Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan prop. Jawa
Tengah
Penyebab
Alitropus typus.
Bio-ekologi Patogen
Pemakan darah “blood feeder”, ukuran parasit antara 0,2-0,8 cm sehingga mudah
dilihat dengan mata telanjang
Menginfeksi hamper semua jenis ikan air tawar, terutama ikan-ikan bersisik seperti
ikan mas, dan nila
Kasus serius umumnya terjadi pada budidaya ikan di Karamba Jaring Apung (KJA)
pada awal musim penghujan, dimana limpasan bahan organik yang masuk ke badan
perairan relative tinggi
Gejala Klinis
Luka dan pendarahan pada tempat gigitan, dan secara visual parasit ini tampak
menempel pada tubuh ikan terutama di bawah sisik atau pangkal sirip.
Hilang keseimbangan, lemah dan nafsu makan menurun
Diagnosa
Secara visual terlihat adanya parasit yang menempel pada tubuh ikan
Pengendalian
Perontokan parasit dalam wadah terbatas dengan bahan kimia yang mengandung
bahan aktiv dichlorfos pada konsentrasi 5-7 ppm selama 60 menit.
Setelah parasit rontok, ikan dipindahkan ke wadah lain untuk diobati dengan
disinfektan atau antibiotic untuk mencegah adanya infeksi sekunder oleh bakteri pada
bekas gigitan parasit
Menggunakan spot light pada malah hari untuk mengumpulkan parasit tersebut pada
satu lokasi, kemudian diangkat dengan jaring
Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan prop. Jawa
Tengah
Penyebab
Myxobulus spp. (syn, Myxosoma spp.)
Bio-ekologi Patogen
Mikrosporida berbentuk seperti biji semangka (kwaci), terbungkus dalam kista yang
berisi ribuan sel parasit
Menginfeksi jaringan ikat tapis insang dan otot ikan mas (terutama benih)
Umumnya menginfeksi benih ikan mas, namun ikan tawes, sepat dan tambakan juga
dapat terinfeksi parasit ini
Prealvensi serangan bervariasi dari rendah sampai dengan laju kematian berpola
kronis
Gejala Klinis
Terlihat adanya benjolan putih seperti tumor berbentuk bulat lonjong menyerupai
butiran padi pada insang ikan
Pada infeksi berat, tutup insang (operculum) tidak dapat lagi menutup sempurna
Bengkak-bengkak/gembil di bagian tubuh (kanan/kiri)
Diagnosa
Preparat ulas : kista yang pecah
Menggunakan mikroskop untuk melihat morfologi parasit
Pengendalian
Persiapan kolam (pengeringan dan desinfeksi kolam selama beberapa hari dengan
kalsium hipoklorid, Ca(OCL2) pada dosis 10ppm untuk memutus siklus hidup parasit
Ikan yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan
Hindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi parasit
Pengendapan yang dilengkapi dengan filtrasi/penyaring fisik (batu, ijuk, kerikill dan
pasir)
Cacing Insang (Dactylogiriasis)
Penyebab
Bio-ekologi Patogen
Cacing kecil yang bersifat ekto-parasit dan berkembang biak dengan bertelur
Menginfeksi insang semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih
Dactylogyrus sp. Memiliki 2 pasang titik mata, dan pada ujung kepalanya terdapat 4
buah tonjolan
Penularan terjadi pada saat fase infeksi
Gejala Klinis
Nafsu makan menurun, lemah, pertumbuhan lambat dan produksi lender berlebih
Berkumpul, mendekat ke air masuk
Insang pucat atau bengkak sehingga operculum membuka
Diagnosa
Pengendalian
Lerniasis
Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan prop. Jawa
Tengah
Penyebab
Bio-ekologi Patogen
Gejala Klinis
Terlihat menyerupai panah yang menusuk tubuh ikan. Terkadang pada tubuh parasit
ditumbuhi lumut sehingga ikan yang terinfeksi terlihat membawa bendera hijau.
Terjadi luka atau pendarahan pada lokasi tempat penempelannya, pada benih ikan,
dalamnya tusukan bisa mencapai organ dalam sehingga dapat menyebabkan kematian.
Diagnosa
Secara visual dapa terlihat adanya parasit yang menempel pada tubuh ikan.
Pengendalian
Streptocicciasis
Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Jawa
Tengah
Penyebab
Streptococcus iniae
Bio-Ekologi Patogen
Bakteri gram positif, berbentuk bulat kecil (cocci), bergabung menyerupai rantai, non
motil, koloni transparan dan halus
Infeksi Streptococcus pada ikan dapat berlangsung secara kronik hingga akut
Jenis ikan budidaya air tawar yang sering dilaporkan terinfeksi jenis bakteri ini adalah
ikan nila
Seperti halnya mycobacteriosis, penyakit ini lebih banyak dilaporkan pada ikan yang
dipelihara pada perairan tenang (stagnant) dan system resirkulasi
Infeksi Streptococcus banyak ditemukan di organ otak, sehingga ikan yang terinfeksi
sering menunjukan tingkah laku abnormal seperti kejang atau berpoutar
Gejala Klinis
Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap dan pertumbuhan lambat
Exopthalmia, pendarahan, perut gembung (dropsy) atau luka yang berkembang
menjadi borok
Sering pula infeksi Streptococcus tidak menunjukan gejala klinis yang jelas kecuali
kematian yang terus berlangsung.
Diagnosa
Pengendalian
Mycobacteriosis
Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Jawa
Tengah.
Penyebab
Mycobacterium spp.
Bio-Ekologi Patogen
Gejala Klinis
Hilang nafsu makan, lemah, kurus, mata melotot (exopthalmia) serta pembengkakan
tubuh
Apabila menginfeksi kulit, timbul bercak-bercak merah dan berkembang menjadi
luka, sirip dan ekor geripis
Pada infeksi lanjut, secara internal telah terjadi pembengkakan empedu, ginjal dan
hati serta sering ditemukan adanya tubercle/nodule yang berwarna putih kecoklatan
Gejala tersebut diawali dengan kurang gizi terutama vitamin E
Apabila menginfeksi sirip, maka sering dicirikan dengan rontok sirip (fin rot).
Diagnosa
Pengendalian
Parasit Ikan (Argulosis)
Penyebab : Argulus sp
Bio-Ekologi Patogen
Gejala Klinis
Secara visual tampak seperti kutu yang menempel pada tubuh ikan, desertai dengan
perdarahan di sekitar tempat gigitannya
Iritasi kulit, hilang keseimbangan, berenang zig-zag, melompat ke permukaan air, dan
menggoso-gosokan badannya pada benda keras di sekitarnya
Diagnosa
Pengendalian
Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa
Tengah.
Virus DNA, penyebab utama kematian masal ikan mas dan koi
Hanya menginveksi ikan mas dan koi. Jenis ikan lain tidak terinveksi
Tidak menular ke manusia yang mengkonsumsi atau kontak dg ikan yang terinveksi
KHV (tidak zoonosis).
Keganasan dipicu oleh kondisi lingkungan (temperatur dibawah 30 derajat Celcius
dan kualiotas air yg buruk).
Penularan melalui kontak antar ikan, air/lumpur & peralatan perikanan yang
terkontaminasi, serta median lain (sarana transportasi, manusia dll).
Ikan yg bertahan hidup (survivors) dapat menjadi pembawa (carriers) atau kebal.
Kekebalan terhadap KHV tidak menurun ke anak-anaknya.
Diagnosa definitif dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PRC). diagnosa dini
masih sulit dilakukan, termasuk terhadap ikan carriers KHV.
Daerah penyebaran meliputi : Jawa, sebagian Sumatera, Bali, Sumbawa dan
Kalimantan selatan.
belum ada obat/vaksin yang ampuh.
Gejala klinis
ikan sehat
Pengendalian
Penyakit Ikan
A. Pendahuluan
Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya
ikan, dan dapat menyebabkan kegagalan dalam budidaya ikan. Penyakit ikan erat
hubungannya dengan lingkungan dimana ikan berada. Dalam pencegahan dan pengobatan
penyakit, selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan, juga perlu diketahui hal-hal
yang bersangkutan dengan timbulnya penyakit ikan.
B. Penyakit ikan
— Penyakit ikan adalah suatu keadaan di mana tubuh ikan mengalami sesuatu (kemasukan
benda asing) sehingga keadaan tubuh tidak normal
— Mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan lingkungan, dimana ikan itu hidup.
— Hubungan erat antara Ikan, patogen, lingkungan harus seimbang agar tidak timbul
penyakit.
— Ikan hidup di lingkungan air maka bila terjadi perubahan sedikit saja dari lingkungan
dapat menyebabkan stress pada ikan, sedangkan ikan yang dalam keadaan tress akan mudah
terkena penyakit.
— Organisme penyebab penyakit itu sendiri (patogen) telah ada dalam perairan, tetapi
dalam kondisi yang seimbang patogen tersebut tidak menyebabkan ikan menjadi sakit.
— Jika kondisi yang seimbang tersebut terganggu misalnya adanya perubahan lingkungan
maka patogen yang ada dalam air dapat menyebabkan ikan menjadi sakit.
C. Gejala penyakit
— Ikan sering berenang di permukaan air dan terlihat seperti kekurangan Oksigen (02).
— Berenang oleng.
— Adanya tanda-tanda tertentu pada tubuh ikan : bercak merah, bercak putih, bisul atau
adanya jamur.
D. Faktor penyebab
— Faktor Abiotik adalah penyebab penyakit bukan oleh organisme pathogen, tetapi oleh
keadaan lingkungan yang tidak cocok (sifat kimia dan fisika air yang tidak sesuai untuk
kebutuhan hidup ikan), makanan yang tidak sesuai baik kualitas maupun kuantitas dan faktor
keturunan.
— Faktor Biotik adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme pathogen seperti virus,
bakteri, jamur dan copepoda.
E. Penularan
— Adanya kontak antara ikan yang sehat dan ikan yang sakit (melalui media air) :
pemeliharaan ikan sakit digabungkan dengan ikan yang sehat dalam satu bak/kolam.
— Penularan oleh manusia, hal ini mungkin terjadi karena adanya kecerobohan dalam
penanganan ikan : setelah memegang ikan yang sakit, tanpa mencuci tangan langsung
memegang ikan yang sehat/atau mencuci tangan di bak/kolam yang berisi ikan sehat.
— Media dan peralatan yang digunakan untuk ikan sakit, digunakan kembali tanpa
didesinfektan terlebih dahulu.
— Aliran air untuk unit perkolaman yang berbentuk seri maka kemungkinan penularan
penyakit semakin besar dari pada unit perkolaman berbentuk pararel.
F. Pencegahan
√ Secara periodik 4 – 5 bulan sekali atau pada waktu panen ikan
√ Untuk menghilangkan bibit penyakit serta menghilangkan gas-gas beracun yang
mungkin ada di dasar kolam
v Pengapuran Kolam
√ Menetralisir keasaman air dan tanah dalam kolam akibat pemupukan
√ Untuk daerah terkena penyakit Myxosporeasis tindakan pencegahan yang cukup efektif
adalah dengan pengeringan kolam secara total lalu dikapur dengan dosis 200 gram kapur
tohor per m3 dan dibiarkan 1 – 2 minggu
v Air sebelum masuk kedalam kolam dapat disaring terlebih dahulu dengan menggunakan
bak saringan dan bak pengapuran
v Fungsi Bak Saringan : mencegah masuknya hewan dan parasit misal Lernea dan Argulus.
Mencegah masuknya ikan-ikan yang tidak diingini misal ikan gabus, ikan seribu yaitu ikan
yang bertindak sebagai carrier pembawa penyakit Lernea.
v Fungsi Bak Pengendapan : mencegah lumpur dan bahan organik yang terlalu banyak
terbawa air, dapat digunakan batu kerikil, batu dibungkus ijuk.
v Bak penyaring air dapat pula diletakkan tidak diatas kolam tetapi dekat sumber air.
v Pembuatan bak saringan dapat juga digabung dengan bak pengendapan, sehingga
keseluruhan sumber air terlebih dahulu ditampung bak pengendapan,kemudian melewati bak
penyaringan dan air yang keluar sudah dalam keadaan bersih dan langsung dibagi-bagikan ke
kolam.
v Memperlakukan ikan secara hati-hati : waktu tebar ikan tidak dengan cara melempar, pada
waktu menangkap ikan dilakukan secara berhati-hati, perlakukan terhadap ikan harus penuh
kasih sayang.
v Adaptasi ikan, hal ini perlu dilakukan bila mendatangkan ikan dari tempat lain. Adanya
perbedaan kualitas air dari tempat asal dengan tempat yang baru dapat menyebabkan stress
pada ikan sehingga melemahkan daya tubuh ikan. Adaptasi bertujuan : agar ikan terlebih
dahulu menyesuaikan pada lingkungan yang baru agar tidak terjadi stress.
— Saat Pemeliharaan
v Kepadatan ikan.
Kepadatan yang berlebihan akan akan menyebabkan kompetisi satu sama lain ikan terhadap
ruang, makanan, oksigen. Adanya pergesekan satu dengan lainnya akan memudahkan ikan
terluka, yang kesemuanya ini dapat melemahkan tubuh ikan serta mempercepat penyebaran
penyakit.
Makanan yang buruk dapat melemahkan daya tahan tubuh ikan, sehingga mempermudah ikan
terkena penyakit.
pencemaran dan kekurangan oksigen dapat langsung menyebabkan penyakit pada ikan
bahkan dapat menyebabkan kematian.
— Ikan yang sakit segera dipisahkan dan diobati, untuk menghindari penularan penyakit,
seyogyanya ikan sakit tidak dicampur dengan ikan yang sehat, dan pengobatan dilakukan
ditempat lain. Pengobatan sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar penyakit mudah diobati.
— Secara periodik meneliti pertumbuhan ikan serta mengamati keadaan lingkungan air.
Penyakit ikan (bintik putih “ich”)
sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Prov. Jawa
Tengah.
Penyebab
Ichthyophthirius multifliis
Bio-Ekologi Patogen
- Protozoa dari golongan ciliata, ekosistem air tawar
- bentuk bulat/oval
- Diameter 50-1000 mikron
- diselaputi cilia
- inti sel seperti tapal kuda
- dalam siklus hidupnya harus menginfeksi ikan sebagai inang
- sangat ganas, infeksi berat dapat mematikan 100% populasi dalam waktu beberapa hari
- Menginfeksi semua jenis dan ukuran ikan
Gejala klinis
- Nafsu makan menurun
- gelisah
- Frekwensi pernafasan meningkat
- Cenderung mendekati inlet
- Bintik2 putih pada sirip, kulit atau insang
Diagnosa
- preparat ulas: lendir, sirip, insang
- Menggunakan microskop untuk melihat morfologi parasit
Pengendalian
- pertahankan temperatur air >29o C
- Menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui imunostimulai (vit C)
atau penyediaan pakan alami yang cukup.
- Meningkatkan frekwnsi pergantian air
- Perendaman dalam larutan campuran Malachit Green Oxalate (MGO) 0,15 ppm dengan
formalin 15 ppm selama 12-24 jam.
- Perendaman dengan garam dapur 300 ppm atau kalium permanganat (PK) 0,01% = 19/10ltr
selama 2 jam (aerasi/oksigen cukup).
- Perendaman dengan Acriflavin 10-15 ppm selama 15 menit.