Anda di halaman 1dari 4

Feb 24, '08 9:25 PM

Tutorial]Mari Membuat Cerita Komik


for everyone
Meskipun relatif jarang diperhatikan, cerita sebuah komik merupakan bagian integral dari komik itu
sendiri. Sebagus apapun visualisasi dari sebuah komik, jika tidak ada cerita yang disampaikannya, maka
tidak lengkaplah komik tersebut sebagai media komunikasi. Cerita komik sendiri berperan sebagai pesan
yang ingin disampaikan kepada pembaca. Toh, pada kenyataannya, banyak orang ingin membeli komik
karena gambarnya, bukan karena ceritanya; dan hal ini tentunya sah-sah saja. Nggak ada yang ngelarang,
kok !

Ada buanyak faktor yang rnempengapuhi pembuatan cerita komik. Mari kita tinjau bersama-sama... yuk !

1. Ide cerita

Bagian vang paling penting dalam pernbuatan sebuah cerita komik yaitu, ya, ide cerita ini. Apa sih
yang ingin kita ceritakan kepada pembaca nanti ? Sebelum menjawab pertanyaan itu kita harus tahu
dulu dong jenis cerita apa yang akan kita bikin. Apa itu superhero, fiksi ilmiah, horor, petualangan,
romance, novel, detektif, humor dan lain-lain. atau kombinasinya.

Berikutnya, kita juga harus menentukan apakah ide cerita kita ini orisinil tau tidak. Orisinil dalam
artian kita berpikir "Hmh ! Sampe kiamat juga nggak akan ada deh yang kepikiran bikin cerita kayak
gin! selain saya ! Hua ha ha ha ha..." Tidak orisinil (dalam artian paling jelek ya nyontek cerita orang
laen yang udah jadi terus diakuin jadi milik sendiri... ugh !) bisa diartikan kita ngambil cerita dari
cerita yang sudah ada dan diadaptasikan (misalnya kayak cerita-cerita wayang dan legenda mitologis
lain). Bisa juga kita modifikasi ; ambil unsur yang udah ada, trus dikembangin jadi cerita dengan
sentuhan sendiri. Ini pun sah-sah saja, sebagai bagian dari proses kreatif yang tak pernah berhenti.

Jangan lupa, tiap-tiap cerita pun harus punya ciri khas yang bikin dia beda ama cerita lain yang
sejenis (contohnya cerita tentang Spider-Man, ya, beda ama cerita tentang Daredevil, padahal dua-
duanya sama-sama jagoan yang ngurusin kejahatan 'jalanan'). 

2. Karakter

Dalam pembuatan sebuah karakter, kita pake dua pendekatan : demografis dan psikografis.

 Demografis : nama, umur, alamat, tilpun, jenis kelamin, pekerjaan, orangtua... bla bla bla
blu ble. Pokoknya yang seperti itulah. Tau sendiri khan... hal-hal yang sifatnya fisik.
 Psikografis : hobi, kecenderungan, sifat, trauma, takut sama apa, warna yang disukai...
singkatnya, sifatnya secara rohaniah.
Karakter ini penting, soalnya dialah pembawa pesan kita kepada pembaca. Saking pentingnya,
sebagian besar judul komik adalah nama tokoh utamanya. Keseirnbangan antara faktor demografis
dan psikografis ini pun amat penting. Lebih bagus bikin tokoh yang keren tapi sering kentut
sembarangan, daripada tokoh yang miskin tapi nggak punya duit buat bayar iuran klab golf.

3. Setting

Setting  pun sangat puenting  dalam   pernbuatan sebuah cerita komik. Mo  bikin setting yang
gampang dan cepat ?  Jawab pertanyaan : 'Kapan ?' dan ‘Dimana?’ Udah! Jadi, deh setting...
(Meskipun sebenarnya lebih dari itu,sih, He he he)  

 ‘Kapan ?' di sini erat kaitannya dengan alur- cerita (plot). Apakah cerita yang akan  kita
bikin itu terjadinya di masa lalu dan sekarang udah selesai (Imperium Majapahit) ; terjadi
di masa lalu dan terus  sampe sekarang  bahkan mungkin sampai masa yang akan datang
(Star Wars); terjadi di masa sekarang dan bakal selesai juga  kira-kira  masa  sekarang  
(Doraemon);   terjadi  di  masa sekarang dan bakal selesai juga kira-kira masa sekarang
(Star Trek): terjadi di masa depan (Akira) ; atau di abad yang terlupakan (Dragon Ball)?
 'Dimana ?’ tu tempat terjadinya cerita yang kita bikin. Kota, desa, gunung, laut, rumah,
kamar. pulau terpencil, planet Bumi, planet lain, atom lain... terserah sang penulis ! Mo
bikin realitas sendiri pun sah-sah aja.
4. Alur cerita

Alur mana nih, yang kita mo pake untuk bercerita ? Dua-duanya ternyata sama ampuhnya.

   Maju : diceritain sang tokoh dari awal ampe akhir kisahnya. Biasanya komik Jepang (manga)
atau komik Eropa yang pake alur ini.

   Campuran : mulai dari tengah, menuju akhir dengan kilas balik. Komik Amerika zaman
sekarang kebanyakan pake alur ini.

5. Storytelling

Bagaimana cara kita bercerita pada pembaca ? Metode yang bisa dipakai :

1.      Orang pertama (subyektif) : menceritakan isi cerita dari sudut pandang si tokoh itu sendtri.
Frank Miller, Mark Waid, diantara para penulis yang ahli dengan gaya storytelling seperti ini.
2.      Orang ketiga (obyektif) : kita bertindak sebagai pengamat, orang lain yang menceritakan
tokoh atao cerita tersebut kepada pembaca

Selain    yang    tersebut    diatas,    ada    beberapa   hal    yang   sebaiknya    (baca    : SEHARUSNYA)
diperhatikan oleh mereka yang berniat menjadi penulis cerita komik

1.    Hadapilah kenyataan bahwa artis komik (terutama penciller) akan lebih ngetop dan lebih
dicari orang ketimbang penulis cerita komik. Tapi hal ini sebenarnya bukan masalah, kalo
kita mo liat Frank Milter, Mark Waid, Garth Ennis, Kazuo Koike.dll.

2.    Jangan tulis lagi apa yang sudah divisualisasikan lewat gambar. Para penulis pemula biasanya
membuat kesalahan ini. Wajar, Nggak apa-apa. Tapi jangan lagi ya...

3.  Tulis apa yang harus ditulis. Biar bagamanapun pengennya kita nulls adegan yang kita anggap
keren dan romantis, kalo '.tu tidak menunjang Jalannya cerita.., lewat aja.

4.   Jangan langsung bikin cerita yang membabi buta. Bikinlah cerita-cerita yang sifatnya personal
dan berhubungan sama karakter cerita kita. Usahakan mendekatkan dan mengakrabkan tokoh
cerita kita kepada pembaca. Hal ini bisa dilakukan dengan menggali asal-usul tokoh tersebut,
latar belakang, tokoh pembantu, dan setting.

5.      Biasakanlah konsultasi dengan artis yang akan menggambar cerita kita. Kasih tau dia apa
rnau kita, dan kita denger juga apa rnaunya sebagai input visualisasi cerita komik yang kita
bikin.

6.      Cobalah bikin “jreng” di halaman pertama dan halaman terakhir. “Jreng” di halaman pertama
fungsinya untuk menarik pernbaca agar membaca komik kita sampe abis, jedangkan jreng di
halaman terakhir fungsinya untuk membuat pembaca bersabar Sambil berharap edisi
berikutnya segera muncul. Asyik kan ?

7.      Perkenalkanlah karakter kepada pembaca. Jangan sampai karakter sang tokoh jadi asing
untuk pernbaca. Hal ini berfungsi untuk mempertahankan pembaca yang lama dan menarik
perhatian pembaca yang baru. Tentunya cara memperkenalkannya pun harus variatif, nggak
mbosenin.
8.      Berlatih bikin dialog yang bagus. Nggak mungkin ada duo tokoh yang lagi berantem gaya
ngomong dan intonasinya sama. Logat Jawa beda ama logat Batak. Bahasa ABG beda ama
bahasa orang tua, Bahasa ilmiah juga nggak sama ama bahasa ilmiah, dst. Hadapilah
kenyataan bahwa kita tinggal dalam masyarakat majemuk!

9.      Cari gaya penulisan sendiri yang bikin kita beda dan punya nilai plus kalo dibandingin ama
penulis komik laen. Nggak gampang, emang... dan perlu waktu. Mulailah dengan menulis
hal-hal yanj menurut kita menyenangkan untuk ditulis.

10.  Kalo mo sok profesional, jangan, jadilah profesional (?) Biasakan menulis sinopsis maksimal
1 halaman A4, 2 spasi. Isi sinopsisnya harus ada awal, tengah, akhir (jelas !), tokoh dan
karakterisasinya, juga setting.

Nnaa... kayaknya dasar-dasar untuk menulis cerita komik udah Immy bagi semua. Dari semua itu, intinya
yang paling penting adalah MULAI menulis cerita komik. Kalo nggak mulai menulis cerita komik, ya,
nggak akan jadi lah cerita komik kita, Ya nggak ? Jadi, mari kita sama-sama (belajar) menulis cerita
komik. Jangan lupa... yang namanya proses kreatif itu nggak pernah berhenti, dan dunia komik adalah
dunia dengan kemungkinan tak terbatas. Hidup komik Indonesia !
Imansyah Lubis

Jakarta 11 Maret 1997

Anda mungkin juga menyukai