Dua diantara 8 (delapan) program 100 hari Kementerian Pendidikan Nasional akhir 2009
adalah (1) penyiapan bahan pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, dan (2)
bahan pelatihan Metodologi Pembelajaran Aktif. Kedua program tersebut kemudian
ditindaklanjuti pada tahun 2010, dimana dalam RPJMN ditetapkan perlunya ‘perbaikan
metodologi pembelajaran yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan (teaching to the
test), namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi
pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia dengan memasukkan pula pendidikan
kewirausahaan sehingga sekolah dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu
menjawab kebutuhan sumber daya manusia’. Pada tahun 2009 telah terbit Inpres No. 6 tahun
2009 tentang Ekonomi Kreatif dan Inpres No.1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional. Berbagai program yang berkaitan dengan metodologi
pembelajaran dan kurikulum memerlukan implementasi di satuan pendidikan yang jika tidak
dikelola dengan bijaksana akan terlalu membebani satuan pendidikan dan kesimpangsiuran
program, baik program yang telah ada maupun program baru.
Di pihak lain, dimulai sejak tahun 2007 satuan pendidikan telah mulai melaksanakan
kurikulum baru, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang pada prinsipnya
bahwa satuan pendidikan memiliki hak untuk menyusun kurikulumnya sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan kondisinya masing-masing dengan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan. Diversifikasi kurikulum ini harus tetap dipertahankan, sehingga satuan
pendidikan akan memaksimalkan potensi dengan mengembangkan kreativitasnya. Oleh sebab
itu yang diperlukan oleh satuan pendidikan adalah panduan untuk penguatan kurikulum yang
telah dikembangkan oleh sekolah dengan muatan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
melalui Metodologi Pembelajaran Aktif. Sehingga diharapkan pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa melalui belajar aktif dilakukan dengan serangkaian kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum yang menjadi
bagian dari perencanaan pengembangan sekolah. Satuan pendidikan dapat memilih kegiatan
apa saja yang dilakukan dalam rangka penguatan kurikulum di tingkat satuan pendidikan
dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran aktif.
Dalam upaya penyebarluasan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui
pembelajaran aktif diperlukan berbagai rencana aksi. Salah satu dari rencana aksi tersebut
adalah pelatihan kepada berbagai pihak, baik di tingkat nasional, daerah maupun sekolah.
Tujuan dari pelatihan tersebut adalah agar semakin banyak narasumber/pelatih yang dapat
dimanfaatkan oleh satuan pendidikan untuk memberikan pelatihan dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Panduan Sistem Pelatihan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa melalui
Pembelajaran Aktif ini berisi rambu-rambu dan strategi secara umum tentang beberapa model
pelatihan yang akan dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang, Kemendiknas. Model
i
pelatihan yang akan dilaksanakan di antaranya ialah: (1) pelatihan tingkat utama, (2)
pelatihan tingkat nasional, (3) pelatihan tingkat penatar provinsi, (4) pelatihan tingkat penatar
kabupaten/kota, (5) pelatihan tingkat sekolah pelaksana, dan (6) pelatihan oleh unit utama
pusat. Dalam setiap model pelatihan yang akan dilaksanakan akan dibuat panduan pelatihan
tersendiri yang merupakan penjabaran lebih rinci dari panduan pelatihan ini. Materi setiap
model pelatihan dikemas sedemikian rupa yang mencerminkan pendekatan belajar aktif
dengan penekanan pada pengembangan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan
termasuk di dalamnya ekonomi kreatif.
Semoga panduan umum pelatihan ini bermanfaat bagi semua pihak dalam upaya
mengimplementasikan program kerja pemerintah pada tahun 2010-2014. Selanjutnya, kami
juga mengharapkan peran serta dan komitmen semua pihak di semua lini Kementerian
Pendidikan Nasional guna mewujudkannya. Semua komitmen tersebut juga dapat dimaknai
sebagai budaya dan karakter birokrasi.
ii
DAFTAR ISI
Hal.
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
I. Pendahuluan……………………………………………………….. 1
II. Pelatihan Tingkat Utama…………………………………………... 9
III. Pelatihan Tingkat Nasional………………………………………... 13
IV. Pelatihan Tingkat Provinsi………………………………………… 18
V. Pelatihan Tingkat Kabupaten/Kota………………………………... 23
VI. Pelatihan Tingkat Sekolah Pelaksana……………………………… 28
VII. Pelatihan Tingkat Unit Utama Pusat………………………………. 33
VIII. Kode Etik Pelatihan……………………………………………….. 38
IX. Penutup 39
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati.
Dengan demikian, perpaduan antara pendidikan budaya dan karakter dapat dimaknai pula
sebagai proses pendidikan yang secara aktif mengembangkan potensi peserta didik
melalui proses internalisasi dan penghayatan nilai-nilai yang menjadi kepribadian mereka
dalam bergaul di masyarakat dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera serta kehidupan yang bermartabat yang dapat menjadi keunggulan bangsa di
masa mendatang. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter harus dilakukan
melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, metode belajar dan pembelajaran
yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pembudayaan pendidikan budaya dan
karakter bangsa hendaknya merupakan usaha bersama antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Oleh karena itu, pengimplementasiannya perlu dilakukan secara bersama-
sama dan senergi oleh semua pemangku kepentingan, terutama oleh guru dan pimpinan
sekolah melalui seluruh aktivitas pembelajaran di sekolah, dan senantiasa menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.
Dari pengertian tersebut nampak bahwa pada saat ini pendidikan budaya dan karakter
bangsa yang sarat dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
dan pendidikan watak memang sangat diperlukan karena adanya kebutuhan nyata dan
mendesak. Argumen tersebut tampaknya sangat relevan untuk membangkitkan komitmen
dan melakukan gerakan nasional yang merupakan cerminan kebutuhan akan pendidikan
nilai-nilai di Indonesia pada saat ini.
Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan pada
Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai Kesepakatan
Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, yang dibacakan pada
akhir Sarasehan Nasional Tanggal 14 Januari 2010, sebagai berikut.
a. “Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tak
terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh.
b. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif
sebagai proses pembudayaan. Oleh karena itu, pendidikan dan kebudayaan secara
kelembagaan perlu diwadahi secara utuh.
c. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, sekolah dan orangtua. Oleh karena itu, pelaksanaan
budaya dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut.
d. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan
gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di
lapangan.”
2
Adapun ekonomi kreatif menekankan pada pemecahan masalah yang produktif yang
nantinya peserta didik mampu menciptakan ide-ide kreatif sekaligus ide-ide yang teruji
dengan kritis. Perlunya berpikir kreatif dalam era globalisasi ini dengan berbagai alasan.
Perkembangan yang cepat dalam persaingan bisnis dan industri, penggunaan sumber daya
manusia kreatif secara efektif dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan
masalah, semua ini menuntut pengembangan potensi peserta didik melampaui kecerdasan
yang dilengkapi dengan kekuatan kreativitas. Karena semakin kompleks masalah yang
dihadapi dan tak berujung maka pengetahuan saja tidak cukup untuk menemukan solusi
yang inovatif.
Satu sisi, hasil dari kegiatan penyiapan bahan pengembangan budaya dan karakter bangsa
yang telah dilaksanakan oleh Balitbang, Kemendiknas sebagaimana diungkap di atas
adalah buku panduan bagi pelaksana pendidikan terutama sekolah guna mengintegrasikan
nilai-nilai budaya dan karakter ke seluruh aktivitas pembelajaran peserta didik di sekolah
baik dalam mata pelajaran, pengembangan diri maupun muatan lokal melalui pendekatan
belajar aktif. Sedangkan pada sisi yang lain salah satu infrastruktur yang perlu disiapkan
guna menindaklanjuti pembudayaan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah
menyelenggarakan sosialisasi dan deseminasi ke seluruh pemangku kepentingan
pendidikan. Untuk hal tersebut maka salah satu langkah yang diperlukan adalah adanya
perangkat-perangkat pendukung yang salah satunya ialah panduan sistem pelatihan bagi
pemangku kepentingan pendidikan guna persebarannya.
Persebaran program prioritas pemerintah tersebut merupakan suatu tantangan untuk
mengimplementasikannya. Untuk itu, pelaksanaan program tersebut mulai dari
perencanaan, pengelolaan, implementasi, dan pengawasan perlu dilakukan dengan kehati-
hatian dan dikoordinasikan dengan berbagai pihak. Karenanya, dalam upaya mewujudkan
program tersebut di atas maka salah satu rancangan yang perlu dikembangkan adalah
suatu panduan sistem pelatihan. Panduan sistem pelatihan ini pada intinya menguraikan
strategi layanan prima pelaksanaan model pelatihan di tingkat nasional, daerah, dan
sekolah sehingga dapat digunakan oleh berbagai pihak baik di tingkat pusat maupun
daerah dalam menyelenggarakan pelatihan-pelatihan.
Model pelatihan yang akan dilaksanakan di antaranya ialah: (1) pelatihan tingkat utama,
(2) pelatihan tingkat nasional, (3) pelatihan tingkat penatar provinsi, (4) pelatihan tingkat
penatar kabupaten/kota, (5) pelatihan tingkat sekolah pelaksana, dan (6) pelatihan oleh
unit utama pusat. Dalam setiap model pelatihan yang akan dilaksanakan akan dibuat
panduan pelatihan tersendiri yang merupakan penjabaran lebih rinci dari panduan
pelatihan ini. Materi setiap model pelatihan dikemas sedemikian rupa yang
mencerminkan pendekatan belajar aktif dengan penekanan pada pengembangan budaya
dan karakter bangsa serta kewirausahaan termasuk di dalamnya ekonomi kreatif.
Ketiga bahan kajian tersebut di atas budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan dan
ekonomi kreatif selanjutnya perlu dikemas dalam pendekatan pembelajaran aktif. Hal ini
sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 19, Ayat 1 bahwa ‘proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Teori belajar konstruktivisme yang
melandasi belajar aktif ini merupakan pencerahan peralihan dari konsep belajar yang
berpusat kepada guru ke arah konsep belajar yang berpusat pada peserta didik. Penerapan
belajar aktif mencakup hal-hal seperti: peserta didik mengkonstruksi/membangun makna
3
dari struktur pengetahuan aktual yang dimiliki, peserta didik sebagai individu yang unik
dengan kebutuhan dan latar belakang dunia fisik, lingkungan budaya, atau pandangannya
tentang dunia, tanggung jawab belajar adalah peserta didik pengajar, memotivasi peserta
didik untuk menghadapi tantangan yang lebih kompleks, perubahan peran guru dari
pengajar (instruktur) menjadi fasilitator, kegiatan belajar adalah proses individual dan
proses sosial.
Tujuan utama pelatihan sebagai salah satu rencana aksi ialah agar pelatih/nara sumber
dapat mendampingi setiap satuan pendidikan dalam melakukan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Harapannya, agar semua pihak terkait memahami hakikat penguatan
peran pendidikan dalam peningkatan akhlak mulia serta pembangunan budaya dan
karakter bangsa serta berkewirausahaan dengan pendekatan belajar aktif dalam bingkai
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan demikian dalam jangka waktu
tertentu di setiap satuan pendidikan akan terbentuk budaya sekolah (school culture) yang
mencerminkan budaya dan karakter bangsa Indonesia.
Diharapkan dengan adanya panduan sistem pelatihan ini, seluruh pemangku kepentingan
pendidikan baik di pusat maupun di daerah mampu memaknai dan mengembangkan
model KTSP yang berisikan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif yang
mengakomodasikan muatan budaya dan karakter bangsa, ekonomi kreatif serta
kewirausahaan.
Selanjutnya, dalam buku panduan sistem pelatihan ini di uraikan secara garis besar
strategi model-model pelatihan yang akan dilaksanakan.
B. Landasan
4
l. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010.
C. Tujuan
Panduan sistem pelatihan ini secara umum bertujuan agar seluruh pemangku
kepentingan pendidikan baik di pusat, di daerah maupun di sekolah dapat
menyelenggarakan model pelatihan dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan
pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta
ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Secara khusus, panduan ini bertujuan agar para penyelenggara pelatihan tingkat utama,
tingkat nasional, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota, sekolah pelaksana, dan tingkat
unit utama pusat memahami tujuan, kualifikasi peserta, strategi pelaksanaan, langkah-
langkah yang ditempuh, metode, dan materi yang disajikan dalam pelatihan sehingga
dapat mendampingi satuan pendidikan untuk membuat perencanaan, melaksanakan
pembelajaran akif, dan melakukan penilaian pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
D. Ruang Lingkup
Panduan sistem pelatihan ini mencakup kualifikasi model pelatihan, narasumber pelatih
(fasilitator), peserta pelatihan, dan materi pelatihan serta lama pelatihan.
a. Kualifikasi model pelatihan terdiri atas:
Pelatihan Tingkat Utama
Pelatihan Tingkat Nasional
Pelatihan Tingkat Provinsi
Pelatihan Tingkat Kabupaten/Kota
Pelatihan Tingkat Sekolah Pelaksana
1. Pelatihan Tingkat Unit Utama Pusat
5
Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat utama terdiri dari unsur dosen, konsultan,
kepala sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah
berpengalaman menggagas, mengembangkan, dan mengimplementasikan pendekatan
belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat nasional terdiri dari unsur dosen, konsultan,
kepala sekolah, praktisi, pengawas, dan unsur pengembang kurikulum. Narasumber
pelatih (fasilitator) yang dimaksud dapat diambil dari orang-orang yang telah mengikuti
pelatihan tingkat utama, dan orang-orang yang dimungkinkan memiliki komitmen dan
akses diseminasi pengimplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi
kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat provinsi (tim pengembang kurikulum
provinsi) dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang telah mengikuti pelatihan tingkat
utama, pelatihan tingkat nasional yang menguasai pendekatan belajar aktif yang
menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat kabupaten/kota (tim pengembang kurikulum
kabupaten/kota) dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang telah mengikuti pelatihan
tingkat utama, pelatihan tingkat nasional, pelatihan tingkat provinsi, yang menguasai
pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat sekolah pelaksana dapat dilaksanakan oleh
orang-orang yang telah mengikuti pelatihan tingkat utama, pelatihan tingkat nasional,
pelatihan tingkat provinsi, pelatihan tingkat kabupaten/kota, yang menguasai
pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat unit utama pusat dapat dilaksanakan oleh
orang-orang yang telah mengikuti pelatihan tingkat utama, pelatihan tingkat nasional,
pelatihan tingkat provinsi, pelatihan tingkat kabupaten/kota, dan narasumber lain yang
dibutuhkan sesuai dengan kepentingan masing-masing unit utama pusat terutama
berkaitan dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang
terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Peserta Pelatihan
Terdapat beberapa kualifikasi jenis pelatihan yang akan dilaksanakan, maka lingkup
peserta pelatihan di uraikan sebagai berikut:
Pelatihan tingkat utama terdiri dari unsur narasumber, dan pelaksana pendidikan di
sekolah berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan dan ekonomi kreatif. Unsur dimaksud bisa dari dosen suatu
perguruan tinggi, konsultan, staf litbang Kemendiknas, kepala sekolah maupun
manajemen pendidikan di lapangan.
6
Pelatihan tingkat nasional terdiri dari unsur staf Pusat Kurikulum, Dit. Pembinaan
TK/SD, Dit. Pembinaan SMP, Dit. Pembinaan SMA, Dit. Pembinaan SMK, Dit.
Pembinaan PLB, Dit. Kesetaraan, Ditbindiklat PMPTK, P4TK, LPMP, kepala
sekolah dan pengawas sekolah.
Pelatihan tingkat Provinsi terdiri atas unsur Dinas Pendidikan Provinsi, Tim
Pengembang Kurikulum Provinsi (guru, pengawas, LPMP, perguruan tinggi,
dinas pendidikan);
Tingkat Kabupaten/Kota: Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, TPK Kabupaten/Kota;
1. Sekolah pelaksana: Kepala Sekolah, Guru, Pengawas, Komite Sekolah, Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
2. Pelatihan tingkat unit utama pusat dapat dilakukan oleh Dit. Pembinaan
TK/SD, Dit. Pembinaan SMP, Dit. Pembinaan SMA, Dit. Pembinaan SMK, Dit.
Pembinaan PLB, Dit. Kesetaraan, Ditbindiklat PMPTK, P4TK, LPMP.
Sedangkan peserta pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan unit penyelenggara.
c. Materi Pelatihan
Lingkup materi yang akan diberikan kepada peserta masing-masing model pelatihan
dibagi atas panduan pelatihan, dan bahan-bahan pelatihan.
1. Panduan Pelatihan
a) Panduan umum sistem pelatihan
b) Panduan pelatihan tingkat nasional
c) Panduan pelatihan tingkat utama
d) Panduan pelatihan tingkat provinsi
e) Panduan pelatihan tingkat Kab/Kota
f) Panduan kegiatan sekolah pelaksana
g) Panduan pelaksanaan sekolah pelaksana (termasuk naskah MoU)
h) Panduan pelatihan untuk tingkat unit utama pusat
2. Bahan Pelatihan
a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Ipres
No 1/2010, Renstra Kemendiknas 2010-2014)
b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsa
c) Presentasi peta kompetensi
d) Presentasi pendekatan belajar aktif
e) Presentasi pengembangan KTSP lengkap dengan pengintegrasian
pendidikan budaya dan karakter bangsa
f) Presentasi tentang kewirausahaan
g) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)
h) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasional
i) Handout paket pelatihan yang berupa:
1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan
karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif.
- pola pengembangan KTSP dengan pendekatan ICARE
- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif
(best practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP,
SMA).
2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan bermuatan
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi
kreatif dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
7
3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh
Ciputra Entrepreneurship School.
4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa
serta kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran,
pengembangan diri, dan muatan lokal.
5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata
pelajaran pada setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan
budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan.
E. Manfaat
Panduan sistem pelatihan ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan
pendidikan baik di pusat, di daerah maupun di sekolah dapat menyelenggarakan model
pelatihan dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang
terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
8
II. PELATIHAN TINGKAT UTAMA
A. Pengantar
Pelatihan tingkat utama merupakan langkah awal untuk menyiapkan penatar tingkat
utama yang memiliki kewenangan untuk mensosialisasikan dan mendiseminasikan pada
tingkat nasional, daerah hingga ke satuan pendidikan tentang pendekatan belajar aktif
yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Sifat dari pelatihan ini menekankan pada curah pendapat (sharing
ideas) tentang tataran teori dan praktis dari para dosen, konsultan, kepala sekolah, guru,
praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas,
mengembangkan, dan mengimplementasikannya.
B. Tujuan
Pelatihan tingkat utama secara umum bertujuan untuk memantapkan konsep dan
menyamakan persepsi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi
kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
9
kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
1. Narasumber
Dosen, konsultan, kepala sekolah pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa,
guru pendidikan budaya dan karakter bangsa, praktisi, dan unsur pengembang
kurikulum yang telah berpengalaman menggagas, mengembangkan, dan
mengimplementasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang
terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan tingkat utama berjumlah 50 orang yang berasal dari dosen, konsultan,
Balitbang Kemendiknas, kepala sekolah, dan dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota.
10
Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat utama adalah curah pendapat
(sharing ideas) tentang tataran teori dan praktis berkaitan dengan pengembangan
gagasan, ide-ide/konsepsi, pengimplementasian serta pengalaman melaksanakan
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui
pendekatan belajar aktif yang diintegrasikan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Untuk itu maka metode presentasi, urun pendapat, tanya
jawab/diskusi, dan refleksi menjadikan proporsi utama setiap sesi pelatihan.
F. Bahan Pelatihan
Pada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan, yaitu lebih kurang
sebanyak 15 paket pelatihan akan diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam
bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud
antara lain ialah:
a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Inpres No 1/2010,
Renstra Kemendiknas 2010-2014)
b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsa
c) Presentasi peta kompetensi yang memuat nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
d) Presentasi pendekatan belajar aktif tentang apa, mengapa, dan bagaimana.
e) Presentasi pendekatan belajar aktif.
f) Presentasi pengembangan KTSP yang dilengkapi dengan model pengintegrasian nilai-
nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa.
g) Presentasi tentang kewirausahaan.
h) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)
i) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasional.
j) Handout paket pelatihan yang berupa:
1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter
bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif.
- pola pengembangan KTSP
- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best
practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan nilai-nilai pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-
masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra
Entrepreneurship School.
4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta
kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan
muatan lokal.
5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada
setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa
serta kewirausahaan.
11
Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat utama ini selama 4 (empat) hari. Adapun
jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:
HARI WAKTU ACARA PENYAJI
08.00 – 10.00 Pembukaan:
Sambutan Penyelenggara Kepala Pusat
Kurikulum
Pembukaan dan Pengarahan Kepala Balitbang
Pembacaan Ikrar Nasional Hasil Sarasehan Peserta
Do’a Peserta
10.00 – 10.15 Istirahat
10.15 – 12.15 Penyampaian strategi pelatihan Kapuskur
Presentasi dan urun gagasan tentang Nara Sumber
pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif
Presentasi dan urun gagasan tentang pendekatan
Hari ke-1 belajar aktif
12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 15.00 Urun pendapat lanjutan sampai menghasilkan Nara Sumber
kesepakatan untuk pembentukan budaya sekolah
15.00 – 16.00 Refleksi dan penyimpulan konsepsi Peserta
tentang pendekatan belajar aktif yang
menekankan pada pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan
serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam
16.00 – 17.00 kurikulum.
Urun pendapat untuk penyamaan persepsi
tentang pengembangan KTSP
Persiapan kunjungan ke sekolah best
practice
08.00 – 12.15 Kunjungan ke sekolah best practice Peserta
12.15 – 13.30 Istirahat
Penayangan best practice satuan Peserta
pendidikan penyelenggara program pendidikan
budaya dan karakter bangsa maupun
kewirausahaan
Refleksi tentang pendekatan belajar aktif
Hari ke-2
yang menekankan pada pengembangan
15.30 – 17.00 pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang
terintegrasi dalam model Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dari sekolah yang
telah dikunjungi.
Persiapan kunjungan sekolah best
practice ke 2
Hari ke-3 08.00 – 12.15 Kunjungan ke sekolah best practice Peserta
12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil Peserta
12
HARI WAKTU ACARA PENYAJI
kunjungan ke sekolah best practice
Penuangan gagasan berdasarkan hasil
diskusi dan refleksi
Presentasi gagasan
08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut Peserta
pelatihan
Penyusunan program kerja (action plan) secara
Hari ke-4 individu berkaitan dengan rencana pelatihan
tindak lanjut dan diseminasi
11.00 – 12.00 Penutupan Kepala Pusat
Kurikulum
H. Pembiayaan
Kegiatan ini didanai DIPA 2010 Badan Litbang Kemendiknas.
13
III. PELATIHAN TINGKAT NASIONAL
A. Pengantar
Pelatihan tingkat nasional merupakan langkah penyiapan nara sumber tingkat nasional
yang diperluas. Jumlah peserta pelatihan yang akan diikutsertakan dalam kegiatan ini
sebanyak 950 orang yang diambilkan dari dosen, konsultan, staf Litbang Kemendiknas,
staf unit utama pusat yang relevan, kepala sekolah, pengawas, dan staf dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota. Fungsi utama model pelatihan ini adalah untuk menyiapkan
penatar tingkat nasional yang memiliki kewenangan untuk mensosialisasikan dan
mendiseminasikan pada tingkat nasional, daerah hingga ke satuan pendidikan. Sifat dari
pelatihan ini menekankan pada pembekalan tentang tataran konsepsi dan
pengemplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang
terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Nara sumber dari
pelatihan ini dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, dosen, konsultan, kepala
sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman
menggagas, mengembangkan, dan mengimplementasikannya.
B. Tujuan
Pelatihan tingkat nasional secara umum bertujuan untuk pemberian bekal dan
memantapkan konsep serta menyamakan persepsi tentang pembelajaran melalui
pendekatan belajar aktif yang menekankan pada nilai-nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
14
C. Hasil Yang Diharapkan
Diperolehnya kesepahaman, kesepakatan, komitmen terhadap wawasan, konsepsi, dan
implementasi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan
nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif
yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
1. Narasumber
Dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum,
Pimpinan Pusat Kurikulum yang telah berpengalaman menggagas, mengembangkan,
dan mengimplementasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada
pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta
ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
2. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan tingkat nasional berjumlah 950 orang yang berasal dari unsur Pusat
Kurikulum, Dit. Pembinaan TK/SD, Dit. Pembinaan SMP, Dit. Pembinaan SMA, Dit.
Pembinaan SMK, Dit. Pembinaan PLB, Dit. Kesetaraan, Ditbindiklat PMPTK, P4TK,
LPMP, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dinas pendidikan provinsi maupun
dinas pendidikan kabupaten/kota.
15
Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat nasional diawali dengan
presentasi oleh narasumber/fasilitator tentang: kebijakan pemerintah 2010-2014, konsep
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif, presentasi
pendekatan belajar aktif, dan konsep pengintegrasian pembelajaran dalam pengembangan
KTSP. Dalam setiap sesi tersebut diikuti dengan curah pendapat dan diskusi tentang
tataran teori dan praktis berkaitan dengan pengembangan gagasan, ide-ide/konsepsi,
pengimplementasian serta pengalaman melaksanakan pendidikan budaya dan karakter
bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar aktif yang
diintegrasikan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Guna
pemantapan pemahaman kepada peserta pelatihan ditindaklanjuti dengan workshop
pengembangan model KTSP, dan kunjungan terhadap sekolah yang telah melaksanakan
pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa. Selanjutnya, peserta pelatihan
dituntut untuk mempresentasikan hasil-hasil workshop dan hasil kuinjungan yang diikuti
dengan diskusi untuk memperoleh umpan balik dari seluruh peserta pelatihan dan
narasumber. Kegiatan refleksi berkait dengan setiap sesi yang telah diikuti oleh peserta
pelatihan juga merupakan strategi yang harus dilakukan. Demikian pula penyusunan
rencana kerja tindak lanjut oleh setiap peserta merupakan hal diagendakan. Model
pelatihan tingkat nasional ini menekankan pada metode ceramah, diskusi, workshop,
pemaparan, dan kunjungan kerja.
F. Bahan Pelatihan
Pada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan, yaitu lebih kurang
sebanyak 15 paket pelatihan akan diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam
bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud
antara lain ialah:
a. Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Inpres No 1/2010,
Renstra Kemendiknas 2010-2014)
b. Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsa
c. Presentasi peta kompetensi yang memuat nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
d. Presentasi pendekatan belajar aktif tentang apa, mengapa, dan bagaimana.
e. Presentasi pendekatan belajar aktif untuk pelatihan dengan pendekatan ICARE.
f. Presentasi pengembangan KTSP yang dilengkapi dengan model pengintegrasian nilai-
nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa.
g. Presentasi tentang kewirausahaan.
h. Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)
i. Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasional.
j. Handout paket pelatihan yang berupa:
1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan
karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif.
2) pola pengembangan KTSP
3) contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan budaya
dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best practice), dari
masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
4) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan nilai-nilai pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-
masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
5) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh
Ciputra Entrepreneurship School.
16
6) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta
kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan
muatan lokal.
7) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran
pada setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter
bangsa serta kewirausahaan.
Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat nasional ini selama 5 (lima) hari. Adapun
jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Hari ke-2
12.15-13.30 Istirahat
13.30- 17.00 Refleksi dan persiapan magang ke sekolah
berikutnya.
08.00 – 12.15 Magang ke sekolah Peserta
Hari ke-3 12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Refleksi dan pelaporan magang ke sekolah Peserta
Hari ke-4 08.00 – 10.00 Kaji ulang dan perbaikan pengembangan Peserta
KTSP berdasarkan masukan dari kunjungan
17
HARI WAKTU ACARA PENYAJI
sekolah
10.00 – 10.15 Istirahat
10.15 – 12.15 Lanjutan kaji ulang dan perbaikan KTSP Peserta
12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil Peserta
perbaikan KTSP
Penuangan gagasan berdasarkan hasil
diskusi dan refleksi
Presentasi gagasan
08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut Peserta
pelatihan
Penyusunan program kerja (action plan)
secara individu berkaitan dengan rencana
Hari ke-5
pelatihan tindak lanjut dan diseminasi
11.00 – 12.00 Penutupan Kabid
H. Pembiayaan
Kegiatan ini didanai DIPA 2010 Badan Litbang Kemendiknas.
18
III. PELATIHAN TINGKAT PROVINSI
A. Pengantar
B. Tujuan
Pelatihan tingkat provinsi secara umum bertujuan untuk pemberian bekal dan
memantapkan konsep serta menyamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif yang
menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
19
Secara khusus pelatihan tersebut bertujuan untuk:
1. pembekalan kepada peserta pelatihan provinsi dalam upaya
pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif.
2. pembekalan kepada peserta pelatihan provinsi dalam upaya
pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
3. pembekalan kepada peserta pelatihan provinsi dalam upaya
pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang kewirausahaan dan ekonomi
kreatif.
4. pembekalan kepada peserta pelatihan provinsi dalam upaya
pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pengembangan KTSP yang
mengintegrasikan belajar aktif, pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif.
5. pembekalan kepada peserta pelatihan provinsi agar memiliki
komitmen dan akses untuk sosialisasi, pendampingan, diseminasi serta
pengimplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang
terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
E. Narasumber
Nara sumber dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan tingkat
nasional, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan pengawas sekolah maupun
staf Pusat Kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau mengembangkan atau
mengimplementasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang
terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
F. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan di masing-masing provinsi berjumlah 50 orang. Mereka merupakan tim
TPK Provinsi yang telah dilegalisasi dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi maupun oleh SK Gubernur.
20
Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat provinsi diawali dengan
presentasi oleh narasumber/fasilitator tentang: kebijakan pemerintah 2010-2014, konsep
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif, presentasi
pendekatan belajar aktif, dan konsep pengintegrasian pembelajaran dalam pengembangan
KTSP. Dalam setiap sesi tersebut diikuti dengan curah pendapat dan diskusi tentang
tataran teori dan praktis berkaitan dengan pengembangan gagasan, ide-ide/konsepsi,
pengimplementasian serta pengalaman melaksanakan pendidikan budaya dan karakter
bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar aktif yang
diintegrasikan ke dalam KTSP. Guna pemantapan pemahaman kepada peserta pelatihan
ditindaklanjuti dengan workshop pengembangan model KTSP, dan kunjungan terhadap
sekolah model. Selanjutnya, peserta pelatihan dituntut untuk mempresentasikan hasil-
hasil workshop dan hasil kunjungan yang diikuti dengan diskusi untuk memperoleh
umpan balik dari seluruh peserta pelatihan dan narasumber. Kegiatan refleksi berkait
dengan setiap sesi yang telah diikuti oleh peserta pelatihan juga merupakan strategi yang
harus dilakukan. Demikian pula penyusunan rencana kerja tindak lanjut oleh setiap
peserta merupakan hal yang diagendakan. Model pelatihan tingkat provinsi ini
menekankan pada metode ceramah, diskusi, workshop, pemaparan, dan kunjungan kerja.
H. Bahan Pelatihan
Pada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan, yaitu lebih kurang
sebanyak 15 paket pelatihan akan diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam
bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Di samping itu, hasil-hasil pengembangan
model Pusat Kurikulum selama ini turut pula disertakan sebagai bahan rujukan
pengembangan kurikulum di provinsi. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud antara lain
ialah:
a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Renstra)
b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsa
c) Presentasi peta kompetensi
d) Presentasi pendekatan belajar aktif ‘ICARE’
e) Presentasi pengembangan KTSP lengkap dengan pengintegrasian pendidikan karakter
f) Presentasi tentang kewirausahaan
g) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)
h) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasional
i) Handout paket pelatihan yang berupa:
1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter
bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif.
- pola pengembangan KTSP dengan pendekatan ICARE
- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best
practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan bermuatan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-
masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra
Entrepreneurship School.
4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta
kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan
muatan lokal.
21
5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada
setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa
serta kewirausahaan.
Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat provinsi ini selama 5 (lima) hari. Adapun
jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Hari ke-2
12.15-13.30 Istirahat
13.30- 17.00 Refleksi dan persiapan magang ke sekolah
berikutnya.
08.00 – 12.15 Magang ke sekolah Peserta
Hari ke-3 12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Refleksi dan pelaporan magang ke sekolah Peserta
22
HARI WAKTU ACARA PENYAJI
08.00 – 10.00 Kaji ulang dan perbaikan pengembangan
KTSP berdasarkan masukan dari kunjungan Peserta
sekolah
10.00 – 10.15 Istirahat
10.15 – 12.15 Lanjutan kaji ulang dan perbaikan KTSP Peserta
Hari ke-4 12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil Peserta
perbaikan KTSP
Penuangan gagasan berdasarkan hasil
diskusi dan refleksi
Presentasi gagasan
08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut Peserta
pelatihan
Hari ke-5 Penyusunan program kerja (action plan)
secara individu berkaitan dengan rencana
pelatihan tindak lanjut dan diseminasi
11.00 – 12.00 Penutupan Kabid
J. Pembiayaan
Kegiatan ini didanai DIPA 2010 Badan Litbang Kemendiknas.
23
IV. PELATIHAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA
A. Pengantar
24
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui
belajar aktif.
B. Tujuan
Pelatihan tingkat kabupaten/kota secara umum bertujuan untuk pemberian bekal dan
memantapkan konsep serta menyamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif yang
menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
1. Narasumber
Nara sumber dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan
tingkat nasional, pelatihan tingkat provinsi, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru,
praktisi, dan pengawas sekolah maupun staf Pusat Kurikulum yang telah
berpengalaman menggagas atau mengembangkan atau mengimplementasikan
pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam
KTSP.
25
2. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan di masing-masing kabupaten/kota berjumlah 40 orang. Mereka
merupakan tim TPK Kabupaten/kota yang telah dilegalisasi dalam Surat Keputusan
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/kota maupun oleh Surat Keputusan Bupati/Wali
Kota.
F. Bahan Pelatihan
Pada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan, yaitu lebih kurang
sebanyak 15 paket pelatihan akan diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam
bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Di samping itu, hasil-hasil pengembangan
model Pusat Kurikulum selama ini turut pula disertakan sebagai bahan rujukan
pengembangan kurikulum di kabupaten/kota. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud
antara lain ialah:
a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Renstra)
b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsa
c) Presentasi peta kompetensi
d) Presentasi pendekatan belajar aktif ‘ICARE’
e) Presentasi pengembangan KTSP lengkap dengan pengintegrasian pendidikan karakter
f) Presentasi tentang kewirausahaan
g) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)
h) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasional
i) Handout paket pelatihan yang berupa:
1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter
bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif.
- pola pengembangan KTSP dengan pendekatan ICARE
- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best
practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
26
2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan bermuatan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-
masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra
Entrepreneurship School.
4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta
kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan
muatan lokal.
5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada
setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa
serta kewirausahaan.
Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat kabupaten/kota ini selama 5 (lima) hari.
Adapun jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Hari ke-2
12.15-13.30 Istirahat
13.30- 17.00 Refleksi dan persiapan magang ke sekolah
berikutnya.
27
HARI WAKTU ACARA PENYAJI
08.00 – 12.15 Magang ke sekolah Peserta
Hari ke-3 12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Refleksi dan pelaporan magang ke sekolah Peserta
08.00 – 10.00 Kaji ulang dan perbaikan pengembangan
KTSP berdasarkan masukan dari kunjungan Peserta
sekolah
10.00 – 10.15 Istirahat
10.15 – 12.15 Lanjutan kaji ulang dan perbaikan KTSP Peserta
Hari ke-4 12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil Peserta
perbaikan KTSP
Penuangan gagasan berdasarkan hasil
diskusi dan refleksi
Presentasi gagasan
08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut Peserta
pelatihan
Penyusunan program kerja (action plan)
secara individu berkaitan dengan rencana
Hari ke-5
pelatihan tindak lanjut dan diseminasi
11.00 – 12.00 Penutupan Kabid
H. Pembiayaan
Kegiatan ini didanai DIPA 2010 Badan Litbang Kemendiknas.
28
V. PELATIHAN TINGKAT SEKOLAH PELAKSANA
A. Pengantar
29
Sifat dari pelatihan ini menekankan pada pendampingan dan bantuan teknis profesional
guna pembekalan dan pemantapan tentang tataran konsepsi dan pengemplementasian
pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP.
Nara sumber dari pelatihan ini dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat nasional,
peserta pelatihan tingkat utama, staf Pusat Kurikulum, peserta pelatihan tingkat provinsi,
peserta pelatihan tingkat kabupaten/kota, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi,
dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau
mengembangkan atau mengimplementasikan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui belajar aktif.
B. Tujuan
Pelatihan tingkat sekolah pelaksana secara umum bertujuan untuk pemberian bekal dan
memantapkan konsep serta menyamakan persepsi tentang pendekatan belajar aktif yang
menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP kepada semua
pemangku kepentingan pelaksanaan pendidikan di tingkat sekolah sehingga dapat
menumbuhkembangkan budaya sekolah.
Secara khusus pelatihan tersebut bertujuan untuk:
1. pembekalan kepada peserta pelatihan sekolah pelaksana dalam upaya pemantapan
konsep dan persamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif.
2. pembekalan kepada peserta pelatihan sekolah pelaksana dalam upaya pemantapan
konsep dan persamaan persepsi tentang pendidikan budaya dan karakter bangsa.
3. pembekalan kepada peserta pelatihan sekolah pelaksana dalam upaya pemantapan
konsep dan persamaan persepsi tentang kewirausahaan dan ekonomi kreatif.
4. pembekalan kepada peserta pelatihan sekolah pelaksana dalam upaya pemantapan
konsep dan persamaan persepsi tentang pengembangan KTSP yang mengintegrasikan
belajar aktif, pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi
kreatif.
5. pembekalan kepada peserta pelatihan sekolah pelaksana agar memiliki komitmen
dan kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif
yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam setiap komponen
KTSP.
1. Narasumber
30
Nara sumber dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan
tingkat nasional, peserta pelatihan tingkat provinsi, peserta pelatihan tingkat
kabupaten/kota, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan pengawas
sekolah maupun staf Pusat Kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau
mengembangkan atau mengimplementasikan pembelajaran dengan pendekatan belajar
aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam setiap komponen KTSP.
2. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan sekolah pelaksana terdiri dari unsur dinas pendidikan kabupaten/kota
setempat, kepala sekolah, pengawas, guru, dan komite sekolah. Secara rinci jumlah
peserta pelatihan dari masing-masing sekolah pelaksana tersebut akan diuraikan
tersendiri dalam desain pengembangan sekolah pelaksana.
Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat sekolah pelaksana diawali
dengan presentasi oleh narasumber/fasilitator tentang: kebijakan pemerintah 2010-2014,
konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif,
presentasi pendekatan belajar aktif, dan konsep pengintegrasian pembelajaran dalam
pengembangan KTSP. Dalam setiap sesi tersebut diikuti dengan curah pendapat dan
diskusi tentang tataran teori dan praktis berkaitan dengan pengembangan gagasan, ide-
ide/konsepsi, pengimplementasian serta pengalaman melaksanakan pendidikan budaya
dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar
aktif yang diintegrasikan ke dalam KTSP. Guna pemantapan pemahaman kepada peserta
pelatihan ditindaklanjuti dengan workshop pengembangan model KTSP, dan kunjungan
terhadap sekolah model. Selanjutnya, peserta pelatihan dituntut untuk mempresentasikan
hasil-hasil workshop dan hasil kunjungan yang diikuti dengan diskusi untuk memperoleh
umpan balik dari seluruh peserta pelatihan dan narasumber. Kegiatan refleksi berkait
dengan setiap sesi yang telah diikuti oleh peserta pelatihan juga merupakan strategi yang
harus dilakukan. Demikian pula penyusunan rencana kerja tindak lanjut oleh setiap
peserta merupakan hal yang diagendakan. Model pelatihan tingkat sekolah pelaksana ini
menekankan pada metode ceramah, diskusi, workshop, pemaparan, dan kunjungan kerja.
F. Bahan Pelatihan
Pada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan, yaitu lebih kurang
sebanyak 15 paket pelatihan akan diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam
bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Di samping itu, hasil-hasil pengembangan
model Pusat Kurikulum selama ini turut pula disertakan sebagai bahan rujukan
pengembangan kurikulum di sekolah pelaksana. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud
antara lain ialah:
a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Renstra)
b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsa
c) Presentasi peta kompetensi
d) Presentasi pendekatan belajar aktif ‘ICARE’
e) Presentasi pengembangan KTSP lengkap dengan pengintegrasian pendidikan karakter
f) Presentasi tentang kewirausahaan
g) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)
h) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasional
31
i) Handout paket pelatihan yang berupa:
1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter
bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif.
- pola pengembangan KTSP dengan pendekatan ICARE
- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best
practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan bermuatan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-
masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra
Entrepreneurship School.
4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta
kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan
muatan lokal.
5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada
setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa
serta kewirausahaan.
Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat sekolah pelaksana ini selama 5 (lima)
hari. Adapun jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:
32
HARI WAKTU ACARA PENYAJI
10.00 – 10.15 Istirahat
10.15 – 12.15 Workshop lanjutan
12.15 – 13.30 Istirahat
Presentasi hasil workshop Fasilitator/Peserta
Penayangan best practice satuan
pendidikan penyelenggara program pendidikan
budaya dan karakter bangsa maupun
kewirausahaan
Refleksi tentang pendekatan belajar
13.30 – 17.00
aktif yang menekankan pada pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang
terintegrasi dalam model KTSPT
Persiapan kunjungan sekolah best
practice
08.00 – 12.15 Kunjungan ke sekolah best practice Peserta
12.15 – 13.30 Istirahat
Hari ke-3
13.30 – 17.00 Pelaporan, urun pendapat, dan refleksi hasil Peserta
kunjungan ke sekolah model
08.00 – 10.00 Kaji ulang dan perbaikan pengembangan
KTSP berdasarkan masukan dari kunjungan Peserta
sekolah
10.00 – 10.15 Istirahat
10.15 – 12.15 Lanjutan kaji ulang dan perbaikan KTSP Peserta
Hari ke-4 12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil Peserta
perbaikan KTSP
Penuangan gagasan berdasarkan hasil
diskusi dan refleksi
Presentasi gagasan
08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut Peserta
pelatihan
Penyusunan program kerja (action plan)
secara individu berkaitan dengan rencana
pelatihan tindak lanjut dan diseminasi
Hari ke-5
Umpan balik tentang pelaksanaan pelatihan
oleh peserta kepada fasilitator
11.00 – 12.00 Penutupan Dinas Pendidikan
Catatan: Untuk sekolah pelaksana aktivitas pemagangan akan dilakukan secara sendiri
dalam salah satu tahapannya.
H. Pembiayaan
Kegiatan ini didanai DIPA 2010 Badan Litbang Kemendiknas.
33
VI. PELATIHAN TINGKAT UNIT UTAMA PUSAT
A. Pengantar
Pelatihan tingkat unit utama pusat merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
oleh unit utama pusat, misalnya Ditjen Mandikdasmen, Ditjen PMPTK, LPMP, P4TK
maupun Sekretariat Jendral, Inspektorat serta Balitbang Kemendiknas.
Fungsi utama model pelatihan ini sangat bergantung dari kepentingan masing-masing unit
utama pusat penyelenggara. Namun, satu hal yang disajikan dalam panduan sistem
pelatihan ini adalah berkait dengan sosialisasi, pembekalan, dan pemantapan tentang
konsep pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta
ekonomi kreatif dalam penyusunan KTSP dan pelaksanaannya melalui pendekatan belajar
aktif. Dengan demikian pelatihan-pelatihan yang akan dilakukan oleh unit utama pusat
diharapkan memiliki pemahaman, wawasan, dan kebermaknaan sehingga mereka mampu
untuk mengembangkan, mensosialisasikan, pendampingan, pemfasilitasan dan
mendiseminasikan kebijakan tersebut pada tingkat unit utama pusat, provinsi,
kabupaten/kota, MGMP, KKG hingga ke satuan pendidikan.
Sifat dari pelatihan ini menekankan pada sosialisasi dan persebaran konsep dasar belajar
aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam setiap komponen KTSP.
Nara sumber dari pelatihan ini dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta
pelatihan tingkat nasional, staf Pusat Kurikulum, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru,
praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau
34
mengembangkan atau mengimplementasikan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui belajar aktif.
B. Tujuan
Pelatihan tingkat unit utama pusat secara umum bertujuan untuk pemberian bekal dan
memantapkan konsep serta menyamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif yang
menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam setiap komponen KTSP.
1. Narasumber
Nara sumber dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan
tingkat nasional, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan pengawas
sekolah maupun Pusat Kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau
mengembangkan atau mengimplementasikan pendekatan belajar aktif yang
menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam KTSP.
2. Peserta Pelatihan
35
Peserta pelatihan di masing-masing unit utama pusat ditentukan sesuai kebutuhan dan
sumber daya masing-masing unit utama.
Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat unit utama pusat dapat
diawali, misalnya dengan presentasi oleh narasumber/fasilitator tentang: kebijakan
pemerintah 2010-2014, konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan
serta ekonomi kreatif, presentasi pendekatan belajar aktif, dan konsep pengintegrasian
pembelajaran dalam pengembangan KTSP. Dalam setiap sesi tersebut diikuti dengan
curah pendapat dan diskusi tentang tataran teori dan praktis berkaitan dengan
pengembangan gagasan, ide-ide/konsepsi, pengimplementasian serta pengalaman
melaksanakan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi
kreatif melalui pendekatan belajar aktif yang diintegrasikan ke dalam KTSP. Guna
pemantapan pemahaman kepada peserta pelatihan ditindaklanjuti dengan workshop
pengembangan model KTSP, dan kunjungan terhadap sekolah model. Selanjutnya,
peserta pelatihan dituntut untuk mempresentasikan hasil-hasil workshop dan hasil
kuinjungan yang diikuti dengan diskusi untuk memperoleh umpan balik dari seluruh
peserta pelatihan dan narasumber. Kegiatan refleksi berkait dengan setiap sesi yang telah
diikuti oleh peserta pelatihan juga merupakan strategi yang harus dilakukan. Demikian
pula penyusunan rencana kerja tindak lanjut oleh setiap peserta merupakan hal yang
diagendakan. Model pelatihan tingkat unit utama pusat ini menekankan pada metode
ceramah, diskusi, workshop, pemaparan, dan kunjungan kerja.
F. Bahan Pelatihan
Pada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan oleh Pusat Kurikulum,
Balitbang Kemendiknas, yaitu lebih kurang sebanyak 15 paket pelatihan dapat diberikan
kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam bentuk CD maupun dalam bentuk bahan
cetak. Di samping itu, hasil-hasil kegiatan unit pusat selama ini turut pula disertakan
sebagai bahan rujukan, termasuk misalnya informasi masing-masing kebijakan unit utama
pusat. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud antara lain ialah:
a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Renstra)
b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsa
c) Presentasi peta kompetensi
d) Presentasi pendekatan belajar aktif ‘ICARE’
e) Presentasi pengembangan KTSP lengkap dengan pengintegrasian pendidikan karakter
f) Presentasi tentang kewirausahaan
g) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)
h) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasional
i) Handout paket pelatihan yang berupa:
1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter
bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif.
- pola pengembangan KTSP dengan pendekatan ICARE
- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best
practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
36
2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan bermuatan pendidikan
budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-
masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).
3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra
Entrepreneurship School.
4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta
kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan
muatan lokal.
5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada
setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa
serta kewirausahaan.
Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat unit utama pusat ini dapat dirancang
sesuai kebutuhan. Namun, dalam panduan sistem pelatihan ini telah dibuatkan salah satu
pola penjadwalan pelatihan selama 5 (lima) hari. Adapun jadwal yang direncanakan
adalah sebagai berikut:
37
HARI WAKTU ACARA PENYAJI
Hari ke-2
12.15-13.30 Istirahat
13.30- 17.00 Refleksi dan persiapan magang ke sekolah
berikutnya.
08.00 – 12.15 Magang ke sekolah Peserta
Hari ke-3 12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Refleksi dan pelaporan magang ke sekolah Peserta
08.00 – 10.00 Kaji ulang dan perbaikan pengembangan
KTSP berdasarkan masukan dari kunjungan Peserta
sekolah
Hari ke-4
10.00 – 10.15 Istirahat
10.15 – 12.15 Lanjutan kaji ulang dan perbaikan KTSP Peserta
12.15 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil Peserta
perbaikan KTSP
Penuangan gagasan berdasarkan hasil
diskusi dan refleksi
Presentasi gagasan
08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut Peserta
pelatihan
Penyusunan program kerja (action plan)
secara individu berkaitan dengan rencana
Hari ke-5
pelatihan tindak lanjut dan diseminasi
11.00 – 12.00 Penutupan Kabid
H. Pembiayaan
Kegiatan ini didanai dari DIPA masing-masing unit utama pusat.
38
VII. KODE ETIK PELATIHAN
Agar setiap pelatihan memiliki sarat makna maka perlu dibuatkan rambu-rambu kode etik
baik bagi peserta pelatihan maupun bagi narasumber/fasilitator. Hal ini merupakan suatu
kebutuhan yang perlu pula dibudayakan mengingat yang akan dilatihkan kepada semua
pemangku kepentingan pelatihan adalah konsep dasar pendidikan budaya dan karakter
bangsa. Dengan begitu diharapkan bahwa semua komponen pendidikan memiliki
komitmen untuk patuh dan menghormati seluruh etika pelatihan yang telah
dirancangnya. Dan, hal itu tentunya juga dapat dimaknai sebagai awal dari pembentukan
karakter suatu bangsa.
39
6. Peserta wajib berbusana yang rapi dan sopan, dan tidak diperkenankan memakai
sandal dan kaos.
7. Peserta wajib mengisi daftar kehadiran setiap hari baik pagi, siang, dan malam.
8. Peserta turut menjaga ketertiban dan kenyamanan di tempat pelatihan.
9. Setiap hari setelah berakhirnya pelatihan peserta wajib membersihkan ruangan dan
papan tulis.
10. Peserta wajib mentaati jadwal kegiatan yang telah ditentukan.
11. Bagi peserta yang tidak mengikuti sesi pelatihan secara utuh panitia tidak akan
memberikan sertifikat.
Catatan: Di awal kegiatan panitia penyelenggara berkewajiban menyampaikan tata tertib ini
kepada peserta pelatihan dan fasilitator.
VIII. PENUTUP
Panduan pelatihan ini merupakan acuan bagi penyelenggara pelatihan di semua tingkatan
dalam rangka penguatan peran pendidikan dalam upaya peningkatan akhlak mulia serta
pembangunan budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu, segenap pemangku kepentingan
hendaknya dapat menindaklanjuti model-model pelatihan yang dikembangkannya. Dengan
begitu diharapkan target 25% sekolah pada tahun 2012 telah menerapkan metodologi
pendidikan secara menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti,
kecintaan terhadap budaya – bahasa Indonesia serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
Demikian pula diharapkan dapat mencapai target 100% pada tahun 2014.
40
41