Anda di halaman 1dari 6

Minggu, 03 Januari 2010

Makalah Filsafat Ilmu

A. Pengertian Metode Berpikir Ilmiah


Secara etimologi, metode berasal dari bahasa yunani yaitu kata meta (sesudah atau
dibalik sesuatu) dan hodos (jalan yang harus ditempuh). jadi metode adalah langkah-
langkah (cara dan teknis) yang diambil, menurut urutan atau sistematika tertentu untuk
mencapai pengetahuan tertentu, Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau
cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Metodologi
merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode
tersebut. jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang
terdapat dalam metode ilmiah.
Metode berpikir ilmiah merupakan prosedur, cara atau teknik dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu, jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat
metode ilmiah atau dengan kata lain bahwa suatu pengetahuan baru dapat disebut suatu
ilmu apabila diperoleh melalui kerangka kerja ilmiah, syarat-syarat yang harus dipenuhi
agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode
ilmiah. Pendapat lain mengatakan bahwa metode ilmiah adalah sebuah prosedur yang
digunakan ilmuwan dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukan dengan cara kerja
sistematis terhadap pengetahuan baru dan melakukan peninjauan kembali kepada
pengetahuan yang telah ada. Tujuan dari penggunaan metode ilmiah adalah tuntutan
supaya ilmu pengetahuan bisa terus berkembang seiring perkembangan zaman dan
menjawab tantangan yang dihadapi.

B. Manfaat Metode Berpikir Ilmiah


Seperti diketahui bahwa berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan
pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran, dengan
menggunakan metode berpikir ilmiah manusia bisa terus meng Up date pengetahuan
menggali dan mengembangkannya. Sifat ingin tahu pada diri manusia mendorong
manusia mengungkapkan pengetahuan, meski dengan cara dan pendekatan yang berbeda.
M. Solly Lubis menjelaskan bahwa manusia mampu mengembangkan pengetahuannya
karena dua hal: pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat dijadikan media untuk
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikirannya; dan kedua, manusia memiliki
kemampuan berpikir berdasarkan suatu alur dan kerangka berpikir tertentu, dengan kata
lain, bahasa yang komunikatif dan nalar memungkinkan manusia mengembangkan
pengetahuannya, dan nalar sebagai bagian dari kegiatan berpikir memiliki dua ciri utama
yaitu logis dan analitis
Secara historis, terdapat empat cara manusia memperoleh pengetahuan yang tadi disebut
sebagai pelekat dasar kemajuan manusia, keempat cara tersebut adalah: 1) berpegang
pada sesuatu yang sudah ada (metode keteguhan); 2) merujuk kepada pendapat ahli
(metode otoritas); 3) berpegang pada intuisi (metode intuisi); 4) menggunakan metode
ilmiah. Cara pertama Sampai cara ketiga, disebut sebagai cara kebanyakan orang, atau
orang awam dan cenderung tidak efisien, dan kurang produktif bahkan terkadang tidak
objektif dan tidak rasional. Sedangkan cara terakhir, yaitu metode ilmiah adalah cara
ilmiah yang dipandang lebih rasional, objektif, efektif dan efisien. Cara yang keempat ini
adalah cara bagaimana para ilmuwan memperoleh ilmu yang dalam prakteknya metode
ilmiah untuk mengungkapkan dan mengembangkan ilmu dikerjakan melalui cara kerja
penelitian.
Bahwa manusia disadari atau tidak akan selalu menghadapi masalah, manusia selalu
dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya bagaimana seorang nelayan agar
bisa mendapatkan ikan yang banyak, petani agar tanamannya tidak diserang hama dengan
hasil yang memuaskan, termasuk bagaimana cara mendidik anak tentu semua itu ada
metode penyelesaiannya terlepas dari apakah permasalahan itu modusnya sama dengan
yang pernah terjadi dulu sekalipun dengan tantangan baru maka metode penyelesaiannya
pun harus baru pula. Karena itulah tuhan memberikan manusia akal pikiran, agar manusia
mengoptimalkan fasilitas yang suduh diberikan oleh tuhannya agar bisa menjawab
tantangan zaman dan permasalahan yang muncul dengan seting sosial dan modus yang
berbeda pula. Masalahnya bisakah manusia bercocok tanam, menangkap ikan, mendidik
anak dengan baik tanpa adanya metode tertentu dalam melahirkan pengetahuan. Dan
pengetahuan diperoleh melalui sebuah sistem tata fikir yang dilakukan manusia, oleh
karena itu hal ini menunjukan bahwa penelitian ilmiah dengan metode ilmiah memiliki
peranan penting dan memberikan manfaat yang banyak dalam membantu manusia dalam
memecahkan permasalahannya. Pengetahuan mempunyai sistem dan ilmu adalah
pengetahuan yang sistematis, pengetahuan yang dengan sadar menuntut kebenaran, dan
melalui metode tertentu.

C. Prosedur Berpikir Ilmiah


Penalaran rasional dan empiris merupakan dua model yang selalu menjadi sumber
sekaligus metodologis dalam menghasilkan ilmu pengetahuan, ilmu yang dihasilkan dari
sumber tadi, selalu menuntut dilakukan observasi dan penjelajahan baru terhadap
masalah yang dihadapi dari pra anggapan (hipiotesis/dedukasi), pengujian dilakukan
melalui studi lapangan (empiris/induksi). Jadi metode ilmiah adalah penggabungan antara
cara berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dalam membangun pengetahuan.
Secara rasioanal maka ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif,
sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai dengan fakta
dan yang tidak. Dengan demikian bahwa semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat
utama yakni (a) harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan
tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan; dan (b) harus
cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang sekiranya tidak didukung oleh
pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan logika induktif
dimana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem. Teori
apapun konsistennya jika tidak didukung pengujian empiris maka tidak dapat diterima
kebenarannya secara ilmiah. begitupun sebaliknya seberapa pun faktualitasnya fakta-
fakta yang ada, tanpa didukung asumsi rasional maka ia hanya akan menjadi fakta yang
mati yang tidak memberikan pengetahuan kepada manusia.
Oleh karena itu, sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional
yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, yang biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang kita
hadapi, hipotesis berfungsi sebagai penunjuk jalan yang memungkinkan kita untuk
memperoleh jawaban. Hipotesis disusun berdasarkan cara kerja deduktif, dengan
mengambil premis-premis dari penetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya.
Penyususnan hipotesis berguna untuk menunjang terjadinya konsistensi pengembangan
ilmu secara keseluruhan dan menimbulkan efek kumulatif dalam kemajuan ilmu.
Hipotesis dapat menjadi jembatan pemanduan antara cara kerja deduksi dan induksi.
Langkah selanjutnya setelah penyusunan hipotesis adalah menguji hipotesis tersebut
dengan mengkonfrontasikannya, mengkomunikasikannya dengan dunia fisik yang nyata,
dalam proses pengujian ini merupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan. fakta-fakta ini bisa bersifat sederhana yang bisa langsung ditangkap oleh
panca indra ada juga yang harus menggunakan alat seperti teleskop dan mikroskop.
Dengan adanya jembatan berupa penyusunan hipotesis, metode ilmiah sering dikenal
sebagai proses logico-hypofhetico-verifikafio (logic, hipotetik, sekaligus verifikatif).
Perkawinan berkesinambungan antara deduksi dan induksi disebut dengan prosedur
berpikir ilmiah. proses induksi diperlukan untuk melakukan verifikasi atau pengujian
hipotesis di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah sebuah
hipotesis didukung oleh fakta atau tidak.
"Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa
langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. kerangka berpikir ilmiah
yang berintikan proses Logico-hypofhefico-verifikafio ini pada dasarnya terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas
batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. Pernyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor
yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini
disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya
dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan
3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir
yang dikembangkan
4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang
mendukung hipotesis tersebut atau tidak
5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang
cukup dan mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya dalam
proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu
ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan
ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka
penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji
kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis artinya
bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.

Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah.
langkah-langkah diatas harus dianggap sebagai patokan utama di mana dalam penelitian
yang sesungguhnya mungkin saja berkembang berbagai variasi sesuai dengan bidang dan
permasalahan yang diteliti.
Berdasarkan gambaran diatas, maka metode ilmiah merupakan suatu rangkaian langkah
yang tertib dan sistemik, namun demikian suatu metodologi bisa dipahami ilmuwan
dengan ragam pendapat, seperti J Eigelbener menyebut ada lima langkah dalam
melakukan prosedur dan metode berpikir ilmiah, kelima langkah tersebut adalah
1. Adanya analisis terhadap masalah, analisis ini berguna untuk menetapkan apa yang
hendak dicari, memberi bentuk dan arah pada telaah penelitian
2. Pengumpulan fakta-fakta
3. Penggolongan dan pengaturan data agar dapat menentukan kesamaan-kesamaan,
urutan-urutan dan hubungan-hubungan yang ada dan bersifat simultan
4. Perumusan kesimpulan dengan menggunakan proses penyimpulan logika dan
penalaran
5. Pengujian dan pemeriksaan kesimpulan-kesimpulan

Pendapat lain menyatakan bahwa prosedur ilmiah mencakup tujuh langkah, yaitu
1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertentangan atau
kabur yang menghasilkan penyelidikan
2. Menyatakan masalah dalam istilah-istilah yang spesifik
3. Merumuskan suatu hipotesis
4. Merancang suatu metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan atau
percobaan
5. Menumpulkan dan mencatat data kasar agar mempunyai suatu pernyataan yang
mempunyai makna dan kepentingan
6. Melakukan penegasan yang dapat dipertanggungjawabkan
7. Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut metode ilmiah.

D. Aspek pendukung metode berpikir Ilmiah


Selain prosedur berpikir ilmiah terdapat hal-hal lain yang juga berperan penting dalam
mendukung metode berpikir ilmiah. Archi J. Bahm menyatakan bahwa aspek-aspek itu
adalah :
1. Masalah. Masalah akan menentukan ada atau tidak adanya ilmu, tidak ada masalah
maka tidak ada ilmu, dan masalah juga sebagai langkah pertama dalam satu penelitian
ilmiah. sesuatu dianggap masalah jika terjadi pertentangan antara harapan akan sesuatu
yang seharusnya (das solen) dengan kenyataan (das sain).
2. Sikap ilmiah, sikap ilmiah memiliki enam karakteristik, yaitu
a. Rasa ingin tahu (Scientific curiosity). Rasa ingin tahu ditujukan untuk memahami
keberadaan, hakekat, fungsi hal tertentu dan hubungannya dengan hal-hal lain, ada rasa
ingin tahu yang menjadi pemicu munculnya pertanyaan serta dilakukannya penyelidikan,
pemeriksaan, penjelajahan, percobaan dalam rangka mencapai pemahaman.
b. Spekulatif. Merupakan sikap ilmiah yang diperlukan untuk mengajukan hipotesis-
hipotesis (bersifat deduktif) untuk mencari solusi permasalahan
c. Objekiif. Dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui subjektivitas
(bersifat relative) terhadap apa yang dianggap benar
d. Keterbukaan. Adalah kesediaan untuk mempertimbangkan semua masukan yang
relevan mengenai permasalahan yang dikerjakan
e. Kesediaan untuk menunda penilaian. Tidak memaksakan diri untuk memperoleh
jawaban jika penyelidikan belum memperoleh bukti yang diperlukan
f. Tentatif. Artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan, tetap
menyadari bahwa tingkat kepastian pembuktian selalu kurang dari seratus persen dan
selalu memungkinkan untuk meninjau kembali terhadap apa yang diyakini benar

3. Aktivitas ilmiah
Ketika para ilmuwan melakukan riset atau penelitian ilmiah, itulah yang dimaksud
dengan aktivitas ilmiah. Walter R. Borg dan Meredith D. Gall, menyebutkan tujuh
langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya. Tujuh langkah
tersebut adalah:
a. Recognition of the problem (menyusun sesuatu yang disebut sebagai masalah
b. Development of problem in clear, specific terms (melakukan permusan masalah, atau
mendefinisikan masalah kedalam bentuk operasional
c. Development of hyphoteses (menyusun hipotesis/dugaan sementara)
d. Development of techniques and measuring instrument that will provide objective date
pertinent to the hyphoteses (menetapkan teknik dan menyusun instrument penelitian)
e. Collection of date (mengumpulkan data yang diperlukan)
f. Analysis of date (melakukan analisis terhadap data yang terkumpul)
g. Drawing conclusions retative fo the hypotheses base upon the date (menggambarkan
kesimpulan yang berhasil dipecahkan dari masalah yang
diangkat dengan metode yang digunakan).

Penelitian merupakan pencerminan secara kongkret kegiatan ilmu dalam memproses


pengetahuannya. Struktur berpikir yang melatar belakangi langkah-langkah dalam
penelitian ilmiah adalah metode keilmuan. Dengan demikian maka penguasaan metode
ilmiah merupakan persyaratan untuk dapat memahami jalan pikiran yang terdapat dalam
langkah-langkah penelitian.
Penelitian merupakan activitas penyelesaian sesuatu yang dianggap sebagai masalah yang
bertujuan untuk menemukan jawaban dari persoalan yang signifikan melalui penerapan
prosedur-prosedur ilmiah. penelitian terhadap ilmu tidaklah ditentukan oleh keahlian
teorinya sepanjang zaman melainkan terletak dalam kemampuan memberikan jawaban
terhadap permasalahan manusia dalam tahap peradaban terentu. Merupakan fakta yang
tak dapat dipungkiri bahwa pada kurun masa kini kita mempergunakan berbagai
kemudahan dan fasilitas yang dikembangkan oleh ilmu dan tekonologi, umpamanya
sarana komunikasi, transportasi, kemudahan tersebut dikembangkan berdasarkan
pengetahuan ilmiah yang kebenarannya diakui pada masa kini. Dan dikemudian hari
mungkin saja harus diciptakan sarana komunikasi dan transportasi lain yang memerlukan
teori Sain pula untuk mengembangkannya.

E. Kesimpulan
Demikian secara singkat telah dibahas hakikat metode ilmiah yang dengan alur-alur
pikirannya tercermin dalam langkah-langkah tertentu. Alur pikiran keilmuan inilah yang
penting sebab ilmu pada kenyataannya yang paling asasi adalah produk kegiatan berpikir
lewat suatu cara berpikir tertentu.
Metode ilmiah adalah penting bukan saja dalam proses penemuah pengetahuan namun
lebih-lebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuah ilmiah tersebut kepada masyarakat
ilmuwan.
Perbedaan utama antara metode ilmiah dengan metode pengetahuan lain adalah hakikat
metode ilmiah yang bersifat sistematik dan eksplisit. Sifat eksplisit ini memungkinkan
terjadinya komunikasi yang intensif dalam kalangan masyarakat ilmuwan. Ilmu
ditemukan secara individu namun dimanfaatkan secara social. Dan ilmu merupakan
kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan keberannya telah teruji secara
empiris.

Daftar Pustaka

Praja. Juhaya S. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media, 2005
Sumarna. Cecep. Rekonstruksi limu. Bandung: Benang Merah Press, 2005 Sumarna.
Cecep. Filsafat llmu. Bandung: Mulia Press, 2008
Suriasumantri. Jujun S. Filsafat llmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1996

Anda mungkin juga menyukai