STUDI RETROSPEKTIF
(KASUS KONTROL)
OLEH:
1. FANNY NOVIA (07174001)
2. ELGA MARDIA (07174025)
2.1 Pendahuluan
Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut sebagai case-
comparison study, case-compeer study, case-referent study, atau retrospective study,
meupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara
efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor-faktor risiko tertentu. Desain
penelitian kasus-kontrol dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko
dalam kejadian penyakit (cause-effect relationship), seperti hubungan antara kejadian kanker
serviks dengan perilaku seksual, hubungan antara tuberkulosis pada anak dengan vaksinasi
BCG, atau hubungan antara status gizi bayi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik
pada ibu.
Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah desain
eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-sectional, karena pada
studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan studi cross-sectional tidak. Desain
kasus-kontrol mempunyai berbagai kelemahan, namun juga memiliki beberapa keuntungan.
Dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang tepat, studi
kasus-kontrol dapat memberikan sumbangan yang bermakna dalam berbagai bidang
kedokteran klinik, terutama untuk penyakit-penyakit yang jarang ditemukan.
2.2 Definisi
Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor
risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan
mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok
tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan
mengapa kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak. 1,3,4,5
Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar
berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan pajanan
faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Jadi, hipotesis yang
diajukan adalah : Pasien penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y
dibandingkan dengan mereka yang tidak berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu dijawab
dengan penelitian ini adalah : apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau keadaan
lain) dengan variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi penyakit tersebut) pada
populasi yang diteliti.
Studi kasus control mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab. Di dalam
studi kasus control, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit (kasus) dipilih untuk
dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan
kontrol dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan
menjadi sesuatu yang relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang
dipelajari.
Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang paling popular
belakangan ini karena kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan studi kasus kontrol anatara lain,
relatif murah, relatif cepat, hanya membutuhkan perbandingan subjek yang sedikit, tak
menciptakan subjek yang berisiko, cocok untuk studi dari penyakit yang aneh ataupun
penyakit yang memiliki periode laten lama, dan sebagainya.
Pada studi kasus kontrol dicoba untuk menjawab pertanyaan tentang hubungan antara sifat
indifidu dengan paparan yang bertanggung jawab terhadap terjadinya perubahan
lingkungan.akan diteliti mengenai perbedaan keadaan masyarakat/ individu yang terpapar
atau tidak terhadap polutan lingkungan tertentu. Dipandang dari sudut ekonomi dan waktu ,
maka studi ini termasuk cukup murah dan dapat dilaksanakan dalam waktu relative singkat.
Namun tetap tergantung pada keadaan individu sasarn dan control dalam hal memberikan
keterangan yang jelas pada peneliti.
KASUS
Ada Tidak ada
Ada
faktor faktor
risiko risiko
penyakit
Populasi dengan ada kasus penyakit
(proporsi kasus dengan faktor risiko) / (proporsi kasus tanpa faktor risiko)
----------------------------------------------------------------------------
(proporsi kontroldengan faktor risiko) / (proporsi kontrol tanpa faktor risiko)
Rasio odds pada studi kasus-kontrol dengan matching ini dihitung dengan mengabaikan sel a
karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya terpajan, dan sel d karena baik kelompok
kasus maupun kontrolnya tidak terpajan. Rasio odds dihitung dengan formula :
RO = b / c
RO dapat dianggap mendekati risiko relatif apabila :
1. Insidens penyakit yang diteliti kecil, tidak lebih dari 20% populasi terpajan
2. Kelompok kontrol merupakan kelompok representatif dari populasi dalam hal peluangnya
untuk terpajan faktor risiko
3. Kelompok kasus harus representatif
RO > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang merupakan faktor risiko, bila RO =
1 atau mencakup angka 1 berarti bukan merupakan faktor risiko, dan bila RO < par =" p(r-
1)+1" p =" proporsi" r =" rasio"> 1
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Kasus Kontrol
Kelebihan
1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk meneliti kasus
yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian prospektif tidak dapat
dilakukan karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan secepatnya.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.
4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu
penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).
5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.
Kelemahan
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau
catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena lupa
atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor risiko
daripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik
rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan
reliabilitas pengukuran variabel yang kurang).
2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.
3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena banyaknya
faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar dikendalikan.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak
mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.
5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan
dengan satu penyakit atau efek.
6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.
BAB III
CONTOH PENELITIAN KASUS KONTROL
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya
banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar
dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada trimester III berkisar 50-
79%.11 Affandi 12 menyebutkan bahwa anemia kehamilan di Indonesia berdasarkan data
Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah 60%. Penelitian selama tahun 1978-1980 di 12
rumah sakit pendidikan/rujukan di Indonesia menunjukkan prevalensi wanita hamil dengan
anemia yang melahirkan di RS pendidikan /rujukan adalah 30,86%. Prevalensi tersebut
meningkat dengan bertambahnya paritas.9 Hal yang sama diperoleh dari hasil SKRT 1986
dimana prevalensi anemia ringan dan berat akan makin tinggi dengan bertambahnya
paritas.13 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada
kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga
dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan.6a
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa
kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh
Simanjuntak tahun 1992 bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi.
Indonesia, prevalensi anemia tahun l970–an adalah 46,5–70%. Pada SKRT tahun 1992
dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT tahun 1995 turun
menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil sebesar 39,5%.
Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992 prevalensi anemia gizi
khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5 – 71,2% dan pada tahun 1994 meningkat menjadi
76,17% 14,3 % di Kabupaten Pinrang dan 28,7% di Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah
di Kabupaten Bone 68,6% (1996) dan Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3% (1997).
Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1) gangguan dan
hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb dalam
darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke
otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi
yang dilahirkan. Studi di Kualalumpur memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur
bagi ibu yang tingkat kadar hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa
risiko kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat pada wanita
hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan sebelum 24
minggu dibandingkan kontrol mengemukakan bahwa anemia merupakan salah satu faktor
kehamilan dengan risiko tinggi.
Sumber : Data primer
METODE PENELITIAN
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis status kesehatan ibu hamil di Kecamatan Bantimurung Kab
Maros didapatkan
1. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun berisiko lebih besar untuk
menderita anemia
2. ANC ibu hamil kurang dari 4 kali tidak berisiko untuk menderita anemia