Anda di halaman 1dari 5

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN

NOMOR 10 TAHUN 2004

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN


NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TARAKAN

Menimbang : a. bahwa prosedur dan mekanisme pemberian ijin memakai tanah negara
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 19 Tahun 2001 tentang Ijin
Memakai Tanah Negara perlu disesuaikan dengan tetap mengutamakan prinsip
penertiban dan pengawasan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas,


maka perlu diadakan perubahan dengan penetapannya dalam Peraturan Daerah .

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok


Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2043);
2. Undang-undang Nomor 51 Prp Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah
Tanpa Ijin yang Berhak atau Kuasanya (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor
158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2106);
3. Undang-undang Nomor 56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian
(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2117);
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3209);
5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);
6. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3711);
7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3258);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
10. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyidikan
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 1999 Nomor 11
Seri C-01) jo. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 26 Tahun 2001 tentang
Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999
tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun
2001 Nomor 26 Seri D-09);
11. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 19 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pembuatan Surat Alas Hak Atas Tanah Negara dan Pembuatan Surat Pemindahan
Penguasaan Atas Tanah Negara (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2000
Nomor 18 Seri D).

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN,

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN TENTANG PERUBAHAN ATAS


PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001
TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA.

Pasal I

Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 19 Tahun 2001 tentang Ijin Memakai Tanah
Negara yang ditetapkan di Tarakan tanggal 9 Oktober 2001 dan diundangkan dalam
Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2001 Nomor 19 Seri C-07 tanggal 17 Oktober
2001, diubah sebagai berikut :

A. Konsideran Mengingat ditambah beberapa peraturan perundang-undangan sebagai


berikut :
1. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah


(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3696);

3. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di


Bidang Pertanahan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 60);

4. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 22 Tahun 2000 tentang Pembentukan


Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2000
Nomor 21 Seri D-13);

5. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 15 Tahun 2001 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tarakan Tahun 2000-2010 (Lembaran Daerah Kota
Tarakan Tahun 2001 Nomor 15 Seri C-04);

6. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 04 Tahun 2002 tentang Larangan dan
Pengawasan Hutan Mangrove di Kota Tarakan (Lembaran Daerah Kota
Tarakan Tahun 2002 Nomor 04 Seri E-08);

7. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 2003 tentang Penataan


Bangunan di Kawasan Pantai Tarakan (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun
2003 Nomor 17 Seri E-08).

B. Pasal 1, BAB I KETENTUAN UMUM, setelah angka 14 ditambah angka 15,


angka 16, angka 17 dan angka 18 sehingga berbunyi sebagai berikut :
15. Memakai Tanah adalah menduduki, mengerjakan dan atau menguasai
sebidang tanah atau mempunyai tanaman atau bangunan diatasnya dengan
tidak dipersoalkan apakah bangunan itu dipergunakan sendiri atau tidak;
16. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tarakan yang selanjutnya disebut RTRW
Kota Tarakan adalah suatu rencana yang secara umum dapat diartikan sebagai
suatu pola dalam pembangunan di bidang sosial, ekonomi, pemerintahan dan
tata ruang fisik secara menyeluruh dan terpadu untuk jangka panjang;
17. Data Fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang, termasuk
keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya;
18. Data Yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah,
pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang
membebaninya.

C. Pasal 2, BAB II PERIJINAN, diubah sehingga dibaca sebagai berikut :

Pasal 2

(1) Setiap Orang atau Badan Hukum yang akan atau telah menduduki,
menggunakan dan atau memakai tanah negara untuk keperluan pertanian atau
non pertanian dan belum mempunyai alas hak yang sah, wajib memiliki surat
ijin yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk;

(2) Dikecualikan untuk memiliki surat ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal
ini, adalah tanah yang telah mendapat ijin lokasi dari Pemerintah Kota;

(3) Surat ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, diberikan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Luas Tanah untuk Pertanian maksimum 20.000 m² (2 Ha);
b. Luas Tanah untuk Non Pertanian, untuk :
1. Perorangan, maksimum 2.500 m² (0,25 Ha);
2. Badan Hukum, maksimum 20.000 m² (2 Ha).

D. Pasal 3, BAB II PERIJINAN, diubah sehingga dibaca sebagai berikut :

Pasal 3

Ijin memakai tanah Negara dapat diberikan kepada Warga Negara Indonesia dan
atau Badan Hukum Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tanah Negara yang akan digunakan atau tanah yang diatasnya telah nyata ada
bangunan dan atau tanam tumbuh maupun data fisik dan data yuridis lainnya
yang telah dikuasai sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini;
2. Tanah tersebut tidak dalam :
a. Sengketa dan atau penguasaan pihak lain;
b. Garis Sempadan Sungai (GSS);
c. Garis Sempadan Bangunan (GSB);
d. Hutan Lindung, Hutan Kota, dan atau Kawasan Hutan Mangrove;
e. Pada lereng gunung yang rawan terhadap longsor;
f. Kawasan Sempadan Pantai, kecuali kawasan yang telah terbangun;
3. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tarakan dan
Rencana Detail Tata Ruang Kota Tarakan.

E. Pasal 4 ayat (3) huruf a, BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SURAT
IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA, diubah sebagai berikut :

a. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan Akte Pendirian Badan
Hukum sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat 13 Peraturan Daerah ini.

F. Pasal 5, BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SURAT IJIN MEMAKAI


TANAH NEGARA, diubah sehingga dibaca sebagai berikut :

Pasal 5

(1) Setelah berkas permohonan surat ijin memakai tanah Negara diterima Kepala
Daerah maka oleh Kepala Daerah melalui Tim Peninjauan Fisik Bidang
Tanah :
a. Memeriksa dan meneliti kelengkapan berkas;
b. Mencatat dalam formulir isian;
c. Memberikan tanda terima berkas;
d. Memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya yang diperlukan
untuk menyelesaikan permohonan tersebut dengan rincian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Melakukan peninjauan lapangan untuk memperoleh data dan mengetahui
kondisi nyata keadaan tanah yang dituangkan dalam Berita Acara
Peninjauan Fisik Bidang Tanah;

(2) Komposisi Tim peninjauan Fisik Ijin Memakai Tanah Negara sebagaimana
dimaksud ayat (1) Pasal ini, diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala
Daerah;

G. Setelah Pasal 5, BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SURAT IJIN


MEMAKAI TANAH NEGARA, disisipkan Pasal 5A sehingga dibaca sebagai
berikut :

Pasal 5A

(1) Setiap pemohon ijin memakai tanah Negara wajib menghadirkan saksi batas
pada saat Peninjauan Fisik Bidang Tanah;

(2) Setiap pemohon ijin memakai tanah Negara wajib memasang patok tanda
batas pada tanah yang dimohon ijinnya.

H. Pasal 6 ayat (3), BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SURAT IJIN
MEMAKAI TANAH NEGARA, diubah sebagai berikut :

(3) Ijin memakai tanah Negara dapat ditingkatkan status hak atas tanahnya setelah
2 (dua) tahun sejak diterbitkannya surat ijin memakai tanah negara, dengan
mendapat pertimbangan teknis dari Instansi terkait;

(4) Dikecualikan dari masa setelah 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud ayat (3)
Pasal ini, adalah :
a. terhadap tanah yang telah dipergunakan dan dimanfaatkan dengan baik
dan benar sesuai dengan ijin yang diberikan;
b. terhadap tanah yang telah nyata ada bukti fisik diatasnya berupa bangunan
dan atau tanam tumbuh;
c. terhadap tanah pertanian yang telah dimanfaatkan sebagai tanah yang
produktif dan telah menghasilkan;
dapat ditingkatkan status hak atas tanahnya.

I. Pasal 6 ayat (4), BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SURAT IJIN
MEMAKAI TANAH NEGARA, diubah menjadi Pasal 6 ayat (5);

J. Pasal 7, BAB IV BIAYA PERIJINAN, diubah sehingga dibaca sebagai berikut :

Pasal 7

(1) Pemberian surat ijin memakai tanah Negara dikenakan biaya yang besarnya
didasarkan pada Nilai Perolehan Tanah (NPT);

(2) Nilai Perolehan Tanah (NPT) diperoleh dengan mengalikan luas tanah (L)
dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP);

(3) Rumus perhitungan besarnya biaya pemberian surat ijin memakai tanah
Negara, sebagai berikut :
a. L x NJOP x 1% untuk NPT dari Rp. 0,- s/d Rp.50.000.000,-;

b. Rp.500.000,- + (L x NJOP x 0,1%) untuk NPT lebih dari Rp.50.000.000,-;


(4) Standar biaya pemberian surat ijin memakai tanah Negara ditetapkan
Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah);

(5) Apabila biaya pemberian surat ijin memakai tanah Negara berdasarkan rumus
perhitungan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a Pasal ini, dibawah standar
biaya yang ditetapkan sebagaimana dimaksud ayat (4) Pasal ini, maka biaya
surat ijin memakai tanah Negara ditetapkan berdasarkan ketentuan yang
dimaksud dalam ayat (4) Pasal ini;
(6) Biaya perijinan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, disetorkan pada Kas
Daerah melalui Bendaharawan Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan;

(7) Perincian pemberian biaya untuk Tim akan diatur lebih lanjut dalam
Keputusan Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD.

K. Pasal 11, BAB VIII KETENTUAN PIDANA, diubah sebagai berikut :

Pasal 11

(1) Pelanggaran atas ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5A dan Pasal 8
Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan
atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran;

(3) Dengan tidak mengurangi arti ketentuan ancaman pidana sebagaimana


dimaksud ayat (1) Pasal ini, terhadap pemakai atau pengguna tanah dapat
dikenakan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud Pasal 10 Peraturan
Daerah Kota Tarakan Nomor 19 Tahun 2001 tentang Ijin Memakai Tanah
Negara.

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan.

Ditetapkan di Tarakan
pada tanggal 27 April 2004

WALIKOTA TARAKAN,

ttd.

dr. H. JUSUF SK.

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan


Tahun 2004 Nomor 10 Seri E-01 Tanggal 30 April 2004
SEKRETARIS DAERAH,

Drs. H. BAHARUDDIN BARAQ, M.Ed


Pembina Utama Muda
Nip. 550 004 607

Anda mungkin juga menyukai