Anda di halaman 1dari 62

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya

perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke
bertekanan udara rendah.

Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga
naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin di
sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat
dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya
udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Faktor terjadinya angin


 2 Jenis-jenis angin
o 2.1 Angin laut
o 2.2 Angin darat
o 2.3 Angin lembah
o 2.4 Angin gunung
o 2.5 Angin Fohn
o 2.6 Angin Munsoon
o 2.7 Angin Musim Barat
o 2.8 Angin Musim Timur
 3 Lihat pula

[sunting] Faktor terjadinya angin


Faktor terjadinya angin, yaitu:

Anemometer, alat pengukur kecepatan angin


Gradien barometris
Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar yang jaraknya 111
km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.
Letak tempat
Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis khatulistiwa.
Tinggi tempat
Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh
pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung,
pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar.
Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil.
Waktu
Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari

[sunting] Jenis-jenis angin


[sunting] Angin laut

Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada
siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini biasa dimanfaatkan para
nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut.

[sunting] Angin darat

Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada
saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00. Angin jenis ini bermanfaat bagi para
nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana.

[sunting] Angin lembah

Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa
terjadi pada siang hari.

[sunting] Angin gunung

Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi
pada malam hari.

[sunting] Angin Fohn

Angin Fohn/angin jatuh adalah angin yang terjadi seusai hujan Orografis. angin yang bertiup
pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda. Angin Fohn terjadi karena
ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi
lalu turun di sisi lain. Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering,
karena uap air sudah dibuang pada saat hujan Orografis.
Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban. Tanaman yang
terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin ini bisa turun daya tahan tubuhnya
terhada serangan penyakit.[rujukan?]

[sunting] Angin Munsoon

Angin Munsoon, Moonsun, muson adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3
bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang berganti
arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup
angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah. Pada bulan
Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih
banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat
tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi
(kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia. Di
Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan bumi Utara dan angin musim
Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia maka banyak membawa uap air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim
penghujan.

Musim penghujan meliputi seluruh wilayah indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata.
makin ke timur curah hujan makin berkurang karena kandungan uap airnya makin sedikit.

Pada bulan April-Oktober, matahari berada di belahan langit utara, sehingga benua asi lebih
panas daripada benua australia. Akibatnya, di asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah,
sedangkan di australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya
angin dari australia menuju asi. Di indonesia terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan
dan angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh kerena tidak melewati lautan yang luas
maka angin tidak banyak mengandung uap air oleh karena itu pada umumnya di indonesia terjadi
musim kemarau, kecuali pantai barat sumatera, sulawesi tenggara, dan pantai selatan irian jaya.
Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim pancaroba (peralihan), yaitu :
Musim kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, dan
musim labuh yang merupakan peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Adapun ciri-ciri
musim pancaroba yaitu: Udara terasa panas, arah angin tidak teratur dan terjadi hujan secara
tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat. Angin Munson dibagi menjadi 2, yaitu Munson Barat
atau dikenal dengan Angin Musim Barat dan Munson Timur atau dikenal dengan Angin Musim
Timur

[sunting] Angin Musim Barat

Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang mengalir dari Benua Asia (musim
dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan mengandung curah hujan yang banyak di
Indonesia bagian Barat, hal ini disebabkan karena angin melewati tempat yang luas, seperti
perairan dan samudra. Contoh perairan dan samudra yang dilewati adalah Laut China Selatan
dan Samudra Hindia. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan.
Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari dan Februari, dan maksimal pada bulan Januari
dengan kecepatan minimum 3 m/s.

[sunting] Angin Musim Timur

Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari Benua Australia
(musim dingin) ke Benua Asia (musim panas) sedikit curah hujan (kemarau) di Indonesia bagian
Timur karena angin melewati celah- celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar,
dan Victoria). Ini yang menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau. Terjadi pada bulan
Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.
Angin May 31st, 2008
Pengertian Angin
Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya
perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan
udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke
suhu udara yang tinggi.

Sifat Angin
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga
naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin
disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih
berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya
udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.

Terjadinya Angin
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu
daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima
oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih
besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih
rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi
panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat
akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.

Alat-alat untuk mengukur angin antara lain:


1. Anemometer, adalah alat yang mengukur kecepatan angin.
2. Wind vane, adalah alat untuk mengetahui arah angin.
3. Windsock, adalah alat untuk mengetahui arah angin dan memperkirakan besar kecepatan
angin. Yang biasanya banyaditemukan di bandara – bandara.

Jenis Angin
Angin secara umum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu angin lokal dan angin musim.
* Angin lokal 3 macam yaitu :
1. Angin darat dan angin laut Angin ini terjadi di daerah pantai.
angin laut terjadi pada siang hari daratan lebih cepat menerima panas dibandingkan dengan
lautan. Angin bertiup dari laut ke darat. Sebaliknya, angin darat terjadu pada malam hari daratan
lebih cepat melepaskan panas dibandingkan dengan lautan. Daratan bertekanan maksimum dan
lautan bertekanan minimum. Angin bertiup dari darat ke laut.

2. Angin lembah dan angin gunung


Pada siang hari udara yang seolah-olah terkurung pada dasar lembah lebih cepat panas
dibandingkan dengan udara di puncak gunung yang lebih terbuka (bebas), maka udara mengalir
dari lembah ke puncak gunung menjadi angin lembah. Sebaliknya pada malam hari udara
mengalir dari gunung ke lembah menjadi angin gunung.

3. Angin Jatuh yang sifatnya kering dan panas


Angin Fohn atau Angin jatuh ialah angin jatuh bersifatnya kering dan panas terdapat di lereng
pegunungan Alpine. Sejenis angin ini banyak terdapat di Indonesia dengan nama angin
Bahorok (Deli), angin Kumbang (Cirebon), angin Gending di Pasuruan (Jawa Timur), dan Angin
Brubu di Sulawesi Selatan).

* Angin musim ada 5 macam yaitu :


1. Angin Passat
Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah
ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan
Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di daerah tropis selalu
tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan
kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT
ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT
terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah
tenang).

2. Angin Anti Passat


Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum
subtropik merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat Barat
Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar
lintang 20o - 30o LU dan LS, angin anti passat kembali turun secara vertikal sebagai angin yang
kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk
gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun di
Australia.

Di daerah Subtropik (30o – 40o LU/LS) terdapat daerah “teduh subtropik” yang udaranya
tenang, turun dari atas, dan tidak ada angin. Sedangkan di daerah ekuator antara 10o LU – 10o
LS terdapat juga daerah tenang yang disebut daerah “teduh ekuator” atau “daerah doldrum”
3. Angin Barat
Sebagian udara yang berasal dari daerah maksimum subtropis Utara dan Selatan mengalir ke
daerah sedang Utara dan daerah sedang Selatan sebagai angin Barat. Pengaruh angin Barat di
belahan bumi Utara tidak begitu terasa karena hambatan dari benua. Di belahan bumi Selatan
pengaruh angin Barat ini sangat besar, tertama pada daerah lintang 60o LS. Di sini bertiup angin
Barat yang sangat kencang yang oleh pelaut-pelaut disebut roaring forties.

4. Angin Timur
Di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi terdapat daerah dengan tekanan udara
maksimum. Dari daerah ini mengalirlah angin ke daerah minimum subpolar (60o LU/LS). Angin
ini disebut angin Timur. Angin timur ini bersifat dingin karena berasal dari daerah kutub.
5. Angin Muson (Monsun)
Angin muson adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara
periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang berganti arah secara
berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat
yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah. Pada bulan Oktober –
April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak
memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia . Akibatnya di Australia terdapat pusat
tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi
(kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia. Di
Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan bumi Utara dan angin musim
Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia maka banyak membawa uap air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim
penghujan.

Musim penghujan meliputi seluruh wilayah indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata.
makin ke timur curah hujan makin berkurang karena kandungan uap airnya makin sedikit.

Pada bulan April-Oktober, matahari berada di belahan langit utara, sehingga benua asi lebih
panas daripada benua australia. Akibatnya, di asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah,
sedangkan di australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya
angin dari australia menuju asi. Di indonesia terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan
dan angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh kerena tidak melewati lautan yang luas
maka angin tidak banyak mengandung uap air oleh karena itu pada umumnya di indonesia terjadi
musim kemarau, kecuali pantai barat sumatera, sulawesi tenggara, dan pantai selatan irian jaya.
Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim pancaroba (peralihan), yaitu :
Musim kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, dan
musim labuh yang merupakan peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Adapun ciri-ciri
musim pancaroba yaitu: Udara terasa panas, arah angin tidak teratur dan terjadi hujan secara
tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat.
Definisi/Pengertian Angin Dan Teori Proses Terjadinya
Angin - Ilmu Pengetahuan Alam
Mon, 03/03/2008 - 8:33pm — godam64

A. Pengertian / Arti Definisi Angin

Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran
angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah atau dari
daerah yang memiliki suhu / temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi.

B. Proses Terjadi Angin

Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerahyang terkena banyak
paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih
rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga
dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak
ke tempat lain.

Angin buatan dapat dibuat dengan menggunakan berbagai alat mulai dari yang sederhana hingga
yang rumit. Secara sederhana angin dapat kita ciptakan sendiri dengan menggunakan telapak
tangan, kipas sate, koran, majalah, dan lain sebagainya dengan cara dikibaskan. Sedangkan
secara rumit angin dapat kita buat dengan kipas angin listrik, pengering tangan, hair dryer,
pompa ban, dan lain sebagainya. Secara alami kita bisa menggunakan mulut, hidung, lubang
dubur, dan sebagainya untuk menciptakan angin.

Udara dapat membawa partikel bau dari suatu zat sehingga angin dapat membawa bau atau
aroma mulai dari aroma yang sedap hingga aroma yang tidak sedap di hidung kita. Bau masakan,
bau amis, bau laut, bau sampah, bau bensin, bau gas, bau kentut, bau kotoran, dan lain
sebagainya adalah beberapa contoh bau yang dapat dibawa angin.
EKOLOGI LAUT TROPIS

Link Ke Daftar Istilah

Inti permasalahan hidup adalah hubungan makhluk hidup khususnya manusia dengan lingkungan
hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya
disebut dengan ekologi. Oleh karena itu permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya
merupakan permasalahan ekologi.

Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Arnest Haeckel pada pertengahan tahun 1860-an.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti
ilmu. Jadi secara harfiah ekologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang makhluk hidup dalam
rumahnya atau dapat pula dikatakan sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup.

Ekologi laut tropis merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik makhluk hidup
dengan lingkungannya yaitu lingkungan laut tropis. Dikatakan laut tropis karena ekosistem ini
memiliki karakteristik laut yang berbeda dengan ekosistem laut lainnya (laut subtropis dan laut
kutub).

Karakteristik Laut Tropik

1. Tingkat produktivitas

Laut Tropis : tingkat produktivitasnya sangat tinggi karena intensitas penyinaran matahari terus
menerus sepanjang tahun dan hanya ada dua musim yaitu hujan dan kemarau sehingga kondisi
ini sangat optimal bagi produksi fitoplankton di sepanjang tahun.

Laut Subtropis : intensitas sinar matahari di laut subtropis bervariasi menurut musim (dingin,
semi, panas dan gugur). Tingkat produktivitas akan berbeda pada setiap musim. Pada musim
semi tingkat produktivitasnya tinggi dan pada musim dingin sangat rendah.

Laut Kutub : masa produktivitas sangat pendek (Juli atau Agustus) yaitu saat musim panas
dimana fitoplankton bisa tumbuh.
2. Jenis predator tertinggi dalam rantai makanan

Laut Tropis : jenis predator tertinggi di laut tropis adalah ikan tuna, lansetfish, setuhuk, hiu
sedang dan hiu besar. Predator lainnya adalah cumi-cumi dan  lumba-lumba.

Laut Subtropis : predator tertinggi di laut subtropis adalah lumba-lumba, anjing laut, singa laut,
ikan paus dan burung-burung laut. Predator lainnya adalah ikan salem dan cumi-cumi.

Laut Kutub : predator tertinggi adalah ikan paus. Predator lainnya adalah anjing laut dan singa
laut.

3. Struktur trofik komunitas pelagik

Jaring-jaring makanan dan struktur trofik komunitas pelagik berbeda pada tiga daerah geografik
(laut tropik, subtropik, kutub). Jumlah dan jenis masing-masing tingkat trofik berbeda, yaitu laut
tropik yang paling banyak, diikuti oleh laut subtropik dan terakhir laut kutub.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya, bahwa ekologi mempelajari hubungan timbal balik
makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya atau dengan kata lain ekologi adalah ilmu yang
mempelajari ekosistem.

Ekosistem adalah  suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Ekosistem pertama kali dikemukakan oleh Tansley pada tahun 1835. Sistem ini memiliki
beberapa  nama lain, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Forbs pada tahun 1887
menyebut ekosistem sebagai mikrokosm, Friederich pada tahun 1930 menyebut holocoen, dan
Thienemann tahun 1939 menyebut biosistem.

Pembagian Ekosistem

1. Berdasarkan Tingkat makan-memakan (trophic level)

-          Autotrophic organism (organisme autotrop) yaitu organisme yang mampu mensistesis
makanannya sendiri yang berupa bahan organik dari bahan-bahan anorganik sederhana dengan
bantuan sinar matahari dan zat hijau daun (klorofil).

-          Heterotropic organism (organism heterotrop) yaitu organisme yang menyusun kembali
dan menguraikan bahan-bahan organik kompleks yang telah mati ke dalam senyawa anorganik
sederhana.

2. Berdasarkan segi fungsional

-          Aliran energi


-          Rantai makanan

-          Pola keanekaragaman dalam ruang dan waktu

-          Siklus hara / daur makanan (biogeokimia)

-          Pengembangan dan evolusi

-          Pengendalian / kontrol (sibernetik)

3. Berdasarkan Unsur Penyusun

-          Komponen abiotik yang merupakan medium

-          Produsen (organisme autotrofik)

-          Konsumen (organisme heterotrofik)

-          Pengurai (organisme saprotrofik dan osmotrofik)

Faktor Penyebab Perbedaan Ekosistem

-          Perbedaan kondisi iklim (hutan hujan, hutan musim, hutan savana)

-          Perbedaan letak dari permukaan laut, topografi, dan formasi geologik (zonasi pada
pegunungan, lereng pegunungan yang curam, lembah sungai)

-          Perbedaan kondisi tanah dan air tanah (pasir, lempung, basah, kering)

Tipe Ekosistem

1. Ekosistem terestris (daratan)

-          Ekosistem hutan

-          Ekosistem padang rumput

-          Ekosistem gurun

-          Ekosistem anthropogen atau buatan (sawah,

-          kebun, dan lainnya)

2.Ekosistem akuatik (perairan)


-          Ekosistem air tawar, misalnya kolam, danau, sungai, dan lainnya

-          Ekosistem lautan

NICHE

Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan Inggris. Niche atau
nicia atau ecological niche adalah kedudukan, peran dan fungsi suatu jenis makhluk hidup
dalam habitat hidup / ekosistemnya. Tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup,
tetapi juga pada apa yang dilakukan organisme termasuk mengubah energi, bertingkah laku,
bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh
spesies lain. Pengetahuan tentang nicia, sebagai landasan untuk memahami berfungsinya suatu
komunitas dan ekosistem dalam habitat utama.

Dengan adanya konsep niche didalam suatu ekosistem, akan timbul suatu hukum interaksi yang
berlaku bagi makhluk hidup yang ada pada ekosistem tersebut. Hukum Interaksi yang terjadi
pada ekosistem laut.

 Netral : penyu dan ikan tuna


 Kompetisi : ikan tuna dan ikan tongkol
 Predasi : penyu dan rumput laut
 Mutualisme : ikan hiu dan ikan remora
 Komensalisme :
 Parasitisme : ikan dan bakteri
 Antibiosa/amensalisme : Alelopaty dari gulma

Suksesi (dari bahasa Latin: sub = di bawah, setelah; cedere = berlalu) merupakan proses
perubahan komunitas yang terjadi sedikit demi sedikit dalam jangka waktu tertentu menuju satu
arah hingga terbentuk komunitas yang berbeda dari komunitas semula. Dalam proses suksesi,
perubahan yang terjadi tidaklah berlangsung secara terus menerus, tetapi akan berakhir setelah
mencapai batas tertentu yaitu pada komunitas atau ekosistem yang stabil, disebut klimaks.

Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem
dan adanya perbedaan penyerbuan (invasi) tiap jenis ke suatu wilayah baru.

Berdasarkan kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi, dikenal adanya dua macam suksesi,
yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi primer terjadi apabila ada gangguan pada
komunitas asal yang mengakibatkan hilang atau musnahnya komunitas asal secara total sehingga
di tempat komunitas asal tersebut terbentuk habitat atau substrat baru dengan komunitas yang
baru pula. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami (misalnya, endapan lumpur di muara
sungai atau estuarine, endapan pasir di pantai/akresi, ataupun tanah longsor/erosi tanah) atau
dibuat oleh manusia (contohnya, pengurukan lahan dan pertambangan). Suksesi sekunder terjadi
karena gangguan pada komunitas atau ekosistem baik secara alami (banjir, tsunami, dsb) maupun
buatan tidak memusnahkan ekosistem asal secara total. Oleh karena itu, pada komunitas atau
ekosistem asal substrat lama dan kehidupan masih ada. Sisa-sisa komunitas tersebut dapat
tumbuh dan membentuk komunitas baru.

SIKLUS BIOGEOKIMIA

Pada dasarnya semua unsur kimia di alam akan mengalami sirkulasi, yaitu dari bentuk yang
berada di dalam lingkungan (abiotik) menuju ke dalam bentuk yang berada di dalam organisme
(biotik), dan kemudian kembali lagi ke lingkungan. Proses ini disebut sebagai siklus atau daur
ulang biogeokimiawi, atau siklus materi.

Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang
mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-
unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi jugs melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.

Pendaurulangan unsur-unsur organik tersebut sangat penting bagi kelangsungan hidup semua
organisme. Hal ini disebabkan sumber unsur-unsur sangat terbatas sehingga unsure-unsur
anorganik menjadi habis terpakai jika digunakan secara terus menerus. Berikut ini proses siklus
biogeokimia beberapa unsur-unsur anorganik penting, diantaranya Nitrogen (N), Fosfor (F),
Carbon (C) dan Oksigen (O).

1. Siklus Nitrogen (N2)

2. Siklus fosfor
3. Siklus karbon dan oksigen

PENGELOLAAN SUMBER DAYA WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN SECARA


TERPADU

Konsep pengelolaan wilayah pesisir dan lautan


Dikenal juga dengan terminologi:

-          Integrated Coastal Zone Management (ICZM)

“Pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di


kawasan pesisir dengan cara melakukan penilaian secara menyeluruh (Comprehensive
assessment)”

-          Integrated Coastal Zona Planning and Management

-          Integrated Coastal Management

-          Integrated Coastal Resources Management

-          Coastal Zone Resources Management

-          Coastal Resources Management

-          Coastal Zone Management

-          Konsep pengelolaan di atas akan menghasilkan:

-          Marine Management Area/Marine Protection Area: Daerah Pengelolaan Laut/Daerah


Perlindungan Laut

Potensi SDA Pesisir dan Laut

-          Indonesia → negara kepulauan (sekitar 17.000 buah pulau)

-          Wilayah pesisir dan laut luas (3,1 km2 dan ZEE 2,7 km2)

-          Garis pantai memuat habitat pantai yang sangat bervariasi, 81 km, kedua terpanjang
setelah Canada

-          Terumbu karang (600 dari 800 spesies) menyediakan berbagai barang dan jasa untuk
makanan dan mata pencaharian, pariwisata, sumber bahan obat dan kosmetik, habitat

-          Perlindungan dan bertelur

-          Mangrove (40 spesies mangrove sejati dari 50 spesies) Mangrove → nursery ground,
spawning, dan feeding ground  banyak spesiesikan dan udang dan memberikan perlindungan
terhadap gelombang

-          Lamun (12 spesies) → nursery ground, daerah pencarian makan bagi mamalia laut
-          Rumput Laut (56 spesies) → Rumput laut/seaweed à pangan dan obat-obatan

-          Ikan (6,6 juta ton/tahun)

Pesisir

1.Wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena
pengaruh percikan air laut atau pasang, dan ke arah laut meliputi daerah papaan benua

2. Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Sektoral: oleh satu instansi pemerintah
untuk tujuan tertentu misal perikanan, konflik kepentingan

Perencanaan Terpadu: mengkoordinasikan mengarahkan berbagai aktivitas kegiatan. Terprogram


untuk tujuan keharmonisan, optimal antara kepentingan lingkungan, pembangunan ekonomi dan
keterlibatan masyarakat, pengaturan tataruang.

EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Terumbu karang (coral reef ) sebagai ekosistem dasar laut dengan penghuni utama karang batu
mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut
polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk
tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel.
Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak
individu yang disebut koloni (Sorokin, 1993).

Meskipun beberapa karang dapat dijumpai dari lautan subtropis tetapi spesies yang membentuk
karang hanya terdapat di daerah tropis. Kehidupan karang di lautan dibatasi oleh kedalaman yang
biasanya kurang dari 25 m dan oleh area yang mempunyai suhu rata-rata minimum dalam
setahun sebesar 10oC. Pertumbuhan maksimum terumbu karang terjadi pada kedalaman kurang
dari 10 m dan suhu sekitar 25 o C sampai 29 oC. Karena sifat hidup inilah maka terumbu karang
banyak dijumpai di Indonesia (Hutabarat dan Evans, 1984).

Selanjutnya Nybakken (1992) mengelompokkan terumbu karang menjadi tiga tipe umum yaitu :

1. Terumbu karang tepi (Fringing reef/shore reef )


2. Terumbu karang penghalang (Barrier reef)
3. Terumbu karang cincin (atoll)

Diantara tiga struktur tersebut, terumbu karang yang paling umum dijumpai di perairan
Indonesia adalah terumbu karang tepi (Suharsono, 1998). Penjelasan ketiga tipe terumbu karang
sebagai berikut :

1. Terumbu karang tepi (fringing reef) ini berkembang di sepanjang pantai dan mencapai
kedalaman tidak lebih dari 40m. Terumbu karang ini tumbuh keatas atau kearah laut.
Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat dibagian yang cukup arus. Sedangkan diantara
pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung mempunyai pertumbuhaan yang
kurang baik bahkan banyak mati karena sering mengalami kekeringan dan banyak
endapan yang datang dari darat.
2. Terumbu karang tipe penghalang (Barrief reef ) terletak di berbagai jarak kejauhan dari
pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk
pertumbuhan karang batu (40-70 m). Umumnya memanjang menyusuri pantai dan
biasanya berputar-putar seakan – akan merupakan penghalang bagi pendatang yang
datang dari luar. Contohnya adalah The Greaat Barier reef yang berderet disebelah timur
laut Australia dengan panjang 1.350 mil.
3. Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari suatu goba (laggon). Kedalaman goba
didalam atol sekitar 45m jarang sampai 100m seperti terumbu karang penghalang.
Contohnya adalah atol di Pulau Taka Bone Rate di Sulawesi Selatan.

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah:

 sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan,
seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang,
 pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya.
 penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.

Jaring Makanan Terumbu Karang

Secara garis besar tingkat trofik dalam jejaring makanan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok produsen yang bersifat autotrof karena dapat memanfaatkan energi matahari untuk
mengubah bahan-bahan anorganik menjadi karbohidrat dan oksigen yang diperlukan seluruh
makhluk hidup, dan kelompok  konsumen yang tidak dapat mengasimilasi bahan makanan dan
oksigen secara mandiri (heterotrof).
EKOSISTEM PADANG LAMUN

 Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidupnya terbenam di dalam laut

 Padang lamun ini merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang 
tinggi

 Fungsi ekologi yang penting yaitu sebagai feeding ground, spawning ground dan nursery
ground beberapa jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong, sebagai peredam arus
sehingga perairan dan sekitarnya menjadi tenang

Ancaman Terhadap Padang Lamun

 Pengerukan dan pengurugan dari aktivitas pembangunan (pemukiman pinggir laut,


pelabuhan, industri dan saluran navigasi)
 Pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin

 Pembuangan sampah organik

 Pencemaran limbah pertanian

 Pencemaran minyak dan industri

Upaya pelestarian Padang Lamun

 Mencegah terjadinya pengrusakan akibat pengerukan dan pengurugan kawasan lamun

 Mencegah terjadinya pengrusakan akibat kegiatan konstruksi di wilayah pesisir

 Mencegah terjadinya pembuangan limbah dari kegiatan industri, buangan termal serta
limbah pemukiman

 Mencegah terjadinya penangkapan ikan secara destruktif yang membahayakan lamun

 Memelihara salinitas perairan agar sesuai batas salinitas padang lamun

 Mencegah terjadinya pencemaran minyak di kawasan lamun

Metode Pengukuran dan Penentuan Status Padang Lamun

 Metode Transek Garis atau Line Intercept Transect (LIT) dan Petak contoh (Transect
plot)

 Yaitu metode pencuplikan contoh populasi suatu komunitas dengan pendekatan petak
contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut

Pemanfaatan Lamun

Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada padang
lamun ada berbagai penghuni tetap ada  pula yang bersifat sebagai pengunjung. Hewan   yang 
datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah atau mengasuh anaknya seperti ikan. Selain 
itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu
(turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii (Nontji, 1987).

Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai perlindungan
dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan
makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan
nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang
sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini.
Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae,
epifit, mikroflora dan fauna.

EKOSISTEM MANGROVE

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur
tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim.
Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan
kurang dari 8% (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000).

Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies
pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam
perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8
famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora,
Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan
Conocarpus (Bengen, 2000).

Daya Adaptasi Mangrove Terhadap Lingkungan

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap lingkungan. Bengen (2001),
menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :
1. Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove memiliki bentuk
perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misalnya :
Avecennia spp., Xylocarpus., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara;
dan (2) bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora spp.).
2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi :

-          Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.

-          Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan
garam.

-          Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

3.  Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut,   dengan cara
mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horisontal yang
lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil
unsur hara dan menahan sedimen.

Ancaman terhadap Hutan Mangrove

Perubahan hutan mangrove menyebabkan gangguan fungsi ekologi mangrove:

- Konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak, pemukiman,    pertanian, pelabuhan dan
perindustrian

- Pencemaran limbah domestik dan bahan pencemar lainnya

- Penebangan ilegal

Kriteria Baku Kerusakan Mangrove

Parameter Penutupan (%) Kerapatan (pohon/Ha)


Baik Sangat Padat > 70% > 1500
Sedang > 50 – < 75 > 1000 – <1500
Rusak Jarang < 50 < 1000

KepMen LH No.201 Tahun 2004

disusun oleh :

Reza Muhammad Azhar (230210080007)

Enjang Hernandi Hidayat (230210080068)


Ekosistem
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

ekosistem padang rumput adalah contoh ekosistem terestrial

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.[1] Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi.[1]
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal
balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur
biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.[1] Matahari
sebagai sumber dari semua energi yang ada.[1]

Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan


fisik sebagai suatu sistem.[2] Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya
organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.[2] Pengertian ini
didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama
dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi
cocok untuk kehidupan".[2] Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer
dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.[2]

Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat
ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran
yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi.[3]
Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang
sempit terhadap makanannya, yaitu bambu.[1] Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem
dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber
makanannya.[1] Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran
toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan
memanipulasi alam.[2]

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Komponen pembentuk
o 1.1 Abiotik
o 1.2 Autotrof
o 1.3 Heterotrof
o 1.4 Pengurai
 2 Kebergantungan
o 2.1 Antar komponen biotik
o 2.2 Antar komponen biotik dan abiotik
 3 Tipe-tipe Ekosistem
o 3.1 Akuatik (air)
o 3.2 Terestrial (darat)
o 3.3 Buatan
 4 Lihat Pula
 5 Referensi

[sunting] Komponen pembentuk


Semua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan
ekosistem yang teratur[4]. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari
ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang
terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah
air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.[4] Komponen-komponen pembentuk
ekosistem adalah:

[sunting] Abiotik

Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium
atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.[4] Sebagian besar
komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya.[2] Komponen abiotik dapat berupa
bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang mempengaruhi distribusi organisme, yaitu[2]:

1. Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk
meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
2. Air. Ketersediaan air mempengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi
terhadap ketersediaan air di gurun.
3. Garam. Konsentrasi garam mempengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis.
Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
4. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis. Air dapat
menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang
terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu
sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
5. Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi
mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya
di tanah.
6. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro
meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang
dihuni komunitas tertentu.

[sunting] Autotrof

Komponen autotrof terdiri dari organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dari bahan
anorganik dengan bantuan energi seperti sinar matahari (fotoautotrof) dan bahan kimia
(kemoautotrof).[4] Komponen autotrof berperan sebagai produsen.[4] Yang tergolong autotrof
adalah tumbuhan berklorofil.[4]

[sunting] Heterotrof

Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang
disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya.[4] Komponen heterotrof disebut juga
konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil.[4] Yang
tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.[4]
[sunting] Pengurai

Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme mati.[4] Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang
dimakan berukuran lebih besar.[1] Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian
tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen.[4] Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur.[4] Ada pula pengurai yang disebut
detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu
kayu.[4] Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu[2]:

1. aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan


2. anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan
3. fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima elektron.

[sunting] Kebergantungan

rantai makanan

Kebergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar komponen biotik atau antara komponen
biotik dan abiotik[2].

[sunting] Antar komponen biotik

Kebergantungan antar komponen biotik dapat terjadi melalui[2]:


1. Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan
dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi.
Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka
tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya
adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen
primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-
hewan karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya,
sebagian energi akan hilang.[2]
2. Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena
setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.

[sunting] Antar komponen biotik dan abiotik

Kebergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui siklus materi,
seperti[2]:

1. siklus karbon
2. siklus air
3. siklus nitrogen
4. siklus sulfur

Siklus ini berfungsi untuk mencegah suatu entuk materi menumpuk pada suatu tempat.[2] Ulah
manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklik menjadi nonsiklik, manusia cenderung
mengganggu keseimbangan lingkungan.[2]

[sunting] Tipe-tipe Ekosistem


Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan.
[5]

[sunting] Akuatik (air)

ekosistem sungai
 Ekosistem air tawar.

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang,
dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.[5] Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis
ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji.[5] Hampir semua filum hewan terdapat dalam air
tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.[5]

 Ekosistem air laut.

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai
55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.[5] Di daerah
tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat
batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang
disebut daerah termoklin.[5]

 Ekosistem estuari.

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.[5] Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Ekosistem estuari memiliki
produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi[1]. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari
antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.[5] Komunitas hewannya antara lain
berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.[5]

 Ekosistem pantai.

Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan
Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin.[5] Tumbuhan yang
hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.[5]

 Ekosistem sungai.

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah.[5] Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air[5]. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.[5]
Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan
lumba-lumba.[5]

 Ekosistem terumbu karang.

Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai.[1] Efisiensi ekosistem ini sangat tinggi.[1]
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain.[4]
Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang.[4]
Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan
karnivora.[4] Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.[1]
 Ekosistem laut dalam.

Kedalamannya lebih dari 6.000 m.[4] Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat
mengeluarkan cahaya.[4] Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.[4]

 Ekosistem lamun.

Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di
lingkungan laut[6]. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.[6] Seperti
halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang
merayap yang efektif untuk berbiak.[6] Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut lainnya (alga dan
rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan
sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara.[6] Sebagai sumber daya hayati, lamun
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.[6]

[sunting] Terestrial (darat)

ekosistem hutan hujan tropis memiliki produktivitas tinggi.

ekosistem taiga merupakan hutan pinus dengan ciri iklim musim dingin yang panjang.
ekosistem tundra didominasi oleh vegetasi perdu.

Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah hujan.[2]
Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan.[2] Iklim sangat penting untuk
menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu tempat tertentu.[2] Pola
ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir, kebakaran, atau aktivitas manusia.[2]

 Hutan hujan tropis.

Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik.[5] Ciri-cirinya adalah curah hujan 200-
225 cm per tahun.[5] Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang
lainnya tergantung letak geografisnya.[5] Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang
pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi).[5] Dalam hutan basah terjadi
perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme.[5] Daerah tudung
cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu dan kelembapan tinggi, suhu sepanjang hari sekitar
25 °C.[5] Dalam hutan hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek
sebagai epifit.[5] Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung
hantu.[5]

 Sabana.

Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi
temepratur dan kelembaban masih tergantung musim.[6] Sabana yang terluas di dunia terdapat di
Afrika; namun di Australia juga terdapat sabana yang luas.[6] Hewan yang hidup di sabana antara
lain serangga dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.[1]

 Padang rumput.

Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik.[4] Ciri-ciri
padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun tidak teratur,
porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air) cepat.[4] Tumbuhan yang ada terdiri atas
tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan.[4] Hewannya
antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan
ular.[4]
 Gurun.

Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput.[6] Ciri-ciri ekosistem
gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun).[6] Perbedaan suhu antara siang dan
malam sangat besar.[6] Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil[6]. Selain itu,
di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.[6] Hewan
yang hidup di gurun antara lain rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa
hewan nokturnal lain.[6]

 Hutan gugur.

Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki emapt musim, ciri-cirinya adalah
curah hujan merata sepanjang tahun.[4] Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.[4]
Hewan yang terdapat di hutam gugur antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk,
dan rakun (sebangsa luwak).[4]

 Taiga

Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya
adalah suhu di musim dingin rendah.[5] Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu
spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya.[5] Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali,
sedangkan hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang
bermigrasi ke selatan pada musim gugur.[5]

 Tundra

Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di
puncak-puncak gunung tinggi.[5] Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.[5] Contoh
tumbuhan yang dominan adalah sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan
rumput alang-alang.[5] Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang
dingin.[5]

 Karst (batu gamping /gua).

Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.[6] Kawasan karst di
Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk
pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang
rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro.[6] Ekosistem karst
mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem
lain.[6]

[sunting] Buatan
sawah merupakan salah satu contoh ekosistem buatan

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.[5]
Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan
didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.[1] Contoh ekosistem
buatan adalah[5]:

 bendungan
 hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
 agroekosistem berupa sawah tadah hujan
 sawah irigasi
 perkebunan sawit
 ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
 ekosistem ruang angkasa.[1]

Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang banyak.[2] Kebutuhan
materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang eksesif seperti
polusi dan panas.[2]

Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi sendiri
kebutuhannya tanpa tergantung input dari luar.[1] Semua ekosistem dan kehidupan selalu
bergantung pada bumi.[1]

[sunting] Lihat Pula


 Ekologi
 Relung (ekologi)

[sunting] Referensi
1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta. Hlm. 13-15
2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t (en) Campbell NA, Reece JB. 2009. Biology. USA: Pearson Benjamin
Cummings. Page. 415-419.
3. ^ ITB. 2004. Ekosistem sebagai lingkungan hidup manusia. Diakses pada 11 April 2010.
4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Anonim. 2000. Susunan dan Macam EkosistemDiakses pada 11
Apr 2010.
5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af Aryulina D, et al. 2004. Biologi SMA untuk kelas X.
Jakarta: Esis.Hlm. 211-215.
6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Anonim. 2010. EkosistemDiakses pada 11 Apr 2010.
EKOLOGI LAUT

Ekologi laut merupakan ilmu yang mempelajari tentang Ekosistem air laut. Ekosistem air
laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang, dan padang lamun. Berikut
penjelasan tentang ekologi laut.

1. Laut

Habitat air laut (oceanic) ditandai oleh salinitas yang tinggi dengan ion Cl- mencapai 55%
terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik,
suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air
yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termocline.

Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah
menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan
terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan
kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.

 Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.


 Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian
dasar dalamnya ± 300 meter.
 Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
 Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
Gambar 1. Pembagian Ekosistem air laut berdasaarkan kedalamannya
2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin
ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut :
o Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar
200 m.
o Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200 1000
m. Hewannya misalnya ikan hiu.
o Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m.
Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
o Abisal pelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak
terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu
menembus daerah ini.
o Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang
dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang
bersimbiosis dengan karang tertentu.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir
sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak
minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang.
Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.

Organisme-organisme yang hidup di laut antara satu pembagian daerah dengan daerah lain
berbeda-beda. Berikut gambarannnya :
Gambar 2. Organisme yang terdapat di zona Pelagic laut : (a) Chaetoceros; (b) Biddulphia; (c)
Nitzchia; (d) Gymnodinium; (e) Tallassiosira; (f) ceratium; (g) Coccolithophoorids; (h) Favella;
(i) Globigerina; (j) Protocystis; (k) Clione; (l) Calanus; (m) Pelagia; (n) Tomopteris; (o)
Saggita; (p) Euphausia; (q) Balaenoptera; (r) Physeter; (s) Apherusa; (t) Cylocsalpa.

Gambar 3. Ikan-ikan yang terdapat di kedalaman laut: (a) Argyropelecus; (b) Bthypterois; (c)
Linophryne; (d) Lasiognatus; (e) Malacostus; (f) Edriolynchus; (g) Gigantactis; (h)
Macropharynx
Gambar 4. Binatng bentik yang terdapat di laut dalam : (a) Eremicaster; (b) Ophiura; (c)
Odostomia; (d) Diastylis; (e) Ischnomesus; (f) Storthyngura; (g) Neotanais.

Gambar 5. Organisme yang terdapat di zona neritik laut. (a) Ulva; (b) Ectocarpus; (c) Alaria; (d)
Sargassum alga cokelat; (e) Rhodimenia; (f) Polyshiphonia; (g) Podon; (h) Phtisicia; (i) Thia
larva; (j) Branacle nauplius; (k) Acartia; (l) Phyllosoma larva dari lobster; (m) Plathynereis; (n)
Ostrea; (o) Snail Larva; (p) Larva Brittle Bintang; (q) Gadus; (r) Solea.

3. Ekosistem Pantai

Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup
di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Sebagai
daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat hempasan gelombang dan
hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan
pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai.
Gambar 6. Ilustrasi kehidupan ekosistem pantai (pesisir)

Tumbahan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut bergerombol membentuk
unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit vegetasi yang terbentuk karena habitatnya
disebut formasi. Setiap formasi diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling
dominan.

Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, yaitu hutan bakau. Hutan bakau
biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan dasarnya terdiri atas
lumpur.

Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung
pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni
oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting,
landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.

Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh
beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem
hutan pantai dapat dibedakan menjadi dua, yaitu formasi Pres-Caprae dan formasi Baringtonia

1. Formasi Pres-Caprae

Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan
ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin),
Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum
asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).

2. Formasi Baringtonia

Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia,


Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.
Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang
memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang
kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan
sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara
lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.

Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra,
Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

4. Estuari

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari
oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara
bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian
dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.

Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat
kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air. Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup
yang terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan
terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau Drainase yang berasal dari muara
sungai, teluk, rawa pasang surut.

Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air sungai, kisaran
pasang surut, dan bentuk garis pantai. Kebanyakan estuaria didominasi subtrat Lumpur yang
berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel yang
mengendap kebanyakan bersifat organik, subtrat dasar estuaria biasanya kaya akan bahan
organik. Bahan organic ini menjadi cadangan makanan utama bagi organisme estuaria. Berikut
gambar beberapa contoh estuaria:

Klasifikasi

1. Estuaria berstratifikasi nyata atau bajigaram dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara
air tawar dan air laut, didapatkan dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominant
ketimbang penyusupan air laut.
2. Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical, pengaruh pasang surut
sangat dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan tidak membentuk
stratifikasi.
3. Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat), paling umum dijumpai. Aliran air tawar
seimbang dengan masuknya air laut bersama arus pasang.

Berikut penjelasan pada gambar dibawah ini:

Biota estuaria

1. Hewan

 Spesies endemik (seluruh hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai macam kerang
dan kepiting serta berbagai macam ikan.
 Spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa spesies udang
dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut.
 Spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke sungai dan
sebaliknya seperti sidat dan ikan salmon.

2. Tumbuhan
o Tumbuhan Lamun (sea grass)
o Algae makro (sea weeds) yang tumbuh di dasar perairan.
o Algae mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun
lamun.
Karakteristik estuaria

1. Keterlindungan: karena estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan
terlindung dari gelombang laut yang memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria
dan memungkinkan larva kerang-kerangan menetap di dasar perairan.
2. Kedalaman: relativ dangkal→ memungkinkan cahaya matahari mencapai dasar
perairan→ tumbuhan akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan, karena
dangkal memungkinkan penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan cepat serta
menangkal masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal).
3. Salinitas air: air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota yang
padat,aliran yang berlapis juga menguntungkan.
4. Sirkulasi air: perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan salinitas
menciptakan suatu system gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota yang
hidup tersuspensi dalam air, yaitu plangton.
5. Pasang: energinya merupakan tenega penngerak yang penting, antara lain mengangkut
zat hara dan plangton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
6. Penyimpanan dan pendauran zat hara: kemampuan menyimpan energi, daun pohon
mangrove dan lamun serta alga mengkonversi zat hara dan menyimpanyasebagai bahan
organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh organisme hewani.

Produktivitas Hayati Estuaria

Ekosistem estuaria merupakan ekosistem yang produktif. Produktivitas hayatinya setaraf dengan
prokduktivitas hayati hutan hujan tropik dan ekosistem terumbu karang. Produktivitas hayati
estuaria lebih tinggi ketimbang produktivitas hayati perairan laut dan ketimbang perairan tawar
sebab:

1. Estuaria berperan sebagai penjebak zat hara.

Jebakan ini bersifat fisik dan biologis. Ekosistem estuaria mampu menyuburkan diri
sendiri melalui :
o Dipertahankanya dan cepat di daur ulangnya zat-zat hara oleh hewan-hewan yang
hidup di dasar esutaria seperti bermacam kerang dan cacing.
o Produksi detritus, yaitu partikel- partikel serasah daun tumbuhan akuatik makro
(makrofiton akuatik) seperti lamun yang kemudian di makan oleh bermacam ikan
dan udang pemakan detritus.
o Pemanfaatan zat hara yang terpendam jauh dalam dasar lewat aktivitas mikroba
(organisme renik seperti bakteri ), lewat akar tumbuhan yang masuk jauh kedalam
dasar estuary, atau lewat aktivitas hewan penggali liang di dasar estuaria seperti
bermacam cacing.
2. Di daerah tropik estuaria memperoleh manfaat besar dan kenyataanya bahwa tetumbuhan
terdiri dari bermacam tipe yang komposisinya sedemikian rupa sehingga proses
fotosintesis terjadi sepanjang tahun. Estuaria sering memiliki tiga tipe tumbuhan, yaitu
tumbuhan makro (makrofiton) yang hidup di dasar estuary atau hidup melekat pada daun
lamun dan mikrofiton yang hidup melayang-layang tersusvensi dalam air (fitoplangton).
Proses fotosintesis yang berlansung sepanjang tahun ini menjamin bahwa tersedia
makanan sepanjang tahun bagi hewan akuatik pemakan tumbuhan. Dalam hal ini mereka
lebih baik, dinamakan hewan akuatik pemakan detritus, karena yang dimakan bukan daun
segar melainkan partikel-partikel serasah makrofiton yang dinamakan detritus.
3. Aksi pasang surut (tide) menciptakan suatu ekosistem akuatik yang permukaan airnya
berfluktuasi.

Pasang umumnya makin besar amplitudo pasang surut, makin tinggi pula potensi
produksi estuaria, asalkan arus pasang tidak tidak mengakibatkan pengikisan berat dari
tepi estuaria. Selain itu gerak bolak-balik air berupa arus pasang yang mengarah
kedaratan dan arus surut yang mengarah kelaut bebas, dapat mengangkut bahan makanan,
zat hara, fitoplanton, dan zooplangton.

Peran Ekologis Estuaria

Secara singkat, peran ekologi estuaria yang penting adalah :


 Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian estuari yang jauh dari garis
pantai maupun yang berdekatan denganya, lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation).
 Menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting sebagai tempat
berlindung dan tempat mencari makan (feeding ground).
 Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup dilepas pantai, tetapi
bermigrasi keperairan dangkal dan berlindung untuk memproduksi dan/atau sebagai
tempat tumbuh besar (nursery ground) anak mereka.
 Sebagai potensi produksi makanan laut di estuaria yang sedikit banyak didiamkan dalam
keadaan alami. Kijing yang bernilai komersial (Rangia euneata) memproduksi 2900 kg
daging per ha dan 13.900 kg cangkang per ha pada perairan tertentu di texas.

Andaikata 2 kkal per gram berat basah, hasil ini berarti sekitar 580 kkal per m, atau
sebanding dengan hasil ikan dari kolam buatan yang di kelola dan di pupuk paling intensif,
tentu saja dengan mengigat bahwa tempat pemeliharaan kijing memerlukan masukan energi
dari perairan yang berdekatan.

 Sebagai tempat budidaya tiram dengan rakit seperti diterapkan di jepangan, dapat
meningkatkan lima sampai sepuluh kali dari panen yang diperoleh populasi liar. Sehingga
dapat menghasilkan makanan berprotein sebanyak 2.000 kkal per m setiap tahun
(Burukawa, 1968).
5. Terumbu Karang

Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari
karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah
komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.

Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang
mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya
dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.

Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik
lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang.
Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan
karnivora.

Seluruh ekosistem di dunia disebut biosfer. Dalam biosfer, setiap makhluk hidup
menempati lingkungan yang cocok untuk hidupnya. Lingkungan atau tempat yang cocok untuk
kehidupannya disebut habitat. Dalam biologi kita sering membedakan istilah habitat untuk
makhluk hidup mikro, seperti jamur dan bakteri, yaitu disebut substrat.

Dua spesies makhluk hidup dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memiliki
relung (nisia) berbeda. Nisia adalah status fungsional suatu organisme dalam ekosistem. Dalam
nisianya, organisme tersebut dapat berperan aktif, sedangkan organisme lain yang sama
habitatnya tidak dapat berperan aktif. Sebagai contoh marilah kita lihat pembagian nisia di hutan
hujan tropis.

Terumbu karang adalah ekosistem yang unik diantara ekosistem yang lainnya, karena
ekosistem ini tersusun dari deposit kapur kalsium karbonat (CaCo3)yang sebagian besar dibentuk
oleh karang sehingga paktor linkungan yang mempengaruhi pertumbuhan karang juga
mempengaruhi keberadaan ekosistem (White, 1987). Terumbu karan hanya terdapat di laut
tropik. Penghasil utama kalsium karbonat ini adalah karang pembentuk terumbu karang yaitu
karang hermatipik (stony/hard corals). Suatu hewan avertaberata yang termasuk filum cnidaria,
kelas anthozoa, ordo scelerectina yang mirif dengan ubur-ubur, dengan sedikit penambahan
deposit kalsium karbonat., dan jenis mikro alga atau ganggang laut yang bersimbiosi dengan
karang.
Gambar 8. Struktur Terumbu Karang

Karang memiliki tentakel yang mengelilingi mulut dan dalam tentakel tedapat sel
penyengat (nematokis) yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsanya, dengan tentakel tersebut
individu karang dinamakan polip karang. Warna tentakel karang keras secara umum tidak
berwarna atau bening seperti ubur-ubur, namun ada pula beberapa coklat mudah, polip karang
keras umumnya hidup berkoloni. Dan mereka menyatukan rangka kapur satu dengan yang
lainnya, sehingga dari luar mereka terlihat seperti batu kapur. Kelompok karang lainya yang
terdapat di terumbu karang adalah kelompok karang lunak, kelompok anemon, dan kelompok
kipas laut. Dengan adanya kelompok-kelompok karang maka terbentuk lah suatu hamparan
terumbu karang di mana di dalamnya tedapat beberapa tumbuhan dan berbagai hewan laut
lainya.

Simbiosis Mutualime Polip Karang dengan Zooxantellae

Polip karang bersimbiosis dengan alga bersel tunggal (monuceluler), yang terdapat dalam
jaringan endoderm karang. Alga ini termasuk dalam dinopllagelata marga symbiodinium yang
mempumyai klorofil untuk proses fhotosintesis. Alga ini dapat disebut sebagai zooxantellae.
Gambar 9. Terumbu Karang Ketika Berkoloni

Zoxantellae mendapatkan keuntungan karena ia mendapat tempat tinggal yang aman di


dalam tubuh si polip karang keras. Sedangkan polip karang keras mendapatkan keuntungan
karena mendapatkan makanan dari hasil fhotosintesis alga yaitu oksigen dan energi. Hasil
metabolisme makanan dari karang diambil Zoxantellae untuk proses photosintesis dengan
bantuan sinar matahari, kemudian hasilnya di manfaatkan polip karang. Dengan demikian
keduanya saling ketergantungan dan tidak dapat bertahan hidup tanpa ada salah satunya.
Zoxantellae adalah salah satu penyusun karang yang paling penting. Tanpa peran zooxantella
terumbu karang tidak akan terbentuk karena polip karang keras tidak akan dapat hidup tanpa
Zoxantellae.

Syarat-Syarat Karang Dapat Berkembang dengan Baik

Perairan bersih, bebas sediment, dan polusi, perairan yang masih bisa tembus cahaya, ada
beni (planula), adanya arus, ada subtrat untuk menempel, kekeruhan dan pencerahan, ada
gelobang, suhu atau temperature (suhu yang paling baik adalah 18 – 40 pada suhu yang optimal
adalah 23 – 25), kedalaman air antara 1-50 meter kedalaman optimalnya 25 meter secara pertikal
dan horizontal, dan salinitas antara 30-36 %.

Tipe Terumbu Karang

Terdapat tiga tipe terumbu karang, yaitu 1. terumbu karang tepi (fringing reef/shore reef),
2. terumbu karang penghalang (barrier reef), 3. terumbu karang cincin atau atoi.

Terumbukarang cincin atau atoi merupakan terumbu karang yang berbentuk cincin yang
muncul dari perairan dalam dan jauh dari daratan.
Terumbu karang tepid dan terumbu karang penghalang berkembang sepanjang pantai.
Perbedaanya adalah bahwa terumbu karang penghalang terdapat lebih jauh dari daratan dan
terdapat di perairan yang lebih dalam disbanding dengan terumbu karang tepi. Karenanya kedua
tipe ini sering di kelompokan. Diasia tenggara termasuk Indonesia terumbu karang tepi
merupakan tipe yang paling umum didapatkan.

Perkembang Biakan pada Karang


Gambar 10. Proses Perkembangbiakan Terumbu Karang

1. Secara Aseksual.

Polip karang keras dapat berkembang biak secara aseksual, yakni tanpa peleburan sel sperma dan
sel telur. Mereka dapat berkembang biak antara lain dengan cara membelah diri, bertunas,
dan fragmentasi. Membelah diri berarti dari satu polip karang kemudian membentuk
kembaranya dan menjadi dua polip karang, demikian seterusnya sehingga terbentuk koloni
karang. Bertunas yakni dari satu polip karang keras kemudian muncul polip karang baru
seperti pada tunas pepohonan. Secara Frag mentasi yakni dengan terlepasnya salah satu dari
bagian polip karang keras berikut rangkanya. Jika kondisi alam menguntungkan, maka
bagian yang terlepas itu kemudian hidup menempel dan membentuk koloni baru.

2. Secara seksual
o Satu polip karang kers dapat mengeluarkan sel telur ke air, dan polip karang keras
yang lain dapat melepaskan sel sperma ke air.
o Di dalam air sel telur dan sel sperma itu akan melebur menjadi satu dan
membentuk larva (planula), yakni calon atau benih polip karang keras yang baru.
o Setelah menjalani hidup seperti plangton selama 1 bulan, larva karang keras akan
menuju dasar laut dan mencari subtract untuk menempel. Tempat keras/ subtract
yang dicari pada umunya adalah timbunan kapur, atau bekas rangka kapurdari
suatu koloni karang yang telah mati.
o Setelah larva karang keras menempel, ia akn berubah menjadi satu polip karang
keras. Kemudian dari satu polip karang keras ini ia kembali berkembang biak
secara membelah diri dan bertunas sehingga terbentuklah koloni karang keras
yang baru.
Peran Terumbu Karang

 Terumbu karang penghalang melindungi pantai dari hempasan ombak → mencegah


terjadinya erosi pantai dan kerusakan lain yang diakibatkan oleh aksi gelombang.
 Terumbu karang menyadiakan tempat tinggal, tempat mencari makan (feeding groud),
tempat pengasuhan (nusery ground), dan tempat pemijahan (spawning ground) bukan
saja bagi biota laut yang hidup di terumbu karang tetapi juga bagi biota laut yang hidup di
perairan di sekitarnya.
 Sebagai sumber makanan dan mata pencaharian nelayan.
 Sumber bahan dasar untuk obat-obatan dan kosmetik seperti dari beberapa jenis alga atau
rumput laut.
 Sebagai objek wisata dan sebagai sarana rekreasi masyarakat.
 sebagai sumber bibit budidaya dan menunjang kegiatan pendidikan dan penelitian.

Pemanfaatan Sumber Terumbu Karang oleh Manusia

o Berbagai sumber terumbu karang dapat dimanfaatkan secara langsung maupun


tak langsung oleh manusia. Usaha penangkapan ikan, udang, teripang dan penyu
merupakan salah satu bentuk pemanfaatan langsung.
o Jenis pemanfaatan langsung lain yang terdapat di Indonesia adalah penambangan
karang batu sebagai bahan konstruksi dan bahan baku pembuatan kapur.
Penambangan karang batu dapat menimbulkan kerusakan fisik pada terumbu,
sehingga terumbu karang tidak lagi berfungsi baik sebagai penahan hempasan
ombak. Akibatnya, timbul erosi pantai di daratan yang berhadapan dengan
terumbu dan kerusakan fisik pada struktur yang terdapat di pantai.
6. Padang Lamun

Tumbuhan lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga dan berpembuluh (vascular


plant) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam air laut. Tumbuhan
lamun jelas memiliki akar, batang, daun, buah dan biji. Lamun termasuk dalam kelas
monocotyledoneae, anak kelas Alismatidae sukunya Hydroecharitaceae dengan contoh jenis
Syrinsodium isoetifolium tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang memungkinkan hidup di
lingkungan laut yaitu:

1. Mampu hidup di media air asin


2. Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam
3. Mempunyai system perakaran jangkar yang berkembang baik
4. Mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan
terbenam

Lamun memiliki perbedaan yang nyata dengan tumbuhan yang hidup terbenam dalam laut
lainnya seperti makro alga atau rumput laut (sea weeds). sea weed termasuk dalam difisi
thallophys (tumbuh-tumbuhan berthalus), warna menjadi ciri khas tumbuhan ini, sifat khas difisi
ini adalah antara akar, batang dan daun belum bias dibedakan.

Gambar 11. Perbedaan Lamun dengan Alga (Agar-Agar)


Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan rantai yang dasarnya
berupa Lumpur, pasir, krikil, dan patahan karang mati, dengan kedalaman 4 meter dalam
perairan yang sangat jernih. Beberapa jenis lamun bahkan ditemukan tumbuh sampai 8-15 meter
dan 40 meter.

Tempat yang banyak ditumbuhi lamun membentuk suatu ekosistem yang dinamakan padang
lamun. Padang lamun adalah suatu hamparan ekosistem yang sebagian besar terdiri dari
tumbuhan lamun dan dihuni oleh berbagai jenis biota laut seperti Bintang Laut, teripang, rumput
laut (ganggang laut), dan berbagai jenis ikan.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa semakin lebat padang lamun, maka keanekaragaman
dan kelimpahan spesies ikan akan meningkat, padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal
yang tersusun atas satu jenis lamun yang membentuk padang lebat (monospesifik) dan dapat
juga membentuk vegetasi campuran yang terdiri dari 2-12 jenis lamun yang tumbuh bersama-
sama pada satu subtract. Pada spesies lamun yang biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal
adalah thallassia Hemprichii, enhalus Acroides, Halophila ovalis, Halodule universis,
Chymodocea serrulata, Thalassodendron ciliatum.
Gambar 12. Beberapa Laum yang umum ditemukan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi distribusi dan pertumbuhan lamun adalah: kecerahan,
temperature, salinitas, substrat dan kecepatan arus.

1. Kecerahan

Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanakan proses


fotosintesis. Hal ini terbukti dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa distribusi
lamun hanya terbatas pada perairan yang tidak terlalu dalam.

2. Temperatur

Kisaran suhu optimal bagi lamun adalah 28-300 C. Kemampuan proses fotosintesis akan
menurun dengan tajam apabila tempereatur perairan berada di luar kisaran optimal
tersebut.

3. Salinitas

Spesies lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap salinitas, namun
sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu 10-40%o. Nilai salinitas optimum untuk
lamun 35%o. Salah satu factor yang menyebabkan kerusakan ekosistem padang lamun
adalah meningkatnya salinitas yang diakibatkan oleh berkurangnya suplai air tawar dari
sungai.

4. Substrat

Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe subtract, mulai dari Lumpur sampai
sediment dasar yang terdiri dari endapan Lumpur halus sebesar 40%. Kedalaman substrat
berperan dalam menjaga stabilitas sediment yang mencakup 2 hal, yaitu pelindung
tanaman dari arus air laut, dan tempat pengolahan serta pemasok nutrient.

5. Kecepatan Arus Perairan


Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat
kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai kemampuan
maksimal untuk tumbuh.

Perkembangbiakan dan Pemanfaatan Lamun

Reproduksi lamun dapat dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dengan
membentuk stolon, secara seksual dengan hydrophilus: plennya tersebar di badan air dan
epihidrophyly: polennya berada dipermukaan air.

Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada
padang lamun ada berbagai penghuni tetap ada  pula yang bersifat sebagai pengunjung. Hewan  
yang  datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah atau

mengasuh anaknya seperti ikan. Selain  itu, ada pula hewan yang datang mencari makan
seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium
isoetifolium dan Thalassia hemprichii (Nontji, 1987).

Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai


perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai
sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan
hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan
komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di
perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat
untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna.
Pada padang lamun ini hidup  berbagai macam spesies hewan, yang berassosiasi dengan
padang lamun. Di perairan Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang berassosiasi dengan 
beberapa jenis ikan. Di teluk Ambon di temukan 48 famili dan 108 jenis ikan. Di Teluk Ambon
ditemuklan 48 famili dan 108 jenis ikan adalah sebagai penghuni lamun, sedangkan di
Kepulauan Seribu sebelah utara Jakarta di temukan 78 jenis ikan yang berassosiasi dengan
padang lamun. Selain ikan, sapi laut dan penyu serta banyak hewan invertebrata yang 
berassosiasi dengan padang lamun, seperti: Pinna sp, beberapa Gastropoda, Lambis, Strombus,
teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus doratum) yang ditemukan di
Florida selatan (Nybakken, 1988)

Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian padang lamun akan
tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah Enhalus acoroides, sehingga
burung-burung berdatangan mencari makann di padang lamun ini (Nontji, 1987).

Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut  dangkal
yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam
menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian
diketahui  bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:

1. Sebagai Produsen Primer

Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan


ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang  (Thayer et al.
1975).

2. Sebagai Habitat Biota

Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan
tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai
daerah asuhan, padang pengembalaan  dan makan   dari berbagai  jenis ikan herbivora dan ikan–
ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).

3. Sebagai Penangkap Sedimen


Daun lamun yang  lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak,
sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat
menahan  dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan  dan menstabilkan dasar
permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah
erosi ( Gingsburg & Lowestan 1958).

4. Sebagai Pendaur Zat Hara

Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen
yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.

Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu
ekosistem bahari yang produktif. ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara
lain:

 Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui I tekanan–tekanan


dari  arus dan gelombang.
 Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan
sedimentasi.
 Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke
padang lamun.
 Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
 Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
 Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.

Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupuin secara modern.

Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :

1. Digunakan untuk kompos dan pupuk


2. Cerutu dan mainan anak-anak
3. Dianyam menjadi keranjang
4. Tumpukan untuk pematang
5. Mengisi kasur
6. Ada yang dimakan
7. Dibuat jaring ikan

Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:

1. Penyaring limbah
2. Stabilizator pantai
3. Bahan untuk pabrik kertas
4. Makanan
5. Obat-obatan
6. Sumber bahan kimia.
Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi
berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air. bahkan
ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem
padang lamun  masih belum banyak dikenal  baik pada kalangan akdemisi maupun  masyarakat
umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumnbu karang dan
ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu
kesatuan sistem dalam menjalankan  fungsi ekologisnya. Ekosistem padamg lamun memiliki
atribut ekologi yang penting yang berhubungan dengan sifat fisika, kimia dan proses biologi
antar ekosistem di wilayah pesisir dan proses keterkaitan ke tiga ekosistem ini Kerusakan Padang
Lamun

Kerusakan yang terjadi pada padang lamun dapat disebabkan oleh natural stress dan
anthrogenik stress. Natural stress bias disebabkan gunung meletus, sunami, kompetisi, predasi.
Sedangkan anthrogenik stress bisa disebabkan :

 Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.


 Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh sinar
matahari).
 Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuntuk tambak memupuk tambak).
 Water polution (logam berat dan minyak).
 Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihandan cara penangkapannya yang merusak.
Ekologi air tawar
Posted on 10 January, 2008 by Erik Change

Lingkungan air tawar :

Tipe tipe dan faktor factor pembatas

Habitat air tawar dapat dibagi menjadi 2 seri, yaitu :

1. Air tergenang, atau habitat lentik (berasal dari kata lenis berarti tenang) : danau, kolam,
rawa atau pasir terapung
2. Air mengalir, atau habitat lotik (berasal dari lotus berarti tercuci) : mata air, aliran air
(brook-creek) atau sungai.

Habitat air tawar menempati daerah yan relatif kecil pada permukaan bumi, dibandingkan
dengan habitat lautan dan daratan, teteapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti
dibandingkan denganluas daerahnya. Karena alasan alasa sebagai berikut :

1. Habitat air tawar merupakan sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan
domestik maupun industri (air mungkin dapat diperoleh dalam jumlah lebih banyak dari
laut, tetapi dengan biaya dengan biaya yang lebih tinggi yaitu lebih banyak energi yang
diperlukan dan adanya popusi garam).
2. Komponen air tawar adalah “leher botol” (daerah kritis) pada daur hidrologi .
3. Ekosistem air tawar menawarkan sistem pembuangan yang memadai dan paling murah.
Karena manusia menyalah gunakan sumber daya ini maka jelas bahwa usaha untuk
mengurangi tekanan tersebut harus dilakukan secepatnya, bila tidak, air akan menjadi
faktor pembatas bagi manusia.

Faktor-faktor pembatas yang cukup penting pada air tawar, dan yang akan dibicarakan
mendalam pada tiap pembahasan dari sistem akuatik adalah :
 Suhu.

Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara
bersama-sama mengurani perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehina perbedaan
suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada udara. Sifat
yang terpenting adalah :

1.
o Panas jenis yang tinggi, relatif sejumlah besar panas dinutuhkan untuk merubah
suhu air. 1 gram kalori (gkal) panas dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 ml (=1
gram) air 10 C lebih tinggi (antara 15-160) hanya amonia dan beberapa senyawa
lain mempunyai nilai lebih dari satu.
o Panas fusi yang tinggi. 80 kalori dibutuh kan untuk mengubah 1 gram es menjadi
air tanpa mengubah suhunya (dan sebaliknya).
o Panas evaporasi yang tingi. 536 kalori diserap sewaktu evaporasi yang dapat
dikatakan berlangsun terus menerus dari permukaan vegetasi , air dan es, sebagian
besar sinar matahari digunakan untuk evaporasi air dari ekosistem didunia, dan
alur energi ini mengubah iklim dan memungkinkan perkembangan kehidupan
dalam semua keanekaragaman yang menakjubkan.
o Kerapatan air tertinggi terjadi pada suhu 40 C ; diatas dan dibawah titik tersebut
air akan berkembang dan menjadi lebih ringan. Sifat unik ini menyebabkan aira
danau tidak membeku seluruhnya pada musim dingin.

Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor
pembatas utama, karena organisme akuatik seringkali mempunyai toleransi yang
sempit ( stenotermal ). Maka, walaupun terjadi populasi panas yang sedang oleh
manusia, akibatnya dapat amat luas. Perubahan suhu menyebabkan pola sirkulasi
yang khas dan stratifikasi, yang amat mempengaruhi kehidupan akuatik. Daerah
perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi iklim daerah daratan di sekitarnya.
Suhu air paling baik dan efisien diukur menggunakan sensor elektronis seperti termistor.
Pembacaan dan pencatatan langsung dari termistor memudahkan para pemula untuk mengambil
profil suhu dari habitat akuatik.

 Kejernihan

Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona
fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila
disebabkan oleh lumpur dan partikel yangdapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor
pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan
indikasi produktivitas. Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana yang disebut
cakram secchi (dinamakan menurut penemuannya, A.Secchi, seorang Itali yang
memperkenalkannya pada tahun 1865) berupa cakram putih dengan garis tengah kira-kira 20 cm
dan dimasukkan kedalam air sampai tidak terlihat dari permukaan. Kedalaman itu disebut
kejernihan cakram secchi, yang dapat mencapai 40 m pada air yang amat keruh dan berkisar
antara beberapa cm pada air yang amat jernih, tidak produktif didanau yang tinggi letaknya
seperti Danau Crater di Taman Nasional Crater Lake, Oregon. Danau-danau di Wiesconsin yang
telah dipelajari dengan intensif menggunakan cakram secchi sampai kedalaman dimana penetrasi
cahaya kira-kira 5% dari radiasi yang mencapai permukaan. Sementara fotosintesa masih terjadi
pada intensitas rendah, tingkatan 5% menandai batas bawah kebanyakan zona fotosintesa.
Walaupun elas bahwa alat-alat sintesa modern akan memberikan data yang akurat tentang
penetrasi cahaya, cakram secchi masih dianggap alat yang berguna oleh ahli limnologi
yangseringkali mengunakan teknik ini untuk mengatur tingkat fertilisasi untuk menghasilkan
pertumbuhan fitoplankton yang baik tapi tidak terlalu tinggi.

 Arus

Air cukup “padat”, maka arah arus amat penting sebagai faktor pembatas, terutama pada aliran
air. Disamping itu, arus air sering kali amat menentukan distribusi gas yang vital, garam dan
organisme kecil.

 Konsentrasi gas pernapasan


Berbeda dengan lingkungan laut konsentrasi oksigen dan karbon dioksida sering kali terbatas
pada lingkungan air tawar. Pada ”zaman polusi” ini konsentrasi oksigen terlarut dan kebutuhan
oksigen biologis sering kali diukur dan merupakan faktor fisik yang paling intensif dipelajari.
Sebagai suatu gambaran dari ”kantong oksigen” yang disebabkan polusi dan konsekuensinya
dalam hal biota biasanya berlaku berlawanan, ahli ekologi tentang populasi makin lama makin
memperhatikan penyuburan dibandingkan dengan pengaruh yang membatasi dari karbon
dioksida dalam air tawar.

 Konsentrasi garam biogenik

Nitrat dan pospat sampai batas tertentu tampaknya terbatas jumlahnya hampir pada semua
ekosistem air awar. Dalam air danau dan aliran air dengan kesadahan rendah, kalsium dan
garam-garam lain uga tampaknya terbatas. Kecuali pada beberapa mata air mineral, bahkan
pada air dengan kesadahan tertinggi hanya mempunyai kadar garam atau salinitas kurang
dari 0,5%, dibandingkan dengan 30-37% dalam air laut.

Dua ciri lain dari air tawar dapat mempengaruhi umlah dan distribusi dari jenis yan ada (atau
kekayaan kualitas biota). Karena habitat air tawar seringkali terisolasi satu dari yang lain
oleh daratan dan lautan, organisme dengan penyebaran rendah melewati halangan ini
mungkin telah gagal untuk mapan ditempat-tempatyang tidak sesuai. Ikan terutama menadi
subek dari pembatasan ini ; aliran air, misalnya walaupun hanya beberapa kilometer
jaraknya didaratan tetapi karena terisolasi oleh air, mungkin daerahnya (niche) ditempati
oleh jenis yang berbeda. Sebaliknya, kebanyakan organisme kecil seperti panggang, udang,
protozoa dan bakteri mempunyai kemampuan penyebaran yang tinggi. Maka seseorang
mungkin akan menemukan Daphnia dalam kolam di Amerika Serikat dan di Inggris. Buku
pegangan untuk invertebrata air tawar yang ditulis untuk pulau-pulau di Inggris, misalnya
dapat digunakan di Amerika Serikat paling tidak sampai tingkat family atau genus, tanaman
rendah dan invertebrata air tawar menunjukkan tingkat kosmopolitan yang tinggi. Oranisme
air tawar mempunyai persoalan tertentu untuk dipecahkan dalam hubungan dengan
pengaturan tekanan osmose ( osmoregulasi ). Karena konsentrasi garam dalam cairan tubuh
atau sel lebih besar daripada lingkungan air tawar ( yaitu disebut cairan hipertonik ), maka
air cenderung masuk ke dalam tubuh secara osmosis bila selaputnya ( membran ) dapat
ditembus air ( permeabel ), atau kadar aram akan menjadi tinggi bila membran relatif tidak
permeabel. Binatang air tawar, seperti protozoa dengan selaput sel yang tipis dan ikan
dengan insangnya harus mempunyai cara efisien untuk mengeluarkan air ( terlaksana dengan
vakuola kontraktil pada protozoa dan ginjal pada ikan) atau badannya akan membesar dan
meletus. Kesukaran dalam osmoregulasi dapat diterangkan ,paling tidak sebagian, mengapa
sejumlah besar hewan laut dari seluruh Phyllum, kenyataanya belum pernah berhasil
memasuki lingkungan air tawar. Sebaliknya ikan bertulang ( juga burung laut dan mamalia )
yang cairan tubuhnya berkadar garam lebih rendah dari air laut ( yaitu hipotonik ) berhasil
masuk kembali ke laut dengan merubah osmoregulasi metabolis secara perlahan-lahan yang
meliputi pembuangan garam dan penanganan air.
http://erikarianto.wordpress.com/2008/01/10/ekologi-air-tawar/

Anda mungkin juga menyukai