Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Pre-eklamsi dan eklamsi, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi. Pre
eklamasi diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Ilmu
Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998).
Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala,
yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria.
Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg seminggu berapa
kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari
tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat
>30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat
selama 30 menit.(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Media Aesculapius,
Jakarta, 2000).

B. Etiologi
Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang coba
dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada jawaban
yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori Iskhemik plasenta.
Namun teori ini juga belum mampu menerangkan semua hal yang berhubungan
dengan penyakit ini. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo,
Fak. UI Jakarta, 1998).
C. Klasifikasi Pre-eklamsi
Pre-eklamsia digolongkan menjadi 2 golongan :
Pre-eklamsia ringan : kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90
mmHg dengan 2 kali pengukuran berjarak 1jam atau
tekanan diastolik sampai 110mmHg.
: kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau
mencapai 140 mmHg.
: protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan
muka. Kenaikan BB > 1Kg/mgg.
Pre-eklampsia berat : tekanan diastolik >110 mmhg
: protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L).
hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik,
terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala, gangguan
kesadaran.

D. Patologi
Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu,
sebagian besar pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari penderita eklampsi
yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal
ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak
banyak berbeda dari pada ditemukakan pada eklamsi. Perlu dikemukakan disini
bahwa tidak ada perubahan histopatologik khas pada pre-eklamsi dan eklamsi.
Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut
mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam
pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan
tersebut.
E. Perubahan-perubahan pada organ :
1. Perubahan hati
- Perdarahan yang tidak teratur
- Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati
- Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler
2. Retina
- Spasme areriol, edema sekitar diskus optikus
- Ablasio retina (lepasnya retina)
- Menyebabkan penglihatan kabur
3. Otak
- Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan
otak, perdarahan dan nekrosis
- Menimbulkan nyeri kepala yang berat
4. Paru-paru
- Berbagai tingkat edema
- Bronkopnemonia sampai abses
Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis
5. Jantung
- Perubahan degenerasi lemak dan edema
- Perdarahan sub-endokardial
- Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi
jantung
6. Aliran darah keplasenta
- Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai
kemaian janin
- Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin
7. Perubahan ginjal
- Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga
fitrasi glomerolus berkurang
- Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi retensi air dan garam
- Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain
8. Perubahan pembuluh darah
- Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi
protein ke jaringan
- Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema
- Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi
metabolisme tubuh dan trombosis.

(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk


Pendidikan Bidan, Ida Bagus Gede Manuaba, Jakarta : EGC, 1998).

F. Gambaran Klinik Pre-Eklampsi


Dimulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema. Pada kaki dan tangan,
kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Pada pre-eklamsi ringan
gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada pre-eklamsia berat diikuti keluhan
sebagai berikut :
- Sakit kepala terutama daerah frontal
- Rasa nyeri daerah epigastrium
- Gangguan penglihatan
- Terdapat mual samapi muntah
- Gangguan pernafasan sampai sianosis
- Gangguan kesadaran

G. Diagnosis
Pada umumnya diagnosis diferensial antara pre-eklamsia dengan hipertensi
manahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi
menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil.pada keadaan muda
atau bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis.
Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak menolong.
Proteinuria pada pre-eklamsia jarang timbul sebelum TM ke 3, sedangkan pada
penyakit ginjal timbul lebih dulu.
(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta,
1997).

H. Pencegahan Pre-Eklamsia
Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia. Beberapa
penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein,
suplemen kalsium, magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa (teofilin,
antihipertensi, diuretic, asapirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia.
(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif … Media Aesculapius, Jakarta : 2000)

I. Penanganan
Tujuan utama penanganan ialah :
- Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia
- Melahirkan janin hidup
- Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya.
Pada dasarnya penanganan terdiri dari penanganan medik dan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optoimal
yaitu sebvelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk
hidup di luar uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah
- tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah
diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.
- Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang
- Penambahan edema berlebihan tiba-tiba
Penanganan pre-eklamsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi untuk penanganan pre-
eklamsia. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran
darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan
pada ekstermitas bawah turun dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain
itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu,
dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan adema berkurang. Pemberian
fenobarbital 3 x 30mg sehari akan meningkatkan penderita dan dapat juga
menurunkan tekanan darah.
Pada umunya pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan
tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit
dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan
tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat.
Setelah keadaan normal, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus dipaksa
lebih sering. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila
hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila keadaan janin
mengizinkan, tunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai persalinan
cukup bulan atau > 37 minggu.
Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan
konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah,
walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini
pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.
(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta,
1998).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Preeklamsi adalah suatu kondisi yang terjadi pada kehamilan yang


membahayakan hidup ibu dan bayinya. Salah satu justifikasi pelayanan antenatal
adalah untuk menurunkan risiko preeklamsi. Pada masa yang lebih belakangan, ada
yang menyatakan bahwa preeklamsi tidak dapat dicegah; layanan antenatal harus
ditujukan hanya untuk penanganan penyakit jika penyakit tersebut sudah
muncul. Namun, kemungkinan untuk upaya pencegahan preeklamsi tetap diteruskan,
dan kemungkinan ada faktor-faktor penting yang belum diketahui. Dengan dukungan
epidemiologis lebih lanjut tentang hubungan ini, pencegahan preeklamsi melalui
intervensi diet menjadi suatu yang mungkin. Namun, hasil ini harus diletakkan dalam
konteks intervensi-intervensi gizi pada masa lalu, yang pada suatu saat juga terlihat
menjajikan. Intervensi-intervensi tersebut banyak macamnya dan meliputi baik
penambahan atau pengurangan makanan.

B. Saran

Untuk pencegahan terjadinya kasus ini seringlah mengontrol kehamilan dan


hal-hal yang diperiksa adalah : tekanan darah, pengukuran berat badan, pemeriksaan
urine, pemeriksaan fisik, menanyakan keluhan dsb
DAFTAR PUSTAKA

Ida Bagus Gede Manuaga, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, JAKARTA

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, 2007, Edisi Ketiga, Ilmu


Kebidanan, FKUI, Jakarta

Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, JAKARTA

http://www.kesrepro.info/?q=node/126

http://dardiantoro.multiply.com/journal/item/25/pre-eklamsi_dan_eklamsi

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/28/askep-preeklamsi/

Anda mungkin juga menyukai