TENTANG
WALIKOTA TARAKAN
Menimbang : a. bahwa prosedur dan mekanisme pemberian ijin memakai tanah negara
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 19 Tahun 2001 tentang Ijin
Memakai Tanah Negara perlu disesuaikan dengan tetap mengutamakan prinsip
penertiban dan pengawasan;
Dengan persetujuan
MEMUTUSKAN :
Pasal I
Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 19 Tahun 2001 tentang Ijin Memakai Tanah
Negara yang ditetapkan di Tarakan tanggal 9 Oktober 2001 dan diundangkan dalam
Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2001 Nomor 19 Seri C-07 tanggal 17 Oktober
2001, diubah sebagai berikut :
5. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 15 Tahun 2001 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tarakan Tahun 2000-2010 (Lembaran Daerah Kota
Tarakan Tahun 2001 Nomor 15 Seri C-04);
6. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 04 Tahun 2002 tentang Larangan dan
Pengawasan Hutan Mangrove di Kota Tarakan (Lembaran Daerah Kota
Tarakan Tahun 2002 Nomor 04 Seri E-08);
Pasal 2
(1) Setiap Orang atau Badan Hukum yang akan atau telah menduduki,
menggunakan dan atau memakai tanah negara untuk keperluan pertanian atau
non pertanian dan belum mempunyai alas hak yang sah, wajib memiliki surat
ijin yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk;
(2) Dikecualikan untuk memiliki surat ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal
ini, adalah tanah yang telah mendapat ijin lokasi dari Pemerintah Kota;
(3) Surat ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, diberikan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Luas Tanah untuk Pertanian maksimum 20.000 m² (2 Ha);
b. Luas Tanah untuk Non Pertanian, untuk :
1. Perorangan, maksimum 2.500 m² (0,25 Ha);
2. Badan Hukum, maksimum 20.000 m² (2 Ha).
Pasal 3
Ijin memakai tanah Negara dapat diberikan kepada Warga Negara Indonesia dan
atau Badan Hukum Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tanah Negara yang akan digunakan atau tanah yang diatasnya telah nyata ada
bangunan dan atau tanam tumbuh maupun data fisik dan data yuridis lainnya
yang telah dikuasai sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini;
2. Tanah tersebut tidak dalam :
a. Sengketa dan atau penguasaan pihak lain;
b. Garis Sempadan Sungai (GSS);
c. Garis Sempadan Bangunan (GSB);
d. Hutan Lindung, Hutan Kota, dan atau Kawasan Hutan Mangrove;
e. Pada lereng gunung yang rawan terhadap longsor;
f. Kawasan Sempadan Pantai, kecuali kawasan yang telah terbangun;
3. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tarakan dan
Rencana Detail Tata Ruang Kota Tarakan.
E. Pasal 4 ayat (3) huruf a, BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SURAT
IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA, diubah sebagai berikut :
a. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan Akte Pendirian Badan
Hukum sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat 13 Peraturan Daerah ini.
Pasal 5
(1) Setelah berkas permohonan surat ijin memakai tanah Negara diterima Kepala
Daerah maka oleh Kepala Daerah melalui Tim Peninjauan Fisik Bidang
Tanah :
a. Memeriksa dan meneliti kelengkapan berkas;
b. Mencatat dalam formulir isian;
c. Memberikan tanda terima berkas;
d. Memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya yang diperlukan
untuk menyelesaikan permohonan tersebut dengan rincian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Melakukan peninjauan lapangan untuk memperoleh data dan mengetahui
kondisi nyata keadaan tanah yang dituangkan dalam Berita Acara
Peninjauan Fisik Bidang Tanah;
(2) Komposisi Tim peninjauan Fisik Ijin Memakai Tanah Negara sebagaimana
dimaksud ayat (1) Pasal ini, diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala
Daerah;
Pasal 5A
(1) Setiap pemohon ijin memakai tanah Negara wajib menghadirkan saksi batas
pada saat Peninjauan Fisik Bidang Tanah;
(2) Setiap pemohon ijin memakai tanah Negara wajib memasang patok tanda
batas pada tanah yang dimohon ijinnya.
H. Pasal 6 ayat (3), BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SURAT IJIN
MEMAKAI TANAH NEGARA, diubah sebagai berikut :
(3) Ijin memakai tanah Negara dapat ditingkatkan status hak atas tanahnya setelah
2 (dua) tahun sejak diterbitkannya surat ijin memakai tanah negara, dengan
mendapat pertimbangan teknis dari Instansi terkait;
(4) Dikecualikan dari masa setelah 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud ayat (3)
Pasal ini, adalah :
a. terhadap tanah yang telah dipergunakan dan dimanfaatkan dengan baik
dan benar sesuai dengan ijin yang diberikan;
b. terhadap tanah yang telah nyata ada bukti fisik diatasnya berupa bangunan
dan atau tanam tumbuh;
c. terhadap tanah pertanian yang telah dimanfaatkan sebagai tanah yang
produktif dan telah menghasilkan;
dapat ditingkatkan status hak atas tanahnya.
I. Pasal 6 ayat (4), BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SURAT IJIN
MEMAKAI TANAH NEGARA, diubah menjadi Pasal 6 ayat (5);
Pasal 7
(1) Pemberian surat ijin memakai tanah Negara dikenakan biaya yang besarnya
didasarkan pada Nilai Perolehan Tanah (NPT);
(2) Nilai Perolehan Tanah (NPT) diperoleh dengan mengalikan luas tanah (L)
dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP);
(3) Rumus perhitungan besarnya biaya pemberian surat ijin memakai tanah
Negara, sebagai berikut :
a. L x NJOP x 1% untuk NPT dari Rp. 0,- s/d Rp.50.000.000,-;
(5) Apabila biaya pemberian surat ijin memakai tanah Negara berdasarkan rumus
perhitungan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a Pasal ini, dibawah standar
biaya yang ditetapkan sebagaimana dimaksud ayat (4) Pasal ini, maka biaya
surat ijin memakai tanah Negara ditetapkan berdasarkan ketentuan yang
dimaksud dalam ayat (4) Pasal ini;
(6) Biaya perijinan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, disetorkan pada Kas
Daerah melalui Bendaharawan Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan;
(7) Perincian pemberian biaya untuk Tim akan diatur lebih lanjut dalam
Keputusan Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD.
Pasal 11
(1) Pelanggaran atas ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5A dan Pasal 8
Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan
atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran;
Pasal II
Ditetapkan di Tarakan
pada tanggal 27 April 2004
WALIKOTA TARAKAN,
ttd.