BAB I
PENDAHULUAN
dirubah menjadi Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagai penganti Undang Undang No. 5 Tahun 1974, diskusi tentang efektivitas
dibicarakan.
yang dibagi atas daerah-daerah propinsi dan propinsi terdiri dari daerah kabupaten
dan kota yang mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dalam undang-undang.
daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut azas otonomi dan tugas perbantuan. Dalam menjalankan otonomi dan
menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain sesuai dengan ketentuan berlaku.
dalam sistem Negara Kesatuan RI. Dalam berbagai aspek UU No. 32 Tahun 2004
sumber daya alam dan sumber daya lainnya secara adil dan selaras.
pemerintahan negara.2
karenanya pemerintah masih perlu membuat strategi dan kebijakan agar dapat
memenuhi hak azazi warga negara dan membutuhkan solusi menyeluruh untuk
membuat pelayanan publik yang baik. 3 Sebagai gambaran dan fenomena pelayanan
publik di Provinsi Sumatera Barat saat ini seperti terlihat rendahnya tingkat kinerja
2006 - 2010 menempatkan hal ini sebagai skala prioritas utama. Dalam bagian IV,
(Agenda penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dan bersih Bab II diatur
11
Penjelasan Umum, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Publik CV. Jaya Jakarta, Cetakan Pertama, 2004. hal. 125.
22
Ibid, hal. 123, 124
3
Wacana HAM, Pandangan Publik yang memprihatinkan Edisi 17, Tahun III, 15 Oktober
2005, hal. 1
3
kerja aparatur, pelayanan publik belum didukung oleh teknologi informasi serta
publik.
publik.
pelayanan publik.
4
Naskah Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 74 Tahun 2005, hal. 121
4
konsepsi dan strategi kebijakan untuk kurun waktu 2006-2010 mendatang yakni
dengan isu bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan publik tersebut dari tahun
kualitas pelayanan publik tersebut, salah satu diantaranya terdapat pada Perangkat
Fakta lain menjelaskan, walaupun jumlah penerimaan daerah yang berasal dari
pajak daerah dari sub-sektor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama
Bertitik tolak dari fakta dan kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk
peningkatan pelayanan publik terutama terhadap sub sektor pajak daerah yang
berasal dari pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor
Kantor Bersama SAMSAT ini terdapat 3 unit kerja yang terkait dan berhubungan,
5
yaitu pihak Pemerintah Provinsi c.q. Dinas Pendapatan Daerah, Polri c.q.
Kepolisian Daerah dan PT. AK Jasa Raharja. Dengan adanya 3 unit kerja masalah
berbeda yang saling membutuhkan dan saling berhubungan, namun menyatu dan
dan keamanan.
(SAMSAT) sudah sesuai dengan maksud Undang Undang 32 Tahun 2004, namun
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan kajian karena sepengatahuan
penulis belum ada yang menelaahnya, terutama bila dikaitkan dengan suasana dan
nuansa tuntutan tatanan Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good Governance
menurut Ilmu Hukum Administrasi Negara, dikaitkan dengan aspek normatif dari
Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada Dinas
B. Rumusan Permasalahan
Adapun pokok bahasan penelitian ini, akan ditinjau dari perspektif Hukum
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Manfaat Praktis
1 Kerangka Teoritis
1) Otonomi Daerah
sejahtera, setiap orang bias hidup tenang, nyaman, wajar oleh karena
masyarakat.5
5
Parjoko, Filosofi Otonomi Daerah Dikaitkan dengan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999, Nomor 25 Tahun 1999, makalah, Makalah Falsafah Sains (Pps 720) Program
Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor, Februari, 2002, hal. 1.
8
sistem ini, kekuasaan negara terbagi antara pemerintah pusat di satu pihak
6
Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka SInar Harapan, Jakarta, Cetakan
1, Juli, 1999.
7
Soetijo, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PT Rineka Ripta, Jakarta, 1990.
9
satu dengan negara yang lain tidak sama, termasuk Indonesia yang
(dua) tujuan utama, yakni tujuan politik dan ekonomis. Secara politis,
8
Bambang Yudoyono, makalah Telaah Kritis Implementasi UU NO. 22/1999, Upaya Mencegah
Desintegrasi Bangsa, disampaikan pada seminar dalam rangka kongres ISMAHI di Bengkulu, 22 Mei
2000.
9
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.
10
Ibid.
11
Syarif Hidayat (editor), Kegamangan Otonomi Daerah? Pustaka Quantum, Jakarta, 2004.
10
dengan merujuk pada asal katanya, bahwa istilah desentralisasi berasal dari
bahasa latin, de artinya lepas dan centrum artinya pusat.12 Lebih jauh ia
pusat.13
daerah bagaikan dua sisi mata uang yang saling memberi makna satu sama
lainnya. Lebih spesifik, ungkin tidak berlebihan ila dikatakan ada atau
bersamaan, interchange”.
12
D. Juliantara, dkk. Desentralisasi Kerakyatan, Gagasan da Praksis, Pondok Edukasi, Bantul,
2006.
13
Ibid.
11
kepada badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara mandiri dan
14
Sarundajang, op cit.
12
Dalam hal itu Rondineli, mengatakn bahwa desentralisasi dari arti luas
di daerah.15
pemerintahan di daerah.16
dikatakan baik (good atau sound) apabila sumber daya dan masalah-
masalah publik dikelola secara efektif dan efisien serta aspiratif yang
15
Oentara Sm, dkk, Menggagas Format Otonomi Daerah Masa Depan, Samitra Media Utama,
Jakarta, 2004.
16
Koeswara, Prospek Pengembangan desentralisasi dan Otonomi Daerah dengan Titik Berat
pada Daerah Tingkat II, Badan Pendidikan dan Latihan Departemen Dalam Negeri, 1996.
13
development.
tingkat lebih atas (pusat) kepada pemerintah tingkat lebih rendah (seperti
provinsi dan atau kabupaten/kota) akan dapat ditarik kembali oleh tingkat
lebih atas bila ternyata tingkat lebih rendah yang menerimanya tidak dapat
mestinya.
yang baik terhadap wajib pajak sektor tertentu jelas akan menjadi ukuran
kepentingan masyarakatnya akan lebih cermat, lebih tepat dan lebih cepat
atau dengan kata lain pelayanan akan lebih berdaya guna dan berhasil
guna.17
daya saing daerah. Keputusan publik yang cermat, tepat dan cepat itu
17
Syahruddin dan Werry Darta Taifur, Peranan DPRD untuk Mencapai Tujuan Desentralisasi
dan Perspektif tentang Pelaksanaan Desentralisasi, Laporan penelitian Iris Indonesia dan Pusat Studi
Kependudukan UNAND Padang, Tahun 2002, hal. 28.
15
bersama.
18
Ryaas Rasyid, Makna Pemerintahan : Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpinan, PT. Yarsif
Watampone, Jakarta, 1997.
19
Baca David Osborne dan Ted Gaebler, Reinventing Government, 1993, hal. 250 dst.
16
denagn rakyat, maka pelayanan yang diberikan menjadi lebih cepat, hemat,
dua sisi mata uang yang satu dan yang lain saling memberi nilai. Otonomi
otonomi khusus bagi Propinsi Aceh dan Irian Jaya memang lahir di tengah
derasnya tuntutan disintegrasi. Hal itu jika pusat menyadari secara filosofis
dan sosiologis otonomi yang dibangun bikan linear atau simetris tetapi
2) Pelayanan Umum
23
Hanif Nurcholish, Teori dan Pratek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, PT. Grasindo, 2005,
hal. 175.
24
Ibid, hal. 176.
18
pelayanan yang sama. Disamping itu juga harus diperlakukan oleh petugas
dengan sikap yang sopan dan ramah. Semua orang tanpa kecuali baik kaya,
miskin, pejabat, orang biasa, orang desa atau kota, harus diperlakukan
sama.
25
Ibid, hal. 178.
26
Ibid.
27
Ibid, hal. 182.
19
murah senyum, petugasnya membantu jika ada kesulitan, adil dan merata
serta memuaskan.
3) Kualitas Pelayanan
28
Ditjen Pemerintahan Umum, op.cit.
20
- Infrastructure (infrastruktur)
- Empowerment (Pemberdayaan)
”kepemerintahan”.29
Governance dikatakan baik (good atau sound) apabila sumber daya publik
30
Ibid.
22
Partisipasi (Participation)
berpemerintahan, yaitu :
dari keterlibatannya.
31
Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Alqaprint
Jatinangor, Bandung, hal. 27, lihat juga dalam Agung Hendarto, nazar Suhendar (eds), Good
government dan Penguatan Institusi Daerah, Masyarakat Transparansi Indonesia
(MTI), 2002, hal 2-3.
23
ware).
Transparansi (Transparancy)
dasarnya adalah kreatifitas politik, yang berisi dua hal utama yaitu
melalui “musyawarah”.
Keadilan (Equity)
Akuntabilitas (Accountability)
juga pada para pemegang saham (stake holder), yakni masyarakat luas.
- Akuntabilitas legal
- Akuntabilitas politik
- Akuntabilitas profesional
- Akuntabilitas moral
strategis. Tanpa adanya visi semacam itu, maka suatu bangsa dan
antara visi jangka panjang (long term vision) antara 20 sampai 25 tahun
(satu generasi) serta visi jangka pendek (short term vision) sekitar 5
tahun.
2 Kerangka Konseptual
diatur dan ditentukan oleh Pemerintah Pusat otonotis berpindah dan telah
Dalam pada itu, bila dicermati pengertian Pasal 7 ayat (2) Undang-
usaha negara atau administrasi negara yang selama ini ditangani pusat akan
kepada Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh
Kabupaten/Kota.
32
Bagir Manan, Fungsi dan Materi Peraturan Perundang-undangan, makalah disampaikan
pada Penataran Dosen Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum BKS-PTN bidang Hukum se-
Wilayah Barat, Fakultas Hukum Universitas Lampung di Bandar Lampung, tanggal 11 November
1994, hal 2
28
satunya melalui:
akuntabilitas.
- Penilaian
saja.33
perpajakan yang mudah ditagih, seperti gaji pegawai, tetapi tidak mampu
wajib pajak saat ini masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari aspek
Ratio).
Pemberitahuan (SPT).
pajak).
ketentuan.
wajib pajak, tarif pajak, demografi (jenis kelamin dan umur), kondisi sosial
31
amnesti pajak.
dijalanka.34
kepatuhan wajib pajak rendah dan ini berdampak juga pada rendahnya
kinerja perpajakan.
34
Ibid, hal 28-29
32
accomplishment).
kinerja dengan efisiensi dan efektivitas. (Miles dan Snow 1978, 77-78).
akuntabilitas.37
35
Ibid, hal. 24
36
Opcid, hal 24
37
Loc cit
33
barang dan atau jasa, bai dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
perundang-undangan.
tata kerja, prosedur kerja, sistem kerja, kewajiban dan seterusnya yang
1. Instansi Pemerintah
2. Tata Laksana
3. Tata Kerja
segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga waktu, ruang, biaya yang tersedia.
4. Prosedur Kerja
yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya urutan secara
jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka
5. Sistem Kerja
35
prosedur kerja yang membentuk suatu kebulatan pola kerja tertentu dalam
6. Kewajiban
melekat pada pejabat, tetapi setiap aparatur dalam lingkungan kerja ketika
diinginkan pelanggan yang hadir pada waktu itu. Artinya harus proaktif
F Metode Penelitian
a. Pendekatan
perpajakan. Yang diukur dari standar waktu dan biaya berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Dalam hal ini secara normatif apakah telah
bermotor) secara bersamaan yang ditilik dari aspek kepatuhan wajib pajak
ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif yang diperdapat saat survey
b. Lokasi Penelitian
kerja meliputi wilayah otonom dan Administratif Kota Padang yang terdiri
Provinsi Sumatera Barat dan UPTD Samsat Padang yakni pejabat yang
pajak dan aparat perpajakan terkait setiap harinya, diambil sebagai sampel
Padang, dari para wajib pajak dipilih sampelnya sebanyak 42 orang yang
random sampling, karena dcngan cara ini sub kelompok yang spesifik akan
jumlah sampel sebagai sub analisis dari anggota kelompok tersebut. Dalam
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden (wajib pajak) dan petugas pajak serta pejabat yang berwenang/
dari buku referensi dan data yang ada di Dispenda Provinsi Sumatera
Barat, Ditlantas Polda Sumatera Barat, PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang
Data yang diperoleh antara lain yang berkaitan dengan situasi dan Kondisi
39
Samsat, seperti sumber daya yang tersedia, meliputi manusia (kualitas dan
Daerah;
Pelayanan Publik.
Kendaraan Bermotor;
dan elektronik berupa buku-buku, tesis, majalah, surat kabar, internet dan
sebagainya.
penelitian. Pada tahap ini analisis data dilakukan setelah semua informasi
positif yang ada dan teori-teori maupun pendapat yang disinggung dalam
penelitian.
BAB II
A. Pelayanan Publik
43
1. Pengertian
3) Bentuk pelayanan itu berupa barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan khas (unik, khusus, istimewa) orang lain agar mereka puas.
dikutip Yun, Yong, dan Loh (1998) menyatakan bahwa mutu pelayanan
2. Konsepsi Pelayanan
45
bidang kehidupan.41
Melayani dengan cepat, tepat pada setiap level dibidang masing-masing sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi. Cara kerja lama yang terkesan lamban diubah,
dirancang menjadi pelayanan yang cepat, tepat, lebih efektif, lebih efisien.
baik.
47
pelayanan publik.
Sejalan dengan itu, beberapa hal pokok yang selalu melekat sebagai ciri
servants) adalah :
masyarakat umum (dalam wujud penetapan hak dan kewajiban bagi warga
undangan.
pelayanan.
48
masyarakat.
pelayanan publik yang minimal seragam secara nasional dan atau seragam
4210
Bahkan apabila sebagian dari tugas-tugas kepolisian hendak
dikategorikan sebagai pelayanan publik, maka tugas-tugas ini dapat dilihat
sebagai pelayanan publik yang khusus, yaitu pelayanan untuk penegakan hukum
dan ketertiban di dalam masyarakat.
49
43
Sebagai perbandingan, di dalam wacana tentang Pelayanan Publik di luar
Indonesia, dikenal konsep ”citizenry” yang mengandung makna bahwa
pelayanan publik lebih dari sekedar menyediakan pelayanan pada pelanggan atau
kline, bukan sekedar memberikan layanan konsultasi pada pihak-pihak yang
berkepentingan, dan bahkan lebih dari sekedar mengupayakan efisiensi demi
kepentingan para pembayar pajak. Pelayanan publik menyediakan pelayanan
kepada masyarakat secara keseluruhan, tanpa melihat pribadi-pribadi atau
kelompok-kelompok kepentingan yang berada di belakangnya. Disarikan dari :
Shergold, Peter, Ethics and the Changing Natur of Public Service, makalah pada
The Fifth International Conferences on Public Sector Ethics – Between Past and
Future, Aurtralia, 1996.
50
keabsahan adalah :
kompetensi tertentu.
yang melekat secara inherent pada esensi Pelayanan Publik adalah :44
44
Asas-asas ini merupakan hasil modifikasi dari asas-asas yang
dikembangkan oleh: Lihat :”Report of the Committee on the Financial Aspects of
Corporate Governance”, dengan asas-asas Administrasi yang Baik (General
Principles of Good Administration) yang ditetapkan oleh European Commission
dalam : Code of Good Administrative Behavior: Relations ewith the Public, Official
Journal of the European Communities: OJ L 267, 20.20.2000.
45
Dalam konteks penelitian ini, stakeholders pada dasarnya adalah warga
masyarakat pengguna jasa layanan publik, masyarakat pembayar pajak.
52
jelas dengan para stakeholders yang menjadi salah satu prinsip utama
2) Asas Integritas
3) Asas Akuntabilitas
4) Asas Legalitas
7) Asas Proporsionalitas
dengan tujuan dan manfaat yang hendak diperoleh masyarakat. Asas ini
8) Asas Konsistensi
publik akan bekerja secara konsisten sesuai pola kerjanya yang normal
B. Perpajakan Daerah
1. Pengertian Pajak
46
Harahap, E, Soetan, Kamoos lndonosia (Djakarta-Bandung: Gunseikandu
Kanri Insatu Kodjo Tjetakan ketdedjoeh), oktober 2602, 254.
47
Harahap, E.St., Kamus Indonesia Ketjik (Bandung; G,Kalff & C0,
1950),196,
55
- sajur (ikan dsb) los atau tempat mendjual sajur (-ikan dsb)
dipasar. 48
pendapatan.
48
Purwadarminta, WIS., Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Kementerian P.P. dan K).
49
Hassan Shadili et al. Ensiklopedia Umum (Yogyakarta: Yayasan Kanisius,
1977), 774.
56
genus pungutan (jadi, pungutan adalah lebih luas). Dalam definisi tersebut
titik berat diletakkan pada fungsi budgetair dari pajak, sedangkan pajak
masih mempunyai fungsi lain yang tidak kalah penting, yaitu fungsi
mengatur.
menyerap pembiayaan.
50
Brotodihardjo, R. Santoso,SH., Penyatar Ilmu Hukum Pajak (Bandung-
Jakarta; Eresco NV, 1971).
57
berikut :
juga mencetak dan mengedarkan uang sebagai alat pembayaran yang sah.
kas umum, karena prestasi itu tidak ditujukan kepada penduduk seluruhnya,
hukum pajak dengan hukum pidana dan hukum perdata. Hukum pajak
hukum pajak dengan hukum perdata. Hukum pajak pada dasarnya "mencari
51
Ibid, 1.
59
Daerah.
Daerah. Mengenai pajak, jenis dan dasar hukum masih banyak yang perlu
52
Ibid, 5.
60
PAD, yaitu :
jenis pajak ini adalah Pajak Izin Menangkap Ikan (Peraturan Daerah
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Provinsi
2002.
Kendaraan di Atas Air Bea Balik Nama Kendaraan Diatas Air diatur
akan menjelaskan kebenaran sub sektor pajak daerah yang berasal dari
62
1. Pengertian
motor yang dihidupkan dengan generator gas arang atau oleh yang
53
Hassan Shadily, Opcit.
63
bahan pembakar;
atau lebih.
kendaraan bermotor.
kurang dari 3.500 kg, kecuali yang telah dikenakan pajak rumah
dimiliki;
64
pajak;
digariskan;
dan utuh;
angka 7).
2. Dasar Hukum
Atas Air.
3. Obyek Pajak
peraturan perundangan.
bermotor.
berdasarkan faktor-faktor :
bermotor;
kendaraan bermotor.
berdasarkan faktor-faktor :
1) Tekanan ganda;
bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4), ayat (5), dinyatakan dalam suatu table yang ditetapkan
Pasal 7 menyebutkan :
Pasal 8 menyebutkan :
kendaraan bermotor,
berada dalam tahun yang sedang berjalan, maka beban pajak yang
dalam pasal-pasal 119, 121 dan 123 IS. Inipun jika kendaraan itu
bermotor;
balik,
oleh Negara;
perintis;
dan keagamaan.
yang disegel atau disita Negara, kapal pandu dan kapal tunda yang
SAR.
ini dalam bentuk pajak juga yang dipungut atas dasar pengalihan hak
atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi jual beli, tukar
Pajak Bangsa Asing dan Pajak Radio kepada Daerah. Dasar hukum
Peraturan Daerah.
diserahkan kepada :
Kendaraan Bermotor ;
75
1) S
ubyek pajak Bea Balik Nama adalah orang pribadi atau badan
2) W
ajib Pajak Bea Balik Nama adalah orang pribadi atau badan
3) Y
adalah:
SAMSAT.
atasan masing-masing.
karena merupakan tugas dan fungsi yang melekat pada setiap aparatur
daerah.55
a). Kesederhanaan
mengenai :
administrative;
c). Keamanan
d). Keterbukaan
tidak diminta.
e). Efisiensi
yang terkait.
f). Ekonomis
(1) Nilai barang dan atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak
lebih rinci diatur beberapa tindakan atau perilaku yang harus dan dilarang
yang diberikan”.56
56
Jenderal Polisi (Purn) Drs. Chaeruddin Ismail, SH., “Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Pelayanan Publik”, Makalah pada Lokakarya Penelitian ini,
Bandung, 30 Oktober 2004, halaman 9-10.
82
dari dua dimensi, yaitu dimensi internal dan eksternal. Pada dimensi
internal, pelayanan publik merupakan salah satu isu utama sejalan dengan
masyarakat setempat.
1) Sistem
unit kerja daerah serta Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2001 tanggal 9
2) Kelembagaan
Oleh sebab itu organ isasi/kelembagaan pemerintah yang ada saat ini
masing-masing.
yang memungkinkan dunia usaha tumbuh lebih sehat dan efisien agar
dari akibat perubahan eksternal pada tingkat regional dan global. Hal ini
terbuka, inovatif, peduli, berakhlak dan amanah. Untuk itu PNS harus
Keuangan Daerah
pelayanan publik dapat menjadi lebih baik lagi. Dalam kaitan itu semua
publik secara langsung. Apalagi dalam kondisi yang multi partai seperti
berupa :
satu atap. Adapun lembaga yang mengelola system ini biasa disebut
dalam satu gedung (satu atap). Sistem ini diyakini sebagai salah satu cikal
pelayanan yang lebih baik (better), lebih murah (cheaper), dan lebih
Prima
berikut :
2) Mendorong upaya
3) Mendorong tumbuhnya
dipenuhi.
tepat arah dan sasarannya, tepat jumlahnya tidak lebih dan tidak
lengkap.
90
oleh masyarakat.
baik lagi, yang pada akhirnya nanti dapat dibangun hubungan yang
akan memiliki legitimasi yang kuat dihadapan masyarakat dan pada sisi
yang lain masyarakat akan mendapat pelayanan yang baik dan prima
dari pemerintah.
Masyarakat
cenderung :
ditindaklanjuti.
BAB III
A. Diskripsi Wilayah
Propinsi Sumatera Barat terletak di sebelah Barat pulau Sumatera. Propinsi ini
memiliki luas wilayah 42,2 ribu Km2 (2,17 persen dari luas Indonesia). Secara
administratif Propinsi Sumatera Barat terbagi dalam 12 (dua belas) kabupaten dan 7
Dharmasraya, Solok Selatan dan Kota Solok dan, Kota adalah Padang, Solok,
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Tahun 2005, jumlah penduduk Propinsi Sumatera
Barat pada tahun 2006 adalah sekitar 4.632.152 jiwa dengam laju pertumbuhan rata-
rata sekitar 1,87% per tahun. Masalah umum kependudukan di Propinsi Sumatera
Barat sama seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, yaitu terdapat penyebaran yang
daerah serta pengaruh demografi yang dimiliki masing-masing daerah. Disamping itu,
faktor mobilitas penduduk (migrasi) antar daerah cukup tinggi, sehingga efektivitas
arus penduduk yang pindah dan pergi ke kota (urbanisasi) serata menetap tinggal di
kota. Urbanisasi disebabkan daerah perkotaan lebih menarik (pull factors), sedangkan
94
di daerah kabupaten yang mempunyai ciri pedesaan dianggap kurang tertarik (push
factors).
Faktor pull and push faktor didasarkan kepada ekspetasi penduduk kehidupan
di kota jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan daerah kabupaten. Ekspetasi
kehidupan penduduk ( expectation of life ) kota, yaitu ada harapan untuk memperoleh
kabupaten.
Dari jumlah penduduk Propinsi Sumatera Barat tahun 2006 sekitar 4.632.152
jiwa tersebut, dimana sebanyak 72,89% tinggal di 12 kabupaten dan sisanya sekitar
27,11 % di 7 daerah kota. Apabila diperhatikan distribusi antar daerah kabupaten dan
kota, jumlah penduduk Kota Padang merupakan jumlah terbanyak, yaitu sekitar
819.765 jiwa. Kemudian diikuti Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 429.647 jiwa dan
Agam sebanyak 426.767 jiwa. Sedangkan daerah yang relatif sedikit jumlah
penduduknya adalah terdapat pada beberapa daerah perkotaan, seperti Padang Pajang
sebanyak 49.779 jiwa, kemudian diikuti oleh Sawahlunto sebanyak 53.327 jiwa dan
Tabel 1 :
Jumlah Penduduk Sumatera Barat, 2000, 2004-2006
( Dalam orang )
B. Keadaan Ekonomi
Barat, pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat tahun 2006 mengalami kenaikan sekitar
5,7 %. Pertumbuhan ekonomi tahun 2007 diperkirakan lebih tinggi sekitar 6,2 %
dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2005 sekitar 5,73% dan tahun 2004 sekitar
5,37%. Dengan laju pertumbuhan sekitar 5,9 %, jumlah Produk Domestik Regional
(PDRB) menurut harga konstan tahun dasar 2000) mencapai Rp 30.949,95 milyar,
96
sedangkan pada tahun 2005 baru mencapai Rp 29.159,48 milyar dan tahun 2004
hotel dan restoran. Pada tahun 2006 sektor pertanian memberi sumbangan terhadap
pembentukan PDRB Sumatera Barat sekitar 25,30%, sektor perdagangan, hotel dan
restoran sekitar 17,62%. sektor industri dan pengolahan sekitar 14,30% dan sektor
tahun 2006 sektor pertanian naik sekitar 6,70%, sektor industri dan pengolahan naik
sekitar 4,0%, sektor perdagangan, hotel dan restoran naik sekitar 5,99% dan sektor
pengangkutan dan komunikasi naik sekitar 9,84%. Diantara ke empat sektor dominan
diatas, khusus sektor pengangkutan dan komunikasi sangat potesial dan relevan
apabila dikaitkan dengan topik pemahasan ini, karena indikator yang digunakan dalam
Tabel 2 :
Produk Domestk Regionl Bruto Propinsi Sumatera Barat atas
Harga Konstan Tahun 2000, Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2002-2006
( Dalam Rp. Juta )
oleh tiga sektor utama yaitu sektor peranan sektor pertanian dalam tahun 2003 sebesar
24,18% dan mengalami peningkatan pada tahun 2004 menjadi 24,40%, sedangkan
dalam tahun 2005 mencapai 25,06%. Dari perkembangan tersebut menandakan sektor
pertanian semakin dominan dan masih tetap menjadi penggerak perekonomian untuk
beberapa tahun ke depan. Oleh sebab itu pembangunan sektor pertanian tahun 2007
terbesar dalam pembentukan PDRB daerah dengan kontribusi sebesar 18,79% dalam
tahun 2003 dan pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 18,71%, selanjutnya
pada tahun 2005 juga mengalami penurunan menjadi 18,18%. Hal ini disebabkan
98
mengalami penurunan sejak tahun 2002 sehingga menjadi dibawah 17%, hal ini
Pertumbuhan ekonomi daerah pada tahun 2005 sebesar 5,53% yang berarti
lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada tahun 2004 sebesar 5,46%.
pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 diharapkan lebih tinggi lagi yaitu sebesar
6,20%. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 dari sisi permintaan, didukung oleh
tinggi yaitu sebesar 15,0%. Diharapkan ekspor ini terus mengalami peningkatan
sehingga dapat lebih mendorong gerak perekonomian daerah. Dari sisi penawaran,
dibawah sektor pertanian. Diharapkan untuk masa yang akan datang pertumbuhan
sektor industri dapat lebih tinggi dari sektor pertanian sehingga terjadi kegiatan
ekonomi yang memberikan nilai tambah bagi daerah. Untuk langkah-langkah yang
dapat meningkatkan industri pengolahan terutama yang berbasis pertanian akan terus
diupayakan, baik melalui pemberdayaan usaha yang sudah ada maupun dengan
2006 dibutuhkan investasi sebesar Rp. 6.234 milyar menurut harga konstan tahun
99
2000, sedangkan untuk merealisasikan pertumbuhan sebesar 6,20 % pada tahun 2007
dibutuhkan investasi sebesar Rp. 7.104 milyar menurut harga konstan tahun 2000.
Investasi tersebut berasal dari pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Investasi
masyarakat dan dunia usaha akan berperan lebih besar dibandingkan investasi
pemerintah, untuk itu program kerja pemerintah akan lebih diarahkan kepada
diberbagai sektor, terutama pada sektor dominan yang diharapkan meningkat seperti
dan hasil wawancara dalam penelitian ini, termasuk peningkatan investasi daerah
sangat besar artinya terhadap efektifitas penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
khususnya penerimaan pajak daerah yang berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor
penerimaan daerah. Pada tahun 2005 berdasarkan hasil pendataan Susenas, 2006,
orang atau sebanyak 233.825 Kepala Keluarga. Jumlah ini diperkirakan sebanyak
22,07% dari jumlah penduduk Sumatera Barat. Pada tahun 2006 jumlah ini
diperkirakan mengalami peningkatan, yaitu sekitar 30,0% dari jumlah penduduk tahun
100
mempengaruhi efektivitas pemasukan penerimaan yang berasal dari PAD, salah satu
diantanya adalah Penerimaan yang bersumber dari pajak daerah, khususnya Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama (BBN). Namun dalam tahun 2007
terbuka di Propinsi Sumatera adalah cukup tinggi, dimana dari jumlah pencari kerja
sedeangkan pada tahun 2004 jumlah tersenbut diperkirakan akan terjadi penurunan,
yaitu sekitar 14,40% dan awal tahun berikutnya akan mengalami penurunan lagi
menjadi 13,10%.
tingkat pengangguran terbuka menjadi 13,10% tersebut, tetapi yang lebih penting dan
erat kaitannya dengan efektivitas pembayaran PKB dan BBN adalah tenaga yang
Kelompok orang yang bekerja dibawah jam kerja yang sudah ditentukan (Under –
Employment).
Kelompok orang yang bekerja tidak pada tempatnya dan tidak sesuai dengan latar
(Under - Utilized).
101
Bekerja tidak sepantasnya bekerja, seperti anak-anak, hubungan keluarga, teman dan
Ketiga bentuk pengangguran ini jumlahnya cukup besar, Dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah ( RKPD ) Propinsi Sumatera Barat Tahun 2007, pada tahun 2004
jumlah sekitar 44,0 % dan tahun 2005 sekitar 44,5 %. Penyebab tingginya angka
orang bekerja yang disebut setengah penganggur tersebut disebabkan rendah kualitas
menjadi pencari dan menyebabkan tingginya jumlah pencari kerja, belum lagi
menamatkan pendidikan.
pada kasus pelayanan publik pembayaran pembayaran melalui calo dalam pengurusan
pajak daerah, perizinan, adanya parkir liar yang mengganggu tata tertib pelayanan.
penerimaan daerah yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea
Balik Nama (BBN). Untuk menjelaskan efektivitas pemungutan pajak daerah ini,
kemampuan untuk merealisasikan target yang telah ditetapkan di awal tahun anggaran
perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang positif disisi penerimaan dan
peranannya dari tahun ketahun yang semakin meningkat. Pendapatan Asli Daerah
merupakan salah satu sumber utama keuangan daerah untuk membiayai biaya
berupa bagi hasil pajak/bukan pajak, bantuan pembangunan serta pinjaman daerah.
Keuangan daerah merupakan salah satu faktor terpenting dalam menganalisa potensi
dan kebutuhan daerah. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Sumatera Barat dari
tahun ketahun terus mengalami peningkatan rata-rata 32,69% pertahun, akan tetapi
Tabel 3
Pertumbuhan PAD Propinsi Sumatera Barat
Selama Tahun Anggaran 2002 - 2006
(dalam Rp. 000)
Tahun Realisasi Kenaikan
No.
Anggaran PAD Rp %
1 2002 213.284.546 72.521.346 34,00
2 2003 281.450.709 68.166.163 31,96
3 2004 375.074.888 93.624.179 33,26
4 2005 406.649.236 31.574.348 8,42
5 2006 457.256.065 50.606.829 12,44
Sumber : Dinas Pendapatan Prop. Sumbar Tahun 2006.
Besarnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Pendapatan
Pemerintah Pusat. Kontribusi PAD Sumatera Barat Tahun Anggaran 2002 sampai
Tabel 4
Kontribusi PAD terhadap APBD Propinsi Sumbar
Dalam Tahun Anggaran 2002 – 2006
(Dalam Rp. ribuan)
Tahun Realisasi
%
Anggaran PAD APBD
2002 213.284.546 561.809.383 37,96
APBD Sumatera adalah sebanyak 46,41%. Angka ini sedikit lebih rendah
propinsi meliputi :
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan kendaraan di atas air
Kontribusi PKB dan BBN KB terhadap PAD dan APBD Propinsi Sumatera
sedangkan dibandingkan dengan jumlah PDRB Propinsi Sumatera Barat adalah rata-
rata sekitar 23,20 % sampai 37,40 %. Rendahnya konstribusi perimaan ini sebagai
104
sumber PAD utama adalah disebabkan penerimaan daerah yang terbesar adalah
berasal dari dana perimbangan keuangan yang bersumber dari APBN seperti DAU,
dan penerimaan total daerah (APBD) di Propinsi Sumatera Barat selama tahun 2002
Tabel 5
Kontribusi PKB dan BBN KB terhadap PAD dan APBD
Propinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2002-2006
Realisasi Kontr.
Kontr. thd
PAD thd
Target PKB APBD
Tahun ( Rp.000) % ( Rp. 000 ) PAD
dan BBNKB (%)
(%)
2002 100.500.000 130.356.216 129,7 213.284.546 61,12 23,20
2003 119.800.000 174.365.197 1 281.450.709 61,95 24,75
2004 187.975.000 244.404.980 145,5 375.074.888 65,16 33,74
2005 272.500.000 294.763.945 5 406.649.236 72,48 39,90
2006 327.000.000 368.454.931 130,0 457.256.065 80,57 37,40
2
108.1
7
112,6
8
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Prop. Sumbar.Tahun 2006.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah (PKB dan
BBNKB) Propinsi Sumatera Barat terhadap Pendapatan Asli Daerah setiap tahunnya
masih berluktuatif dengan rata – rata kontribusinya selama lima tahun terakhir
terhadap APBD, pada tahun 2003 adalah sekitar 23,20% dan pada tahun 2006 naik
menjadi 37,40%. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, dimana fakta yang dikemukakan
Tabel 6 terlihat bahwa realisasi telah melampaui target yang ditetapkan. Dilihat dari
Secara terinci kinerja dari aspek penerimaan tersebut dapat dilihat tabel
berikut:
Tabel 6
Target dan Realisasi PKB dan BBNKB
Selama tahun anggaran 2002 s/d 2006
(Dalam Rp. 000)
Bea Balik Nama
N Pajak Kendaraan Bermotor
Tahun % KendaraanBermotor %
o
Target Realisasi Target Realisasi
Berdasarkan situasi kantor per akhir Januari 2006, jumlah personil yang
Dispenda : 33 orang
Jumlah : 65 orang
106
berhubungan dengan masyarakat wajib pajak dapat dilihat pada tabel 7 berikut :
Tabel 7
Distribusi Jumlah Petugas Samsat
Pada Setiap Loket Pelayanan
Adapun jumlah wajib pajak yang dilayani rata-rata per hari adalah
Tabel 8
Jumlah Rata-rata Wajib Pajak yang Dilayani Per hari
Dari tabel 8 terlihat bahwa jumlah wajib pajak yang dilayani pada setiap loket
tidak sama. Rata-rata wajib pajak yang datang setiap hari ke Loket I lebih banyak jika
dibandingkan dengan Loket II, yang jumlahnya paling sedikit (rata-rata 200 orang
wajib pajak perhari). Jumlah wajib pajak yang dilayani memang dapat berbeda, karena
107
sifat pekerjaan di setiap loket mempunyai spesifikasi yang berbeda. Menurut pedoman
tata laksana Sistim Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atas (Samsat), tidak
bermotor diharuskan untuk melakukan cek phisik, tetapi yang terdaftar hanya yang
sesuai dengan ketentuan. Semua kendaraan bermotor yang hendak membayar PKB,
bermotor di Loket II, lalu melakukan pendaftaran di Loket III. Setelah selesai di Loket
III kebanyakan wajib pajak pergi meninggalkan Kantor Samsat, karena untuk
mempersiapkan dana untuk melakukan pembayaran pada saat itu. Kebanyakan wajib
pajak baru datang kembali ke Kantor Bersama Samsat pada keesokan harinya.
Data Primer
berikut :
berikut ini :
45,24%, sebagai pegawai sebanyak 15 responden atau 35,71% dan sebanyak 8 orang
Tabel 9
Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden
Pekerjaan Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Wiraswasta 19 45,24
Pegawai 15 35,71
Pengemudi 5 11,91
Lainnya 3 7,14
Jumlah 42 100
14,29%, umur 31-40 tahun sebanyak 17 responden atau 40,48% dan yang berumur 41-
50 tahun sebanyak 15 responden atau 35,71%. Sisanya berumur di atas 51 tahun, yaitu
4 responden atau 9,52%. Variasi umur wajib pajak yang menjadi responden dianggap
bisa mewakili seluruh usia wajib pajak. Profil umur responden dapat dilihat pada
tabel 10.
Tabel 10.
Profil Responden Berdasarkan Umur
Responden
Umur (Tahun) Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
15 – 30 6 14,29
31 – 40 17 40,48
41 – 50 15 35,71
51 ke atas 4 9,52
Jumlah 42 100
Umumnya responden mempunyai pendidikan SLTA yaitu sebanyak 18
Responden yang berpendidikan dasar (SD dan SLTP) ada 8 responden atau 19,05%.
Tabel 11.
Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Responden
Pendidikan Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
SD 2 4,76
SLTP 6 14,29
SLTA 18 42,86
PT 14 33,33
Lainnya 2 4,76
Jumlah 42 100
menanyakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan urusan pada setiap loket
pelayanan, mulai dari Loket I hingga Loket V, dapat diuraikan berikut ini.
berurusan ke Samsat mengenai waktu yang digunakan untuk pelayanan pada Loket I
menjawab waktu yang diperlukan di Loket I kurang dari 15 menit, 12 orang atau
28,57% responden mengatakan waktu yang diperluken antara 15 menit – 30 menit dan
1 orang atau 2,38% responden mengatakan lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 60
menit.
110
Tabel 12.
Profil Responden Berdasarkan Waktu
Yang Digunakan Pada Loket I
Responden
Waktu Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Kurang dari 15 menit 29 69,05
15 menit – 30 menit 12 28,57
31 menit – 60 menit 1 2,38
Lebih dari 60 menit 0 0
Jumlah 42 100
pengecekan nomor rangka, nomor mesin, warna, merek serta tahun pembuatan
kendaraan bermotor.
Hasil yang diperoleh dari sebaran kuesioner adalah sebagaimana yang dapat
menunjukkan bahwa banyak waktu yang digunakan pada Loket II, yang dimulai dari
dengan menggesek nomor rangka dan nomor mesin kendaraan bermotor, sampai
pengesahan yang dilakukan oleh petugas yang berwenang yaitu Perwira Urusan Cek
111
Sedangkan 3 orang atau 7,14% responden mengatakan antara 31 menit – 60 menit dan
Tabel 13.
Profil Responden Berdasarkan Waktu
Yang Digunakan Pada Loket II
Responden
Waktu Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Kurang dari 15 menit 18 42,86
15 menit – 30 menit 21 50
31 menit – 60 menit 3 7,14
Lebih dari 60 menit 0 0
Jumlah 42 100
Pada Loket III dilaksanakan pendaftaran, penelitian berkas dan hasil cek
phisik, merekam data STNK dan melakukan order TNKB (Tanda Nomor Kendaraan
mana kegiatan ini dilakukan oleh petugas Polri. Sedangkan kegiatan yang dilakukan
oleh Dispenda meliputi penelitian pajak, penetapan PKB dan print notice untuk
SWDKLLJ untuk asuransi kendaraan bermotor. Dari hasil sebaran kuesioner yang
Tabel 14.
Profil Responden Berdasarkan Waktu
Yang Digunakan Pada Loket III
Responden
Waktu Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Kurang dari 15 menit 8 19,05
15 menit – 30 menit 27 64,29
31 menit – 60 menit 5 11,90
Lebih dari 60 menit 2 4,76
Jumlah 42 100
responden mengatakan lebih dari 15 menit tetapi kurang dari 30 menit, 8 orang atau
19,05% responden mengatakan kurang dari 15 menit, 5 orang atau 11,90% responden
mengatakan lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 60 menit dan 2 orang atau 4,76%
Rata-rata pelayanan seorang wajib pajak pada Loket III adalah 24,11 menit
Pada Loket IV, dilakukan pembayaran, validasi dan menyerahkan notice 1 dan
2 yang dilakukan oleh Kas Daerah (Dispenda). Hasil sebaran kuesioner pada Loket
IV, di dalam penggunaan waktu adalah 24 orang atau 57,14% responden mengatakan
113
diperlukan waktu kurang dari 15 menit, 14 orang atau 33,33% responden mengatakan
lebih dari 15 menit tetapi tidak lebih dari 30 menit, 4 orang atau 9,53% responden
tabel 15.
Tabel 15.
Profil Responden Berdasarkan Waktu
Yang Digunakan Pada Loket IV
Responden
Waktu Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Kurang dari 15 menit 24 57,4
15 menit – 30 menit 14 33,33
31 menit – 60 menit 4 9,53
Lebih dari 60 menit 0 0
Jumlah 42 100
yang dikirim dari Loket IV. Pada Loket V petugas yang melayani terdiri dari instansi
Polri, Dispenda dan Jasa Raharja, dengan melakukan kegiatan untuk pekerjaan
dengan mencetak KTL (PKB dan SWDKLLJ). Pekerjaan Polri mencetak STNK dan
validasi, sedangkan Dispenda dan Jasa Raharja menerbitkan Penning PKB dan
mencetak KTL. Dari kuesioner yang diisi responden hasilnya dapat dilihat pada
tabel 16.
114
Komposisi yang diperoleh dari hasil penelitian adalah 8 orang atau 19,05%
mengatakan diperlukan waktu antara 15 menit sampai dengan 30 menit, 7 orang atau
16,67% responden mengatakan diperlukan waktu lebih dari 30 menit tetapi kurang
dari 60 menit, dan 2 orang atau 4,76% responden mengatakan lebih dari 60 menit.
Tabel 16.
Profil Responden Berdasarkan Waktu
Yang Digunakan Pada Loket V
Responden
Waktu Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Kurang dari 15 menit 8 19,05
15 menit – 30 menit 25 59,52
31 menit – 60 menit 7 16,67
Lebih dari 60 menit 2 4,76
Jumlah 42 100
Rata-rata pelayanan untuk seorang wajib pajak di Loket V adalah 25,18 menit (lihat
tabel 17).
kepuasan wajib pajak terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas Samsat. Hasil
penilaian terhadap kriteria ini dapat dilihat pada tabel 18 sampai dengan tabel 23.
Dari tabel 8 dapat diketahui, pada umumnya yaitu 57,14% responden atau 24
mengatakan pelayanan tidak mudah dan hanya 2,38% responden atau 1 orang
diselenggarakan dengan mudah, cepat, tidak berbelit-belit dan dapat dipahami serta
STNK dilakukan dengan sangat efisien, 28,57% responden atau 12 orang mengatakan
efisien. Sedangkan yang menjawab tidak efisien ada 47,62 % responden atau 20 orang
dan 9,52% responden atau 4 orang tidak menjawab atau tidak melingkari salah satu
Tabel 18.
Profil Responden Berdasarkan Kemudahan
Kejelasan Dalam Pelayanan
Responden
Kategori Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Sangat Mudah 12 28,57
Mudah 24 57,14
Tidak Mudah 5 11,91
Sangat Tidak Mudah / Sulit 1 2,38
Jumlah 42 100
Tabel 19.
Profil Responden Berdasarkan Efisiensi dan
Kesederhanaan Dalam Pembuatan STNK
Responden
Kategori
Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Sangat Efisien 6 14,29
Efisien 12 28,57
Tidak Efisien 20 47,62
Tidak Menjawab 4 9,52
Jumlah 42 100
116
lingkungan dan dalam pemerosesan berkas wajib pajak, jawaban responden dapat
dilihat pada tabel 20. Dari tabel 20 tersebut terlihat 23,81 % responden atau 10 orang
Sedangkan yang menjawab tidak aman ada 4,76 % responden atau 2 orang dan 11,91
Tabel 20
Profil Responden Berdasarkan Keamanan dan
Kenyamanan Selama Penyelesaian STNK
Responden
Kategori Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Sangat Aman 10 23,81
Aman 25 59,52
Tidak Aman 2 4,76
Tidak Menjawab 5 11,91
Jumlah 42 100
oleh petugas Samsat sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel 21 adalah, 23,81%
responden atau 10 orang menjawab sangat adil, 54,76 % responden atau 23 orang
mengatakan adil. Sedangkan responden yang mengatakan tidak adil ada 19,05 %
responden atau 8 orang dan 2,38 % responden atau 1 orang mengatakan sangat tidak
adil.
Mengenai ketersediaan prasarana, sarana dan fasilitas yang ada dapat dilihat,
8,43% responden atau 9 orang menjawab bahwa prasarana, sarana dan fasilitas yang
dan fasilitas yang ada cukup memadai, sedangkan 14,29 % responden atau 6 orang
mengatakan kurang memadai dan 2,38 % responden atau 1 orang mengatakan tidak
Tabel 21
Profil Responden Berdasarkan Keadlan
Dalam Pelayanan yang Diberikan oleh Petugas Samsat
Responden
Kategori Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Sangat Adil 10 23,81
Adil 23 54,76
Tidak Adil 8 19,05
Sangat Tidak Adil 1 2,38
Jumlah 42 100
Tabel 22
Profil Responden Berdasarkan Prasarana
Sarana dan Fasilitas yang Tersedia
Responden
Kategori Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Sangat Memadai 9 21,43
Cukup Memadai 26 61,90
Kukrang Memadai 6 14,29
Tidak Memadai 1 2,38
Jumlah 42 100
ruangan yang tersedia untuk pelayanan, fasilitas umum seperti mushalla, toilet, kantin
dan lain-lain.
11,91% responden atau 5 orang mengatakan sangat balk, 30,95% responden atau 13
orang mengatakan cukup baik, dan 52,38% responden atau 22 orang mengatakan
118
kurang baik dan 4,76% responden atau 2 orang mengatakan tidak baik. Hasil sebaran
Tabel 23
Profil Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan
Secara Keseluruhan
Responden
Kategori Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
Sangat Baik 5 11,91
Cukup Baik 13 30,95
Kurang Baik 22 52,38
Tidak Baik 2 4,76
Jumlah 42 100
Umumnya responden masih berusia niuda yaitu 31-40 tahun (40,48%) dan 41-
50 tahun (35,71%) dengan tingkat pendidikan cukup dominan SLTA (42,86 %) dan
Perguruan Tinggi (33,33 %). Pekerjaan responden sebagian besar adalah Wiraswasta
Samsat Sumatera Barat di Padang, secara umum cukup baik. Prasarana, sarana dan
fasilitas yang disediakan diantaranya ruang tunggu dan kursi tamu yang mencukupi,
tempat parkir yang cukup luas, peralatan kerja seperti komputer dan ruangan kerja
petugas yang memadai, tersedianya mushalla, telepon umum dan warung atau kantin.
119
Menurut Moenir (1998), sarana pelayanan adalah segala jenis peralatan peralatan,
perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama atau
pendukung di dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka
sarana dan fasilitas di Kantor Bersama Samsat dengan kepuasan dalam pelayanan,
maka akan diperoleh hubungan antara dua variabel dengan nilai yang cukup baik,
yang berarti bahwa kaitan yang sangat nyata antara ketersediaan prasarana, sarana dan
fasifitas dengan kepuasan pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik
pelayanan dan ketersediaan prasarana, sarana dan fasilitas yang disediakan di kantor
tersebut, maka akan semakin besar pula kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat
pemohon STNK, sehingga pelayanan satu hari selesai (one day service) diharapkan
dapat dilaksanakan atau diwujudkan. Sesuai dengan apa yang dikatakan Moenir
(1998), bahwa salah satu fungsi dari sarana pelayanan adalah menimbulkan perasaan
puas dan nyaman pada orang yang berkepentingan, sehingga dapat mengurangi sifat
pendapatan daerah berada dibawah Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Sumatera Barat
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor : 5 Tahun 2001 tanggal, 9 Mei
2001 tentang Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi, dan Susunan Organisasi Dinas
pendapatan daerah.
melelahkan, membebani dan tidak efisien bagi masyarakat. Dengan adanya Perda No.
3 Tahun 1973 tentang Dinas Pendapatan Daerah pengurusan PKB dan BBN-KB
dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Barat yang dipusatkan
di Padang, STNK oleh Ditlantas Polda Sumatera Barat dan Asuransi (SWDKLLJ)
SWDKLLJ serta pengurusan STNK melibatkan 3 (tiga) instansi yang terpisah yaitu
Dispenda, Ditlantas Polda, dan PT. Jasa Raharja. Karena masing-masing instansi
memerlukan waktu yang lama, dan biaya yang relatif besar untuk mengurus PKB,
BBN-KB, SWDKLLJ serta STNK. Masyarakat yang mengurus atau membayar pajak
121
atas pemilihan atau penguasaan kendaraan bermotor harus dan pergi ke Padang untuk
penguasaan kendaraan bermotor pada waktu itu bisa menghabiskan waktu sekitar 10
(sepuluh) hari kerja. Masyarakat pemilik kendaraan bermotor melihat lebih penting
membayar STNK dan plat nomor polisi kendaraan bermotor dari pada membayar PKB
dan SWDKLLJ, karena yang selalu melakukan razia kendaraan bermotor di jalan raya
hanya Ditlantas Polda Sumatera Barat. Akibat pembayaran yang terpisah-pisah jumlah
pembayaran atas pemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, pada tahun 1976
diadakan instruksi bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan
pengurusan STNK bernaung di dalam satu kantor atau satu atap, sehingga sangat
Jadi Samsat bukanlah suatu institusi atau organisasi baru. Hanya pekerjaan
yang tadinya dilakukan di tempat atau di kantor masing-masing, kini bernaung dalam
satu atap atau satu kantor, sehingga masyarakat hanya cukup datang kesatu tempat.
Dengan adanya Samsat, pada waktu itu pengurusan PKB atau BBN-KB bisa
dipersingkat menjadi sekitar 6 (enam) hari kerja. Masing lamanya waktu yang
diperlukan karena pembayaran PKB maupun BBN-KB untuk Provinsi Sumatera Barat
cabang-cabang Samsat sehingga masyarakat tidak perlu lagi harus datang ke Padang.
Samsat untuk membayar PKB, BBN-KB, SWDKLLJ dan atau perpanjangan STNK
dilaksanakan dengan motto ”one day service”. Artinya dalam pengurusan atau
Maksud dilaksanakan one day servises adalah untuk peningkatan efisiensi dan
- Sangat meringankan masyarakat dari sisi waktu dan biaya pengurusan karena
membantu masyarakat.
bersamaan.
123
melalui kelompok kerja (pokja) atau loket, yang terbagi atas 3 (tiga) golongan :
SWDKLLJ)
tukar identitas pemilik dan atau kendaraan bermotor, kendaraan bermotor khusus,
pelayanan beberapa persyaratan meliputi blokir, kuasa wajib pajak dan ektra
cover.
124
Rincian kegiatan ke 3 (tiga) unsur, yaitu Dispenda, Polri dan PT. Jasa Raharja
memberikan paraf pada formulir, terima dan ganti formulir, menerima biaya
Polri, bertugas melakukan cek phisik lengkap, mengaman-kan dan menugaskan tim
pemeriksa, membubuhkan paraf pada lembar cek phisik dan registrasi kendaraan
memberikan paraf dan resi pada pemohon, memberikan dan menetapkan No. Pol.
125
Dispenda, bertugas menetapkan besarnya PKB dan BBN-KB, memberi No. Skum
pada nota pajak atau notice, meneruskan berkas ke sub pokja SWDKLLJ dan
PT. Jasa Raharja (Persero), bertugas menetapkan SWDKLLJ atau denda serta paraf
pada nota pajak, mengembalikan berkas ke sub pokja penetapan PKB dan BBN-KB.
STNK ke pokja penyerahan. Ketiga pimpinan instansi (Dispenda, Polri dan PT. Jasa
Raharja (Persero) memberikan pengesahan pada STNK, bukti pembayaran pajak dan
Polri, bertugas menerima berkas dari Pokja V dan meneruskannya ke petugas Pokja
VI. Pkja VI menyiapkan dan mencari berkas yang diminta pokja pendaftaran,
126
berkas yang diterima dan yang keluar, menandai dan menyisihkan berkas yang
diblokir.
b. Walaupun bekerja dalam satu atap atau kantor sulit menyatukan ego masing-
masing instansi.
Bermotor penyelesaiannya dalam dua atau tidak tiga hari kerja. Berdasarkan penelitian
masalah prosedur admintrasi baik pada petugas maupun pada masyarakat wajib pajak
Penilaian terhadap keberhasilan pelayanan satu hari selesai (one day serice)
yang dilakukan oleh Samsat, dapat diukur melalui ketepatan waktu penyelesaian
berkas. Selain itu kriteria lain yang dapat mendukung terwujudnya one day service
memperhitungkan efisiensi, ekonomis dan keadilan yang merata bagi setiap wajib
pajak. Standar pelayanan one day service (1 x 24 jam), dihitung mulai saat wajib pajak
memasukkan berkas pada Loket I dan berakhir pada Loket V. Standar kualitas waktu
pelayanan setiap pajak pada setiap loket diupayakan mendekati Surat Keputusan
• Loket I : 3 menit
• Loket II : 5 menit
• Loket IV : 4 menit
• Loket V : 4 menit
Jika dihitung total waktu yang diperlukan dari Loket I sampai dengan Loket V
diperlukan waktu seluruhnya sekitar 60 menit, berarti total waktu yang diperlukan
Bersama Samsat Padang, jumlah waktu pelayanan seluruhnya dari Loket I sampai
dengan Loket V adalah 35 menit dan jumlah petugas operasional yang langsung
berhubungan dengan wajib pajak 33 orang. Dari sini dapat diambil kesimpulan jumlah
petugas telah cukup memadai untuk melayani masyarakat yang datang berurusan
setiap hari, sehingga kurang relevan untuk mengukur berapa jumlah petugas yang
ideal dalam penelitian ini. Yang perlu kita ketahui adalah apakah dengan jumlah
petugas yang ada dan jumlah wajib pajak yang dilayani setiap hari, one day service
dapat terwujud atau apakah masyarakat telah dapat menikmati pelayanan selesai
Pendapatan Daerah.
Maka untuk melaksanakan Visi dan Misi tersebut perlu dilakukan strategi dan
berikut :
kendaraan bermotor.
Oleh karena itu, dalam pelayanan pembayaran PKB dan BBN-KB terhadap
wajib pajak sesuai dengan makna otonomi daerah untuk meningkatkan pelayanan ke
depan sebetulnya dapat dilakukan pelayanan PKB dan BBN-KB melalui mekanisme
BAB IV
bahwa, profil pelayanan secara keseluruhan yang diberikan oleh petugas, 11,91%
responden atau 5 orang mengatakan sangat baik, 30,95% responden atau 13 orang
mengatakan cukup baik, dan 52,38% responden atau 22 orang mengatakan kurang
baik dan 4,76% responden atau 2 orang mengatakan tidak baik. Hasil sebaran
Tabel .24
Profil Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan
Secara Keseluruhan
Responden
Kategori
Jumlah Sampel Prosentase
(n) (%)
130
melalui kelompok kerja (pokja) atau loket, yang terbagi atas 3 (tiga) golongan seperti
diuraikan diatas. Kelompok kerja atau loket terdiri dari golongan merupakan prosedur
SWDKLLJ)
penyerahan.
tukar identitas pemilik dan atau kendaraan bermotor, kendaraan bermotor khusus,
kendaraan bermotor setelah 5 tahun, dan kendaraan bermotor pindah keluarga daerah.
131
sama dengan pelayanan pada Golongan II, serti rinciannya diuraikan diatas.
tidak berjalan sebagai mana mestinya, karena masalah birokrasi dan panjangnya
prosedur pada masing instansi, sehingga proses pembayaran pajak berjalan panjang
a. Loket I
orang) menyatakan bahwa lamanya waktu yang diperlukan pada Loket I adalah
kurang dari 15 menit, tetapi sebagian responden yang lain (30,95% responden atau
13 orang) menyatakan bahwa lamanya waktu yang digunakan pada Loket I lebih
dari 15 menit.
melihat dominasi antara variabel lamanya waktu (alokasi waktu yang digunakan
ternyata tidak terdapat hubungan yang paralel antara kedua variabel tersebut. Hal
ini berarti bahwa semakin sedikit waktu yang digunakan pada Loket I, tidak ada
kaitan dengan tingkat kepuasan pemohon STMK (wajib pajak) terhadap pelayanan
yang diberikan. Selain itu peneliti melihat melihat nilai kepuasan pelayanan
132
dengan kualitas kerja petugas dalam melayani masyarakat yang ingin membuat
atau memperpanjang STNK, pada tingkat sedang atau 01,92 %, sehingga dapat
dikatakan bahwa semakin baik kualitas kerja petugas semakin besar kepuasan
b. Loket II
paraf pada lembar cek phisik dan registrasi kendaraan bermotor yang telah dicek
menyatakan bahwa standar kualitas pelayanan setiap wajib pajak (pemohon perbitan
STNK) pada Loket II diupayakan waktu selama 5 menit. Setelah dilakukan penelitian,
ternyata dari sebaran kuesioner sebagian besar responden (57,14 % responden atau
sebanyak 24 orang) mengatakan banyaknya waktu yang digunakan pada Loket lI lebih
dari 15 menit. Sebagian responden yang lain (42,86 % responden atau 18 orang)
mengatakan lamanya waktu yang digunakan kurang dari 15 menit. Berarti pada Loket
II, lamanya waktu yang digunakan tidak sesuai dengan petunjuk lapangan yang telah
ditetapkan yaitu hanya 5 menit. Banyak faktor yang mempengaruhi tidak sesuainya
alokasi waktu yang disediakan dengan kenyataan, diantaranya adalah karena pada
Loket II merupakan pelayanan cek phisik terhadap kendaraan bermotor, dimana setiap
satu kendaraan yang di cek phisik memerlukan waktu lebih kurang 20 menit dan
setiap hari kendaraan yang dicek phisik sekitar 50 unit (menurut petugas, walaupun
133
dalam prakteknya semua kendaraan bermotor harus di cek phisik), dengan jumlah
Bila dilakukan analisis data untuk melihat hubungan antara variabel lamanya
waktu (alokasi waktu) yang digunakan pada Loket II dengan kesederhanaan dan
terdapat hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut dengan kategori tidak
efisien diperoleh sebesar 47,62%. Ini berarti terdapat hubungan yang paralel antara
ketidak kepuasan dalam pelayanan dengan alokasi waktu atau lamanya waktu yang
digunakan pada loket tersebut. Selain itu peneliti membuat prosentase terhadap
melayani masyarakat yang ingin membuat atau memperpanjang STNK pada Loket II,
ternyata hubunganan antara kedua variabel tersebut dengan nilai sangat baik dan
cukup baik 42,86%, sedangkan kurang baik dan tidak baik 57,14%, sehingga dapat
dikatakan bahwa kualitas kerja petugas yang ada di Loket II belum sesuai dengan
harapan masyarakat.
Jika dianalisa secara mendalam terdapat keluhan wajib pajak, akibat adanya
pungutan liar yang dilakukan oleh petugas (92%) dan adanya keharusan untuk
melakukan cek phisik setiap tahun bagi seluruh kendaraan bermotor (81%).
Bila alokasi waktu dan pelayanan dikaitkan dengan adanya pungutan liar dan
keharusan untuk melakukan cek phisik, terdapat hubungan yang positif, yang berarti
secara keseluruhan masyarakat tidak puas terhadap pelayanan pada Loket II.
c. Loket III
pada Loket III lebih dari 15 menit (80,95% responden atau 34 orang). Berarti pada
134
Loket III waktu yang diperlukan tidak sesuai dengan juklak. Faktor yang dapat
melayani pemohon pembuatan STNK (wajib pajak) yang cukup banyak setiap
harinya.
hubungan variabel lamanya waktu yang digunakan pada Loket III terhadap
ada hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut dengan nilai yang
diperoleh pada kategori kurang baik (52,38%). Hal ini berarti bahwa semakin
banyak waktu yang digunakan pada Loket III, akan semakin tidak puas
d. Loket IV
banyaknya waktu yang digunakan pada Loket IV, lebih dari setengah responden
lainnya menyatakan lamanya waktu yang digunakan pada Loket IV lebih dari 15
melihat variabel alokasi waktu yang digunakan pada Loket IV dengan kepuasan
hubungan antara kedua variabel tersubut pada kondisi cukup memuaskan, dengan
nilai prosentase sebesar 14% responden atau 24 orang. Hal ini berarti bahwa
135
semakin sedikit waktu yang digunakan pada Loket IV, maka akan semakin puas
e. Loket V
digunakan pada Loket V adalah kurang dari 15 menit, sebagian besar responden
yaitu 80,95% responden atau 34 orang menyatakan waktu yang diperlukan lebih
dari 15 menit. Pada Loket V ini wajib pajak menerima STNK yang telah selesai.
untuk melihat hubungan antara variabel lamanya waktu (alokasi waktu) yang
pemohon penerbitan STNK (wajib pajak), ternyata dapat dilihat hubungan antara
kedua variabel tersebut dengan nilai prosentase yang diperoleh sebesar 80,95%
memerlukan waktu di atas 15 menit. Hal ini berarti bahwa semakin banyak waktu
yang digunakan pada Loket V, maka semakin tidak puas masyarakat pemohon
Dari hasil penelitian umumnya responden merasa mudah dan jelas dalam
Peraturan tersebut berupa prosedur atau tata cara pemohon (wajib pajak) untuk
kantor tersebut, dan sebesar 67,14% responden atau 24 orang menyatakan mudah.
136
Hal ini berarti pada kantor Samsat, kriteria kesederhanaan terhadap pelayanan
yang diberikan pada wajib pajak telah dapat dirasakan oleh wajib pajak.
artinya kejelasan mengenai penetapan dan penanganan hak dan kewajiban yang
dilayani dan yang melayani. Keterbukaan berkaitan dengan proses pelayanan yang
sendiri hak kendaraan yang harus dibayar, tanpa melalui biro jasa atau calo.
Walaupun ada sebagian kecil responden yang mengatakan mengurus lewat biro
jasa atau calo, tetapi salahnya tidak terdata dan di Kantor Bersama Samsat tidak
satupun biro jasa yang daftar atau melakukan kerja sama dalam pengurusan PKB,
BBN-KB, maupun STNK wajib pajak. Untuk mencegah agar masyarakat jangan
sampai mengurus lewat calo, setiap sudut telaih dicantumkan beberapa tulisan
yang menghimbau agar masyarakat jangan berurusan lewat calo, karena akan
dikeluarkan untuk pembuatan STNK adalah ekonomis dan efisien. Hal ini berarti
sesuai dengan ketentuan berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh pemohon
dalam pembuatan STNK tidak ekonomis dan tidak efisien, yaitu 4762 %
adalah tidak wajar, karena tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan
137
berbelit-belit.
merasa aman dan nyaman selama pengurusan STNK di kantor Samsat, dimana
pengurusan STNK responden tidak merasa takut akan kehilangan barang atau
uang karena kondisinya cukup aman dan nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam hal kenyamanan yang harus diberikan kepada pemohon pembuatan atau
Dalam pada itu juga dapat dilihat sebaran responden berdasarkan keadilan
dalam pelayanan yang diberikan oleh petugas Samsat, dimana ternyata mereka
tidak membeda-bedakan pelayanan antara calo dengan yang bukan calo, di dalam
orang yang menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan cukup adil terhadap
yang menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan tidak adil dan 2,38%
Dari penjelasan di atas, berarti kriteria pelayanan yang harus adil terhadap
para pemohon yang datang ke Kantor Bersama Samsat, harus dilayani secara
merata artinya adalah pelayanan yang diberikan, dilakukan secara merata dan adil
138
hagi selruh lapisan masyarakat. Tepat waktu mengandung arti bahwa pelayanan
yang diberikan dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Daerah Sumatera Barat dan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera
Barat serta Kepala Cabang PT. Jasa Raharja (Persero) Sumatera Barat
Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) yang wajib ditaati oleh aparatur Kantor Bersama
a. Prosedur Pelayanan
Bersama Kepolisian RI, Dirjen PUOD dan Direktur Utama PT. Jasa Raharja
secara terbuka pada ruangan pelayanan atau loket-loket pelayanan Kantor Bersama
139
Samsat. Hal ini telah didapatkan pamflet dipajangkan pada Loket Pelayanan, tetapi
b. Persyaratan Administratif
RI, Dirjen PUOD dan Direktur Utama PT. Jasa Raharja (Persero) Nomor :
ruangan pelayanan pada loket - loket pelayanan yang tersedia di Kantor Bersama
Samsat.
c. Waktu Penyelesaian
d. Biaya Pelayanan
e. Produk Pelayanan
untuk beberapa bulan kedepan sesuai masa jatuh tempo pengesahan STNK
tahun berikutnya.
Lalu Lintas Jalan serta penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan yaitu berupa
Kantor Bersama Samsat yang sekaligus berupa Kantor Unit Pelaksana Teknis
Petugas harus menjaga kesopanan, ramah tamah dan kejujuran dalam pemberian
pelayanan.
Petugas harus bekerja menurut waktu yang telah ditetapkan dalam jam kerja pada
Kantor Samsat, namun tidak tertutup kemungkinan jam kerja ditambah sesuai
h. Kesamaan Hak
i. Pengawasan Pelayanan
masyarakat.
3) Saran dan keluhan masyarakat yang bersifat teknis seperti Surat Tanda
unit kerja yang berada pada Kantor Bersama Samsat. Dengan demikian bila
dilihat dari sisi Azas legalitas, kewenangan pengelolaan PKB dan BBN-KB
aturan yang lebih tinggi dan berlaku dimana PKB- dan BBN-KB ini
dilaksanakan berdasarkan Perda No. 41 Tahun 2003 dan Perda No. 5 Tahun
2003 yang di serahkan secara atributif dan delegatif / distributif dari pusat
144
kepada daerah sesuai Peraturan Pemerintah RI No. 3 Tahun 1957 dan undang –
undang No. 10 Tahun 1968 sebagaimana penulis terangkan pada hal. 80 dan
tersebut diatas akan terdapat jaminan adanya kepastian hukum dan kesamaan
pihak secara transparan, namun disisi lain secara teoritis azar legalitas
katakan Bagir Manan bahwa adanya kelemahan penerapan azas legalitas. Oleh
57
sebab itu menurut Prajudi Atmosudirjo menyebutkan beberapa persyaratan
ditetapkan
57
Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara, Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2006 hal. 99
145
- Dispenda : 33 orang
- Jumlah : 65 orang
Adapun jumlah wajib pajak yang dilayani rata-rata per hari adalah
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 8 terdahulu yaitu sebanyak 420 wajib
Namun dari tabel 8 terlihat bahwa jumlah wajib pajak yang dilayani
pada setiap loket tidak sama. Rata-rata wajib pajak yang datang setiap hari ke
Loket I lebih banyak jika dibandingkan dengan Loket II, yang jumlahnya
paling sedikit (rata-rata 50 orang wajib pajak per hari). Jumlah wajib pajak
yang dilayani memang dapat berbeda, karena sifat pekerjaan di setiap loket
melakukan cek phisik, tetapi yang terdaftar hanya yang sesuai dengan
bermotor di Loket II, lalu melakukan pendaftaran di Loket III. Setelah selesai
146
waktu untuk menghitung besarnya PKB, di samping adanya wajib pajak yang
Kebanyakan wajib pajak baru datang kembali ke Kantor Bersama Samsat pada
Tabel. 23
Perhitungan Alokasi Waktu Rata-rata Pengurusan
Di setiap Loket Pelayanan (Loket Is/d Loket V)
Untuk Setiap Wajib Pajak
Rata-Rata
Rata-rata
Waktu Jumlah Jumlah Waktu
Loket Waktu
Pelayanan Responden (n) (Menit)
(Menit)
(Menit)
Loket I 7,50 29 217,50
22,50 12 270
45,00 1 45
60,00 0 0
Jumlah 42 532,50 12,68
Loket II 7,50 18 135,00
22,50 21 472,50
45,00 3 135,00
60,00 0 0
Jumlah 42 742,50 17,68
Loket III 7,50 8 60,00
22,50 27 607,50
45,00 5 225,00
60,00 2 120,00
Jumlah 42 1.012,50 24,11
Loket IV 7,50 24 180,00
147
22,50 14 315,00
45,00 4 180,00
60,00 0 0,00
Jumlah 42 675,00 16,07
Loket V 7,50 8 60,00
22,50 25 562,50
45,00 7 315
60,00 2 120
Jumlah 42 1.057,50 25,18
Jumlah Waktu Pelayanan dari Loket I s/d Loket V 95,72
secara umum cukup baik. Prasarana, sarana dan fasilitas yang disediakan
diantaranya ruang tunggu dan kursi tamu yang mencukupi, tempat parkir
yang cukup luas, peralatan kerja seperti komputer dan ruangan kerja
atau kantin.
variabel dengan nilai yang cukup baik, yang berarti bahwa kaitan yang
tersebut, maka akan semakin besar pula kepuasan yang dirasakan oleh
148
dengan apa yang dikatakan Moenir (1998), bahwa salah satu fungsi dari
masyarakat adalah :
unit pelayanan
tersebut.
masing-masing.
kualitas supevisor, kerja sama antar kelompok kerja atau loket dan
dalam pelayanan.
yang terkait.
berbelit.
pembayaran SWDKLLJ.
di Kantor SAMSAT.
lain :
karena dari 3 (tiga) unit kerja yang ada, yang mana yang bertugas di
SAMSAT dan yang mana bertugas di UPTD tidak ada penegasan yang
jelas.
seharusnya ada pemisahan yang jelas. Hal ini terjadi karena terbatasnya
Dalam artian bahwa jajaran aparatur dan Kepala UPTD tidak lagi fokus
yang disepakati oleh ketiga instansi di Kantor SAMSAT tentang tata cara
dengan beban kerja yang ada, dan hubungan kerja antara satu dengan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daerah (Ditlantas Polda) dan PT Jasa Raharja (Persero). Ketiga instansi ini
bekerja sama melayani masyarakat dan bernaung dibawah satu atap atau satu
Atap (Samsat). Sebelum ada nya samsat, masyarakat harus mendatangi ketiga
dan tenaga dan hal ini sangat dirasakan tidak efesien serta memberatkan
daerah yang diberi kewenangan urituk menggali dan memungut pajak daerah
merealisir sesuai dengan potensi yang ada sesuai dengan peraturan perundang-
tugasnya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya wajib pajak yang tidak
masyarakat masih dijumpai baik dari pelayanan yang diberikan oleh aparat itu
sendiri, maupun terhadap sarana dan prasarana yang tersedia sehingga secara
BBN-KB belum sesuai dengan SPM dan Kepmen PAN No. 63 Tahun 2003.
156
prasarana dan fasilitas yang tidak memadai, banyaknya calo, sikap petugas
Sumatera Barat bertekat untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, dengan
mencanangkan pelayanan satu hari selesai atau yang dikenal dengan One day
Service dan bahkan diwacanakan denga pelayanan cepat One Hour Service
( Pelayanan 1 Jam ).
yaitu selama 22 (dua puluh dua) menit untuk setiap wajib pajak. Agar jangka
sudah sesuai dengan INBERS tahun 1999 berarti tercermin bahwa pelayanan
Samsat lebih cepat dan mudah serta akan tercipta team works yang solid,
waktu pelayanan menurut juklak. Koordinasi antar tiga instansi yang berada
pada SAMSAT ( Dispenda, Polri, dan PT. Jasa Raharja / Persero ) kurang
cepat dan delapan kriteria pelayanan yang belum terpenuhi dengan baik,
relatif rendah. Disamping itu karena SAMSAT adalah kantor kerja bersama,
dimana masig – masing membawa nama instansi, maka ego sektoral masih
mudah, sedang, efisien, cukup baik, cukup adil dan aman. Artinya pilihan
standar pelayanan, masih dalam kategori harus ditingkatkan. Kondisi ini masih
158
one day service belum berjalan dan belum dapat dirasakan oleh wajib pajak.
dan peluang yang ada melalui supervisi dan evaluasi pelayanan yang optimal.
berjalan sebagaimana seharusnya untuk suatu organisasi yang baik. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah waktu yang diperlukan oleh masyarakat untuk
berurusan pada setiap loket pelayanan yang masih relatif lama dibandingkan
dengan juklak yang telah ditetapkan. Begitu juga adanya pungutan tidak resmi
yang dilakukan oleh petugas di Loket II. Berarti fungsi pengawasan tidak
B. Saran -Saran
1. Regulasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai acuan bagi aparatur Dinas
Wajib Pajak dan untuk menerbitkan surat dinas yang dibutuhkan oleh
selaku unsur Pembina SAMSAT dan atau bahkan ditinjau kembali, sesuai
diharapkannya.
Pendapatan Propinsi Sumatera Barat di Padang dapat lebih berperan aktif lagi dalam
159
rnengelola sumber pendapatan Daerah yang ada dalam wilayah kerjanya. Aparat
UPTD dapat lebih jeli dalam memantau, mendata dan sekaligus menagih terhadap
objek pajak yang masih menunggak dan belum terpantau dan terdata, karena masih
banyak tunggakan kendaraan bermotor yang tidak membayar pajak dan BBN–KB.
Internasional (ISO 1999-2001), maka Samsat yang ada di Sumatera Barat perlu
berbenah diri dalam beberapa sisi pelayanan. Untuk itu disarankan agar system
pelayanan yang ada sekarang ini masih memakai sistem 5 (lima) Loket harus dirobah
menjadi Sistem 2 (dua) loket dan system pelayanan lainnya harus ditingkatkan terus
sehingga samsat yang ada di Propinsi Sumatera Barat tidak jauh tertinggal dari daerah
cikal untuk mempersiapkan diri meraih pelayanan prima yang berstandar lnternasional
Pemerintah Daerah perlu memperbaharui struktur organisai UPTD dan sekaligus ada
penegasan Unit Kerja UPTD. Idealnya struktur UPTD tersebut salah satu seksinya
5. Pemisahan ruang kerja UPTD dengan SAMSAT, yaitu Kepala UPTD tidak
lagi fokus pada kerja di SAMSAT akan tetapi tugas utamanya lebih banyak
6. Perlunya adanya penetapan atau produk hukum yang disepakati oleh ketiga
yang akan bertugas di SAMSAT sehingga diharapkan jumlah personil yang bertugas
di SAMSAT sebanding dengan beban kerja yang ada, dan hubungan kerja antara satu