transaksi
tersebut.
Perubahan Jam Operasional akan diinformasikan kepada
seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message.
b. Perubahan Jam Operasional atas dasar permintaan Peserta hanya
dapat berupa perpanjangan Jam Operasional. Permintaan
perpanjangan oleh Peserta dilakukan sebagai berikut:
1) Peserta mengajukan permintaan perpanjangan Jam
Operasional melalui fasilitas administrative message atau
sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RT Server
Peserta yang telah didahului dengan konfirmasi melalui
telepon. Permintaan ini diajukan paling lambat 30 (tiga
puluh) menit sebelum pre cut off.
2) Dalam hal Peserta mengajukan permohonan perpanjangan
jam transaksi tertentu maka Peserta mengajukan paling
lambat 30 (tiga puluh) menit sebelum berakhirnya window
time transaksi dimaksud. Permohonan perpanjangan waktu
ini tidak berlaku untuk jenis transaksi penarikan tunai dan
pelimpahan pajak.

3) Penggunaan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.4
-------------------------------------------------------------------------------------------------

3) Penggunaan sarana lain untuk mengajukan perpanjangan


Jam Operasional sebagaimana dimaksud pada angka 1)
dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
a) Peserta berkantor pusat di wilayah kerja KPBI
Peserta menyampaikan surat permintaan perpanjangan
Jam Operasional kepada Penyelenggara yang
ditandatangani oleh pejabat yang memiliki spesimen
tanda tangan di Penyelenggara.
b) Peserta berkantor pusat di wilayah kerja KBI
(1) dalam hal jam kerja KBI setempat belum
berakhir maka Peserta menyampaikan surat
permintaan perpanjangan Jam Operasional
kepada KBI setempat yang ditandatangani oleh
pejabat yang memiliki tanda tangan di KBI
setempat.
(2) dalam hal jam kerja KBI setempat telah berakhir
maka Peserta menyampaikan surat permintaan
perpanjangan Jam Operasional kepada
Penyelenggara yang ditandatangani oleh Direksi
yang memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara melalui faksimili. Pada hari kerja
berikutnya, asli surat disampaikan kepada KBI
setempat untuk diteruskan kepada
Penyelenggara.
4) Dalam hal permintaan tersebut disetujui, TRN-TRN yang
masih terbuka pada saat permintaan perpanjangan Jam
Operasional diterima oleh Penyelenggara akan
diperpanjang secara proporsional sesuai dengan permintaan
Peserta.

Contoh: …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.5
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Contoh: Pada pukul 16.00 WIB terdapat persetujuan


perpanjangan Jam Operasional selama 30 (tiga puluh)
menit. Sehubungan dengan hal itu, seluruh TRN yang
window time-nya belum berakhir diperpanjang selama 30
(tiga puluh) menit, misalnya TRN IFT00000 yang
seharusnya berakhir pada pukul 16.30 WIB menjadi
berakhir pada pukul 17.00 WIB dan untuk TRN
IFTMM001 yang seharusnya berakhir pada pukul 18.00
WIB menjadi berakhir pada pukul 18.30 WIB.
5) Perpanjangan waktu yang dapat diberikan Bank Indonesia
yaitu selama 30 (tiga puluh) menit atau 60 (enam puluh)
menit.
6) Persetujuan atau penolakan atas permohonan perpanjangan
Jam Operasional disampaikan oleh Penyelenggara kepada
Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana
lainnya apabila terdapat gangguan pada RT Server Peserta.
7) Permintaan perpanjangan Jam Operasional yang disetujui
Penyelenggara akan diinformasikan kepada seluruh Peserta
melalui fasilitas administrative message.
8) Atas perpanjangan waktu yang disetujui, Peserta dikenakan
biaya sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank
Indonesia mengenai Biaya dalam penggunaan Sistem BI-
RTGS. Biaya tersebut akan dibebankan secara langsung
oleh Bank Indonesia ke Rekening Giro Peserta paling
lambat pada hari kerja berikutnya.
c. Pembatalan perpanjangan Jam Operasional
Setiap permintaan perpanjangan Jam Operasional oleh Peserta
yang telah disetujui oleh Penyelenggara tidak dapat dibatalkan
oleh Peserta.

3. Sistem …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.6
-------------------------------------------------------------------------------------------------

3. Sistem Antrian dan Penyelesaian Gridlock


a. Sistem Antrian
Transaksi yang dikirimkan pada kondisi saldo tidak mencukupi
akan masuk dalam Sistem Antrian. Sistem Antrian tersebut
menetapkan level transaksi yang masuk berdasarkan tingkat
kepentingan transaksi.
1) Tingkat kepentingan transaksi
Tingkat kepentingan transaksi yang masuk dalam Sistem
Antrian dibedakan menjadi tingkat kepentingan prioritas
dan normal, yang ditunjukkan dengan dua angka antara 01-
99.
a) Tingkat kepentingan prioritas (level 01-98)
Tingkat kepentingan prioritas terdiri dari level 01 dan
level 02-98 dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Level 01 disebut dengan antrian “Super
Priority” yaitu level yang hanya dapat digunakan
dalam kondisi tertentu apabila salah satu atau
beberapa transaksi yang berada pada level 02-98
memerlukan penyelesaian terlebih dahulu.
Kondisi ini misalnya dalam rangka penyelesaian
gridlock, yaitu dalam hal terjadi kemacetan
sistem akibat tidak dapat diselesaikannya
transaksi dalam Sistem Antrian maka transaksi
yang dananya mencukupi akan diselesaikan
terlebih dahulu yaitu dengan mengubah levelnya
menjadi 01.
(2) Level 02-98 adalah level prioritas transaksi yang
diberikan secara otomatis oleh sistem
berdasarkan kriteria TRN yang digunakan.

Transaksi …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.7
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas


terdiri dari:
(a) transaksi dari Peserta ke rekening
Pemerintah Republik Indonesia di Bank
Indonesia dan sebaliknya;
(b) transaksi dari Peserta kepada Bank
Indonesia dan sebaliknya;
(c) transaksi dari Peserta kepada pihak lain
yang memiliki rekening di Bank Indonesia
dan sebaliknya;
(d) transaksi dari nasabah Peserta ke rekening
Pemerintah Republik Indonesia di Bank
Indonesia dan sebaliknya.
b) Tingkat kepentingan normal (level 99)
Level 99 adalah transaksi dengan tingkat kepentingan
normal yaitu level yang diberikan secara otomatis
untuk transaksi antar Peserta selain Bank Indonesia
atau transaksi antar Peserta selain Bank Indonesia
untuk kepentingan nasabahnya. Transaksi yang berada
pada level 99 tidak dapat diubah menjadi level yang
lebih tinggi baik oleh Peserta maupun Bank Indonesia.
Penyelesaian transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas
dilakukan terlebih dahulu daripada transaksi dengan tingkat
kepentingan normal. Adapun dalam masing-masing level
antrian, penyelesaian transaksi dilakukan berdasarkan atas
urutan transaksi (First In First Out atau FIFO).
Transaksi dalam Sistem Antrian tersebut akan diberi nomor
secara otomatis oleh RCC yang disebut dengan Nomor Urut
Antrian (Queue Sequence Number atau QSN) yang terdiri

dari …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.8
-------------------------------------------------------------------------------------------------

dari 6 (enam) angka. QSN ini digunakan oleh Peserta yang


akan mengubah urutan antrian transaksinya.
2) Perubahan urutan antrian transaksi (resequence queueing
transaction) atau pembatalan transaksi dalam antrian.
Perubahan urutan antrian transaksi atau pembatalan
transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan normal
dapat dilakukan oleh Central Department Peserta.
Perubahan urutan antrian transaksi atau pembatalan
transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan
prioritas hanya dapat dilakukan oleh Penyelenggara.
Permintaan perubahan urutan antrian transaksi atau
pembatalan transaksi dalam antrian dengan tingkat
kepentingan prioritas hanya dapat diajukan paling lambat
30 (tiga puluh) menit sebelum window time untuk TRN
transaksi tersebut berakhir dan selama transaksi tersebut
masih dalam antrian.
Peserta dapat mengajukan permintaan perubahan urutan
antrian transaksi atau pembatalan transaksi dalam antrian
dengan tingkat kepentingan prioritas dengan tata cara
sebagai berikut:
a) Peserta mengajukan permintaan perubahan urutan
antrian transaksi atau pembatalan transaksi dalam
antrian dengan tingkat kepentingan prioritas melalui
fasilitas administrative message atau sarana lainnya
apabila terdapat gangguan pada RT Server Peserta.
b) Penggunaan sarana lain untuk mengajukan permintaan
perubahan urutan antrian transaksi atau pembatalan
transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan
prioritas dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:

(1) Peserta …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.9
-------------------------------------------------------------------------------------------------

(1) Peserta berkantor pusat di wilayah kerja KPBI


Peserta menyampaikan surat permintaan
perubahan urutan antrian transaksi atau
pembatalan transaksi dalam antrian dengan
tingkat kepentingan prioritas kepada
Penyelenggara yang ditandatangani oleh pejabat
yang memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara.
(2) Peserta berkantor pusat di wilayah kerja KBI
(a) dalam hal jam kerja KBI setempat belum
berakhir maka Peserta menyampaikan surat
permintaan perubahan urutan antrian
transaksi atau pembatalan transaksi dalam
antrian dengan tingkat kepentingan
prioritas kepada KBI setempat yang
ditandatangani oleh pejabat yang memiliki
spesimen tanda tangan di KBI setempat.
(b) dalam hal jam kerja KBI setempat telah
berakhir maka Peserta menyampaikan surat
permintaan perubahan urutan antrian
transaksi atau pembatalan transaksi dalam
antrian dengan tingkat kepentingan
prioritas kepada Penyelenggara yang
ditandatangani oleh Direksi yang memiliki
spesimen tanda tangan di Penyelenggara
melalui faksimili. Pada hari kerja
berikutnya, asli surat disampaikan kepada
KBI setempat untuk diteruskan kepada
Penyelenggara.

b. Gridlock …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.10
-------------------------------------------------------------------------------------------------

b. Gridlock Resolution
Gridlock merupakan suatu keadaan dimana terjadi kemacetan
penyelesaian akhir secara menyeluruh (systemic) yang
disebabkan karena antrian seluruh Peserta tidak dapat dilakukan
penyelesaian akhirtnya. Untuk mencegah terjadinya gridlock
terdapat suatu fungsi dalam Sistem BI-RTGS berupa Gridlock
Resolution yang dilakukan dalam hal Sistem Antrian telah
mencapai suatu kriteria tertentu yang ditetapkan oleh
Penyelenggara sebagai berikut:
1) Waktu kemacetan per transaksi tiap Peserta dalam Sistem
Antrian;
2) Jumlah nilai transaksi yang belum diselesaikan per Peserta;
atau
3) Jumlah transaksi yang belum diselesaikan per Peserta.
Penyelesaian gridlock tersebut akan dilakukan secara otomatis
oleh sistem apabila salah satu kriteria yang ditetapkan
Penyelenggara telah terpenuhi dengan metode first avalaible first
out (FAFO) dengan memperhatikan level transaksi. Penyelesaian
gridlock dapat pula dilakukan secara manual oleh Penyelenggara
dengan metode first avalaible first out (FAFO) dan
memperhatikan level transaksi, pada saat kriteria yang ditetapkan
tidak terpenuhi.
B. Pelaksanaan Operasional RT
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi atau departemen dalam RT dapat terdiri dari:
a. Central department
Central department merupakan departemen yang mengelola RT
Server yang langsung terhubung dengan RCC serta terdaftar
sebagai Peserta dengan member code sendiri. Setiap Peserta

hanya …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.11
-------------------------------------------------------------------------------------------------

hanya mempunyai 1 (satu) central department yang dapat


terhubung dengan maksimal 998 (sembilan ratus sembilan puluh
delapan) subsidiary department. Central department mempunyai
kewenangan untuk melakukan berbagai fungsi dalam RT
termasuk untuk melakukan monitoring kegiatan dari subsidiary
department-nya. Setiap central department harus memiliki paling
sedikit 1 (satu) RT Server dan printer. RT Server tersebut
terhubung dengan RT Workstation baik yang berada pada central
department maupun subsidiary department, dimana jumlah RT
Workstation pada seluruh departemen maksimal 999 (sembilan
ratus sembilan puluh sembilan) workstation dan 9 (sembilan)
printer.
b. Subsidiary Department
Subsidiary department merupakan departemen yang hanya
memiliki RT Workstation untuk melaksanakan berbagai fungsi
RT dan memonitor kegiatan transaksi milik departemen yang
bersangkutan. Untuk mengidentifikasi asal transaksi maka setiap
subsidiary department diberikan department code.
2. Pengoperasian fungsi RT pada setiap departemen
Fungsi RT yang dapat dioperasikan untuk setiap departemen
tergantung pada kebijakan masing-masing Peserta. Pada umumnya
setiap departemen dapat melakukan fungsi-fungsi antara lain:
a. membuat (construct) transaksi keluar (out-going transaction);
b. melakukan otorisasi, mengirim, mengubah dan membatalkan
transaksi;
c. mencetak dan mengirim copy transaksi;
d. menayangkan (display) dan mencetak status transaksi;
e. menayangkan dan mencetak ulang rincian transaksi;

f. mengelola …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.12
-------------------------------------------------------------------------------------------------

f. mengelola Sistem Antrian untuk transaksi dengan tingkat


kepentingan normal yang berasal dari departemen masing-
masing;
g. mengendalikan operasi printer;
h. mencetak laporan-laporan atas transaksi yang berasal dari
departemen masing-masing;
i. melakukan fungsi supervisory; dan
j. memelihara dan meng-up-date database masing-masing.
3. Wewenang pengoperasian pada RT
Kewenangan pengoperasian RT Server pada masing-masing Peserta
ditunjukkan oleh tingkatan user yang terdiri dari level administrator,
supervisor dan operator.
a. Administrator (adm)
Penyelenggara akan memberikan 2 (dua) user dengan level
administrator beserta password-nya kepada Peserta yang
diwakili oleh Direksi atau pejabat yang diberi kuasa pada
instalasi pertama. Untuk keperluan pengamanan RT Server,
Peserta diminta untuk mengubah password administrator segera
setelah password diterima dari Penyelenggara.
User administrator bertanggungjawab untuk:
1) mengelola database RT; dan
2) melakukan pendaftaran petugas-petugas tertentu yang
ditunjuk dan menentukan kewenangan untuk
mengoperasikan berbagai fungsi dalam RT.
User Administrator pada central department dapat mendaftarkan
user-user dengan level administrator, supervisor dan operator,
baik pada central department sendiri ataupun pada subsidiary
department. Untuk pendaftaran user, diperlukan 2 (dua) user
level administrator yang bertugas untuk mendaftarkan dan

melakukan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.13
-------------------------------------------------------------------------------------------------

melakukan approval. Apabila password user setingkat


administrator tidak dapat digunakan maka hanya dapat direset
oleh dua administrator lain. Apabila seluruh password user
setingkat administrator tidak dapat digunakan maka harus
dilakukan install ulang aplikasi RT Server Peserta yang
bersangkutan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI
Peserta mengajukan surat permintaan install ulang RT
Server yang ditandatangani oleh Direksi yang mempunyai
spesimen tanda tangan di Penyelenggara dan ditujukan
kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah (PTR) –
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank
Indonesia, Jalan MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110.
2) Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI
Peserta mengajukan surat permintaan install ulang RT
Server yang ditandatangani oleh Direksi yang mempunyai
spesimen tanda tangan di Penyelenggara dan ditujukan
kepada Bagian Penyelesaian Transaksi Rupiah melalui KBI
setempat.
b. Supervisor (spv)
Supervisor (spv) memiliki kewenangan operasional dalam RT
untuk melaksanakan berbagai fungsi yang berkaitan dengan
kegiatan supervisi terhadap pekerjaan dari operator antara lain
menyetujui dan mengirimkan transaksi atau aktivitas
administratif lainnya. Kewenangan supervisor dapat dibatasi
berdasarkan pemberian fungsi dan atau pembatasan nominal
(global limit) dalam pengiriman transaksi. Dalam hal password
user setingkat supervisor tidak dapat digunakan maka harus
dilakukan reset oleh 2 (dua) user setingkat administrator.

c. Operator …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.14
-------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Operator (opr)
Operator (opr) memiliki kewenangan untuk melakukan input
data ke dalam Sistem BI-RTGS sesuai dengan perintah transfer.
User setingkat operator tidak dapat mengakses pengelolaan
Sistem Antrian serta fungsi-fungsi supervisi. Setiap kegiatan
yang berkaitan dengan pengiriman transaksi yang dilakukan oleh
operator masih memerlukan persetujuan dari supervisor. Dalam
hal password user setingkat operator tidak dapat digunakan
maka harus dilakukan reset oleh 2 (dua) user setingkat
administrator.
4. Pengamanan Sistem BI-RTGS
Pengamanan Sistem BI-RTGS terdiri dari:
a. Pengamanan fisik dan lingkungan
Seluruh peralatan Sistem BI-RTGS wajib ditempatkan dalam
ruangan khusus yang aman. Yang dimaksud dengan aman antara
lain adanya pintu akses, pengatur suhu ruangan, dan
Uninterruptible Power Supply (UPS).
b. Pengamanan perangkat keras
1) Seluruh peralatan Sistem BI-RTGS harus dilindungi dari
penyalahgunaan, modifikasi dan pengrusakan.
2) Seluruh perangkat keras harus diperiksa dan dipelihara.
Pemeriksaan dan pemeliharaan seluruh perangkat keras
dimaksudkan untuk memastikan bahwa perangkat keras
tersebut berfungsi dengan baik. Untuk mendukung hal
tersebut maka pemeriksaan dan pemeliharaan dilakukan
secara periodik.
c. Pengamanan perangkat lunak
1) Seluruh perangkat lunak harus diperiksa dan dipelihara
sesuai dengan aplikasi RT terkini.

2) Peserta …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.15
-------------------------------------------------------------------------------------------------

2) Peserta tidak diperbolehkan mengubah, menggandakan,


memindahtangankan, menghilangkan dan atau merusak
perangkat lunak baik yang ada pada RT Server Utama, RT
Server Back-up, RT Workstation maupun softcopy aplikasi
RT.
3) Peserta wajib melaporkan pengembangan aplikasi internal
yang terkait Sistem BI-RTGS.
4) Sistem harus terlindungi dari virus (secara periodik di-up
date anti virus).
5) Penggunaan aplikasi RT harus sesuai petunjuk yang
diberikan Bank Indonesia.
d. Pengamanan jaringan komunikasi
1) Jaringan komunikasi beserta perangkatnya harus diperiksa
dan dipelihara.
2) Jaringan komunikasi Sistem BI-RTGS internal Peserta
harus terpisah dari jaringan lainnya.
Jaringan komunikasi internal yang terkait dengan Sistem
BI-RTGS harus dapat dipastikan aman dengan menjaga
kerahasiaan data dan aman dari virus.
e. Pengamanan data dan komunikasi
1) Data yang tersimpan dalam media elektronik harus
mendapat pengamanan yang memadai serta kerahasiaannya
harus dijaga dengan baik.
Yang dimaksud pengamanan yang memadai antara lain
adalah terlindung dari akses petugas yang tidak berhak.
2) Peserta diharuskan menyimpan back-up data ke dalam
media elektronik.
3) Back-up data harus disimpan di dalam ruang khusus yang
dapat menjamin data tidak rusak.

4) Hasil …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.16
-------------------------------------------------------------------------------------------------

4) Hasil Olahan Komputer (HOK) Sistem BI-RTGS disimpan


sesuai dengan aturan pengarsipan intern Peserta dan masa
retensi sesuai Undang-undang tentang Dokumen
Perusahaan.
5) Seluruh media back up aplikasi (CD, disket dan media
lainnya), ketentuan, sistem dan prosedur yang diberikan
oleh Penyelenggara harus didokumentasikan dengan baik
dan disimpan di ruang khusus yang aman.
f. Pengamanan Sumber Daya Manusia
1) Jumlah petugas yang menangani Sistem BI-RTGS harus
disesuaikan dengan span of control untuk meminimalisasi
human error dan fraud.
2) Peserta harus mengadakan pelatihan secara reguler.
3) Petugas yang menangani Sistem BI-RTGS harus
memahami sistem dan prosedur yang telah ditetapkan baik
oleh Bank Indonesia maupun internal Peserta.
g. Pengamanan operasional
1) Pengamanan kewenangan user
a) Pengguna dan administrator harus memiliki dan
memahami pengamanan sistem.
b) Aplikasi wajib dilengkapi pengamanan yang memadai
meliputi:
(1) penggunaan User ID dan Password secara
benar, dengan cara menjaga kerahasiaan
password serta mengganti password secara
periodik;
(2) pengiriman transaksi bertingkat sesuai
kewenangan petugas;

(3) pengaturan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.17
-------------------------------------------------------------------------------------------------

(3) pengaturan kewenangan pengoperasian Sistem


BI-RTGS; dan
(4) petugas pengganti untuk Pengguna (user) dan
administrator.
2) Pengamanan prosedur
Peserta wajib menyusun Kebijakan dan Prosedur Tertulis
sesuai dengan PBI tentang Sistem BI-RTGS dan Surat
Edaran ini.
h. Lain-lain
Kontrol yang memadai terhadap pengadaan dan pengembangan
sistem dan aplikasi.
5. Fungsi-fungsi dalam RT
Dalam RT terdapat fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. System
Dalam pengoperasian sistem setiap hari dilakukan kegiatan yang
meliputi:
1) System start-up dan department start-up
System start-up merupakan kegiatan menghidupkan RT
Server pada masing-masing Peserta. System start-up
dilakukan oleh user setingkat administrator pada central
department. Selanjutnya subsidiary department dapat
melakukan department start-up yang dilakukan oleh user
setingkat administrator pada subsidiary department atau
oleh user setingkat administrator pada central department.
System start-up dilakukan pada setiap awal hari kerja
setelah proses batch pada hari kerja sebelumnya atau
setelah pemeliharaan database.

2) System …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.18
-------------------------------------------------------------------------------------------------

2) System shutdown dan departemen shut-down


Department shut-down merupakan kegiatan untuk
menonaktifkan departemen. Central department shut-down
dilakukan oleh user setingkat administrator pada central
department. Subsidiary department shut-down dilakukan
oleh user setingkat administrator pada subsidiary
department atau oleh user setingkat administrator pada
central department. Subsidiary department shut-down harus
dilakukan sebelum central department shut-down.
System shutdown merupakan kegiatan mematikan aplikasi
RT pada akhir hari kerja (end of day system shutdown).
Kegiatan ini dilakukan oleh user setingkat administrator
pada central department setelah seluruh subsidiary
department shutdown. Setelah system shutdown,
dilanjutkan dengan end of day process untuk persiapan
proses hari kerja berikutnya.
3) Penutupan sistem pada saat pertengahan hari/selama Jam
Operasional (mid-day shutdown)
Peserta dapat melakukan penutupan sistem pada
pertengahan hari kerja (bersifat sementara dan optional),
dan setelah itu dapat dibuka (system start up) kembali oleh
user setingkat administrator pada central department untuk
melanjutkan kegiatan operasional.
b. Interbank Fund Transfer System (IFTS)
IFTS adalah fasilitas dalam Sistem BI-RTGS yang digunakan
untuk melakukan transaksi dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Construct (input data)/amend (ubah) transfer keluar
Construct (input data) transfer keluar merupakan kegiatan
input data transaksi berdasarkan perintah transfer dalam

bentuk …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.19
-------------------------------------------------------------------------------------------------

bentuk warkat atau data elektronik yang ditentukan oleh


masing-masing Peserta. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah melakukan koreksi (amend) data sebelum dilakukan
persetujuan oleh supervisor. Hasil dari kegiatan ini adalah
construct copy/amend copy yang akan tercetak pada
departemen yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan oleh
user setingkat operator yang telah didaftarkan ke dalam
sistem.
2) Approval (persetujuan transaksi)/Reject (menolak)/Cancel
(membatalkan) transaksi dan queue handling
Approval, reject, cancel dan queue handling suatu transaksi
merupakan kegiatan untuk melakukan persetujuan,
penolakan, dan pembatalan atas data transaksi yang diinput
oleh operator serta membatalkan antrian transaksi dengan
tingkat kepentingan normal.
User supervisor dari central department dapat melakukan
persetujuan atas transaksi yang dibuat oleh central
department dan subsidiary department, namun supervisor
pada subsidiary department hanya dapat melakukan
persetujuan atas transaksinya masing-masing.
Peserta dapat melakukan input data dan approval sebelum
dilakukan log-on, namun transaksi baru terkirim (di-transmit)
setelah log-on berhasil dilakukan.
c. Audit Trail
Audit trail adalah fungsi yang mencatat seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh RT Server. Melalui fungsi ini dapat diperoleh
informasi mengenai status dari transaksi baik transaksi keluar
ataupun transaksi masuk secara individual maupun ringkasannya
dalam bentuk tayangan ataupun cetakan yang dapat diterbitkan

setiap …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.20
-------------------------------------------------------------------------------------------------

setiap saat pada saat sistem sedang operasi maupun pada akhir
hari dalam periode 25 (dua puluh lima) hari kerja. Central
department dapat melihat seluruh transaksi, sedangkan
subsidiary department hanya dapat melihat transaksi yang
berasal dari subsidiary department yang bersangkutan. Melalui
fungsi ini user dapat melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Melihat/mencetak status transaksi
Fungsi ini memungkinkan Peserta melihat dan mencetak
status transaksi saat ini atau transaksi periode sebelumnya.
2) Melihat/mencetak riwayat transaksi
Fungsi ini memungkinkan Peserta untuk melihat dan
mencetak riwayat status selengkapnya untuk transaksi saat
ini atau yang telah berlalu, misalnya transaksi yang dikirim
ulang karena adanya kegagalan transmisi.
3) Melihat/mencetak transaksi yang tidak terselesaikan
Fungsi ini digunakan untuk melihat transaksi-transaksi
yang tidak terselesaikan seperti transaksi yang diubah dan
ditolak oleh supervisor dan yang ditunda karena dana tidak
cukup.
4) Menampilkan/mencetak ulang transaksi
Fungsi ini digunakan untuk menayangkan atau mencetak
detail dari transaksi-transaksi tertentu yang sedang berjalan
maupun yang telah berlalu.
5) Mencetak laporan ringkasan.
Fungsi ini digunakan untuk melihat atau mencetak
ringkasan seluruh transaksi baik IFTS maupun
administrative yang dikirim dan diterima pada saat berjalan
atau yang telah berlalu.

d. Supervisory …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.21
-------------------------------------------------------------------------------------------------

d. Supervisory (Fungsi-fungsi pimpinan)


Fungsi-fungsi yang terdapat dalam menu supervisory adalah
kegiatan yang dilakukan dalam rangka monitoring transaksi.
Fungsi-fungsi ini diberikan kepada level administrator atau
supervisor. Kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam fungsi ini
adalah:
1) Log-on/log-off dari RCC
Log-on adalah kegiatan untuk menghubungkan antara RT
Server dengan RCC. Log on harus dilakukan setelah system
start up dan RCC open. Dalam hal Peserta melakukan log
on sebelum RCC open maka Peserta harus melakukan re
log on agar transaksi dapat dilakukan. Keberhasilan proses
log-on akan tertayang dan tercetak pada report log on.
Sebaliknya jika log-on tidak berhasil akan tertayang dan
tercetak informasi penolakan disertai kode error dari RCC.
Sedangkan log-off adalah pemutusan hubungan antara RT
Server dengan RCC. Log off dilakukan sebelum system
shutdown, kecuali terjadi pemutusan secara otomatis oleh
RCC karena terjadi gangguan pada saluran komunikasi atau
telah cut off time Sistem BI-RTGS (force log off). Kegiatan
log-on dan log-off merupakan kewenangan supervisor pada
central department.
Peserta dapat melakukan input data dan approval sebelum
dilakukan log-on, namun transaksi baru terkirim (di-
transmit) setelah log-on berhasil dilakukan.
2) Fungsi melihat bagi Bank Indonesia
Fungsi ini disediakan bagi Bank Indonesia untuk melihat
dan mencetak posisi saldo Peserta. Jenis-jenis fungsi yang
dapat dilakukan adalah:

a) Melihat …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.22
-------------------------------------------------------------------------------------------------

a) Melihat Jumlah Semua Peserta;


b) Melihat Satu Peserta; dan
c) Melihat Saldo Simulasi Setelmen Satu Peserta.
3) Fungsi melihat bagi Peserta
Fungsi ini disediakan bagi seluruh Peserta untuk melihat
dan mencetak data transaksi. Jenis-jenis fungsi yang dapat
dilakukan adalah :
a) Melihat Total Kepemilikan;
b) Melihat Posisi Rekening;
c) Melihat Simulasi Setelmen Saldo Rekening; dan
d) Melihat Posisi Rekening Konsolidasi.
4) Mengambil transaksi dari RCC
Merupakan fungsi untuk melihat dan mencetak transaksi-
transaksi yang dikirim dan diterima ke dan dari RCC
dengan memasukkan Input Sequence Number (ISN)/Output
Secuence Number (OSN) dari transaksi yang diinginkan
sampai dengan 9 (sembilan) hari kerja.
5) Rekap transaksi dari RCC
Merupakan fungsi untuk melihat dan mencetak ringkasan
dari semua transaksi dan advis yang dikirim dan diterima ke
dan dari RCC. Terdapat 2 (dua) jenis laporan rekap sebagai
berikut:
a) Member Total Recap Report
Member Total Recap Report merupakan laporan yang
memperlihatkan ringkasan total transaksi IFTS yang
dikirim dan diterima dari semua Peserta.
b) Detail Recap Report
Detail Recap Report merupakan laporan yang berisi
rincian transfer-transfer keluar berdasarkan ISN yang

ditentukan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.23
-------------------------------------------------------------------------------------------------

ditentukan dan advis yang diterima berdasarkan OSN


yang diberikan oleh RCC.
6) Kirim pesan administratif (administrative message)
Merupakan kegiatan pengiriman pesan-pesan dari Peserta
ke RCC atau kepada Peserta lainnya. Setiap pesan paling
banyak terdiri dari 12 (dua belas) baris dan setiap baris
terdiri dari 70 (tujuh puluh) karakter. Pembuatan dan
approval administrative message dilakukan oleh 2 (dua)
user setingkat supervisor.
e. Melihat Transaksi
Fungsi ini dapat digunakan untuk melihat status suatu transaksi,
yang diperlukan untuk menjaga kelancaran penyelesaian
transaksi. Fungsi ini dapat diberikan pada semua level
kewenangan dalan Sistem BI-RTGS, yaitu kepada operator,
supervisor maupun administrator.
User dari central department dapat melihat seluruh transaksi,
sedangkan subsidiary department hanya dapat melihat transaksi
yang dibuat oleh departemennya sendiri.
Fungsi melihat terdiri dari:
1) Melihat transaksi IFTS yang Belum Selesai
Fungsi ini memungkinkan Peserta untuk melihat rincian
transaksi IFTS yang berstatus belum selesai. Transaksi–
transaksi ini adalah:
a) Transaksi yang telah di-construct namun belum
mendapatkan persetujuan atau belum ditolak oleh
supervisor;
b) Transaksi yang telah ditolak oleh supervisor atau oleh
RCC tetapi belum diubah atau dibatalkan oleh
supervisor;

c) Transaksi …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.24
-------------------------------------------------------------------------------------------------

c) Transaksi yang telah mendapat persetujuan awal (pre


approval) namun masih memerlukan persetujuan lebih
lanjut (final approval);
d) Transaksi yang sedang dalam proses pencetakan; dan
e) Transaksi-transaksi yang masih dalam Sistem Antrian
(masih menunggu Penyelesaian Akhir).
2) Melihat Transaksi IFTS yang Telah Selesai
Fungsi ini memungkinkan untuk melihat rincian transaksi
IFTS yang telah diselesaikan. Transaksi–transaksi ini
adalah:
a) Transaksi-transaksi yang telah dibatalkan oleh
supervisor atau oleh RCC; dan
b) Transaksi-transaksi yang telah disettle.
3) Melihat IFTS Titipan (Warehouse)
Fungsi ini digunakan untuk melihat rincian transaksi IFTS
yang akan diselesaikan pada tanggal valuta 1 (satu) atau 2
(dua) hari berikutnya (transaksi titipan/warehoused). Status
dari transaksi titipan adalah FD (forward).
f. Pengelolaan Sistem Antrian
Dalam hal saldo Rekening Giro Peserta tidak mencukupi untuk
menyelesaikan suatu transaksi maka transaksi yang bersangkutan
akan dimasukkan dalam Sistem Antrian pada RCC.
Penanganan antrian dapat dilakukan oleh Peserta melalui fungsi
sebagai berikut:
1) Pemeliharaan Antrian Keluar
Fungsi ini memungkinkan Peserta melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a) Melihat daftar transaksi keluar dengan tingkat
kepentingan prioritas dan normal.

b) Mengubah …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.25
-------------------------------------------------------------------------------------------------

b) Mengubah nomor urut antrian transaksi dengan


tingkat kepentingan normal. Pengurutan kembali
nomor antrian sebaiknya tidak menggunakan nomor
yang berurutan karena akan menyebabkan kesulitan
apabila terdapat transaksi yang akan disisipkan
diantara urutan yang telah ada.
c) Membatalkan transaksi dengan tingkat kepentingan
normal.
Central department dapat melakukan kegiatan
tersebut untuk subsidiary department namun
subsidiary department hanya dapat melakukan
kegiatan tersebut terhadap transaksi yang berasal dari
departemennya sendiri.
Pada saat cut off warning transaksi yang masih berada
dalam antrian akan dibatalkan oleh sistem dan status
transaksi akan menjadi RH AK PR (Reject by House
Aknowledge Print). Pada saat yang bersamaan, pada
printer Peserta akan tercetak cancel copy.
g. Batch
Batch merupakan proses akhir hari untuk persiapan awal hari
kerja berikutnya. Proses batch hanya dapat dilakukan oleh user
setingkat supervisor pada central department. Proses batch
terdiri dari kegiatan:
1) Cetak laporan
Laporan-laporan akhir hari yang akan dicetak terdiri dari:
a) Listing Akhir Hari (end of day listing) - Message
Masuk

Merupakan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.26
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Merupakan laporan mengenai seluruh transaksi IFTS


dan pesan-pesan administratif yang diterima dari
RCC.
b) Listing Akhir Hari (end of day listing) - Message
Keluar
Merupakan laporan mengenai seluruh transaksi IFTS
dan pesan-pesan administratif yang dikirim ke RCC.
c) Laporan Total Harian (daily total report)
Merupakan laporan yang memuat rangkuman jumlah
dan nilai dari semua transaksi IFTS dan pesan-pesan
administratif yang dikirim dan diterima.
d) System Audit Trail
Merupakan rincian laporan yang memperlihatkan
aktivitas-aktivitas pengguna Sistem BI-RTGS.
2) Back-up File Harian
Fungsi ini merupakan fungsi yang digunakan untuk
melakukan back-up harian terhadap file-file data RT ke
dalam media penyimpanan pada waktu proses batch. File-
file yang di back-up terdiri dari:
a) Transaction file;
b) Transaction history file;
c) Transaction image file;
d) Warehouse transaction file;
e) Warehouse transaction image file;
f) Account identifier file;
g) Member file;
h) System parameter file;
i) Member control file;
j) Department parameter file;

k) Department …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.27
-------------------------------------------------------------------------------------------------

k) Department printer file;


l) Workstation parameter file;
m) User parameter file;
n) Transaction Reference File;
o) System log file; dan
p) Communication log file.
3) Reset system file
Fungsi ini digunakan untuk membersihkan file kegiatan
transaksi hari yang bersangkutan sebagai persiapan untuk
operasional hari berikutnya. Apabila seluruh file telah
direset maka sistem telah siap untuk melaksanakan kegiatan
hari kerja berikutnya. Jika reset file tidak dilakukan maka
pada saat system start up hari kerja berikutnya akan muncul
error message.
h. Database
1) Informasi sistem
Merupakan fungsi yang digunakan untuk mendefinisikan
secara singkat karakteristik sistem yang memuat informasi
seperti status sistem, cut-off time Sistem BI-RTGS, tanggal
valuta terakhir, tanggal valuta sekarang dan tanggal valuta
berikutnya.
2) Member control file
Fungsi ini digunakan untuk mendefinisikan parameter yang
berlaku bagi Peserta seperti:
a) Nama Peserta;
b) Status Peserta; dan
c) Global Limit IFTS.

Perubahan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.28
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Perubahan terhadap data dalam file ini dilakukan setelah


proses batch pada akhir hari oleh 2 (dua) user setingkat
administrator.
3) Departement parameter file
Fungsi ini digunakan untuk mendefinisikan parameter yang
berlaku bagi departemen individual. Penghapusan suatu
departemen dilakukan setelah data workstation dan para
user pada departemen tersebut dihapus. Setiap perubahan
berlaku setelah mendapat persetujuan dari petugas lain yang
berwenang.
4) User parameter workstation
Fungsi ini digunakan untuk mendefinisikan parameter
mengenai workstation yang terdapat dalam sistem. Up-
dating terhadap parameter ini dilakukan selama hari kerja
dan perubahan tersebut berlaku setelah mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang.
5) Pemeliharaan user parameter
Fungsi ini digunakan untuk mendefinisikan fungsi-fungsi
setiap user. File ini berisi:
a) Password;
b) Limit persetujuan; dan
c) Level user.
Untuk melakukan pemeliharaan parameter ini seorang user
harus melakukan sign-off terlebih dahulu. Perubahan
berlaku setelah ada persetujuan dari petugas yang
berwenang.
6) Member File
File ini berisi informasi dari semua Peserta yang
berpartisipasi dalam Sistem BI-RTGS. Informasi ini

disediakan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.29
-------------------------------------------------------------------------------------------------

disediakan oleh Penyelenggara. User hanya dapat melihat


dan mencetak file ini tanpa kewenangan untuk mengubah.
7) AID File
File ini berisi informasi mengenai nasabah-nasabah dari
Peserta yang rutin melakukan transfer dana yang
ditunjukkan dengan suatu nomor Account Identifier (AID).
Penggunaan AID ditujukan untuk mempermudah dan
mempercepat pengisian data transfer. AID adalah suatu
kode 6 (enam) karakter alfanumerik yang digunakan untuk
mengidentifikasikan data-data nasabah atau rekening-
rekening pemerintah atau rekening-rekening Bank
Indonesia guna melaksanakan transaksi pengiriman dana
(terdiri dari nomor rekening, nama rekening atau nama
pemilik rekening, dan alamat pemilik rekening). AID tidak
akan terbawa ke RCC (kecuali nomor rekening, nama
rekening atau nama pemilik rekening yang terbentuk dari
pemilihan suatu AID) melainkan merupakan database lokal
RT Peserta.
Perubahan terhadap file ini berlaku setelah ada persetujuan
dari user lain yang berwenang.
8) Transaction Reference File
File ini berisikan data Transaction Reference Number
(TRN) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. User hanya
dapat melihat dan mencetak file tersebut. Up-dating
terhadap file ini hanya dapat dilakukan oleh Bank
Indonesia.
9) Authenticator Text
a) Authenticator Text File

Authenticator …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.30
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Authenticator text (AT) adalah seperangkat text yang


digunakan untuk mendapatkan encryption key melalui
suatu algoritma otentikasi (authentication).
Encryption key digunakan untuk encrypt dan decrypt
log-on message yang dikirimkan antara RT dan RCC.
Satu set AT terdiri dari 5 (lima) komponen AT
(disebut AT 1 – AT 5), tanggal efektif dan kadaluarsa.
Setiap komponen AT berisi sedikitnya 6 (enam)
sampai dengan paling banyak 10 (sepuluh) karakter
(alfanumerik). Set Active berisi AT yang sedang
digunakan untuk message authentication security
antara RT dan RCC.
User dapat mengefektifkan Reserved set untuk
menggantikan Active set pada setiap saat. Jika hal ini
akan dilakukan, Peserta harus memberitahukan
kepada Penyelenggara sebelum melakukan perubahan
tersebut.
Setiap Peserta diharuskan memberikan komponen AT
1, AT 2 dan AT 3, sedangkan Penyelenggara akan
memberikan komponen AT 4 dan AT 5. Set dari AT
yang sama tidak dapat digunakan sampai dengan 3
(tiga) periode dari AT yang terdahulu. Jika terdapat
suatu kesamaan (duplikasi), maka akan ditampilkan
error message.
b) Generate AT Check Character
Fungsi ini melengkapi Authenticator Text File yang
dimaksudkan untuk meminimumkan kemungkinan
terjadinya kesalahan selama dilakukan data entry dari
Authenticator Text.

i. Utilities …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.31
-------------------------------------------------------------------------------------------------

i. Utilities
Fungsi ini digunakan untuk melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Display/cetak system audit trail
Merupakan kegiatan untuk menampilkan dan mencetak
system audit trail.
2) Mengubah Password
Fungsi ini memungkinkan user untuk mengubah
passwordnya jika diperlukan. Password yang sama dapat
digunakan kembali oleh user setelah 3 (tiga) kali
penggantian password.
3) IFTS Incoming Interface
Fungsi ini memungkinkan user melakukan transfer file
standar yang telah ditetapkan untuk Sistem BI-RTGS dari
sistem internalnya ke RT Server.
4) IFTS Out going interface
Fungsi ini memungkinkan user melakukan transfer file
standar yang telah ditetapkan untuk Sistem BI-RTGS dari
RT Server kepada sistem internalnya. Proses IFTS out
going interface dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
auto IFTS out going interface atau IFTS out going
interface.
5) Mengirim administrative message
Fungsi ini digunakan oleh user-user yang sedang sign-on
pada RT Server yang sama untuk mengirimkan
administrative message.
6) Switch Printer
Fungsi ini memungkinkan user untuk mengalihkan antrian
cetakan dari satu printer ke printer lainnya.

6. Pengoperasian …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.32
-------------------------------------------------------------------------------------------------

6. Pengoperasian dan Pembukuan Transaksi Secara Umum


Prosedur umum pengoperasian Sistem BI-RTGS pada Peserta adalah
sebagai berikut:
a. Administrator pada central department melakukan system start-
up dan department start-up.
b. Supervisor pada central department melakukan log-on ke RCC.
Kegiatan ini menghasilkan laporan log-on. Apabila log-on gagal
akan muncul status penolakan disertai kode error dari RCC
sebagaimana dimaksud pada Lampiran 18. Selanjutnya setelah
diketahui penyebab kegagalannya, supervisor melakukan log-on
kembali.
Apabila dalam jangka waktu 15 (lima belas) menit RT tetap tidak
dapat melakukan log-on ke RCC melalui saluran komunikasi
leased line maka Peserta harus menghubungi help-desk Sistem
BI-RTGS untuk meminta pengalihan saluran komunikasi leased
line menjadi saluran komunikasi dial-up.
c. Selanjutnya setiap RT Workstation dapat melakukan pengiriman
transaksi IFTS dan pesan-pesan administratif dengan proses
sebagai berikut:
1) Peserta membuat dokumen/warkat sumber atau data
elektronik sebagai dasar perekaman data transaksi.
2) Operator memasukkan password dan melakukan
perekaman data transaksi antara lain dengan memasukkan
data sebagai berikut:
a) Member Code Pengirim;
b) Member Code Penerima;
c) Tanggal valuta;
d) Jumlah nominal;
e) Rel TRN;

f) Jenis …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.33
-------------------------------------------------------------------------------------------------

f) Jenis transaksi berdasarkan Transaction Reference


Number (TRN);
Masing-masing TRN akan langsung menunjuk kepada
satu rekening tertentu di Bank Indonesia sebagai
lawan Rekening Giro Peserta.
g) Nomor rekening, nama dan alamat pemberi
amanat/rekening yang akan dibebani;
h) Nomor rekening, nama dan alamat penerima
amanat/rekening yang akan menerima;
i) Payment detail;
j) Member to member information;
k) Currency (untuk transaksi valuta asing);
l) Exchange rate (untuk transaksi valuta asing);
m) Interest rate (khusus transaksi Pasar Uang Antar
Bank);
n) Period (khusus transaksi Pasar Uang Antar Bank); dan
o) Deal/stock code (khusus transaksi pasar modal).
Perekaman data tersebut menghasilkan construct copy atau
daftar IFTS outgoing summary transaction sebagai bukti
perekaman telah dilakukan. Sistem akan memberikan
penomoran pada transaksi atau pesan yang dikirim ke
Peserta lainnya (outgoing transaction) yang disebut dengan
nomor BOR (Bank’s Own Reference). BOR terdiri dari 6
(enam) digit dan selalu dimulai dengan “000001” pada awal
hari dengan nomor maksimum “999999” perhari. Nomor ini
akan direset setiap hari setelah batch selesai dilakukan.
3) Supervisor melakukan approval/persetujuan sekaligus
pengiriman atas transaksi yang telah direkam.

Supervisor …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.34
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Supervisor dapat melakukan persetujuan, penolakan atau


pembatalan transaksi yang telah diinput oleh operator.
Dalam hal terdapat pembatasan kewenangan supervisor
untuk melakukan approval maka terhadap transaksi yang
nominalnya melebihi pembatasan yang ditetapkan harus
dilakukan 2 (dua) tahap approval yaitu pre approval dan
final approval.
Status transaksi setelah approval adalah sebagai berikut:
a) Jika data transaksi valid pada saat ditransmit ke RCC
maka status transaksi adalah AP AK PR (Approve
Acknowledge Print) dan pada saat yang bersamaan
akan tercetak transmit copy. Jika data transaksi tidak
valid pada saat ditransmit ke RCC maka status
transaksi adalah AP NK PR (Approve Negatively
Acknowledge Print).
Semua transaksi yang dikirim ke RCC akan diberikan
nomor Input Sequence Number (ISN) oleh RCC,
sedangkan untuk transfer yang diterima oleh Peserta
dari RCC akan diberi nomor Output Sequence
Number (OSN) oleh RCC. ISN dan OSN terdiri dari 6
(enam) digit (dimulai dari 00001 sampai dengan
999999) untuk masing-masing Peserta perhari. ISN
dan OSN tersebut harus berpasangan untuk tujuan
pengendalian urutan transaksi dan memastikan tidak
terdapat transaksi yang hilang. ISN dan OSN akan
direset setiap hari setelah batch processing hari
sebelumnya telah dilaksanakan.
b) Jika transaksi telah diterima dan disettle di RCC maka
status transaksi adalah CP AK PR (Complete

Acknowledge …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.35
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Acknowledge Print). Pada saat yang bersamaan pada


printer Peserta pengirim akan tercetak completion
advice sedangkan pada printer Peserta penerima akan
tercetak confirmation advice.
c) Jika terhadap transaksi yang tidak valid ingin
dibatalkan, maka supervisor akan membatalkan
transaksi dan status transaksi adalah AP CA PR
(Approve Cancelled Print). Pada saat yang bersamaan
akan tercetak cancel copy.
4) Kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan pengiriman
transaksi dilakukan oleh supervisor terhadap transaksi-
transaksi yang keluar dan masuk, termasuk melihat
warehouse transaction. Melalui menu “Melihat” supervisor
dapat memonitor berbagai kegiatan sebagai berikut:
a) Melihat IFTS yang belum selesai
Dengan status : WA, RJ, AP, ED, SP, RD, NK, UP.
(uraian kode status sebagaimana tercantum pada Buku
Pedoman Teknis Sistem BI-RTGS).
b) Melihat IFTS yang telah selesai
Dengan status: CA, CP, RH, FD (uraian kode status
pada buku pedoman teknis Sistem BI-RTGS).
c) Melihat IFTS Titipan (warehouse)
Dengan status FD (Future date) – Tanggal yang akan
datang.
5) Untuk kepentingan pengambilan keputusan supervisor dan
administrator dapat melihat data-data yang diperlukan
melalui menu “Supervisory”.

6) Apabila …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.36
-------------------------------------------------------------------------------------------------

6) Apabila diperlukan, administrator dan supervisor dapat


memonitor seluruh aktivitas yang terjadi melalui RT,
melalui menu “Audit Trail”.
7) Selama Jam Operasional supervisor dimungkinkan untuk
mengambil data transaksi dari RCC dan mencetaknya pada
printer Peserta untuk transaksi tanggal valuta terakhir dan
valuta sekarang dengan key nomor ISN/OSN masing-
masing transaksi. Retrieval data transaksi dilakukan dengan
tata cara sebagai berikut:
a) Peserta harus mengajukan permintaan ISN/OSN
kepada Penyelenggara melalui fasilitas telepon. Selain
itu dimungkinkan untuk mencetak laporan ringkas per
Peserta dan detail dari incoming transfer dan outgoing
transfer.
b) Penyelenggara memberikan nomor ISN/OSN melalui
fasilitas telepon.
c) Peserta melakukan retrieval transaksi melalui RT oleh
user setingkat supervisor atau administrator.
8) RT dapat mengirimkan pesan-pesan administratif baik
kepada seluruh Peserta atau RCC, hal ini dilakukan oleh 2
(dua) user setingkat supervisor atau administrator.
9) Pada akhir hari setelah Peserta menyelesaikan seluruh
transaksi, dilakukan hal–hal sebagai berikut:
a) supervisor pada central department melakukan log-off
dari RCC;
b) user setingkat administrator menutup department;
c) user setingkat administrator melakukan system
shutdown; dan
d) supervisor melakukan batch akhir hari.

C. Asal …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.37
-------------------------------------------------------------------------------------------------

C. Asal Instruksi Transfer dan Tujuan Transfer


Berdasarkan asal instruksi transfer dan tujuan transfer, transfer yang dapat
dilakukan melalui Sistem BI-RTGS meliputi:
1. Transfer dari Peserta kepada Peserta lainnya, antara lain sebagai
berikut:
a. Transaksi antar Bank untuk kepentingan Bank;
b. Transaksi dari Bank kepada Pihak Selain Bank;
c. Transfer dari Bank kepada Bank Indonesia;
d. Transfer dari Pihak Selain Bank kepada Bank;
e. Transfer dari Bank Indonesia kepada Bank; dan
f. Transfer dari Bank Indonesia kepada Pihak Selain Bank.
2. Transfer dari Peserta kepada nasabah Peserta lainnya dan sebaliknya
antara lain sebagai berikut:
a. Transaksi Bank kepada nasabah Bank Indonesia, a.l.:
1) Pemerintah, dengan format TRN BIRGOxxx:
a) Transaksi untuk Bendaharawan Umum Negara (BUN)
dalam rangka rekapitalisasi, penjaminan dan
pembayaran lainnya;
b) Transaksi untuk Direktorat Jenderal Anggaran (DJA);
c) Transaksi untuk Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara terkait dengan pelimpahan pajak;
d) Transaksi untuk Bendaharawan Pemerintah;
e) Transaksi untuk HANKAM; dan
f) Transaksi untuk rekening pemerintah lainnya.
2) Lembaga Keuangan Internasional, dengan format TRN
BIRBKxxx.
3) Lembaga lain, dengan format TRN BIRBKxxx.
b. Transaksi Bank pengirim kepada nasabah Bank penerima,
dengan TRN IFT00000 (untuk nasabah yang memiliki rekening

di …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.38
-------------------------------------------------------------------------------------------------

di Bank penerima) atau IFTNA000 (untuk nasabah yang tidak


memiliki rekening di Bank penerima).
c. Transaksi nasabah Bank pengirim kepada Bank penerima,
dengan TRN IFT00000.
d. Transaksi nasabah Bank Indonesia kepada Bank.
3. Transfer dari nasabah Peserta kepada nasabah Peserta lainnya dengan
TRN IFT00000.
Rincian TRN untuk seluruh transaksi yang ada saat ini sebagaimana
dalam Lampiran 19a dan Lampiran 19b.
Perubahan atau penambahan TRN diberitahukan oleh Penyelenggara
kepada Peserta melalui fasilitas administrative message.
Tata cara pengisian informasi untuk setiap transaksi wajib mengikuti
aturan sebagaimana dalam Lampiran 20.
D. Transaksi dengan Pengaturan Khusus
Beberapa transaksi Sistem BI-RTGS perlu diatur khusus mekanisme
pelaksanaannya karena terdapat perubahan mekanisme pelaksanaan dari
mekanisme sebelum menggunakan Sistem BI-RTGS
1. Transaksi Pasar Uang Antar Bank Rupiah sebagaimana diatur dalam
huruf C tidak mempersyaratkan pengiriman bukti transaksi seperti
promes atau dokumen lainnya ke Bank Indonesia.
2. Transaksi penarikan tunai oleh Peserta Langsung
a. Pelaksanaan pembukuan transaksi penarikan tunai mengacu pada
Jam Operasional Sistem BI-RTGS sebagaimana dimaksud pada
Lampiran 17.
b. Batas waktu transfer penarikan tunai dalam Sistem BI-RTGS
sampai dengan pukul 11.00 WIB. Pengambilan fisik uang harus
memperhatikan jam pelayanan loket kas masing-masing kantor
Bank Indonesia. Dalam hal sampai dengan jam pelayanan loket
kas berakhir Peserta belum melakukan pengambilan fisik uang

maka …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.39
-------------------------------------------------------------------------------------------------

maka Bank Indonesia akan mengembalikan dana tersebut ke


Rekening Giro Rupiah Peserta yang bersangkutan.
c. Pengambilan fisik uang dilakukan dengan menyerahkan surat
penunjukan pengambilan fisik uang yang ditandatangani oleh
pejabat atau petugas yang berwenang dan telah memiliki
spesimen tanda tangan di unit kerja kas KPBI atau unit kerja
yang membawahi akunting di KBI . Format surat penunjukan
sebagaimana dalam Lampiran 21.
d. Pengambilan fisik uang dilakukan oleh petugas yang diberi kuasa
oleh Direksi atau oleh pejabat lain yang menerima kuasa khusus
dengan hak substitusi dari Direksi dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) KPBI
Petugas yang bersangkutan harus telah didaftarkan dalam
sistem antrian penarikan uang tunai (Queue Management
System) di unit kerja kas di KPBI.
2) KBI
Petugas harus memiliki spesimen tanda tangan di KBI yang
bersangkutan.
3. Transaksi dengan Pemerintah sebagai nasabah Bank Indonesia
Pembukuan transaksi yang ditujukan untuk rekening pemerintah dapat
dilakukan setelah RCC buka sampai dengan jam tutup TRN.
Hal-hal yang terkait dengan pembukuan transaksi pelimpahan setoran
penerimaan negara melalui Sistem BI-RTGS tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Pelimpahan setoran penerimaan negara dilakukan melalui RT
Server Bank Peserta untuk untung rekening KPPN di KPBI atau
KBI.

b. Pelaksanaan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.40
-------------------------------------------------------------------------------------------------

b. Pelaksanaan pelimpahan melalui Sistem BI-RTGS dibatasi


paling lambat pukul 16.30 WIB.
c. Bukti setoran atas pelimpahan ke rekening KPPN adalah:
1) Bukti setoran terdiri dari completion advice yang tercetak
pada Peserta yang ditandatangani oleh pejabat Bank atau
re-print confirmation advice yang tercetak di Bank
Indonesia dan dibubuhi stempel tandatangan pejabat Bank
Indonesia setempat.
2) Jika kantor Peserta yang melakukan penyetoran merupakan
pengelola RT Server Sistem BI-RTGS maka bukti setoran
berupa completion advice.
3) Jika kantor Peserta yang melakukan penyetoran bukan
merupakan pengelola RT Server Sistem BI-RTGS maka
bukti setoran bagi kantor lain tersebut berupa re-print
confirmation advice yang diambil di Bank Indonesia
setempat.
d. Apabila terjadi kekurangan/kelebihan jumlah dana yang
dilimpahkan dan atau terjadi kesalahan penulisan address kantor
Bank Indonesia yang dituju maka Peserta dapat meminta
pengembalian dana kepada kantor Bank Indonesia penerima dana
yang salah tersebut sesuai dengan mekanisme koreksi
sebagaimana diatur dalam PBI tentang Sistem BI-RTGS.
E. Fasilitas warehouse dalam Sistem BI-RTGS
Untuk transaksi yang dikirim ke RCC dengan tanggal valuta T+1 dan T+2,
jika data transaksi valid maka transaksi tersebut akan disimpan di
warehouse database RCC. Pada saat tanggal valuta jatuh tempo maka
transaksi akan di-settle pada awal hari oleh RCC. Apabila saldo tidak
mencukupi, transaksi tersebut akan masuk dalam Sistem Antrian dengan
tingkat kepentingan sesuai dengan jenis transaksi/TRN. Waktu pengiriman

transaksi …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.41
-------------------------------------------------------------------------------------------------

transaksi warehouse (settlement dengan tanggal valuta T+1 atau T+2)


adalah sesuai dengan Jam Operasional masing-masing jenis transaksi
sebagaimana dimaksud pada Lampiran 17.
F. Bukti Pembukuan, Laporan dan Arsip
1. Bukti pembukuan yang harus ditatausahakan oleh Peserta adalah
warkat-warkat yang digunakan sebagai dasar pembukuan dan Hasil
Olahan Komputer (HOK) serta completion advice atau confirmation
advice yang tercetak pada printer Peserta.
2. Bukti pendukung pembukuan pada Sistem BI-RTGS adalah laporan-
laporan Sistem BI-RTGS dan advice-advice yang tercetak sehubungan
dengan pelaksanaan setiap kegiatan melalui RT Peserta.
3. Berdasarkan proses pencetakannya, laporan dibedakan menjadi:
a. Laporan yang tercetak secara otomatis berdasarkan data yang
diterima dari RCC, terdiri dari:
1) RCC Administrative Message;
2) Cut-off warning report;
3) Pre cut-off Notification report;
4) Cut-off Notification Report;
5) Pre Cover Position Report (Cut off warning);
6) Member Reconciliation Report (pre cut-off);
7) Member Cut off Position Report (cut-off); dan
8) Member Statement Report (cut-off).
b. Laporan yang tercetak secara otomatis pada saat proses batch
pada akhir hari, terdiri dari:
1) Listing Akhir Hari message masuk - Incoming Message
End of-day Listing;
2) Listing Akhir Hari message keluar - Out going Message
End Of Day Listing;
3) Laporan Total Harian - Daily Total Report; serta

4) System …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.42
-------------------------------------------------------------------------------------------------

4) System Audit Trail.


c. Laporan yang dapat dicetak di RT sesuai dengan kebutuhan
Peserta dan didaftarkan/dipilih melalui fungsi “Member Control
File”, misalnya IFTS Construct Reports, Amend Reports, Pre-
Approval Reports, dan lain-lain.
Rincian laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 22.
4. Bukti pembukuan dan bukti pendukungnya disimpan sesuai jadwal
retensi yang ditetapkan oleh masing-masing Peserta.
G. Koreksi Transaksi dan Pengembalian Dana transfer
1. Koreksi Transaksi
a. Koreksi transaksi antar Peserta kecuali dengan Bank Indonesia
1) Koreksi untuk ketidaksesuaian data identitas Peserta
penerima, identitas nasabah penerima dan atau jumlah dana
yang ditransfer, Peserta pengirim melakukan permintaan
koreksi kepada Peserta penerima dengan cara:
a) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi
dengan nominal Rp 1,00 (satu rupiah), kepada nomor
rekening tertentu yang selanjutnya disebut “nomor
rekening 1 (satu)”, dengan TRN IFTRJ000 dengan
payment detail yang berisi perubahan identitas Peserta
penerima dan atau identitas nasabah penerima
(ultimate beneficiary) atau permintaan pengembalian
dana; dan
b) mengirimkan administrative message yang berisi
pembebasan tanggung jawab (indemnity) Peserta
penerima oleh Peserta pengirim.
2) untuk duplikasi pelaksanaan instruksi transfer, Peserta
pengirim melakukan permintaan koreksi kepada Peserta
penerima dengan cara:

a) mengirimkan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.43
-------------------------------------------------------------------------------------------------

a) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi


dengan nominal Rp 1,00 (satu rupiah) dengan TRN
IFTRJ000, kepada nomor rekening tertentu yang
selanjutnya disebut “nomor rekening 1 (satu)”, dengan
payment detail yang berisi permintaan pengembalian
dana; dan
b) mengirimkan administrative message yang berisi
pembebasan tanggung jawab (indemnity) Peserta
penerima oleh Peserta pengirim.
3) untuk ketidaksesuaian pada data selain data sebagaimana
dimaksud pada angka 1) dan 2), permintaan koreksi kepada
Peserta penerima dilakukan dengan mengirimkan
administrative message yang berisi:
a) permintaan perubahan data; atau
b) pembebasan tanggung jawab (indemnity) Peserta
penerima oleh Peserta pengirim.
b. Koreksi untuk transaksi Peserta dengan Bank Indonesia
1) Koreksi untuk ketidaksesuaian data identitas Peserta
penerima, identitas nasabah penerima dan atau jumlah dana
yang ditransfer, Peserta pengirim melakukan permintaan
koreksi kepada Bank Indonesia dengan cara:
a) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi
dengan nominal Rp 1,00 (satu rupiah), kepada nomor
rekening 1 (satu) yaitu nomor rekening 561990003
“Rekening Antara Sehubungan Transaksi RTGS ke
BIASA Yang Masih Harus Diselesaikan”, dengan
TRN BIRBK561 dan payment detail yang berisi:

(1) perubahan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.44
-------------------------------------------------------------------------------------------------

(1) perubahan identitas Peserta penerima dan atau


identitas nasabah penerima (ultimate
beneficiary); atau
(2) permintaan pengembalian dana, yang disertai
alasan permintaan pengembalian dana dan
referensi Nomor SAKTI transaksi yang
dikembalikan.
b) mengirimkan administrative message yang berisi
pembebasan tanggung jawab (indemnity) Bank
Indonesia oleh Peserta pengirim.
2) Koreksi untuk duplikasi pelaksanaan instruksi transfer,
Peserta pengirim melakukan permintaan koreksi kepada
Bank Indonesia dengan cara:
a) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi
dengan nominal Rp 1,00 (satu rupiah) kepada nomor
rekening 1 (satu) yaitu nomor rekening 561990003
“Rekening Antara Sehubungan Transaksi RTGS ke
BIASA Yang Masih Harus Diselesaikan”, dengan
TRN BIRBK561, dan payment detail yang berisi
permintaan pengembalian dana yang disertai alasan
permintaan pengembalian dana dan referensi Nomor
SAKTI transaksi yang dikembalikan; dan
b) mengirimkan administrative message yang berisi
pembebasan tanggung jawab (indemnity) Bank
Indonesia oleh Peserta pengirim.
3) Koreksi untuk ketidaksesuaian pada data selain data
sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2),
permintaan koreksi kepada Bank Indonesia dilakukan
dengan mengirimkan administrative message yang berisi:

a) permintaan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.45
-------------------------------------------------------------------------------------------------

a) permintaan perubahan data; dan


b) pembebasan tanggung jawab (indemnity) Bank
Indonesia oleh Peserta pengirim.
c. Dalam hal terdapat kesalahan penulisan address kantor Bank
Indonesia tujuan untuk transaksi penarikan tunai yang berkaitan
dengan lokasi pengambilan fisik uang maka Peserta pengirim
mengirimkan permintaan pengembalian dengan cara:
1) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi dengan
nominal Rp 1,00 (satu rupiah) dengan TRN BIRBK561
kepada nomor rekening 561.990003 “Rekening Antara
Sehubungan Transaksi RTGS Bank ke BIASA Yang Masih
Harus Diselesaikan” dan mengisi referensi nomor SAKTI,
jumlah transaksi dan alasan permintaan pengembalian dana
dalam kolom payment detail.
2) mengirimkan administrative message yang berisi
pembebasan tanggung jawab (indemnity) Bank Indonesia
oleh Peserta pengirim.
d. Koreksi untuk transaksi yang dikirim oleh Bank Indonesia
kepada Peserta lainnya
1) Untuk Transfer Debet
a) Koreksi untuk transfer debet yang disebabkan oleh
kesalahan dalam mencantumkan jumlah nilai nominal
Bank Indonesia menerbitkan transfer kredit untuk
untung Peserta penerima sebesar jumlah nominal
yang telah didebet dan untuk selanjutnya Bank
Indonesia mengirimkan transfer debet kepada Peserta
penerima sesuai dengan jumlah nominal yang
seharusnya.

b) Koreksi …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.46
-------------------------------------------------------------------------------------------------

b) Koreksi untuk transfer debet yang disebabkan oleh


kesalahan dalam mencantumkan Peserta penerima
Bank Indonesia menerbitkan transfer kredit untuk
untung Peserta penerima yang tidak berhak, untuk
selanjutnya Bank Indonesia mengirimkan transfer
debet untuk untung Peserta penerima yang
seharusnya.
2) Untuk Transfer Kredit
a) Koreksi untuk transfer kredit yang ditujukan untuk
Peserta penerima
(1) Koreksi untuk transfer kredit yang disebabkan
oleh kesalahan dalam mencantumkan jumlah
nilai nominal
Bank Indonesia menerbitkan transfer debet atas
beban Peserta penerima sebesar jumlah nominal
yang telah dikredit dan untuk selanjutnya Bank
Indonesia mengirimkan transfer kredit kepada
Peserta penerima sesuai dengan jumlah nominal
yang seharusnya.
(2) Koreksi untuk transfer kredit yang disebabkan
oleh kesalahan dalam mencantumkan Peserta
penerima
Bank Indonesia menerbitkan transfer debet atas
beban Peserta penerima yang tidak berhak dan
untuk selanjutnya Bank Indonesia mengirimkan
transfer kredit untuk untung Peserta penerima
yang seharusnya.
b) Koreksi untuk transfer kredit yang dikirimkan kepada
nasabah Peserta penerima

Koreksi …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.47
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Koreksi untuk transfer kredit yang dikirimkan kepada


nasabah Peserta dilakukan dengan cara:
(1) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu
transaksi dengan nominal Rp1,00 (satu rupiah)
dengan TRN BIRBI221, dengan payment detail
yang berisi perubahan data nasabah penerima
atau permintaan pengembalian dana; dan
(2) mengirimkan administrative message yang berisi
pembebasan tanggung jawab (indemnity) Peserta
penerima oleh Bank Indonesia.
2. Pengembalian Dana
Dalam hal Peserta melakukan kesalahan penulisan address kantor
Bank Indonesia tujuan untuk transaksi penarikan tunai dan Bank yang
bersangkutan tidak mengajukan permintaan pengembalian dana maka
Bank Indonesia akan secara otomatis mengembalikan dana ke
Rekening Giro Bank tersebut.
H. Pelaksanaan Operasional Sistem BI-RTGS untuk Peserta Tidak Langsung
(Subsidiary Member)
1. Pelaksanaan pembukuan transaksi dilakukan dengan menggunakan
Cek BI atau BGBI yang diatur sebagai berikut:
a. Peserta menyampaikan Cek BI atau BGBI yang ditandatangani
oleh Direksi/pejabat penerima kuasa dengan hak substitusi dari
Direksi dan telah memiliki spesimen tanda tangan di Bank
Indonesia serta telah dibubuhi stempel Subsidiary Member di
belakang Cek BI atau BGBI (contoh format stempel
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 23 kepada kantor Bank
Indonesia yang mewilayahi Peserta.
b. warkat tersebut akan dibukukan oleh Bank Indonesia melalui RT
kantor Bank Indonesia yang bersangkutan.

2. Laporan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.48
-------------------------------------------------------------------------------------------------

2. Laporan member statement dan advis transaksi akan tercetak melalui


RT kantor Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat Peserta.
3. Biaya transaksi Peserta akan dibebankan secara langsung oleh Bank
Indonesia ke Rekening Giro Peserta.
I. Mekanisme Pembukuan Contingency Plan (CP)
Pelaksanaan pembukuan CP dilaksanakan dengan mekanisme sebagai
berikut:
1. Peserta mengajukan permohonan CP dengan cara:
a. Peserta berkedudukan di wilayah kerja KPBI
Peserta mengajukan permohonan kepada Bagian PTR dengan
menggunakan surat dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 24 yang ditandatangani oleh Direksi/pejabat penerima
kuasa dengan hak substitusi dari Direksi yang telah memiliki
spesimen tanda tangan di Bagian PTR.
b. Peserta berkedudukan di luar wilayah kerja KPBI
Peserta mengajukan permohonan kepada KBI setempat dengan
menggunakan surat dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 24 yang ditandatangani oleh Direksi/pejabat penerima
kuasa dengan hak substitusi dari Direksi yang telah memiliki
spesimen tanda tangan di KBI setempat.
2. Apabila permohonan disetujui, Peserta menyampaikan Cek BI atau
BGBI yang diberi stempel Contingency Plan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 25 di belakang Cek BI atau BGBI. Khusus untuk
kantor cabang Peserta, penyerahan Cek BI atau BGBI tersebut
dilampiri dengan surat permohonan CP kepada kantor Bank Indonesia
setempat. Cek BI atau BGBI diterima oleh kantor Bank Indonesia
paling lambat sampai dengan jam tutup TRN transaksi yang
bersangkutan.

3. Cek …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 IV.49
-------------------------------------------------------------------------------------------------

3. Cek BI atau BGBI tersebut dibukukan oleh Bank Indonesia melalui


RT kantor Bank Indonesia.
4. Bukti pembukuan transaksi akan terkirim ke RT Peserta apabila RT
Peserta telah berjalan normal. Khusus untuk transaksi setoran pajak
maka bukti pelimpahan yang diserahkan kepada Kas Negara adalah re-
print completion advice yang dibubuhi stempel tanda tangan pejabat
Bank Indonesia.
5. Atas transaksi yang dibukukan tersebut, Penyelenggara akan
membebankan biaya transaksi sebagaimana diatur dalam Surat Edaran
Bank Indonesia mengenai biaya dalam penggunaan Sistem BI-RTGS.
Biaya tersebut akan dibebankan secara langsung ke Rekening Giro
Peserta paling lambat pada hari kerja berikutnya.
J. Libur Fakultatif
Dalam hal daerah tertentu ditetapkan libur secara fakultatif berlaku
ketentuan sebagai berikut:
1. Penyelenggara mengumumkan libur fakultatif tersebut melalui fasilitas
administrative message kepada seluruh Peserta yang
menginformasikan bahwa kantor Bank Indonesia dan Peserta yang
berada di wilayah kerja kantor Bank Indonesia tersebut tidak
melakukan kegiatan operasional Sistem BI-RTGS.
2. Dalam hal Peserta yang berada di luar wilayah kantor Bank Indonesia
yang ditetapkan libur fakultatif mengirimkan transaksi kepada kantor
Bank Indonesia yang ditetapkan libur fakultatif maka berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Penyelesaian transaksi yang ditujukan ke rekening pemerintah
atau rekening internal BI dilakukan pada hari kerja berikutnya.
b. Untuk transaksi penarikan tunai akan dikembalikan ke rekening
Peserta pengirim oleh Penyelenggara pada hari yang sama.

BAB …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.1
--------------------------------------------------------------------------

BAB V
KEWAJIBAN PESERTA
A. Kewajiban umum Peserta
1. Menjamin RT Server Utama, RT Server Back-up dan RT Workstation
berfungsi dengan baik.
RT Server Utama dan RT Workstation dikatakan berfungsi dengan
baik apabila perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software) di dalamnya dapat digunakan untuk melakukan berbagai
transaksi sepanjang Jam Operasional Sistem BI-RTGS. RT Server
Back-up dikatakan berfungsi dengan baik apabila perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software) di dalamnya dapat
digunakan untuk melakukan transaksi sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
Terkait dengan RT Server Back-up berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. RT Server Back-up sekurang-kurangnya dilengkapi dengan 1
(satu) RT Workstation serta 1 (satu) printer.
b. Berdasarkan konfigurasi sistem back-up dan proses up-dating
datanya, RT Server Back-up dapat dibedakan menjadi:
1) Hot back-up
Hot back-up adalah sistem teknologi informasi cadangan
dengan karakteristik:
a) sudah diinstal dengan aplikasi yang sama dengan
aplikasi pada RT Server Utama;
b) langsung terhubung dengan RT Server Utama (on-
line); dan
c) up-dating data dilakukan setiap saat bersamaan
dengan up-dating data pada RT Server Utama
(synchronised).

2). Warm …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.2
--------------------------------------------------------------------------

2) Warm back-up
Warm back-up adalah sistem teknologi informasi cadangan
dengan karakteristik:
a) sudah diinstal dengan aplikasi yang sama dengan
aplikasi pada RT Server Utama;
b) terhubung langsung dengan RT Server Utama; dan
c) up-dating data dan aplikasi dilakukan secara periodik,
sehingga kepindahan ke RT Server Back-up
mensyaratkan proses restore untuk menyamakan data
di RT Server Back-up dengan posisi terakhir di RT
Server Utama.
3) Cold back-up
Cold back-up adalah sistem teknologi informasi cadangan
yang tidak terhubung langsung dengan RT Server Utama
sehingga pada saat akan menggunakan RT Server Back-up
diperlukan tahapan untuk mengaktifkan RT Server Back-
up, dan restore data untuk menyamakan data di RT Server
Back-up dengan RT Server Utama. Untuk menjamin
kesiapan RT Server Back-up Peserta harus melakukan
proses up-dating data sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
sehari pada setiap akhir hari.
Pemilihan konfigurasi back-up yang ada pada Peserta diserahkan
kepada setiap Peserta berdasarkan pertimbangan tingkat urgensi
Sistem BI-RTGS bagi Peserta, tetapi apabila memungkinkan
sebaiknya digunakan “Hot back-up”, sehingga tidak terdapat
penundaan transaksi jika sistem utama tidak dapat berfungsi.
c. RT Server Back-up dapat diletakkan pada lokasi yang sama
dengan RT Server Utama (on-site back-up) ataupun diletakkan di
lokasi yang berbeda dengan RT Server Utama (off-site back-up).
Untuk menjamin kelangsungan operasional Sistem BI-RTGS,
masing-masing …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.3
--------------------------------------------------------------------------

masing-masing Peserta sebaiknya memiliki off-site back-up. Di


samping itu, RT Server Back-up sebaiknya ditempatkan di lokasi
yang jaringan komunikasinya berada di bawah Sentral Telepon
Otomat (STO) yang berbeda dengan RT Server Utama.
d. Untuk menjamin RT Server Back-up dapat berfungsi dengan
baik, Peserta dapat melakukan uji coba koneksi RT Server Back-
up dengan tata cara sebagai berikut:
1) Peserta menyampaikan permohonan uji coba koneksi RT
Server back-up melalui fasilitas administrative message
kepada Penyelenggara. Uji coba koneksi RT Server back-
up dilaksanakan setiap bulan pada hari Senin minggu
pertama dan minggu ketiga.
2) pemberitahuan persetujuan uji coba koneksi Server Back-
up akan diberitahukan oleh Penyelenggara kepada Peserta
melalui sarana telepon.
3) pelaksanaan uji coba koneksi RT Server Back-up akan
dipantau oleh petugas dari Bagian PTR dan Help Desk
sampai 1 (satu) jam sejak proses akhir hari RCC berakhir.
2. Menyusun kebijakan dan prosedur tertulis yang mendukung sistem
kontrol internal yang baik dalam pelaksanaan operasional Sistem BI-
RTGS, termasuk prosedur pengamanan penggunaan Sistem BI-RTGS
di lingkungan internal Peserta.
Penyusunan kebijakan dan prosedur tertulis ini wajib dibuat dalam
Bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing dengan terjemahan dalam
Bahasa Indonesia yang mengacu pada dan tidak bertentangan dengan
PBI tentang Sistem BI-RTGS dan Surat Edaran ini serta kesepakatan
tertulis antar Peserta (Bye-Laws). Kebijakan dan prosedur tertulis
dimaksud sekurang-kurangnya memuat materi sebagai berikut:
a. Struktur organisasi satuan kerja pelaksana Sistem BI-RTGS;
b. Penanggungjawab Sistem BI-RTGS;

c. Wewenang …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.4
--------------------------------------------------------------------------

c. Wewenang pengoperasian Sistem BI-RTGS;


d. Sistem pengamanan;
e. Prosedur pengoperasian dan pembukuan transaksi Sistem BI-
RTGS;
f. Prosedur operasional transaksi treasury;
g. Pengawasan operasional Sistem BI-RTGS; serta
h. Prosedur Contingency Plan.
Rincian cakupan minimum materi diatur dalam “Pedoman Penyusunan
Kebijakan dan Prosedur Tertulis” sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 26.
3. Kebijakan dan prosedur tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 2
dan setiap perubahannya disampaikan dengan surat pengantar yang
ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan (khusus bagi Bank sebagai
Peserta) atau direktur yang membawahi satuan kerja pengawasan
intern (khusus bagi Pihak Selain Bank sebagai Peserta) kepada Bagian
Pengawasan Sistem Pembayaran Nasional (PwSP) – Direktorat
Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan
MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kebijakan dan prosedur tertulis secara keseluruhan disampaikan
paling lambat 6 (enam) bulan sejak kepesertaan dalam Sistem
BI-RTGS.
Bagi Bank dan Pihak Selain Bank yang telah menjadi Peserta
pada saat diberlakukannya PBI tentang Sistem BI-RTGS,
Kebijakan dan Prosedur Tertulis secara keseluruhan disampaikan
paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya PBI
tersebut yaitu sejak tanggal 11 Maret 2004.
b. Setiap perubahan disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan
terhitung sejak terjadinya perubahan. Perubahan yang wajib
disampaikan adalah perubahan yang mendasar terhadap
operasional Sistem BI-RTGS.

4. Melakukan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.5
--------------------------------------------------------------------------

4. Melakukan pemeriksaan internal yang menjamin keamanan


operasional Sistem BI-RTGS sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
setahun dan menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal
tersebut dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur
Kepatuhan (khusus bagi Bank sebagai Peserta) atau direktur yang
membawahi satuan kerja pengawasan intern (khusus bagi Pihak Selain
Bank sebagai Peserta). Laporan dan surat tersebut disampaikan kepada
Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran Nasional (PwSP) – Direktorat
Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan
MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110, paling lambat 2 (dua) bulan setelah
dilakukan pemeriksaan internal.
Pelaksanaan pemeriksaan internal ini wajib dilakukan dengan
mengacu pada dan tidak bertentangan dengan PBI tentang Sistem BI-
RTGS dan aturan pelaksanaannya serta kesepakatan tertulis antar
Peserta (Bye-Laws) dan mengacu pada cakupan minimum pemeriksaan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pemeriksaan internal dimaksud sekurang-kurangnya dilakukan
terhadap:
a. kebijakan dan prosedur tertulis yang terkait dengan Sistem BI-
RTGS;
b. sarana dan prasarana Sistem BI-RTGS;
c. sumber daya manusia;
d. pembagian tugas dan batas kewenangan serta penyimpangan;
e. kepatuhan Peserta terhadap ketentuan yang terkait dengan
operasional Sistem BI-RTGS; serta
f. perlindungan konsumen.
Rincian ruang lingkup pemeriksaan internal diatur dalam “Pedoman
Penyusunan Laporan Pemeriksaan Internal” sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 27.

5. Melakukan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.6
--------------------------------------------------------------------------

5. Melakukan security audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam


jangka waktu 1 (satu) tahun sejak menjadi Peserta dan setiap terjadi
perubahan dalam sistem teknologi informasi internal Peserta yang
terkait dengan Sistem BI-RTGS. Hasil security audit tersebut
disampaikan dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh
Direktur Kepatuhan (khusus bagi Bank sebagai Peserta) atau direktur
yang membawahi satuan kerja pengawasan intern (khusus bagi Pihak
Selain Bank sebagai Peserta) kepada Bagian Pengawasan Sistem
Pembayaran Nasional (PwSP) – Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10110, paling lambat 2 (dua) bulan setelah dilakukan security
audit.
Pelaksanaan security audit ini wajib dilakukan dengan mengacu pada
dan tidak bertentangan dengan PBI tentang Sistem BI-RTGS dan
aturan pelaksanaannya serta kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-
Laws) dan mengacu pada cakupan minimum security audit yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Security audit dimaksud sekurang-kurangnya dilakukan terhadap:
a. fungsi manajemen dalam kaitannya dengan kepesertaan Sistem
BI-RTGS;
b. lingkungan dimana Sistem BI-RTGS berada;
c. konfigurasi dan kondisi Sistem BI-RTGS dan sistem-sistem
terkait;
d. back-up;
e. Disaster Recovery Plan; serta
f. data dan dokumentasi.
Rincian ruang lingkup security audit diatur dalam “Pedoman
Penyusunan Laporan Security Audit” sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 28.

6. Mengumumkan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.7
--------------------------------------------------------------------------

6. Mengumumkan secara tertulis di setiap kantor Peserta besarnya biaya


transfer melalui Sistem BI-RTGS sebagaimana ditetapkan dalam
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai biaya dalam
penggunaan Sistem BI-RTGS. Pengumuman besarnya biaya transfer
melalui Sistem BI-RTGS dilakukan di setiap kantor Peserta pada
tempat yang mudah terlihat oleh nasabah.
7. Memiliki pedoman Business Continuity Plan atau Disaster Recovery
Plan yang sekurang-kurangnya memuat langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam hal terjadi gangguan untuk memastikan bahwa
operasional Sistem BI-RTGS di Peserta tetap dapat dilakukan atau
upaya lainnya, yang perlu dilakukan dalam hal sistem back-up tidak
dapat digunakan.
Penyusunan pedoman Business Continuity Plan atau Disaster
Recovery Plan ini wajib dilakukan dengan mengacu pada dan tidak
bertentangan dengan PBI tentang Sistem BI-RTGS dan aturan
pelaksanaannya serta kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws).
Pedoman Business Continuity Plan atau Disaster Recovery Plan
dimaksud sekurang-kurangnya memuat materi sebagai berikut:
a. Unit kerja sebagai penanggungjawab;
b. Mekanisme koordinasi apabila penanggungjawab terdiri dari
beberapa unit;
c. Mekanisme pelaporan dan monitoring; dan
d. Petugas operasional (termasuk data nomor telepon yang dapat
dihubungi setiap saat).
8. Pengurus dan atau pejabat eksekutif Bank Peserta wajib melaksanakan
langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank
Peserta terhadap ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
Sistem BI-RTGS. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain
melakukan monitoring atas penerapan security audit dan pemeriksaan
internal.

B. Kewajiban …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.8
--------------------------------------------------------------------------

B. Kewajiban dan tanggung jawab Peserta berkaitan dengan transaksi


1. Kewajiban dan tanggung jawab Peserta pengirim
a. Penggunaan Transaction Reference Number (TRN)
Peserta Pengirim wajib menggunakan Transaction Reference
Number (TRN) sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi tata
cara pengisian informasi TRN yang ditetapkan oleh
Penyelenggara yang disampaikan kepada Peserta melalui
administrative message, surat atau sarana lain.
b. Mekanisme pemberian ganti rugi kepada Peserta penerima.
Dalam hal Peserta penerima memandang perlu untuk melaporkan
adanya transaksi atas nama nasabah yang dikirimkan setelah
berakhirnya batas waktu penyelesaian transfer atas nama nasabah
dan Peserta pengirim tidak menggunakan TRN IFT00000,
Peserta penerima dapat melaporkan kepada Bagian Pengawasan
Sistem Pembayaran Nasional (PwSP) – Direktorat Akunting dan
Sistem Pembayaran (DASP), Bank Indonesia, Jalan MH.
Thamrin No. 2 Jakarta 10110, melalui surat dengan melampirkan
bukti berupa foto kopi confirmation advice transaksi dimaksud.
Peserta pengirim wajib memberikan ganti rugi sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) kepada Peserta penerima
segera setelah diterimanya surat dari Bank Indonesia yang
menyebutkan mengenai laporan dari Peserta penerima.
Pembayaran dilakukan melalui pengiriman transaksi single credit
dengan menggunakan TRN IFTKOM00.
Setelah Peserta pengirim memberikan ganti rugi kepada Peserta
penerima, maka Peserta pengirim wajib melaporkan secara
tertulis kepada Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran Nasional
(PwSP) – Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP),
Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110,

melalui …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.9
--------------------------------------------------------------------------

melalui surat dengan melampirkan bukti berupa foto kopi


completion advice transaksi dimaksud.
c. Kewajiban mensyaratkan kepada nasabah untuk mengisi
instruksi transfer secara lengkap dan benar
Peserta pengirim wajib memberikan penjelasan kepada
nasabahnya untuk mengisi instruksi transfer secara lengkap dan
benar. Nasabah yang akan memberikan instruksi transfer kepada
Peserta pengirim wajib sekurang-kurangnya mengisi field
informasi sebagai berikut:
1) identitas nasabah pengirim;
2) identitas nasabah penerima;
3) identitas Peserta penerima; dan
4) jumlah dana yang ditransfer.
Dalam melakukan pengisian identitas nasabah penerima, agar
dijelaskan bahwa pengisian identitas tersebut harus sesuai
dengan identitas nasabah penerima yang terdapat dalam
administrasi Peserta penerima atau tanda bukti identitas nasabah
penerima (untuk transfer yang ditujukan kepada nasabah
penerima dana yang tidak memiliki rekening). Hal ini ditujukan
untuk menghindari kesalahan transfer.
d. Penerbitan instruksi transfer
Atas instruksi transfer nasabah yang disetujui, Peserta pengirim
wajib meneruskan instruksi transfer tersebut sesuai jangka waktu
yang ditetapkan dalam PBI tentang Sistem BI-RTGS.
Dalam menetapkan jam pelayanan nasabah, Peserta wajib
mengacu pada batas waktu penyelesaian transfer atas nama
nasabah yang ditetapkan oleh Penyelenggara dan
mempertimbangkan waktu yang diperlukan Peserta untuk
menyelesaikan proses penerusan instruksi transfer dari nasabah.

2. Kewajiban …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.10
--------------------------------------------------------------------------

2. Kewajiban Peserta penerima


a. Melakukan pencocokan atas transfer yang diterima dari Peserta
pengirim, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk transfer yang ditujukan kepada penerima dana yang
memiliki rekening di kantor Peserta penerima, Peserta
penerima wajib mencocokkan nama dan nomor rekening
penerima dana yang tercantum pada confirmation advice
yang diterima melalui Sistem BI-RTGS dengan nama dan
nomor rekening penerima dana yang tercantum dalam tata
usaha rekening atau administrasi di Peserta penerima.
2) Untuk transfer yang ditujukan kepada penerima dana yang
tidak memiliki rekening di Peserta penerima, Peserta
penerima wajib mencocokkan nama penerima dana yang
tercantum pada confirmation advice dengan identitas
penerima dana.
b. Apabila Peserta penerima telah melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan Peserta pengirim
mengajukan permintaan untuk mengembalikan dana kepada
Peserta pengirim atau untuk menyampaikan dana kepada
penerima yang berhak, maka Peserta penerima harus
memberikan tanggapan kepada Peserta pengirim paling lambat
10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal permintaan Peserta
Pengirim.
Apabila Peserta penerima tidak dapat mengembalikan atau
menyampaikan dana sesuai dengan permintaan Peserta pengirim,
maka Peserta pengirim melakukan penagihan langsung kepada
penerima dana yang tidak berhak.
c. Apabila dari hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf
a terdapat ketidakcocokan, Peserta penerima dapat segera
mengembalikan transfer tersebut kepada Peserta pengirim

dengan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.11
--------------------------------------------------------------------------

dengan menggunakan TRN IFTRJ000. Khusus untuk transfer


dari Bank Indonesia, pengembalian dana oleh Peserta penerima
dilakukan dengan menggunakan TRN BIR99999 dengan
rekening penampungan 561990001 “Transaksi tolakan bank atas
single credit Bank Indonesia”. Dalam hal Peserta penerima tetap
meneruskan instruksi transfer tersebut, maka Peserta penerima
bertanggungjawab untuk mengembalikan dana kepada Peserta
pengirim atau meneruskan dana kepada penerima dana yang
berhak, apabila di kemudian hari ada permintaan koreksi dari
Peserta pengirim, dengan mekanisme sebagaimana diatur dalam
PBI tentang Sistem BI-RTGS.
d. Apabila Peserta pengirim telah melaksanakan instruksi transfer
sesuai dengan instruksi transfer dari nasabah pengirim, tetapi
Peserta penerima meneruskan dana kepada penerima dana yang
berbeda dari confirmation advice, maka pada tanggal
diketahuinya kesalahan Peserta penerima wajib menyampaikan
dana kepada penerima dana yang berhak tanpa menunggu
pengembalian dana dari penerima dana yang tidak berhak.
Penerusan dana disertai dengan bunga sesuai dengan bunga yang
berlaku untuk jenis rekening nasabah, dihitung sejak tanggal
seharusnya rekening penerima dana yang berhak dikredit sampai
tanggal pelaksanaan pengkreditan rekening penerima dana yang
berhak tersebut.
e. Kewajiban penyampaian dana kepada penerima dana
Dalam melakukan penyampaian dana, Peserta penerima wajib
mengacu pada batas waktu sebagaimana diatur dalam Pasal 35
PBI tentang Sistem BI-RTGS. Penyampaian dana dilakukan
dengan mekanisme sebagai berikut:
1) Untuk transfer yang ditujukan kepada penerima dana yang
memiliki rekening
a). Pengkreditan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.12
--------------------------------------------------------------------------

a) Pengkreditan dilakukan pada tanggal valuta yang


sama dengan tanggal pengkreditan Rekening Giro
Peserta penerima di Bank Indonesia; atau
b) Pengkreditan dapat dilakukan paling lambat pukul
09.00 waktu setempat hari kerja berikutnya apabila
Peserta penerima:
(1) belum memiliki teknologi informasi yang
terintegrasi; dan atau
(2) kantor Peserta penerima berada di wilayah
dengan sarana komunikasi dan transportasi yang
tidak mendukung.
Pengkreditan wajib dilakukan dengan menggunakan
tanggal valuta hari sebelumnya atau dengan
memberikan bunga sesuai dengan tingkat bunga yang
berlaku untuk jenis rekening tersebut terhitung sejak
tanggal pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima
di Bank Indonesia; atau
c) Pengkreditan dilakukan paling lambat pukul 09.00
waktu setempat hari kerja berikutnya apabila
Rekening Giro Peserta penerima dikredit oleh
Penyelenggara setelah berakhirnya batas waktu
penyelesaian transfer atas nama nasabah atau pada
periode perpanjangan waktu penyelesaian transfer atas
nama nasabah.
d) Apabila Peserta penerima tidak melakukan
pengkreditan sesuai ketentuan huruf a), b) dan c),
Peserta penerima wajib membayar kompensasi kepada
penerima dana sesuai dengan tingkat bunga yang
berlaku untuk jenis rekening tersebut ditambah 200

(dua ratus) …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 V.13
--------------------------------------------------------------------------

(dua ratus) basis points dan jumlah hari bunga


dihitung sebagai berikut:
(1) Untuk keterlambatan dari ketentuan huruf a) dan
b), bunga dihitung sejak tanggal valuta
pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima.
(2) Untuk keterlambatan dari ketentuan huruf c),
bunga dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal
valuta pengkreditan Rekening Giro Peserta
penerima.
2) Untuk transfer yang ditujukan kepada penerima dana yang
tidak memiliki rekening, Peserta penerima wajib
mengirimkan surat pemberitahuan mengenai tersedianya
dana hasil transfer pada tanggal yang sama dengan tanggal
pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima di Bank
Indonesia, kecuali bagi:
a) Peserta penerima yang kantor Peserta penerimanya
telah tutup dan atau Peserta penerima yang Rekening
Gironya dikredit oleh Penyelenggara pada periode
perpanjangan waktu penyelesaian transfer atas nama
nasabah, maka pengiriman surat pemberitahuan
dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya.
b) kantor Peserta penerima yang berada di wilayah
dengan sarana komunikasi dan transportasi yang tidak
mendukung, maka pengiriman surat pemberitahuan
dilakukan pada tanggal diterimanya informasi transfer
di kantor Peserta penerima atau paling lambat hari
kerja berikutnya.

BAB …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VI.1
--------------------------------------------------------------------------

BAB VI
PERHITUNGAN BUNGA DAN KOMPENSASI

Sehubungan dengan kewajiban Peserta pengirim dan Peserta penerima


sebagaimana telah dijelaskan pada BAB V yang berkaitan dengan tanggung
jawab Peserta pengirim dan Peserta penerima untuk membayar bunga dan
kompensasi, tata cara perhitungan bunga dan kompensasi adalah sebagai berikut:
A. Pembayaran Bunga atas Keterlambatan Pengiriman Instruksi Transfer
(Pasal 27 PBI tentang Sistem BI-RTGS)
1. Dalam hal Peserta pengirim tidak melaksanakan instruksi transfer
nasabahnya sesuai dengan Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) PBI tentang
Sistem BI-RTGS, dan Peserta pengirim telah mendebet rekening
nasabahnya, Peserta pengirim wajib membayar bunga kepada nasabah
pengirim terhitung sejak tanggal pendebetan rekening nasabah
pengirim sampai tanggal pelaksanaan instruksi transfer.
2. Contoh perhitungan bunga tersebut di atas adalah sebagai berikut:
a. Instruksi transfer dari nasabah diterima Peserta pengirim pada
jam pelayanan nasabah yang ditetapkan Peserta
1) Instruksi transfer dari nasabah diterima Peserta pengirim
pukul 10.00 WIB. Selanjutnya Peserta pengirim
meneruskan instruksi transfer melalui Sistem BI-RTGS
pada pukul 11.00 WIB dan Penyelesaian Akhir dilakukan
pada pukul 11.02 WIB. Untuk penerusan instruksi transfer
yang dilakukan sesuai dengan mekanisme tersebut, tidak
dikenakan bunga.
2) Instruksi transfer dari nasabah diterima Peserta pengirim
pukul 10.00 WIB. Selanjutnya Peserta pengirim
meneruskan instruksi transfer melalui Sistem BI-RTGS
pada pukul 11.00 WIB tetapi sampai dengan akhir hari
tidak dapat dilakukan Penyelesaian Akhir. Pada hari

berikutnya …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VI.2
--------------------------------------------------------------------------

berikutnya instruksi transfer diteruskan kembali melalui


Sistem BI-RTGS dan Penyelesaian Akhir dilakukan pada
pukul 08.45 WIB. Untuk penerusan instruksi transfer yang
dilakukan dengan mekanisme tersebut, penghitungan bunga
dilakukan sebagai berikut:
a) Apabila rekening nasabah pengirim telah didebet pada
tanggal yang sama dengan diterimanya instruksi
transfer, dikenakan bunga sesuai jenis rekening
nasabah pengirim selama 1 (satu) hari.
b) Apabila rekening nasabah pengirim didebet pada
tanggal yang sama dengan tanggal diteruskannya
instruksi transfer, tidak dikenakan bunga.
b. Instruksi transfer dari nasabah diterima Peserta pengirim setelah
jam pelayanan nasabah
1) Instruksi transfer dari nasabah diterima Peserta pengirim
pukul 15.30 WIB (jam pelayanan nasabah yang ditetapkan
Peserta sampai dengan pukul 15.00). Selanjutnya Peserta
pengirim meneruskan instruksi transfer melalui Sistem BI-
RTGS pada pukul 08.30 WIB hari kerja berikutnya dan
Penyelesaian Akhir dilakukan pada pukul 08.32 WIB.
Untuk penerusan instruksi transfer yang dilakukan dengan
mekanisme tersebut, perhitungan bunga dilakukan sebagai
berikut:
a) Apabila rekening nasabah didebet pada tanggal yang
sama dengan diterimanya instruksi transfer,
dikenakan bunga sesuai dengan jenis rekening
nasabah pengirim selama 1 (satu) hari.
b) Apabila rekening nasabah didebet pada tanggal yang
sama dengan penerusan instruksi transfer, tidak
dikenakan bunga.

2). Instruksi …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VI.3
--------------------------------------------------------------------------

2) Instruksi transfer dari nasabah diterima Peserta pengirim


pukul 15.30 WIB (jam pelayanan nasabah yang ditetapkan
Peserta sampai dengan pukul 15.00). Selanjutnya Peserta
pengirim meneruskan instruksi transfer melalui Sistem BI-
RTGS pada pukul 08.30 WIB hari kerja berikutnya (T+1)
tetapi sampai dengan akhir hari tidak dapat dilakukan
Penyelesaian Akhir. Pada hari kerja berikutnya (T+2),
Peserta pengirim meneruskan instruksi transfer kembali
dan dilakukan Penyelesaian Akhir pada T+2 pukul 09.00
WIB. Untuk penerusan instruksi transfer yang dilakukan
dengan mekanisme tersebut, perhitungan bunga dilakukan
sebagai berikut:
a) Apabila rekening nasabah didebet pada tanggal yang
sama dengan diterimanya instruksi transfer,
dikenakan bunga sesuai dengan jenis rekening
nasabah pengirim selama 2 (dua) hari.
b) Apabila rekening nasabah didebet pada hari kerja
berikutnya setelah tanggal diterimanya instruksi
transfer, dikenakan bunga sesuai dengan jenis
rekening nasabah pengirim selama (1) satu hari.
c) Apabila rekening nasabah didebet pada 2 (dua) hari
kerja berikutnya (T+2) setelah tanggal diterimanya
instruksi transfer, dikenakan bunga sesuai dengan
jenis rekening nasabah pengirim selama 1 (satu) hari.
B. Pembayaran Bunga atas Keterlambatan Penerbitan Instruksi Transfer Baru
(Pasal 28 PBI tentang Sistem BI-RTGS)
1. Dalam hal Peserta pengirim menerbitkan instruksi transfer baru
sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (4) PBI tentang Sistem BI-
RTGS karena Peserta pengirim melakukan kesalahan dalam
melakukan instruksi transfer, Peserta pengirim wajib membayar bunga

kepada …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VI.4
--------------------------------------------------------------------------

kepada nasabah pengirim sesuai dengan bunga yang berlaku untuk


jenis rekening nasabah pengirim yang dibebani untuk transfer terkait,
terhitung sejak tanggal pendebetan rekening nasabah pengirim sampai
tanggal pelaksanaan instruksi transfer yang baru.
2. Contoh perhitungan bunga tersebut adalah sebagai berikut:
a. Untuk kesalahan transfer yang diketahui 30 (tiga puluh) menit
sebelum berakhirnya batas waktu (window time) jenis transaksi
yang bersangkutan.
1) Peserta pengirim mengetahui adanya kesalahan transfer
pada pukul 14.00 WIB. Selanjutnya Peserta pengirim
mengirimkan instruksi transfer baru pada pukul 16.00 WIB
pada hari yang sama (T+0) dan transaksi tersebut dapat
dilakukan Penyelesaian Akhir pada hari yang sama (T+0).
Untuk pengiriman instruksi transfer baru tersebut, tidak
dikenakan bunga.
2) Peserta pengirim mengetahui adanya kesalahan transfer
pada pukul 14.00 WIB. Selanjutnya Peserta pengirim
mengirimkan instruksi transfer baru pada pukul 16.00 WIB
pada hari yang sama (T+0) tetapi sampai akhir hari
transaksi tersebut tidak dapat dilakukan Penyelesaian
Akhir. Pada hari kerja berikutnya (T+1) Peserta pengirim
mengirimkan kembali instruksi transfer baru dan transaksi
tersebut dapat dilakukan Penyelesaian Akhir. Untuk
pengiriman instruksi transfer baru tersebut, dikenakan
bunga yang dihitung sejak tanggal pendebetan rekening
nasabah pengirim sampai tanggal Penyelesaian Akhir.
Sebagai contoh:
Rekening nasabah didebet tanggal 1 April 2004
Penyelesaian Akhir tanggal 6 April 2004
Bunga yang diperhitungkan: 5 hari

b. Untuk …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VI.5
--------------------------------------------------------------------------

b. Untuk kesalahan transfer yang diketahui setelah 30 (tiga puluh)


menit sebelum berakhirnya batas waktu (window time) jenis
transaksi yang bersangkutan.
1) Peserta pengirim mengetahui adanya kesalahan transfer
setelah pukul 16.00 WIB namun sebelum berakhirnya batas
waktu (window time) jenis transaksi yang bersangkutan.
Selanjutnya Peserta pengirim mengirimkan instruksi
transfer baru pada pukul 08.45 WIB pada hari kerja
berikutnya setelah diketahui kesalahan (T+1) dan transaksi
tersebut dapat dilakukan Penyelesaian Akhir pada T+1.
Untuk pengiriman instruksi transfer baru tersebut,
perhitungan bunga sebagai berikut:
Rekening nasabah didebet tanggal 1 April 2004
Penerbitan instruksi transfer baru dan Penyelesaian Akhir
tanggal 6 April 2004
Bunga dikenakan 5 hari
2) Peserta pengirim mengetahui adanya kesalahan transfer
setelah pukul 16.00 WIB namun sebelum berakhirnya
batas waktu (window time) jenis transaksi yang
bersangkutan. Selanjutnya Peserta pengirim mengirimkan
instruksi transfer baru pada pukul 08.45 WIB pada hari
kerja berikutnya setelah diketahuinya kesalahan (T+1)
tetapi sampai akhir hari transaksi tersebut tidak dapat
dilakukan Penyelesaian Akhir. Pada hari kerja berikutnya
(T+2) Peserta pengirim mengirimkan kembali instruksi
transfer baru dan transaksi tersebut dapat dilakukan
Penyelesaian Akhir. Untuk pengiriman instruksi transfer
baru tersebut, dikenakan bunga yang dihitung sejak tanggal
pendebetan rekening nasabah pengirim sampai tanggal
Penyelesaian Akhir. Sebagai contoh:

Rekening …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VI.6
--------------------------------------------------------------------------

Rekening nasabah didebet tanggal 1 April 2004


Penyelesaian Akhir tanggal 6 April 2004
Bunga yang diperhitungkan: 5 hari
C. Pembayaran Bunga kepada Peserta pengirim atas Keterlambatan
Pengembalian Dana (Pasal 32 PBI tentang Sistem BI-RTGS)
1. Dalam hal Peserta penerima mengembalikan dana kepada Peserta
pengirim karena Peserta pengirim mengirimkan permintaan koreksi
kepada Peserta penerima sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 ayat
(2) PBI tentang Sistem BI-RTGS, Peserta penerima wajib
memberikan bunga kepada Peserta pengirim sesuai dengan tingkat
bunga yang diatur dalam kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws)
terhitung sejak tanggal pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima
sampai tanggal pengembalian dana.
2. Contoh perhitungan bunga tersebut adalah sebagai berikut:
Rekening Giro Peserta penerima dikredit tanggal 1 April 2004
Permintaan koreksi dari Peserta pengirim tanggal 2 April 2004
Dana dikembalikan kepada Peserta pengirim tanggal 2 April 2004 dan
pada tanggal yang sama dilakukan Penyesaian Akhir
Bunga dikenakan selama 1 (satu) hari
D. Pembayaran Bunga kepada Peserta pengirim atas Keterlambatan
Penyampaian Dana
1. Dalam hal Peserta penerima menyampaikan dana kepada penerima
dana yang berhak karena Peserta pengirim mengirimkan permintaan
koreksi kepada Peserta penerima sebagaimana dimaksud pada Pasal
32 ayat (3) PBI tentang Sistem BI-RTGS, Peserta penerima wajib
memberikan bunga kepada penerima dana yang berhak pada Peserta
penerima sesuai dengan tingkat bunga yang berlaku untuk jenis
rekening penerima dana yang bersangkutan terhitung sejak tanggal
pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima sampai tanggal
penyampaian dana.

2. Contoh …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VI.7
--------------------------------------------------------------------------

2. Contoh perhitungan bunga tersebut adalah sebagai berikut:


Rekening Giro Peserta penerima dikredit tanggal 1 April 2004
Permintaan koreksi dari Peserta pengirim tanggal 2 April 2004
Dana disampaikan kepada penerima dana tanggal 2 April 2004 dan
pada tanggal yang sama dilakukan Penyesaian Akhir
Bunga dikenakan selama 1 (satu) hari
E. Kompensasi kepada Penerima Dana atas Keterlambatan Pengkreditan Dana
oleh Peserta Penerima (Pasal 35 PBI tentang Sistem BI-RTGS)
1. Untuk Rekening Giro Peserta penerima yang dikredit paling lambat
pada pukul 16.30 WIB berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta penerima yang tidak dapat mengkredit dana ke rekening
penerima dana pada tanggal valuta yang sama dengan tanggal
pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima, kantor Peserta
penerima wajib melakukan pengkreditan paling lambat pukul
09.00 waktu setempat hari kerja berikutnya dengan
menggunakan tanggal valuta hari sebelumnya, atau memberikan
bunga kepada penerima dana sejak tanggal pengkreditan
Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia dengan
tingkat bunga yang berlaku untuk jenis penerima dana.
b. Contoh penghitungan bunga tersebut adalah sebagai berikut:
1) Rekening Giro Peserta penerima dikredit pada tanggal 3
April 2004 pukul 13.00 WIB.
a) Kantor Peserta penerima mengkredit rekening
nasabah penerima pada tanggal yang sama dengan
pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima yaitu
tanggal 3 April 2004 (T+0) pukul 14.00 WIB.
Dalam contoh kasus ini, tidak ada kewajiban
pembayaran bunga kepada nasabah penerima.
b) Kantor Peserta penerima mengkredit rekening
nasabah penerima pada tanggal 4 April 2004 paling

lambat …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VI.8
--------------------------------------------------------------------------

lambat pukul 09.00 waktu setempat, karena sistem


teknologi informasi di Peserta belum terintegrasi atau
Kantor Peserta penerima berada di wilayah dengan
sarana komunikasi dan transportasi yang tidak
mendukung, Peserta penerima wajib membayar bunga
sebesar:
1 hari X (bunga untuk jenis rekening penerima
dana)% X 1/365 X jumlah dana yang ditransfer
c) Kantor Peserta penerima mengkredit rekening
nasabah penerima pada tanggal 4 April 2004 setelah
Pukul 09.00 waktu setempat, karena sistem teknologi
informasi di Peserta belum terintegrasi atau kantor
Peserta penerima berada di wilayah dengan sarana
komunikasi dan transportasi yang tidak mendukung,
Peserta Penerima wajib membayar kompensasi
sebesar:
1 hari X (bunga untuk jenis rekening penerima dana +
2)% X 1/365 X jumlah dana yang ditransfer
d) Kantor Peserta penerima mengkredit rekening
nasabah penerima pada tanggal 7 April 2004, karena
sebab apapun, Peserta penerima wajib membayar
kompensasi sebesar:
Contoh:
Rekening penerima dana adalah tabungan dengan
bunga tabungan 6,5 %/tahun.
Bunga yang harus dibayar:
4 hari X (6,5 + 2)/100 X 1/365 X jumlah dana yang
ditransfer
2. Untuk Rekening Giro Peserta penerima yang dikredit setelah pukul
16.30 WIB berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VI.9
--------------------------------------------------------------------------

a. Untuk dana yang dikreditkan ke Rekening Giro Peserta penerima


di Bank Indonesia setelah berakhirnya batas waktu penyelesaian
transfer atas nama nasabah atau pada periode perpanjangan
waktu penyelesaian transfer atas nama nasabah, kantor Peserta
penerima wajib mengkredit dana tersebut ke rekening penerima
dana paling lambat pada pukul 09.00 waktu setempat hari kerja
berikutnya.
b. Apabila Peserta penerima tidak mengkredit dana ke rekening
penerima dana dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
huruf a, Peserta penerima wajib membayar kompensasi kepada
penerima dana sesuai bunga yang berlaku untuk jenis rekening
tersebut ditambah dengan tingkat kompensasi yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia sebesar 200 (dua ratus) basis points dengan
ketentuan kompensasi bunga dihitung sejak 1 (satu) hari setelah
tanggal valuta pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima di
Bank Indonesia.
c. Contoh penghitungan kompensasi bunga adalah sebagai berikut:
1) Rekening Giro Peserta penerima dikredit pada pukul 16.35
WIB
Kantor Peserta penerima mengkredit rekening penerima
dana pada hari kerja berikutnya pada pukul 08.45 waktu
setempat.
Dalam contoh kasus ini, tidak ada kewajiban pembayaran
bunga kepada nasabah penerima.
2) Rekening Giro Peserta penerima dikredit pada pukul 16.35
WIB
Kantor Peserta penerima mengkredit rekening penerima
dana pada hari kerja berikutnya setelah pukul 09.00 waktu
setempat.

Untuk …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VI.10
--------------------------------------------------------------------------

Untuk pengkreditan tersebut dikenakan kompensasi bunga


selama 1 (satu) hari dengan perhitungan sebagai berikut:
Contoh:
Rekening penerima dana adalah tabungan dengan bunga
tabungan 6,5 %/tahun.
Bunga yang harus dibayar:
1 hari X (6,5 + 2)/100 X 1/365 X jumlah dana yang
ditransfer
3) Rekening Giro Peserta penerima dikredit pada tanggal 3
April 2004 pukul 16.35 WIB (keterangan: pada hari tsb
tidak terjadi perpanjangan jam operasional sistem BI-
RTGS).
Kantor Peserta penerima mengkredit rekening penerima
dana pada tanggal 8 April 2004.
Untuk pengkreditan tersebut dikenakan kompensasi bunga
selama 5 (lima) hari dengan perhitungan sebagai berikut:
Contoh:
Rekening penerima dana adalah tabungan dengan bunga
tabungan 6,5 %/tahun.
Bunga yang harus dibayar:
5 hari X (6,5 + 2)/100 X 1/365 X jumlah dana yang
ditransfer.

BAB …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VII.1
-------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB VII

PENGAWASAN DAN PENGENAAN SANKSI

Pengawasan terhadap pelaksanaan Sistem BI-RTGS dilakukan oleh Bank


Indonesia pada Peserta baik secara langsung maupun tidak langsung.
A. Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung merupakan pemeriksaan terhadap pelaksanaan Sistem
BI-RTGS pada Peserta baik secara berkala maupun yang dilakukan sewaktu-
waktu apabila diperlukan.
1. Obyek pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan terhadap satuan kerja operasional Sistem BI-
RTGS serta satuan kerja lain di Peserta yang terkait dengan Sistem BI-
RTGS.
2. Tujuan pemeriksaan
Pemeriksaan berkala bertujuan untuk memastikan :
a. sistem dan prosedur yang ada di Peserta dalam melaksanakan
kegiatan operasional Sistem BI-RTGS sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia tentang Sistem BI-RTGS;
b. kepatuhan Peserta terhadap PBI tentang Sistem BI-RTGS dan
peraturan pelaksanaannya, Perjanjian Penggunaan Sistem BI-RTGS
antara Bank Indonesia dan Peserta, serta kesepakatan tertulis antar
bank Peserta (bye laws);
c. kebenaran laporan yang disampaikan oleh Peserta; dan
d. penyelenggaraan jasa sistem pembayaran dilakukan secara aman dan
efisien dengan memperhatikan aspek perlindungan konsumen.
Pemeriksaan yang dilakukan sewaktu-waktu selain untuk tujuan tersebut
di atas, juga dapat bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
informasi lain yang terkait dengan transaksi Sistem BI-RTGS pada
Peserta …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VII.2
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Peserta, misalnya sehubungan dengan adanya indikasi penyalahgunaan


tujuan transfer dana.
3. Pemeriksaan oleh pihak lain
Bank Indonesia dapat menugaskan pihak lain yang memiliki keahlian
dan kompetensi antara lain di bidang audit teknologi informasi untuk dan
atas nama Bank Indonesia melakukan pemeriksaan Sistem BI-RTGS .
Kriteria Pihak lain yang dapat melakukan pemeriksaan adalah harus
berbentuk badan hukum. Tim pemeriksa dari pihak lain wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. bukan pihak terafiliasi terhadap Peserta yang diperiksa;
b. memiliki sikap mental yang baik dan etika serta tanggung jawab
profesi yang tinggi;
c. bersikap independen, jujur dan obyektif; dan
d. kompeten di bidangnya.
4. Pelaksanaan pemeriksaan
a. Tim pemeriksa wajib menyerahkan Surat Introduksi Pemeriksaan
dari Bank Indonesia kepada pihak-pihak yang diperiksa.
b. Peserta wajib menolak tim pemeriksa yang akan melakukan
pemeriksaan tanpa menyerahkan Surat Introduksi Pemeriksaan dari
Bank Indonesia.
c. Sebelum akhir pemeriksaan, tim pemeriksa melakukan konfirmasi
dengan pimpinan Peserta atas hasil pemeriksaan.
d. Pada akhir pemeriksaan dilakukan exit meeting antara Tim
Pemeriksa dengan pimpinan Peserta. Pelaksanaan exit meeting
pengawasan langsung Sistem BI-RTGS ini dilaksanakan bersamaan
dengan exit meeting pengawasan langsung Bank secara keseluruhan.
e. Dalam hal pengawasan langsung Sistem BI-RTGS berakhir lebih
awal dari pengawasan langsung Bank secara keseluruhan, Tim
Pemeriksa melakukan konfirmasi tertulis hasil temuan kepada

minimal …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VII.3
-------------------------------------------------------------------------------------------------

minimal Pimpinan Divisi Operasional dan Direktur Kepatuhan


Peserta.
f. Konfirmasi tertulis hasil temuan tersebut perlu dikemukakan
kembali dalam exit meeting pengawasan langsung Bank secara
keseluruhan.
g. Setelah proses pemeriksaan berakhir, tim pemeriksa menyusun
Laporan Hasil Pemeriksaan baik yang dilakukan secara berkala
maupun yang dilakukan sewaktu-waktu. Bank Indonesia
menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan tersebut kepada Peserta
dan laporan ini bersifat sangat rahasia.
h. Penggunaan Laporan Hasil Pemeriksaan oleh pihak-pihak di luar
Peserta wajib memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Bank
Indonesia.
i. Peserta wajib melakukan langkah-langkah perbaikan dan atau
penyempurnaan atas hal-hal yang ditemukan dalam pemeriksaan
serta melaporkan secara tertulis perbaikan yang dilakukan secara
periodik kepada Bank Indonesia c.q Bagian Pengawasan Sistem
Pembayaran, Jl. MH. Thamrin No.2, Jakarta 10110.
j. Apabila dipandang perlu, Bank Indonesia dapat melakukan
pemeriksaan kembali untuk memastikan kebenaran laporan hasil
perbaikan tersebut di atas.
k. Pihak lain yang ditugaskan Bank Indonesia untuk melakukan
pemeriksaan wajib merahasiakan keterangan dan data yang
diperoleh dalam pemeriksaan.
5. Dalam rangka pemeriksaan, Peserta wajib memberikan:
a. segala keterangan dan penjelasan mengenai pelaksanaan Sistem BI-
RTGS antara lain buku-buku, berkas-berkas, warkat, catatan,
disposisi, memorandum, dokumen, data elektronik termasuk salinan-
salinannya;
b. kesempatan untuk melakukan pemeriksaan terhadap sarana fisik dan

aplikasi …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VII.4
-------------------------------------------------------------------------------------------------

aplikasi pendukungnya yang terkait dengan operasional Sistem BI-


RTGS antara lain RTserta interface dari dan ke sistem internal
Peserta; serta;
c. bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran atas
dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh Peserta.

B. Pengawasan Tidak Langsung


Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis dan
evaluasi atas laporan-laporan yang disampaikan oleh Peserta kepada Bagian
Pengawasan Sistem Pembayaran. Disamping atas dasar laporan yang
disampaikan oleh Peserta, pengawasan tidak langsung juga dilakukan atas
dasar data/informasi yang diperoleh dari Peserta lainnya, nasabah Peserta
yang bersangkutan, nasabah Peserta lainnya serta satuan kerja di Bank
Indonesia atau sumber lainnya.
Jenis laporan yang wajib disampaikan adalah sebagai berikut :

No Jenis Laporan Batas Waktu Penyampaian

1. Kebijakan dan Prosedur Tertulis - Paling lambat 6 bulan sejak


menjadi Peserta
- Paling lambat 1 tahun bagi
Peserta yang telah ada
sebelum berlakunya PBI
tentang Sistem BI-RTGS.

2. Perubahan Kebijakan dan Prosedur Tertulis Paling lambat 1 bulan sejak


terjadinya perubahan.

3. Hasil Pemeriksaan Internal Paling lambat 2 bulan setelah


dilakukan pemeriksaan internal.

4. Hasil Security Audit Paling lambat 2 bulan setelah


dilakukan security audit.

Tata …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VII.5
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Tata cara penyampaian laporan dilakukan sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud pada Bab V mengenai Kewajiban Peserta butir A.3
sampai dengan butir A.5.
C. PENGENAAN SANKSI
Dalam hal dari pengawasan baik langsung maupun tidak langsung
diketemukan bahwa :
1. Peserta Langsung tidak menyediakan RT Server Back-up atau
menyediakan RT Server Back-up namun tidak berfungsi dengan baik
maka :
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
b. Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib menyediakan RT
Server Back-up yang berfungsi dengan baik paling lambat 6 (enam)
bulan terhitung sejak tanggal surat teguran tertulis.
c. Dalam hal Peserta tidak menyediakan RT Server Back-up yang
berfungsi dengan baik dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada huruf b Peserta akan dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Pengenaan sanksi
kewajiban membayar tersebut dilakukan dengan mendebet langsung
Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia.
d. Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf c wajib menyediakan RT
Server Back-up yang berfungsi dengan baik dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan terhitung sejak tanggal dikenakannya sanksi kewajiban
membayar.
e. Dalam hal Peserta Peserta tidak menyediakan RT Server Back-up yang
berfungsi dengan baik dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada huruf d, status Peserta diubah menjadi ditangguhkan (suspend)
sampai dengan tersedianya RT Server Back-up yang berfungsi dengan
baik.

f. Sanksi …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VII.6
-------------------------------------------------------------------------------------------------

f. Sanksi sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf e


tidak berlaku apabila RT Server Back-up tidak berfungsi dengan baik
karena:
1) gangguan saluran komunikasi;
2) keadaan darurat; atau
3) alasan lain yang dapat dipertimbangkan oleh Penyelenggara,
antara lain lama waktu yang dibutuhkan untuk menghidupkan RT
Server Back-up sehingga Peserta tidak mempunyai cukup waktu
untuk melakukan transaksi sesuai Jam Operasional.
2. Peserta Tidak Langsung tidak memenuhi persyaratan menjadi Peserta
Langsung sebagaimana dimaksud pada Bab III butir D.1.a maka :
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
b. Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib memenuhi
persyaratan untuk menjadi Peserta Langsung paling lambat 3 (tiga)
bulan terhitung sejak tanggal surat teguran tertulis.
c. Dalam hal Peserta Tidak Langsung tidak memenuhi persyaratan untuk
menjadi Peserta Langsung dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada huruf b, status kepesertaan Peserta diubah menjadi ditangguhkan
(suspend) sampai dengan Peserta memenuhi persyaratan.
3. Peserta menyusun kebijakan dan prosedur tertulis tidak mengacu atau
bertentangan dengan Peraturan Bank Indonesia ini, peraturan
pelaksanaannya dan atau kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws)
maka :
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
b. Peserta wajib menyusun kebijakan dan prosedur tertulis yang mengacu
pada Peraturan Bank Indonesia tentang Sistem BI-RTGS dan peraturan
pelaksanaannya serta kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws)
paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal surat teguran
tertulis.

c. Dalam …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VII.7
-------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Dalam hal Peserta tidak menyusun kebijakan dan prosedur tertulis


dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b, Peserta
dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis kedua.
d. Peserta wajib menyusun kebijakan dan prosedur tertulis yang mengacu
pada Peraturan Bank Indonesia ini dan peraturan pelaksanaannya serta
kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws) paling lambat 3 (tiga)
bulan terhitung sejak tanggal surat teguran tertulis kedua.
e. Dalam hal Peserta tidak menyusun kebijakan dan prosedur tertulis
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf d, status
kepesertaan Peserta diubah menjadi ditangguhkan (suspend) sampai
dengan Peserta memenuhi kewajiban.
4. Peserta tidak menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada huruf B maka :
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
b. Peserta wajib menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis paling
lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal surat teguran tertulis.
c. Dalam hal Peserta tidak menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b, Peserta
dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis kedua.
d. Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf c wajib menyampaikan
kebijakan dan prosedur tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung
sejak tanggal surat teguran tertulis kedua.
e. Dalam hal Peserta tidak menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf d, status
kepesertaan Peserta diubah menjadi ditangguhkan (suspend) sampai
dengan Peserta memenuhi kewajiban.
5. Peserta tidak menyampaikan perubahan kebijakan dan prosedur tertulis
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf B maka :
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

b. Peserta …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VII.8
-------------------------------------------------------------------------------------------------

b. Peserta wajib menyampaikan perubahan kebijakan dan prosedur


tertulis paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal teguran
tertulis.
c. Dalam hal Peserta tidak menyampaikan perubahan kebijakan dan
prosedur tertulis dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
huruf b, Peserta dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis
kedua.
d. Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf c wajib menyampaikan
perubahan kebijakan dan prosedur tertulis paling lambat 1 (satu) bulan
sejak tanggal surat teguran tertulis kedua.
e. Dalam hal Peserta tidak menyampaikan perubahan kebijakan dan
prosedur tertulis dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
huruf d, status kepesertaan Peserta diubah menjadi ditangguhkan
(suspend) sampai dengan Peserta memenuhi kewajiban.
6. Peserta tidak melakukan pemeriksaan internal dan atau tidak
menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada huruf B maka :
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
b. Peserta wajib melakukan pemeriksaan internal dan atau
menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung sejak tanggal surat teguran tertulis.
c. Dalam hal Peserta tidak melakukan pemeriksaan internal dan atau
tidak menyampaikan laporan hasil pemeriksaan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada dimaksud pada huruf b, Peserta
dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis kedua.
d. Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf c wajib melakukan
pemeriksaan internal dan atau menyampaikan laporan hasil
pemeriksaan internal paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat
teguran tertulis kedua.

e. Dalam …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VII.9
-------------------------------------------------------------------------------------------------

e. Dalam hal Peserta tidak melakukan pemeriksaan internal dan atau


tidak menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada huruf d, status kepesertaan Peserta
diubah menjadi ditangguhkan (suspend) sampai dengan Peserta
memenuhi kewajiban.
7. Peserta tidak melakukan security audit dan atau tidak menyampaikan hasil
security audit dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf B
maka :
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
b. Peserta wajib melakukan security audit dan atau menyampaikan hasil
security audit paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal surat
teguran tertulis.
c. Dalam hal Peserta tidak melakukan security audit dan atau tidak
menyampaikan hasil security audit dalam jangka waktu sebagaimana
huruf b, Peserta dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis
kedua.
d. Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf c wajib melakukan security
audit dan atau menyampaikan hasil security audit dalam jangka waktu
3 (tiga) bulan sejak tanggal surat teguran tertulis kedua.
e. Dalam hal Peserta tidak melakukan security audit dan atau tidak
menyampaikan hasil security audit dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada huruf d, status kepesertaan Peserta diubah menjadi
ditangguhkan (suspend) sampai dengan Peserta memenuhi
kewajibannya.
8. Peserta tidak mengumumkan besarnya biaya transfer melalui Sistem BI-
RTGS yang ditetapkan oleh Bank Indonesia maka :
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
b. Peserta wajib membuat membuat pengumuman dan memberitahukan
pelaksanaan pengumuman tersebut kepada Bank Indonesia paling

lambat …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VII.10
-------------------------------------------------------------------------------------------------

lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal surat


teguran tertulis.
9. Pengurus dan atau pejabat eksekutif Bank Peserta yang tidak
melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
ketaatan Bank Peserta terhadap Peraturan Bank Indonesia ini maka
pengurus dan atau pejabat eksekutif Bank Peserta tersebut akan dicatat
dalam database track record pengurus dan atau pejabat eksekutif di Bank
Indonesia.
10. Peserta penerima tidak mengirimkan pemberitahuan kepada nasabah
penerima dana dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Bab V
butir B.2.e.2) maka dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
11. Dalam hal ketika dilakukan pemeriksaan langsung, Peserta :
a. tidak memberikan keterangan dan data dan atau tidak memberikan
kesempatan untuk melakukan pengawasan langsung sebagaimana
dimaksud pada huruf A.5 dikenakan sanksi administratif berupa
teguran tertulis.
b. Peserta wajib memberikan keterangan dan data paling lambat 7 (tujuh)
hari kalender, atau memberikan kesempatan untuk melakukan
pengawasan langsung paling lambat 3 (tiga) hari kalender terhitung
sejak tanggal surat teguran tertulis.
c. Dalam hal Peserta tidak memberikan keterangan dan data atau tidak
memberikan kesempatan untuk melakukan pengawasan langsung
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b, status
kepesertaan Peserta diubah menjadi ditangguhkan (suspend) sampai
dengan Peserta memenuhi kewajiban.
12. Pihak selain Bank yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 55 ayat (2) PBI
tentang Sistem BI-RTGS, status kepesertaannya diubah menjadi
ditangguhkan (suspend).

BAB …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VIII.1
--------------------------------------------------------------------------

BAB VIII

KONDISI GANGGUAN DAN KEADAAN DARURAT

Dalam hal terjadi kondisi gangguan dan keadaan darurat yang


mempengaruhi pelaksanaan Sistem BI-RTGS, langkah-langkah yang perlu
dilakukan oleh Penyelenggara dan Peserta adalah sebagai berikut :
A. Kondisi ganggua n dan keadaan darurat di Penyelenggara
1. Kondisi gangguan terhadap RCC Utama, atau keadaan darurat di
lokasi produksi Penyelenggara
Dalam hal terjadi gangguan terhadap RCC Utama atau keadaan
darurat di lokasi produksi Penyelenggara sehingga Penyelenggara
tidak dapat menggunakan RCC Utama, Penyelenggara menggunakan
RCC Back -up dan memberitahukan kondisi tersebut kepada Peserta
berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan melalui Pusat Informasi
Pasar Uang (PIPU) atau sarana lain. Langkah- langkah yang harus
dilakukan oleh Peserta antara lain:
a. Menghentikan transaksi selama proses recovery dan Peserta
tidak boleh mengirimkan transaksi selama 30 (tiga puluh) menit
sampai dengan adanya pemberitahuan lebih lanjut.
b. Setelah proses Recovery selesai, melakukan on-line retrieve
untuk me- retrieve 5 (lima) transaksi terakhir “Retrieve Txn from
RCC” yang dikirim RT dan cek status transaksi.
c. Melakukan “Member Own Total” untuk memeriksa posisi saldo.
d. Peserta harus menginformasikan kepada Bank Indonesia apabila
terdapat ISN IFTS Txn yang “hilang atau tidak lengkap” dalam
30 (tiga puluh) menit.
Apabila proses recovery telah selesai maka Bank Indonesia akan
menginformasikan kembali kepada seluruh Peserta melalui Pusat
Informasi Pasar Uang (PIPU) atau sarana lainnya.

2. Pengaruh …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VIII.2
--------------------------------------------------------------------------
2. Pengaruh terjadinya kondisi gangguan pada RCC Utama dan kondisi
darurat pada lokasi produksi Penyelenggara terhadap kewajiban
Peserta
a. Dalam hal RCC Utama tidak berfungsi sehingga menyebabkan
Peserta tidak dapat melaksanakan transaksi melalui Sistem BI-
RTGS, kewajiban Peserta yang terkait dengan pelaksanaan
transaksi melalui Sistem BI-RTGS sebagaimana diatur dalam
PBI tentang Sistem BI-RTGS yang tidak dapat terlaksana karena
tidak berfungsinya RCC ditunda pelaksanaannya sampai dengan
berakhirnya kondisi tidak berfungsinya RCC.
Contoh: RCC tidak dapat berfungsi melebihi batas waktu
transaksi untuk untung nasabah. Sehubungan dengan hal ini bagi
Bank yang telah menerima instruksi transfer dari nasabah
sebelum berakhirnya jam pelayanan nasabah di Bank yang
bersangkutan melaksanakan instruksi trans fer dari nasabah
tersebut keeso kan harinya dan melakukan pendebetan rekening
nasabah pada tanggal yang sama dengan tanggal pelaksanaan
instruksi transfer nasabah tersebut.
b. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada huruf a,
Peserta wajib melakukan langkah-langkah yang diperlukan yang
terkait dengan penyelesaian kewajiban Peserta antara lain
menyarankan kepada nasabah untuk menggunakan sarana kliring
dengan memperhatikan ketentuan yang mengatur mengenai
batasan nominal warkat atau data keuangan elektronik, sarana
transfer lainnya atau diambil secara tunai.
3. Kondisi gangguan terhadap RCC Utama dan RCC Back-up
Dalam hal langkah- langkah sebagaimana dimaksud pada angka 1
tidak dapat dilaksanakan, Penyelenggara menerapkan Business
Continuity Plan dan memberitahukan kondisi tersebut kepada

Peserta …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VIII.3
--------------------------------------------------------------------------
Peserta berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan melalui
PIPU atau sarana lainnya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain Peserta
menyampaikan kepada Bank Indonesia Cek BI dan atau BGBI
yang telah diberi cap Contingency Plan di belakang warkat
tersebut.

B. Kondisi gangguan dan keadaan darurat di Peserta


1. Kondisi gangguan terhadap RT Server Utama Peserta
Dalam hal RT Server Utama Peserta mengalami kondisi gangguan
yang dapat disebabkan karena gangguan jaringan komunikasi,
perangkat keras (hardware) dan atau perangkat lunak (software),
Peserta:
a. melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan;
b. menghubungi help-desk Sistem BI-RTGS untuk
mengidentifikasikan penyebab kerusakan;
c. melakukan upaya penyelesaian masalah sesuai rekomendasi
help-desk Sistem BI- RTGS sebagai berikut:
1) Untuk gangguan perangkat keras (hardware) dan atau
perangkat lunak (software), penyelesaian yang dilakukan
dengan menggunakan RT Server Back-up.
Apabila RT Server Back-up yang digunakan merupakan
warm back -up atau cold back-up maka Peserta harus
melakukan restore back-up data ke sistem back -up dengan
prosedur rekonsiliasi sebagai berikut:
a) me- restore data back-up terakhir melalui fungsi
aplikasi RT Super ;
b) melakukan proses batch processing (end of day
report, back-up, dan reset system);

c). menggunakan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VIII.4
--------------------------------------------------------------------------
c) menggunakan konfigurasi utility untuk mengeset
BOR terakhir ke BOR yang belum dipakai dalam hari
tersebut untuk mencegah adanya duplikasi BOR;
d) melakukan fungsi system start-up;
e) melakukan fungsi department start-up;
f) melakukan log-on ke RCC;
g) melakukan member enquiry-member own total;
h) melakukan cetak retrieve transaction dari RCC untuk
10 (sepuluh) transaksi terakhir;
i) melakukan rekonsiliasi antara data 10 (sepuluh)
transaksi terakhir menurut catatan bank dengan
retrieve transaksi dari RCC untuk 10 (sepuluh)
transaksi terakhir;
j) re-construct transaksi yang telah diapprove pada saat
kegagalan terjadi dimana acknowledgement belum
diterima oleh RCC;
k) menghitung total.
2) untuk gangguan jaringan komunikasi, upaya penyelesaian
dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi back-
up berupa dial-up atau, apabila telah tersedia, saluran
komunikasi dengan Sentral Telepon Otomat (STO) yang
berbeda.
Apabila menggunakan STO yang berbeda, Peserta
melakukan kegiatan sebaga i berikut:
a) me- restore data back-up terakhir melalui fungsi
aplikasi RT Super;
b) menggunakan configurasi utility untuk mengeset
BOR terakhir ke BOR yang belum dipakai dalam hari
itu untuk mencegah BOR duplikasi;

c). melakukan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VIII.5
--------------------------------------------------------------------------
c) melakukan proses batch processing (end of day
report, back-up, dan reset system);
d) melakukan fungsi system start-up;
e) melakukan fungsi department start-up;
f) melakukan log-on ke RCC;
g) melakukan member enquiry-member own total;
h) melakukan cetak retrieve transaction dari RCC untuk
10 (sepuluh) transaksi terak hir;
i) melakukan rekonsiliasi antara data 10 (sepuluh)
transaksi terakhir menurut catatan Bank dengan
retrieve transaksi dari RCC untuk 10 (sepuluh)
transaksi terakhir;
j) re-construct transaksi yang telah di-approve pada saat
kegagalan terjadi dimana acknowledgement belum
diterima dari RCC; dan
k) menghitung total.

2. Kondisi gangguan terhadap RT Server Utama dan RT Server Back -up


Dalam hal RT Server Utama dan RT Server Back-up Peserta
mengalami kondisi gangguan yang dapat disebabkan karena gangguan
jaringan komunikasi, perangkat keras (hardware ) dan atau perangkat
lunak (software), Peserta melakukan transaksi Sistem BI- RTGS
dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Peserta menyampaikan surat permohonan untuk menggunakan
Cek BI dan BGBI kepada Bagian Penyelesaian Transaksi
Rupiah, Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran,
Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan telah memiliki
spesimen tanda tangan di Bank Ind onesia disertai warkat berupa
Cek BI dan atau BGBI yang telah dibubuhi stempel Contingency

Plan …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VIII.6
--------------------------------------------------------------------------
Plan di bagian belakang warkat tersebut (contoh stempel
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 25. Surat permohonan
tersebut antara lain memuat:
1) alasan yang menyebabkan dilakukannya upaya
Contingency Plan;
2) pernyataan bahwa yang bersangkutan membebaskan Bank
Indonesia dari tanggung jawab (indemnity) atas
keterlambatan pelaksanaan transfer dan segala kerugian
yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan construct
oleh Bank Indonesia; dan
3) jumlah dan nilai nominal Cek BI dan atau BGBI yang akan
diserahkan serta lokasi cabang Peserta yang akan
melakukan transaksi yang menggunakan Cek BI dan atau
BGBI.
c. Penyelesaian transaksi dengan menggunakan Cek BI dan atau
BGBI dibatasi hanya untuk transaksi antar Peserta bukan untuk
untung nasabah, kecuali transfer yang ditujukan untuk nasabah
Bank Indonesia.
d. Pembukuan transaksi oleh Bank Indonesia tetap mengacu pada
Jam Operasional Sistem BI-RTGS yang berlaku sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 17.
e. Penyelenggara dapat memberikan persetujuan kepada Peserta
yang RT Server Utamanya mengalami kondisi gangguan untuk
langsung menggunakan Cek BI dan atau BGBI dalam melakukan
transaksi Sistem BI-RTGS. Hal tersebut antara lain didasarkan
pada pertimbangan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
menghidupkan RT Server Back-up cukup lama sehingga Peserta
tidak mempunyai cukup waktu untuk melakukan transaksi
tertentu, seperti transaksi penarikan tunai, transaksi dengan

pemerintah …
Lampiran SE No. 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 VIII.7
--------------------------------------------------------------------------
pemerintah dan kewajiban antar Peserta yang telah jatuh tempo
sesuai dengan Jam Operasional.
3. Dalam hal terjadi kondisi gangguan atau keadaan darurat pada Peserta
dan Peserta tidak dapat menggunakan RT Server Utama, RT Server
Back-up atau menggunakan Cek BI dan atau BGBI, Peserta wajib
memberitahukan keadaan tersebut kepada Penyelenggara. Apabila
Peserta tetap akan menyelesaikan transaksi maka Peserta melakukan
langkah- langkah sesuai dengan yang ditetapkan dalam Business
Continuity Plan Peserta yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai