Anda di halaman 1dari 4

Menejemen waktu

Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan


produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu sumber daya unjuk kerja. Sumber daya yang mesti
dikelola secara efektif dan efisien. Efektifitas terlihat dari tercapainya tujuan menggunakan waktu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dan efisien tidak lain mengandung dua makna,yaitu: makna pengurangan
waktu yang ditentukan, dan makna investasi waktu menggunakan waktu yang ada. Manajemen waktu
bertujuan kepada produktifitas yang berarti rasio output dengan input. Tampak dan dirasakan seperti
membuang-buang waktu dengan mengikuti fungsi manajemen dalam mengelola waktu. Merencanakan
terlebih dahulu penggunaan waktu bukanlah suatu pemborosan melainkan memberikan pedoman dan
arah bahkan pengawasan terhadap waktu. Dari tinjauan secara komprehensif pekerjaan yang hendak
dikerjakan dan rumusan tertulis sebuah rencana dapat diketahui prioritas hubungan antar aktifitas yang
akan dikerjakan sendiri serta didelegasikan. Jebakan yang sering muncul disini adalah rasa percaya diri
dapat cepat bila dikerjakan sendiri dimana itu perasaan yang kurang tepat. Setelah pengorganisasian
terjadi maka penggerakan pun dilakukan yang mencakup pelaksanaan sendiri dan pemberian motivasi
kepada pemegang delegasi. Satu hal yang penting ialah komitmen kuat untuk konsisten pada rencana
dan mengeliminasi gangguan-gangguan termasuk permintaan bantuian dari atasan maupun bawahan
dengan cara berani mengatakan “TIDAK”. Akhirnya setelah selesai tuntas pekerjaan dilakukan
pengawasan berdasarkan rencana, yang tidak lupa memberikan reward terhadap keberhasilan. Dalam
situasi waktu sesuai rencana belum habis sedangkan pekerjaan telah tuntas seyogyanya dipergunakan
untuk menambah kuantitas, merencanakan pekerjaan selanjutnya dan atau investasi waktu. Pendek
kata, kualitas manajamen waktu berpedoman kepada empat indikator,yaitu: tetap merencanakan, tetap
mengorganisasikan, tetap menggerakkan, dan tetap melakukan pengawasan. Empat prinsip tersebut,
applikabel dalam semua pekerjaan. Variasi terjadi dalam kerumitan dan kecepatan setiap tahap
dilakukan. Perencaaan jangka panjang jelas lebih rumit dan relatif lama dari perencanaan jangka
pendek, bahkan karena begitu pendeknya dimungkinkan perencanaan begitu singkat yang berlangsung
dalam hitungan detik.

Syiar Islam menempatkan ibadah ritual pada waktu-waktu tertentu dalam sehari dari siang
hingga malam dan pada waktu-waktu tertentu dalam setahun. Shalat lima waktu diwajibkan dari
memulai hingga mengakhiri aktivitas dalam sehari, dan waktu-waktunya selaras dengan
perjalanan hari. Agar menjadi panduan dan sistem yang baku dan cermat dalam menata
kehidupan islami.

Dalam ajaran Islam, ciri-ciri seorang muslim yang ideal adalah


pribadi yang menghargai waktu. Seorang Muslim tidak patut
menunggu dimotivasi oleh orang lain untuk mengelola waktunya,
sebab hal itu sudah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.
Ajaran Islam menganggap pemahaman terhadap hakikat menghargai
waktu sebagai salah satu indikasi keimanan dan bukti ketaqwaan,
sebagaimana tersirat dalam surah Al-Furqan ayat 62 yang berbunyi:
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti
bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin
bersyukur.”
Syiar Islam menempatkan ibadah ritual pada waktu-waktu tertentu
dalam sehari dari siang hingga malam dan pada waktu-waktu
tertentu dalam setahun. Shalat lima waktu diwajibkan dari memulai
hingga mengakhiri aktivitas dalam sehari, dan waktu-waktunya
selaras dengan perjalanan hari. Agar menjadi panduan dan sistem
yang baku dan cermat dalam menata kehidupan islami. Di samping
itu, juga berfungsi untuk mengukur detik-detik sejak terbitnya
fajar hingga terbenamnya matahari. Bahwa siang itu untuk bekerja
dan malam untuk istirahat. Dan setiap siang hari dan malam yang
kita jalani adalah untuk ibadah semata-mata karena Allah swt.

Dalam sejarah Rasulullah saw. dan orang-orang Muslim generasi


pertama, terungkap bahwa mereka sangat memerhatikan waktu
dibandingkan generasi berikutnya, sehingga mereka mampu
menghasilkan sejumlah ilmu yang bermanfaat dan sebuah peradaban
yang mengakar kokoh dengan panji yang menjulang tinggi. Jika kita
sadar bahwa pentingya manajemen waktu, maka tentu kita akan
berbuat untuk dunia ini seolah-olah akan hidup abadi, dan berbuat
untuk akhirat seolah-olah akan mati esok hari. Di dalam surah Al-
Mu'minuun ayat 1-3 Allah menyatakan: “Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam
shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan
dan perkataan) yang tidak berguna”. Sementara itu, dalam
haditsnya, Rasulullah selalu menanamkan bahwa, “Salah satu
kebaikan seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak
bermanfaat.”

Dari perintah-perintah Allah saw. dan sejarah perjalanan hidup


Rasulullah terkandung hikmah yang dalam bagaimana kita sebagai
orang muslim harus menata waktu dengan sebaik-baiknya. Allah swt.
telah menunjukkan kepada kita dengan penataan waktu shalat,
perjalanan siang dan malam yang sudah tertata dengan baik dan
terencana. Itu semua menjadi petunjuk bagi kita bagaimana harus
menata waktu ini dengan satu perencanaan dan pelaksanaannya
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dan kemudian melakukan
muhasabah sesudah pelaksanaannya, yaitu evaluasi diri atas apa
yang telah kita lakukan.

Yang Harus Diperhatikan dalam Perencanaan

Sebelum membuat perencanaan, ada enam hal yang harus kita


perhatikan, yaitu:

1. Niat yang Kuat

Niat sama artinya dengan motivasi yang kuat. Tanpa adanya niat,
kita tidak akan pernah berhasil dalam beramal. Tahun, bulan, atau
hari tidak akan pernah menjadi tahun, bulan, atau hari yang
berprestasi, seandainya kita tidak berniat untuk mengisinya
dengan amal terbaik. Dan niat seorang muslim adalah melakukan
amal ibadah setiap waktu karena Allah swt. Jika itu yang kita
lakukan, semuanya akan memiliki nilai ibadah.

2. Memiliki Tujuan yang Jelas

Tujuan, cita-cita, atau segala sesuatu yang ingin kita capai.


Tanpa adanya tujuan yang jelas, kita tidak akan fokus melangkah.
Makin tidak jelas tujuan dan waktu pencapaiannya maka peluang
gagalnya rencana kita akan makin besar. Dan tujuan kita melakukan
amal ibadah dalam mengisi waktu-waktu kita adalah berharap ridha
Allah swt.

Pelajari pula teknik membuat rencana dan segera membuat rencana


yang matang dan teruji. Buat program dalam bentuk rencana harian,
mingguan, dan bulanan.

Di sini penting pula memahami skala prioritas, mana yang harus


didahulukan, dan mana pula yang bisa ditunda, mana yang harus di
kerjakan, mana pula yang tidak. Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam Fikih
Prioritas, mengungkapkan urutan amal yang terpenting diantara
yang penting. Patokannya :

-Sangat Penting dan Sangat Mendesak dikerjakan pada urutan


Pertama.

-Tidak Penting dan Sangat Mendesak dikerjakan pada urutan Kedua.

-Sangat Penting dan Tidak Mendesak dikerjakan pada urutan Ketiga.

-Tidak Penting dan Tidak mendesak dikerjakan pada urutan Keempat.

3. Buat Rencana Cadangan

Kita pun harus selalu siap dengan segala kemungkinan tak terduga.
Kita merencanakan, tapi Allah yang menentukan. Karena itu, buat
rencana B dan C sebagai rencana cadangan jika rencana utama
mengalami kegagalan. Insya Allah kita tidak akan kehilangan waktu
untuk panik.

4. Rencana atau Program Harus Realistis, Terukur, dan Adil

Hindari membuat rencana yang terlalu tinggi, tidak realistis, dan


terlalu sulit dicapai. Program kita pun harus adil dan seimbang.
Sebab kita harus menunaikan banyak hak, di mana setiap hak
menuntut pemenuhan. Ada hak Allah, hak keluarga, dan hak akal,
hak tetangga, hak badan, hak diri.

5. Disiplin dalam Rencana.

Sehebat apapun program dan rencana, tidak akan berarti sama


sekali jika kita tidak disiplin melaksanakannya. Karena itu,
jangan tergiur oleh kegiatan, kesenangan spontan, atau apa saja
yang akan menjauhkan kita dari rencana yang telah disusun.

Selain itu, yang tak kalah penting, lawan dan kalahkan rasa
malas. Tidak ada amal yang terlaksana jika kita malas. Malas
adalah kendaraan setan. Malas tidak akan mendatangkan apapun,
selain kerugian dan kesengsaraan. Ada satu prinsip, “Tiada
Prestasi tanpa Disiplin”. Siapa lagi yang dapat memaksa kita
untuk sukses selain diri kita sendiri.

6. Sempurnakan Setiap Kali Beramal.

Penyempurnaan adalah tahap akhir yang akan menentukan berkualitas


tidak amal ibadah yang kita lakukan. Kita akan mendapatkan yang
'terbaik', jika melakukan yang terbaik pula.

Dengan merencanakan apa yang akan kita lakukan hari ini, kita
akan berjalan di hari-hari ini dengan baik. Sehingga waktu yang
terlewati akan bermanfaat sebagai amal ibadah kita hari ini.

Anda mungkin juga menyukai