Pernah bermain gitar ? jika senar gitar dipetik maka senar gitar akan
bergetar. Apabila kita tidak terus memetik senar gitar tersebut maka lama
kelamaan senar gitar akan berhenti bergetar. Hal yang sama tidak hanya
terjadi pada gitar saja tetapi pada semua benda yang digetarkan. Dirimu
pernah bermain ayunan ? Ayunan bisa bergetar atau berayun ayun jika
didorong. Jika ayunan tidak lagi didorong maka ayunan tersebut akan
berhenti berayun. Demikian juga dengan pegas. Pegas akan berhenti bergetar
jika kita tidak terus menerus menggetarkannya. Masih sangat banyak contoh
lainnya dalam kehidupan kita sehari-hari…
Pada umumnya setiap benda yang berosilasi akan berhenti berosilasi jika
tidak digetarkan secara terus menerus. Benda yang pada mulanya bergetar
atau berosilasi bisa berhenti karena mengalami redaman. Redaman bisa
terjadi akibat adanya gaya hambat atau gaya gesekan. Nah, osilasi yang
mengalami redaman biasa disebut sebagai osilasi teredam alias getaran
teredam. Dalam beberapa buku digunakan istilah gerak harmonik
teredam. Kalau dirimu bingun dengan istilah osilasi dan gerak harmonik,
silahkan pelajari lagi materi getaran – gerak harmonik sederhana.
Apabila redaman cukup besar maka osilasi yang dialami benda tidak lagi
menyerupai gerak harmonik sederhana. Dalam hal ini osilasi yang dialami
benda termasuk osilasi teredam. Terdapat tiga jenis redaman (damping) yang
dialami oleh benda yang berosilasi, antara lain redaman terlalu rendah
(underdamped), redaman kritis (Critical damping) dan redaman
berlebihan (over damping).
Underdamped
gambar sebuah bola yang digantungkan pada ujung pegas. Adanya hambatan
udara menyebabkan bola dan pegas mengalami redaman hingga berhenti
berosilasi. ConToh ini mirip seperti video di bawah.
Critical damping
Over damping
Gambar sebuah bola yang digantungkan pada ujung pegas. Bola dimasukkan
ke dalam wadah yang berisi minyak kental. Adanya hambatan berupa
minyak yang kental menyebabkan bola dan pegas mengalami redaman yang
besar.
Gaya-gaya yang bekerja pada sistem pegas-benda antara lain gaya pemulih
dan gaya hambat. Secara matematis ditulis seperti ini :
Keterangan :
Fp = gaya pemulih
Fh = gaya hambat
x = simpangan
v = laju benda
Gaya pemulih dan gaya hambat merupakan gaya-gaya yang bekerja pada
sistem pegas-benda. Sekarang kita masukan persamaan 2a dan persamaan
2b ke dalam persamaan 1 :
E = 2 (½ mv2)rata-rata
http://www.gurumuda.com/osilasi-teredam
jenis getaran
Getaran bebas terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu
dibiarkan bergetar secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah memukul
garpu tala dan membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik dari
keadaan setimbang lalu dilepaskan.
Getaran paksa terjadi bila gaya bolak-balik atau gerakan diterapkan pada
sistem mekanis. Contohnya adalah getaran gedung pada saat gempa bumi.
Pada model yang paling sederhana redaman dianggap dapat diabaikan, dan
tidak ada gaya luar yang mempengaruhi massa (getaran bebas).
Dalam keadaan ini gaya yang berlaku pada pegas Fs sebanding dengan
panjang peregangan x, sesuai dengan hukum Hooke, atau bila dirumuskan
secara matematis:
Solusi ini menyatakan bahwa massa akan berosilasi dalam gerak harmonis
sederhana yang memiliki amplitudo A dan frekuensi fn. Bilangan fn adalah
salah satu besaran yang terpenting dalam analisis getaran, dan dinamakan
frekuensi alami takredam. Untuk sistem massa-pegas sederhana, fn
didefinisikan sebagai:
Catatan: frekuensi sudut ω (ω = 2πf) dengan satuan radian per detik kerap
kali digunakan dalam persamaan karena menyederhanakan persamaan,
namun besaran ini biasanya diubah ke dalam frekuensi "standar" (satuan Hz)
ketika menyatakan frekuensi sistem.
Bila massa dan kekakuan (tetapan k) diketahui frekuensi getaran sistem akan
dapat ditentukan menggunakan rumus di atas.
Nilai koefisien redaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman kritis
pada model massa-pegas-peredam adalah:
Untuk mengkarakterisasi jumlah peredaman dalam sistem digunakan nisbah
yang dinamakan nisbah redaman. Nisbah ini adalah perbandingan antara
peredaman sebenarnya terhadap jumlah peredaman yang diperlukan untuk
mencapai titik redaman kritis. Rumus untuk nisbah redaman (ζ) adalah
Sebagai contoh struktur logam akan memiliki nisbah redaman lebih kecil
dari 0,05, sedangkan suspensi otomotif akan berada pada selang 0,2-0,3.
Dari solusi tersebut perlu diperhatikan dua hal: faktor eksponensial dan
fungsi cosinus. Faktor eksponensial menentukan seberapa cepat sistem
teredam: semakin besar nisbah redaman, semakin cepat sistem teredam ke
titik nol. Fungsi kosinus melambangkan osilasi sistem, namun frekuensi
osilasi berbeda daripada kasus tidak teredam.
Frekuensi dalam hal ini disebut "frekuensi alamiah teredam", fd, dan
terhubung dengan frekuensi alamiah takredam lewat rumus berikut.
http://id.wikipedia.org/wiki/Getaran