Pendahuluan
Analisis semen adalah pemeriksaan terhadap semen ( spermatozoa) dan bahan- bahan lain
yang ada di dalamnya (dari seorang laki-laki).
Apakah semennya normal atau tidak dapat membuahi sebuah sel telur oleh spermatozoa
sehingga terjadi fertilisasi.
Disebut azoospermia jika tidak ada spermatozoa sama sekali pada semen yang mungkin
disebabkan pretestikuler, testikuler dan postestikuler.
Oligozoospermia, jika parameter semen lain normal kecuali jumalah spermatozoa dibawah 40
juta/ejakulat.
Teratozoospermia jika morfologi abnormal sperma lebih dari 50%. Keadaan ini lebih sering
dijumpai sebagai abnormalitas campuran, misalnya oligoastenoteratozoospermia.
Ada bermacam- macam kelainan yang dialami sebuah spermatozoa, secara umum sebuah
spermatozoa terdiri dari kepala, leher dan ekor. Apabila terjadi kelainan dari salah satu
bagian sperma tersebut, maka tidak terjadi pembuahan.
Spermatozoa normal memiliki kepala berbentuk normal, reguler dengan bagian tengah (leher)
utuh dan ekor tidak melingkar mempunyai panjang kira- kira 45 mikron. Panjang kepala 3- 5
mikron dengan lebar kepala 2- 3 mikron. Akrosom terlihat berwarna pink, kepala berwarna
bayangan lebih gelap di daerah akrosom daripada bagian tengah, ekor terliah abu- abu sampai
violet.
Spermatozoa Abnormal
Spermatoa disebut abnormal bilamana terdapat satu atau lebih dar bagian spermatozoa yang
tidak semestinya. Jadi meskipun kepala spermatozoa oval tetapi bila bagian tengah menebal,
maka spermatozoa dikatakan abnormal.
- Bagian tengah menebal bila ukuran bagian tengah lebih besar dari 2 mikron.
- Bagian tengah patah
- Tidak mempunyai bagian tengah
Abnormalitas Ekor
- Ekor melingkar
- Ekor patah, yang meninggalkan sisanya setidak- tidaknya separuh ekor normal
- Ekor lebih dari 1
- Ekor seperti tali terpilin
Spermatozoa immatur
Spermatoazoa immatur adalah sperma yang masih mengandung sisa- sisa sitoplasma yang
mempunyai ukuran separuh dari ukuran kepala yang masih terikat, baik pada kepala, bagian
tengah ataupun ekor sperma.
Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan Mikroskopik
1. Motilitas : motilitas spermatozoa merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan kesuburan pria, sebab motilitas spermatozoa erat dengan
hubungannya dengan proses fertilisasi. Adanya kegagalan pada proses fertilisasi
dapat disebakan oleh adanya kendala, diantaranya adalah rendahnya kualitas gerak
sperma.
2. Konsentrasi spermatozoa : jumlah spermatozoa dihitung dengan menggunakan
hemacitometer, yang mempunyai bilik hitung dan larutan George sebagai
pengencer sekaligus berfungsi mematikan spermatozoa yang terdapat di dalam
bilik hitung agar tidak terjadi pengulangan dalam perhitungan spermatozoa.
3. Morfologi spermatozoa : tujuannya adalah untuk melhat bentuk spermatozoa dan
dihitung jumlah spermatozoa yang bentuknya normal dan abnormal.
4. Hipoosmotik Swelling Test (HoST) : digunakan untuk melihat kebocoran
membran sel dan dihitung dalam persen.
5. Viabilitas : keadaan spemahidup atau mati. Sperma yang tidak bergerak, belum
tentu mati, sehingga perlu dibedakan antara spermatozoa yang hidup atau mati.
Dengan cara ini, dapat dipastika apakah spermatozoa yang tidak motil tersebut
hidup atau mati.
6. Autoaglutinasi : yaitu spermatozoa yang saling melekat satu sama lain, pelekatan
dapat terjadi di bagian kepala, leher dan ekor spermatozoa.
7. Kecepatan sperma : untuk mengukur kecepatan spermatozoa dipakai kaca objek
hemocytometer Neubauer dan dilihat dengan mikroskop perbesaran 400 kali.
1. Mikroskop
2. Objek glass
3. Deck glass
4. Kertas lakmus
5. Counter
6. Neuebauer
7. Pipet mikro
8. Pipet tetes
9. Tabung reaksi
10. Batang kaca
11. Sentrifuge
Bahan:
1. Semen ejakulat
2. Larutan eocyn Y
3. Alkohol 96%
4. Larutan Giemsa
5. Larutan George
6. Larutan HoST
7. Emersi oil
8. Aquadestilata
Cara Kerja
a. Pemeriksaan makrskopik
1. Likuifaksi
Semen dianalisis setelah mengalami likuifaksi, biarkan semen sekitar 20
menit atau maksimal 1 jam setelah ejakulasi.
2. Warna semen
Warna semen diamati dengan mata telanjang.
3. Ph
Setetes sperma disebarkan secara merata diatas kertas Ph ( kisaran Ph 6,4-
8). Setelah 30 detik warna daerah yang dibasahi akan merata dan
kemudian dibandingkan dengan kertas kalibrasi untuk di baca Ph-nya.
Kertas Ph apapun yang dipakai, ketelitiannya harus diuji terlebih dahulu
terhadap patokan yang telah diketahui sebelum dipakai secara rutin dalam
analisis semen. Ph semen normal berada dalam kisar 7,2- 7,8. Jika Ph lebih
besar dari 7,8 maka harus dicurigai adanya infeksi. Sebaliknya, jika Ph
kurang dari 7, pada siapan azoospermia perlu dipikirkan kemungkinan
disgenesis vas deferens, vesica seminalis atau epididimis
4. Volume semen
Volume siapan harus diukur dengan suatu gelas ukur, atau dengan cara
menyedot seluruh siapan ke dalam suatu semprit atau pipet ukur. Jika akan
dilakukan assay biologi ( bioassay) atau pembiakan semen, maka harus
dipakai bahan- bahan yang steril pada pengolahan siapan semen tersebut.
5. Viskositas atau konsistensi
Konsistensi ditaksir dengan cara memasukkan tangkai kaca ke dalam
siapan dan kemudian mengamati benang yang terbentuk pada saat batang
tersebut dikeluarkan. Panjang benang tidak boleh lebih dar 2cm jika terjadi
ganguan konsistensi maka benang yang terbentuk panjangnya dapat lebih
dari 2cm.
6. Aglutinasi spontan
Melihat secara langsung keadaan semen setelah diejakulasi, apakah terjadi
penggumpalan atau tidak.
7. Bau semen
Dengan mengamati secara langsung.
b. Pemeriksaan Mikroskopik
5. Viabilitas
Untuk mengetahui viabilitas sperma adalah sebagai berikut:
a. Teteskan semen pada objek glass lalau tambahkan 1 tetes larutan eocyn Y
0,5 %, diaduk rata dan diamati dengan perbesaran 400 kali.
HASIL ANALISIS SEMEN
Nama : Mr. A
Pekerjaan : pegawai UPN
Status : belum menikah
Semen dikeluarkan : pukul 13. 00
Semen tiba di Lab. : pukul 13.00
Hasil Pemeriksaan
Plasma Semen
Waktu Likuifaksi : 15 menit
Warna semen : putih mutiara
Ph :8
Volume : 2,5
Viscositas : normal ( encer setelah 15 menit diluar)
Aglutinasi spontan : negatif
Bau semen : khas
Spermatozoa
Konsentrasi sperma : 106 juta/ liter
Jumlah sperma total : 265 juta /ml
Motilitas( setelah 1 jam)
Progresif lurus : 52
Progresif lambat : 18
Gerak ditempat : 22
Tidak bergerak : 8
Autoaglutinasi sperma : negatif
Morfologi sperma normal : 70 %
Uji HOST : 66 %
Kecepatan sperma : 2,515 menit
Viabilitas : mati 27
Lain- lain
Sel leukosit : negatif
Sel Eritrosit : negatif
Sel Epitel : 1 / LPB
Uji Fruktosa :-
Pemeriksaan Khusus
Hormon :-
Imunologi :-
Sitogenetik :-
Histologi :-
Kesimpulan :
1. Jumlah sperma : Normozoospermia/ Oligozoospermia/ Azoospermia
2. Pergerakan sperma : Normozoospermia/ Astenozoospermia/ Nekrozoospermia
3. Morfologi sperma : Normozoospermia/ Teratozoospermia