BAGIAN I
PETROLOGI BATUAN SEDIMEN KLASTIKA
I. PENDAHULUAN
Proses pelapukan akan memecah dan memisahkan bebatuan menjadi bagian yang
lebih kecil, kemudian diangkut oleh berbagai media dan pada akhirnya diendapkan dalam
suatu cekungan dengan lingkungan pengendapan tertentu. Hasil akhir yang berupa endapan
ini akan mengalami proses diagesis atau pembatuan, yang membuat endapan tersebut
mengeras dan padu.
Ada suatu anggapan bahwa endapan atau sedimen adalah sesuatu benda dalam suatu
cairan yang bergerak turun dan berada pada dasar dimana cairan itu berada. Akan tetapi
difinisi ini tidak sesuai lagi bagi endapan dengan media transportasi angin atau eolian dan
endapan yang terbentuk dan diendapkan pada tempat yang sama (tidak mengalami
transportasi), seperti terumbu koral. Lebih tepatnya, sedimen adalah suatu akumulasi benda
yang berada pada suatu dasar media transportasi atau pembentuknya. Seperti telah diketahui
bahwa media transportasi dapat berupa cairan, angin, udara, gravitasi atau es.
Berdasarkan asalnya (genesa), batuan sedimen dapat dikelompokan menjadi 5:
1. sedimen kimia, terbentuk langsung dari penguapan suatu cairan seperti gypsum, garam
dan sebagian batugamping;
2. sedimen organik, disusun oleh sisa kehidupan baik binatang maupun tetumbuhan,
contohnya batugamping cangkang dan batubara;
3. sedimen sisa, ini merupakan sisa pelapukan, contohnya laterit dan bouxit;
4. sedimen terigen, dimana partikelnya ditranspor dari tempat lain, contohnya batulanau,
batupasir dan konglomerat;
5. sedimen piroklastika, hasil endapan gunungapi, seperti tuf, pasir gunungapi dan
aglomerat.
Ke lima kelompok sedimen ini dapat digolongkan kembali menjadi 2, yakni sedimen klastika
(allochthonous) dan sedimen non-klastika (autochthonous). Sedimen klastika mengalami
transportasi dari tempat asalnya ke dalam lingkungan dimana terendapankan. Sedangkan
2
sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang tidak mengalami transportasi. Dengan kata
lain sedimen non-klastika terbentuk dan terendapkan di lingkungan yang sama.
Batuan sedimen dibentuk oleh berbagai komponen, yang dapat digolongkan atas:
1. Terrigenous siliciclatic particles: semua partikel yang berasal dari daratan, berukuran dari
lempung sampai krakal. Umumnya berkomposisi silikat (kuarsa, feldspar dan mika).
2. Material kimia/biologis: ini berasal dari proses kimia dan biologis dalam cekungan
sediment itu sendiri. Termasuk di dalamnya adalah hasil ekstraksi air dalam cekungan
yang menghasilkan mineral seperti gipsum, kalsit, dan apatit, juga cangkang karbonat dan
silika dari organisme.
3. Material karbonan: terdiri atas sisa tetumbuhan (darat dan laut) dan binatang serta
bitumen yang terkarbonkan.
4. Material authigenic: umumnya mineral yang terbentuk pada waktu proses diagenesis
berlangsung. Jadi mineral ini terbentuk “segera” setelah terjadi pengendapan batuan.
Batuan sedimen klastika dibentuk oleh 3 unsur, yakni komponen (fragmen atau
kepingan atau butir), matriks dan semen. Komponen merupakan unsur yang berukuran lebih
besar dalam batuan sedimen (Gambar I.1), sedangkan matriks mempunyai ukuran lebih kecil
dari 0,03mm (Boggs, 1992). Semen merupakan unsur yang berada di antara komponen dan
berfungsi sebagai pengikat komponen dan matriks. Semen ini terbentuk setelah terjadi
pengendapan (post deposition). Pori adalah ruang kosong yang tidak ditempati oleh butir,
matriks maupun semen.
I.2. TEKSTUR
Tekstur merupakan pokok bahasan (subyek) yang sangat penting dalam batuan
sedimen. Pemerian secara lengkap dan rinci tekstur batuan sedimen akan sangat membantu
dalam interpretasi lingkungan dan proses pengendapan serta kondisi batuan asal atau
induknya. Pada hakekatnya tekstur menggambarkan tentang keadaan fisik kepingan
(fragmen) dan hubungan yang terjadi diantara kepingan. Dalam beberapa hal tertentu, tekstur
difinisikan sebagai aspek geometri dari kepingan suatu batuan. Ada tiga faktor yang sangat
penting dalam tekstur, yakni: besar butir, bentuk butir dan fabrik (hubungan antar butir).
Bentuk butir terdiri atas bentuk butiran itu sendiri, kebundaran butir dan tekstur permukaan
atau rona mikro dari butiran.
3
matrik
s
semen
pori/rongga
butir
Gambar I.1: Unsur batuan sedimen klastika yang umumnya terdiri atas
butir atau fragmen, matriks, semen dan pori atau sarang.
setiap kelas berbeda dan juga lebih disebabkan umumnya ukuran butir merupakan bilangan
pecahan dalam milimeter. Hal ini tentu menyulitkan dalam penggambaran dalam grafik. Ini
dapat dihindari dengan cara memakai logaritma. Phi (φ ) adalah skala logaritma yang
didasarkan pada rumus:
φ = -log2S
dimana φ adalah ukuran phi dan S merupakan ukuran butir dalam milimeter. Dalam Tabel
I.1 tampak bahwa peningkatan nilai negatif phi menunjukkan peningkatan nilai ukuran dalam
milimeter. Sebaliknya, peningkatan nilai positif phi menunjukkan penurunan ukuran dalam
milimeter.
Pada umumnya ukuran butir sedimen akan semakin halus searah dengan transportasi,
sebaliknya akan semakin kasar ke arah asal sedimen. Ukuran butir juga akan semakin halus
sejalan dengan menurunnya energi. Energi yang lebih kuat akan membawa butir yang lebih
besar, sebaliknya energi yang lebih lemah membawa butir yang lebih kecil.
Pemilahan atau sortasi butir batuan sedimen adalah kisaran ukuran butir di sekitar
ukuran rata-rata. Di lapangan atau di laboratorium pemilahan butir dapat diketahui dengan
memakai lensa pembesar atau di bawah mikroskop dengan acuan gambar baku (Gambar I.2).
Menurut Folk (1974), pemilahan dipengaruhi oleh beberapa faktor utama:
1. kisaran ukuran butir sedimen yang memasok lingkungan pengendapan, misalnya jika
ombak menghantam pantai yang dibentuk oleh sedimen glasial dengan butiran dari
lempung sampai bongkah, maka sedimen pantai juga akan mempunyai pemilahan yang
jelek; atau suatu sungai beraliran putar (turbulen) yang melewati suatu singkapan
batupasir yang mudah lepas dan mempunyai pemilahan baik, maka endapan gosong
sungai akan mempunyai pemilahan yang baik pula;
2. tipe pengendapan, daerah bean spreading dimana arus bekerja secara kontinue pada
lapisan yang tipis akan terbentuk sedimen berpemilahan jauh lebih baik dibandingkan
pada daerah city-dump dimana sedimen seperti ditumpahkan ke bawah dan secara cepat
ditimbun dengan sedimen lainnya.
5
Tabel I.1: Ukuran butir batuan sedimen berdasarkan skala Wenworth dan
kesebandingan dengan phi (φ ).
Sangat baik
Sangat jelek
3. sifat arus, arus yang relatif konstan akan menghasilkan pemilahan yang lebih baik
dibandingkan dengan arus yang mempunyai kekuatan yang berfluktuasi sangat besar dari
lemah sampai kuat.
I.2.C Fabric
Fabrik merupakan sifat dari sekumpulan butir yang dipengaruhi oleh orientasi butir
dan kemasan atau packing. Kemasan terutama dipengaruhi oleh ukuran butir, bentuk butir
dan derajat kekompakan. Orientasi butir dan kemasan ini mempengaruhi sifat batuan sedimen
secara keseluruhan seperti berat jenis, kesarangan (porositas) dan kelulusan (permeabilitas).
Butiran dari batuan sedimen dapat berbentuk kepingan (platy) atau bulat lonjong
(Boggs, 1995). Ke dua bentuk ini mempunyai kecenterungan orientasi yang berbeda, yang
kepingan akan cenderung terbaring sejajar dengan bidang perlapisan atau permukaan
pengendapan. Sedangkan butiran lonjong, sumbu terpanjangnya cenderung sejajar dan
mengarah ke tempat tertentu. Orientasi butir ini sangat tergantung dari proses transportasi dan
pengendapan, serta kecepatan arus dan kondisi lainnya di tempat pengendapannya.
Jika suatu butiran batuan sedimen mempunyai bentuk memanjang dengan salah satu
ujungnya tumpul, seperti tetesan air mata, maka bagian tumpul inilah yang merupakan bagian
yang lebih stabil dibandingkan ujung lainnya. Sehingga ujung tumpul ini akan mengarah asal
arus atau ujung yang lebih runcing ke arah aliran arus. Pasir dapat membentuk struktur
pergentengan (imbrikasi) dengan sumbu panjangnya membentuk sudut kecil (kurang 20o)
dengan arah asal arus (Boggs, 1995).
I.3.A Difinisi
Kesarangan atau porositas dari suatu batuan adalah perbandingan antara jumlah total
pori dan total volume, mudahnya
Total pori
Kesarangan = ---------------- X 100%
Total volume
28
Kesarang yang dihasilkan dari rumus ini sering disebut kesarangan mutlak (absolute
porosity). Para ahli geologi yang berkecimpung dalam minyak bumi dan air tanah lebih
senang dengan kesarang efektif (effective porosity), yakni perbandingan antara jumlah pori-
pori yang saling berhubungan dan volume keseluruhan.
h. Kesarangan stromatactis
30
a d
b c a
a a
a
e
a
g
f a
Gambar I.5: Berbagai jenis kesarangan, a. antar butir, b. dalam butir, c. antar
kristal, d. fenetral, e. moldic, f. vuggy, g. retakan dan h.
stromatactis (Selley, 1988).
Q= K(P1 – P2)Aµ L
31
Secara genetis batuan sedimen berasal dari: kimia, organik, residu, terigen dan
piroklastika. Akan tetapi batuan beberapa pengarang tidak memasukan batuan yang berasal
dari kegiatan gunungapi (piroklastika) ke dalam batuan sedimen. Sedangkan Boggs (1992)
membagi batuan sedimen berdasarkan unsur pokok yang membentuknya: terigen-silisiklastik
(terrigeneous siliciclastic sediments), kimia/bio-kimia, karbonan dan autigenik.
32
3. Unsur karbonan. Residu karbonan dari tetumbuhan darat dan laut, binatang, bersama
dengan bitumen membentuk sedimen karbonan. Material karbonan lembab dari sisa
kayu tetumbuhan merupakan pembentuk utama dari sebagian besar batubara. Sisa
sapropelik (sapropelic residues) dari spora, polen, pito- dan zooplankton serta serpihan
maseral tetumbuhan dapat membentuk batubara jenis cannel dan oilshale.
4. Unsur autigenik. Mineral yang terbentuk dari presipitasi larutan dalam pori-pori batuan
sedimen selama proses diagenesa unsur sekunder atau autigenik, sebagai contoh kuarsa,
fedlspar, lempung, kalsit, gipsum, barit dan hematit. Unsur jenis ini tidak pernah
menjadi unsur utama membentuk batuan sedimen.
34
BAGIAN II
PETROLOGI BATUAN KARBONAT
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral karbonat lebih
dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral mengandung CO3 dan satu atau lebih
kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya, mineral karbonat adalah kalsit (CaCO 3) dan
dolomit (CaMg (Co3)2). Batuan karbonat umumnya terdiri atas batugamping (kalsit sebagai
mineral utama) dan batudolomit (dolostone). Umur batuan ini sangat bervareasi mulai dari
pra-Kambrium sampai Kuarter. Batuan karbonat pra-Kambrium dan Paleosen umumnya
dikuasai oleh batudolomit. Di alam batuan karbonat menempati 1/5 – 1/4 dari seluruh catatan
stratigrafi dunia. Sekitar 40 % dari minyak bumi dan gas dunia diambil dari batuan karbonat.
Reservoar karbonat di Timur Tengah merupakan salah satu contoh reservoar karbonat dengan
produksi migas yang besar.
Sedimen karbonat, yang dijumpai di dunia, kebanyakan terbentuk pada lingkungan
laut dangkal dan beberapa di antaranya terbentuk di daerah teresterestrial, tetapi laut dangkal
tropis. Indonesia merupakan daerah yang mempunyai sedimen karbonat melimpah.
kehangatan untuk hidup. Sedangkan daerah yang mempunyai latitud rendah (tropis dan
subtropis) mempunyai suhu keseharian hangat. Di daerah ini berbagai kehidupan yang
memproduksi sedimen karbonat akan tumbuh lebih baik.
II.2 KOMPOSISI
Unsur/elemen jejak (trace elemen) yang biasa dijumpai pada batuan karbonat meliputi B, Ba,
P, Mg, Ni, Cu, Fe, Zn, Mn, V, Na, U, Sr, Pb, K. Konsentrasi elemen jejak tersebut tidak
hanya dikontrol oleh minerologi batuan, tetapi juga dikontrol oleh jenis dan kelimpahan
relatif butiran cangkang fosil dalam batuan. Banyak organisme menghimpun dan
menggabungkan elemen jejak tersebut ke dalam struktur cangkangnya.
II.2.C. Butiran
Komponen penyusun batuan karbonat moderen umumnya dibagi ke dalam dua bagian
dasar (lihat Gambar II.1): butiran (grain) dan lumpur (mud). Butiran adalah kerangka pada
kebanyakan batuan karbonat yang terdiri dari endapan cangkang organisme (skeletal) dan
endapan partikel dan agregat anorganik. Sehingga, butiran biasanya dibagi menjadi dua
kelompok butiran, yaitu cangkang dan noncangkang. Boggs (1992) menyebut butiran
noncangkang ini dengan sebutan litoklas atau klastika batuan. Butiran batuan karbonat dapat
berukuran dari ukuran pasir sampai dengan brangkal. Bentuk butiran karbonat juga sangat
bervareasi, mulai menyudut sampai membulat.
37
Lumpur gamping (lime mud) adalah batuan karbonat dengan butiran sangat halus,
termasuk butiran dan endapan kristalin yang ke duanya berukuran sangat halus. Karbonat ini
setara dengan serpih dan/atau batulempung pada endapan klastika. Lumpur gamping (lime
mud) laut terbentuk dari kehidupan bentonik yang mati dan meluruh, detritusnya berasal dari
partiel karbonat yang lebih besar, akumulasi biota plantonik, dan pengendapan langsung dari
38
air laut. Beberapa proses yang dipercaya dapat menghasilkan lumpur gamping, di antaranya
adalah aktivitas angin, ombak dan pasang-surut dapat memecahan cangkang kehidupan
menjadi serpihan renik. Aktivitas binatang laut pemakan biota laut penghasil karbonat, dapat
merusak cangkang koral menjadi bagian yang sangat halus.
Bi
Bo
Bi
Bi
Bi
Bo
Butiran cangkang merupakan butiran yang sangat dominan pada batuan karbonat
Panerozoikum. Butiran ini dapat berupa cangkang utuh dan/atau pecahan bagian dari suatu
organisme dengan bentuk menyudut sampai membulat. Sebagian besar cangkang itu
dibentuk oleh aragonit, kalsit atau Magnesian-kalsit. Komposisi ini dapat berubah karena
proses diagenesa yang dialami, sehingga sebagian mineral berubah menjadi mineral lain.
Contohnya, aragonit akan berubah menjadi kalsit pada proses diagenesa.
Litoklas
Litoklas (lithoclast), adalah fragmen sedimen pada batuan karbonat yang merupakan hasil
erosi, kemudian tertransportasi dan diendapkan dalam cekungan karbonat. Disini ada dua
jenis lithocklast, yaitu intraklas dan ekstraklas. Ekstraklas, sering juga disebut limeclast ,
berasal dari luar cekungan karbonat, sedangkan intraklas berasal dari dalam cekungan itu
sendiri.
(1) Intraklast adalah kepingan batugamping atau pengerasan sedimen yang berasal dari dalam
cekungan pengendapan itu sendiri. Kepingan ini dapat berupa beachrock, hardgrounds,
atau stromatolite yang semi-terkonsolidasi. Intraklasts mengandung partikel-partikel yang
seumur dengan batuan induknya (host rock) dan beberapa fabrik diagenetik dijumpai
dalam interklast yang berkaitan dengan lingkungan pengendapan sedimen induknya.
Interklast sangat sering dijumpai dalam karbonat. Mereka dapat terbentuk akibat erosi
dalam laut yang terletak pada alur pasang-surut, pantai, muka terumbu dan dataran
pasang-surut (tidal flat). Menurut Boggs (1992), ada dua proses utama penyebab
terbentuknya intraklas adalah:
1. erosi terhadap endapan pantai baru saja membatu (lithified beach-rock) di dalam zona
intertidal dan supratidal;
2. penghancuran dari telo (desication) pada supratidal, khususnya lumpur gamping yang
menghasilkan klastika lumpur gamping.
40
(2) Ekstraklast adalah kepingan batugamping yang berasal dari batugamping yang telah
membatu dan terletak diluar cekungan, kemudian tererosi dan diangkut masuk ke dalam
cekungan pengendapan. Kalau intraklas dapat memberikan informasi tentang kondisi
cekungan dimana batugamping itu diendapkan, ekstraklas tidak dapat. Yang diberikan
oleh ekstraklas adalah informasi tentang batuan asalnya, yang mungkin jauh lebih tua.
Ooids
Ooids adalah butiran terbungkus berukuran pasir, berbentuk bundar sampai oval dan
pembungkusnya konsentris disekitar nukleus butiran (Gambar II-2). Pembungkus (coating)
terdiri atas lapisan yang bervareasi ketebalannya (3-15 mikron). Intinya (nucleus). Nukleus
mungkin berupa kepingan cangkang, peloid, ooid yang lebih kecil, atau butiran lain seperti
kuarsa dan feldspar. Pada umumnya ooid berukuran lanau-pasir atau 0,1-2 mm, yang paling
umum adalah 0,5-1 mm (Boggs, 1992). Ooid yang berukuran >2 mm disebut pisoid. Batuan
yang dibentuk oleh ooid berukuran <2 mm disebut oolit, sedangkan batuan yang terbentuk
oleh pisoid (>2 mm) disebut pisolit.
Dari data yang terbatas, pertumbuhan individu ooids menunjukan mungkin sangat
perlahan, data yang diperoleh di Bahama menunjukan laju akumulasi hampir 1 m/1000 tahun
(Boggs, 1992). Akumulasi ooids berkembang baik pada platform dangkal di tropis-subtropis,
dalam air bergerak, biasanya kedalaman berkisar 0 dan 4 meter dan butiran digerakkan oleh
arus tidal, arus angin, dan gelombang. Pergerakan air mengeluarkan CO2 dari larutan dalam
air laut dan meningkatkan pengendapan CaCO3. Disini kebanyakan ooids yang terbentuk
adalah aragonit ooids, dan sedikit terjadi Mg-kalsit ooids. Aragonit ooids cenderung
membentuk orentasi kristal tangensial, sedangkan Mg-kalsit ooids membentuk struktur radial.
Aragonit ooids menempati daerah energi tinggi, sedangkan Mg-kalsit ooids cenderung lebih
terkonsentrasi dalam lingkungan energi rendah. Boleh jadi, energi hidroulik mengontrol
mineralogi.
41
Gambar II.2: Oolit dari Formasi Tampakura berumur Paleogen, di Sulawesi Tenggara.
Onkoid (Oncoid)
Onkoid adalah butiran terbungkus oleh lapisan yang lebih tidak beraturan dari pada ooid.
Pada umumnya onkoid berukuran <2 mm->10 mm. Onkoid dapat terbentuk baik di
lingkungan pengendapan laut maupun di darat.
Klasifikasi batuan karbonat mempunyai banyak ragamnya. Sampai saat ini belum ada
satu klasifikasi yang dapat memuaskan semua fihak, seperti halnya pada batuan klastika
(seperti batupasir misalnya). Beberapa klasifikasi yang akan disajikan di bawah ini
merupakan klasifikasi yang lebih umum dipakai oleh para ahli geologi.
Secara konvensional batuan karbonat juga diklasifikasikan menurut ukuran butiranya,
seperti klasifikasi sedimen klastik berdasarkan skala ukuran butir Wentworth. Batuan
karbonat dengan ukuran butir >2 mm dinamakan kalsirudit (disebut konglomerat pada
sedimen non-karbonat), 63 mikron - 2 mm disebut kalkarenit (disebut batupasir pada sedimen
non-karbonat), dan yang ukuran butirnya <63 mikron dinamakan kalsilutit (setara dengan
batulempung). Namun klasifikasi yang berdasarkan pemerian (discription) ini sudah lama
ditinggalkan. Para ahli geologi lebih senang dengan klasifikasi yang berdasarkan asal
(genetic) batuan atau paling tidak mengarahkan ke sana. Hal ini disebabkan, dengan
klasifikasi asal itu dapat diinterpretasikan bagaimana dan dimana proses sedimentasi batuan
berlangsung.
Pada 1962 ada dua klasifikasi yang terkenal yang diusulkan oleh R.L.Folk (Tabel II.2)
dan R.J.Dunham yang kemudian dimodifikasi oleh Embry dan Klovan (1972) dalam Tabel
II.3.
II.5. DIAGENESA
Setelah proses pengendapan berakhir, sedimen karbonat mengalami proses diagenesa
yang dapat menyebabkan perubahan kimiawi dan mineralogi untuk selanjutnya mengeras
menjadi batuan karbonat. Sedimen karbonat umumnya lebih rentan terhadap pelarutan
43
III. PUSTAKA
Boggs, Sam, Jr., 1992, Petrology of Sedimentary Rocks. Maccmillan Publishing Company,
New York, 707 p.
Boggs, Sam, Jr., 1995, Principles of Sedimentology and Stratigraphy. Edisi 2. Prentice-Hall,
New Jersey.
Boggs, Sam, Jr., 2001, Principles of Sedimentology and Stratigraphy. Edisi 3. Prentice-Hall,
New Jersey. 726p.
Folk, R.L., 1974. Petrology of Sedimentary Rocks. Hemphill Publishing Co., Austin, 182 p.