Anda di halaman 1dari 6

Rasulullah Muhammad SAW sebagai Suri Tauladan

Akal yang sempurna adalah pangkal segala sifat yang terpuji dan pendorong
kepada tingkah laku yang terarah. Dengan petunjuk akal dapat membedakan yang baik dan
yang buruk, serta membawa seseorang mencapai sesuatu yang lebih utama.

Bahwa akal pikiran Rasulullah telah mencapai puncak kesempurnaan yang tidak
akan dicapai oleh siapapun juga, sebagai nikmat karunia Allah SWT kepadanya. Hal ini
ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya;

“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Rabbmu kamu (Muhammad)
sekali-kali bukan orang gila.” (QS. Al Qalam : 1-2)

Artinya Rasulullah SAW, memiliki akal pikiran yang berada di tingkat yang
tertinggi serta berilmu luas. Betapa tidak, bukankah Allah SWT memberikan kepadanya
nikmat dan karunia kenabian dan kerasulan, dan kepadanya Al-Qur’an, wahyu Ilahi yang
berisi segala ilmu pengetahuan yang tidak mungkin diemban, melainkan oleh manusia yang
dikaruniai akal dan pikiran yang sempurna.

Kesempurnaan akal Rasulullah serta pandangannya yang jauh ke depan, jelas


terlihat dalam sikapnya menghadapi masyarakat sekelilingnya yang dilanda kemelut
jahiliyah dalam semua segi kehidupannya.

Akal manusia yang telah sesat pada saat itu tidak mudah untuk diubah menjadi
lurus, benar dan sehat.Oleh karena itu, untuk mengubahnya diperlukan pemimpin yang
berpandangan jauh ke depan, berpikiran jernih dan cerdas. Rasullullah lah satu-satunya
orang yang memiliki persyaratan tersebut, sehingga Rasulullah berhasil mengubah
kebudayaan Jahiliyah menjadi kebudayaan Islam dalam waktu relatif singkat, yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan akhlakul karimah.

Kemurahan hati atau kedermawanan ialah kerelaan untuk membelanjakan harta


pada sesuatu yang bermanfaat atau pada jalan yang baik dan terpuji. Sifat ini sudah menjadi
fitrah (sifat dasar) Rasulullah SAW.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

1
“orang yang dermawan itu dekat kepada Allah SWT, dekat kepada manusia, dan dekat
kepada surga,sedang orang yang kikir itu jauh dari Allah SWT, jauh dari manusia dan
dekat dengan neraka ”

Menegur adalah satu di antara pendidikan dan pengajaran yang digunakan oleh
Rasulullah, namun dengan berbagai cara dan gaya karena memperhatikan situasi dan kondisi orang
yang ditegurnya.

Adakalanya beliau memberi pelajaran dengan isyarat dan kadang – kadang hanya dengan
memalingkan wajahnya. Bila keadaan memaksa, beliau memutuskan hubungan untuk sementara
waktu atau menampakkan amarah pada wajahnya.

Salah satu kelebihan Rasullullah yang lain adalah beliau sangat ramah terhadap
siapapun, tidak ada kesan takut bagi siapa saja yang ingin menghadapnya. Keramahan yang
dimiliki beliau ini menyebabkan ada sahabat yang tidak sungkan bercanda di depan beliau.

Di samping itu, setiap kali diajak bicara, beliau sangat serius mendengarkannya.
Bila menghadapi orang yang lemah dan miskin, beliau tetap menghormatinya tanpa
memandang rendah sedikitpun dan selalu mendengarkan apa yang dibicarakan oleh orang
itu dengan penuh perhatian, atau bertanya dengan lemah lembut dan serius.

Rasullullah juga memberikan kebebasan yang wajar dan layak bagi orang – orang
yang berada dalam majelisnya, tidak membatasi pembicaraan atau tingkah laku siapapun
selama tidak melanggar batas-batas yang telah ditentukan agama.

Dalam pergaulan bersama sifat-sifat malu, rendah hati, mengalah, lapang dada,
suka memberi maaf dan kasih sayang memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kepribadian beliau yang agung itu.

Dalam pergaulan Rasulullah dengan para sahabatnya, beliau selalu menimbulkan


pada hati mereka rasa kepercayaan dan penghargaan terhadap diri masing-masing. Mereka
selalu diaak bermusyawarah dan mengajarkan prinsip hidup bersama. Sebagaimana sabda
beliau: “Yang diminta pendapatnya harus dengan jujur memberikannya.” (HR. Al Hakim
dan Abu Ya’la) (ISFA;2008)

Kesopanan Rasulullah dalm pergaulan bersama juga dengan kebiasaan beliau


untuk menyenangkan hati dan menggembirakan orang lain. Diantaranya adalah ucapan
beliau di hadapan orang-orang Anshar, ”Jika tidak ada hijrah, maka aku adalah seorang dari

2
golongan orang Anshar.” Artinya, beliau pasti akan menggabungkan diri ke dalam
golongan Anshar jika tidak ada Hijrah yang lebih tinggi nilainya itu.

Sifat malu adalah pembawaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
menjauhi perbuatan buruk, meninggalkan tingkah laku yang tak pantas dan kurang layak,
serta mencegahnya dari kelalaian memenuhi hak dan kewajiban. Maka Nabi bersabda:

“Malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu.”

“Sifat malu tidak akan membawa melainkan segala kebaikan”

“Rasa malu dan iman itu saling bergandengan. Apabila yang satu diangkat, maka
hilanglah yang lain”

Rasulullah juga bersabda:

“Rasa malu itu bagian dari Iman, dan Iman itu tempatnya di surga. Perkataan buruk itu
karena rendahnya akhlaq, sedangkan kerendahan akhlaq itu tempatnya di neraka.”

Oleh karena itu, Rasulullah sangat pemalu. Sejalan dengan kuat dan teguhnya
iman di dada beliau, sampai-sampai menurut riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah lebih
pemalu daripada gadis pingitan di belakang tirainya.(ISFA;2008)

Rasulullah memang benar – benar manusia suci dalam arti sebenarnya. Beliau
terjaga dari segala kemaksiatan dan kemunkaran seak kecil. Hati beliau bersih dari segala
bentuk noda dan segala kotoran jiwa. Beliau tidak punya rasa hasud, dendam, berprasangka
buruk maupun jengkel sedikitpun pada orang yang menyakitinya.

Dalam kitab suci Al-Quran banyak ayat yang dengan jelas menerangkan
ketinggian martabat, keagungan derajat, dan kemuliaan nama serta kedudukan Rasulullah.
Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-


orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab[33]:56)

3
Ayat ini dengan tegas menyatakan betapa besar martabat Rasulullah di hadapan
Allah SWT, dan bahwa Allah SWT memujinya di sisi para malaikat-Nya dan malaikat pun
memintakan ampun untuk beliau kemudian disusul dengan perintah kepada umatnya agar
senantiasa bersalawat dan memohon keselamatan kepada beliau, maka terkumpullah pujian
dari Allah SWT dan dari penghuni alam keabadian maupun alam yang fana kepada Nabi
Muhammad SAW.

Di samping berita Allah kepadanya bahwa penghuni neraka menyesal dan ingin
ta’at dan mematuhi ajarannya dalam firmanNya:

“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata:
Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.”
(QS. Al-Ahzab [33]:66)

Allah mengingatkan kepada orang-orang mukmin akan nikmat dengan


dibangkitkannya seorang nabi dari tengah-tengah golongan mereka sendiri dalam
firmanNya:

“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.
Ali Imran[3]:164)

4
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS.At-
Taubah[ 9]:128)

Nabi Muhammad SAW adalah manusia pertama yang akan keluar dari bumi
setelah dibelah menjelang hari kiamat kelak. Beliaulah yang pertama diberi hak syafa’at,
dan diizinkan bersujud kepada Allah Rabbul ‘Alamin. Beliaulah yang pertama
menyelesaikan semua urusan umatnya dan membawanya melintasi siraathal mustaqim.

Setelah dibangkitkan dari alam kuburnya, Allah akan memberikan kepadanya


kedudukan paling terpuji. Bersujudnya Rasulullah di hadapan Arsy Tuhan adalah suatu
kemuliaan dan keutamaan yang khusus bagi beliau.

Daftar Pustaka

5
http://quran.kawanda.net/

Husain, Muhammad, MUHAMMAD NABI SEGALA ZAMAN, Jakarta: Grafindo, 2008.

ISFA, Rasulullah MANUSIA tanpa cela, Bandung: Nuansa Aulia, 2008.

Siddiqi, Prof.Abdul Hamid, KEAGUNGAN MUHAMMAD:rasulullah sebagai teladan,


Bandung: Marja, 2005.

Anda mungkin juga menyukai