Latar Belakang
? Upaya mendorong penyaluran kredit kepada UMKM termasuk program Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang telah diluncurkan Presiden.
? Dalam rangka optimalisasi peran bank dalam pembiayaan pembangunan.
? Insentif terhadap perbankan.
? Mendorong peningkatan peran lembaga penjaminan/ asuransi kredit sekaligus
menjembatani permasalahan usaha kecil untuk memenuhi kelayakan aspek teknis
perbankan (bankable).
? Tindak lanjut arahan GBI dalam Bankers’ Dinner 2008.
Latar Belakang
? Sumber pembiayaan perekonomian dewasa ini masih sangat tergantung pada kegiatan
usaha perbankan.
? Perbankan masih mengandalkan sumber dana berjangka pendek sehingga mengalami
kesulitan dalam melakukan pembiayaan terhadap proyek-proyek investasi berjangka
panjang.
? Perlu terobosan-terobosan untuk memungkinkan tersedianya sumber pembiayaan
investasi berjangka panjang yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan pertumbuhan
ekonomi, pembukaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.
? Sumber pembiayaan investasi berjangka panjang yang cukup potensial adalah
penerbitan obligasi oleh korporasi.
? Dalam rangka financial deepening, salah satu langkah terobosan adalah mendorong
bank untuk melakukan penanaman dalam Obligasi Korporasi dengan rating yang
bagus.
A. LATAR BELAKANG
Memperbaiki dan memperkuat struktur kelembagaan Bank, antara lain terkait dengan
jaringan kantor, kerjasama operasional Bank, self liquidation, penggunaan nama dan
logo Bank, serta larangan Pemegang Saham untuk turut campur dalam kegiatan
operasional Bank.
B. MATERI PENGATURAN
1. Mempermudah prosedur perizinan dan pelaporan terkait dengan jaringan kantor
Bank seperti:
a. Penyederhanaan persyaratan dan prosedur pembukaan kantor di bawah kantor
cabang, mempermudah tata cara perubahan status kantor, pemindahan alamat
jenis kantor tertentu, dan penutupan jenis kantor tertentu.
b. Mengakomodasi jenis kantor baru, yaitu Kantor Fungsional untuk mendorong
peningkatan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan pemasaran dan
pemberian kredit, dan Kantor Wilayah yang berfungsi sebagai kantor Bank yang
membantu kantor pusatnya melakukan fungsi administrasi dan koordinasi
terhadap beberapa kantor cabang di suatu wilayah tertentu.
2. Pengaturan atas kerjasama operasional Bank dengan pihak lain yang sejalan dengan
prinsip kehati-hatian perbankan.
3. Memberikan aturan yang lebih jelas dan sederhana atas tata cara Self Liquidation
yang sebelumnya diatur dalam SK Dir No. 32/37/KEP/DIR tgl 12 Mei 1999 dan
sebagian materinya telah dicabut oleh Undang-Undang No. 24/2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan.
4. Pengaturan secara lebih lengkap mengenai penulisan nama ‘Bank’, logo, maupun
penulisan nama dan jenis kantor Bank dalam setiap jaringan kantornya untuk
kepentingan transparansi dan perlindungan nasabah.
5. Larangan bagi Pemegang Saham Bank untuk turut campur dalam masalah
operasional Bank terkait dengan penjabaran Pasal 50A UU Perbankan.
POKOK-POKOK AMANDEMEN PBI BMPK
TERKAIT PERUSAHAAN YANG SAHAMNYA DIMILIKI PUBLIK
C. LATAR BELAKANG
1. Mendukung perkembangan pasar modal, termasuk pembiayaan perusahaan yang
sahamnya dimiliki publik.
2. Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan financial deepening dalam rangka
memperbanyak instrumen keuangan sebagai alat diversifikasi investasi.
3. Peningkatan good corporate governance, dimana perusahaan yang sahamnya
dimiliki publik dapat mengakibatkan tersebarnya kepemilikan dan berkurangnya
pengendalian yang dilakukan pemegang saham pengendali.
D. MATERI PENGATURAN
1. Batas penyediaan dana kepada kelompok peminjam yang anggota kelompoknya
merupakan perusahaan yang dimiliki publik ditetapkan paling tinggi sebesar 30%
(tiga puluh perseratus) dari Modal Bank sepanjang memenuhi persyaratan tertentu.
2. Persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah sebagai berikut:
a. Paling kurang terdapat 1 (satu) anggota kelompok peminjam yang sahamnya
dimiliki publik sebesar 40% atau lebih;
b. Perusahaan yang dimiliki publik sebagaimana dimaksud pada huruf a telah
ditetapkan mendapat insentif pengurangan pajak sesuai ketentuan perpajakan
yang berlaku;
c. Porsi kepemilikan publik pada perusahaan sebagaimana dimaksud pada huruf a
wajib dipertahankan sampai dengan fasilitas yang diperoleh perusahaan
tersebut lunas, yang wajib dituangkan dalam perjanjian antara Bank dengan
debitur.
d. Saham yang dimiliki publik tidak boleh secara langsung maupun tidak langsung
dimiliki oleh pengendali atau pemegang saham lainnya; dan
e. Porsi penyediaan dana kepada perusahaan yang memenuhi persyaratan tertentu
sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d diatas tidak boleh
lebih kecil dari porsi penyediaan dana kepada anggota kelompok lainnya.
3. Penyediaan dana tambahan yang berasal dari peningkatan BMPK terhadap
kelompok peminjam yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 hanya dapat diberikan kepada anggota kelompok peminjam sebagaimana
dimaksud pada angka 2 huruf a sampai dengan huruf d diatas.
POKOK-POKOK SE LEMBAGA PEMERINGKAT DAN
PERINGKAT YANG DIAKUI BANK INDONESIA
E. LATAR BELAKANG
1. Pelaksanaan PBI mengenai penerapan manajemen risiko, PBI mengenai kewajiban
penyediaan modal minimum dan PBI mengenai penilaian kualitas aktiva bank
umum, yaitu dalam rangka menggolongkan surat berharga yang dimiliki bank
dalam kategori kualifikasi (qualifying), dinilai lancar, dan atau dinilai kurang lancar.
2. Pelaksanaan penilaian yang lebih obyektif dan transparan terhadap lembaga
pemeringkat melalui penyempurnaan proses pengakuan dengan menggunakan
beberapa parameter.
3. Pengkinian daftar lembaga pemeringkat sejalan dengan perkembangan industri
pemeringkatan di Indonesia, antara lain berupa pengambilalihan kepemilikan
lembaga pemeringkat domestik.
F. MATERI PENGATURAN
1. Lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia adalah lembaga
pemeringkat yang memenuhi kriteria penilaian (eligibility criteria), yaitu
Independensi, Obyektivitas, Akses oleh Publik (Transparansi), Pengungkapan Publik
(Disclosures), Sumber Daya (Resources), dan Kredibilitas. Penilaian terhadap kriteria
dimaksud dilakukan berdasarkan analisa terhadap parameter yang ditetapkan
dalam setiap kriteria.
2. Pengkinian atas Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank
Indonesia dilakukan berdasarkan hasil penilaian dan pemantauan terhadap
pemenuhan kriteria penilaian baik secara berkala atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
3. Lembaga pemeringkat dikeluarkan dari Daftar Lembaga Pemeringkat dan Peringkat
yang Diakui Bank Indonesia apabila berdasarkan hasil penilaian Bank Indonesia
Lembaga pemeringkat tidak memenuhi kriteria penilaian, Lembaga pemeringkat
diketahui secara sengaja memberikan informasi yang keliru (misleading), Lembaga
pemeringkat dikenakan sanksi yang berdampak negatif terhadap kelangsungan
usaha lembaga pemeringkat oleh otoritas yang berwenang; dan atau Lembaga
pemeringkat melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan
yang terkait
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
A. LATAR BELAKANG
1. Perkembangan instrumen di pasar keuangan telah mendorong perkembangan
teknik dan praktek manajemen risiko di perbankan nasional;
2. Mekanisme perhitungan modal saat ini masih bersifat “one-size-fits-all” sehingga
a) tidak memberikan insentif bagi bank yang mengelola risiko dengan baik;
b) kurang mencerminkan tingkat risiko yang dihadapi oleh bank;
c) membuka peluang terciptanya capital arbitrage;
3. Kerangka Basel II merupakan internationally best practice yang diharapkan dapat
mendorong peningkatan kualitas manajemen risiko di perbankan dan kualitas
pengawasan oleh otoritas pengawas, yang pada akhirnya dapat berkontribusi
pada stabilitas sistem keuangan;
4. Memperkenalkan risiko operasional sebagai salah-satu risiko yang perlu
diperhitungkan bank dalam menilai tingkat kecukupan modal;