Anda di halaman 1dari 2

Takakura

(Tuesday, 11 December 2007) - Contributed by w3bozz - Last Updated ()

Dewasa ini pengelolaan sampah mandiri di Surabaya banyak menggunakan keranjang “sakti” Takakura.
Keranjang sakti Takakura adalah suatu alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga. Yang menarik
dari keranjang Takakura adalah bentuknya yang praktis, bersih dan tidak berbau, sehingga sangat aman digunakan di
rumah. Keranjang ini disebut masyarakat sebagai keranjang sakti karena kemampuannya mengolah sampah organik
sangat baik.
Keranjang Takakura dirancang untuk mengolah sampah organik di rumah tangga. Sampah organik setelah dipisahkan
dari sampah lainnya, diolah dengan memasukkan sampah organik tersebut ke dalam keranjang sakti Takakura. Bakteri
yang terdapat dalam starter kit pada keranjang Takakura akan menguraikan sampah menjadi kompos, tanpa
menimbulkan bau dan tidak mengeluarkan cairan. Inilah keunggulan pengomposan dengan keranjang Takakura. Karena
itulah keranjang Takakura disukai oleh ibu-ibu rumah tangga.

Keranjang kompos Takakura adalah hasil penelitian dari seorang ahli Mr. Koji TAKAKURA dari Jepang. Mr. Takakura
melakukan penelitian di Surabaya untuk mencari sistim pengolahan sampah organik. Selama kurang lebih setahun Mr.
Takakura bekererja mengolah sampah dengan membiakkan bakteri tertentu yang “memakan” sampah
organik tanpa menimbulkan bau dan tidak menimbulkan cairan. Dalam pelaksanaan penelitiannya, Mr. Takakura
mengambil sampah rumah tangga, kemudian sampah dipilah dan dibuat beberapa percobaan untuk menemukan bakteri
yang sesuai untuk pengomposan tak berbau dan kering. Jenis bakteri yang deikembang biakkan oleh Takakura inilah
yang kemudian dijadikan starter kit bagi keranjang Takakura. Hasil percobaan itu, Mr. Takakura menemukan keranjang
yang disebut “Takakura Home Method” yang dilingkungan masyarakat lebih dikenal dengan nama
keranjang sakti Takakura.

Selain Sistim Takakura Home Method, Mr. Takakura juga menemukan bentuk-bentuk lain ada yang berbentuk
“Takakura Susun Method”, atau modifikasi yang berbentuk tas atau kontainer. Penelitian lain yang
dilakukan Takakura adalah pengolahan sampah pasar menjadi kompos. Akan tetapi Takakura Home Method adalah
sistim pengomposan yang paling dikenal dan disukai masyarakat karena kepraktisannya.

Mr. Takakura, melakukan penelitian di Surabaya sebagai bagian dari kerjasama antara Kota Surabaya dan Kota
Kitakyushu di Jepang. Kerjasama antar kedua kota difokuskan pada pengelolaan lingkungan hidup. Kota Kitakyushu
terkenal sebagai kota yang sangat berhasil dalam pengelolaan lingkungan hidup. Keberhasilan kota Kitakyushu sudah
diakui secara internasional. Karena keberhasilan kota Kitakyushu itulah kota Surabaya melakukan kerjasama
pengelolaan lingkungan hidup. Bentuk kerjasama berupa pemberian bantuan teknis kepada kota Surabaya.

Bantuan teknis yang diberikan Pemerintah Jepang adalah dengan menugaskan sejumlah tenaga ahli untuk melakukan
penelitian tentang pengolahan sampah yang paling sesuai dengan kondisi Surabaya. Mr. Takakura adalah salah satu
ahli yang ditugaskan itu. Sehari-harinya Mr. Takakura bekerja di perusahaan JPec, anak perusahaan dari J-Power
Group. Suatu perusahaan yang sesungguhnya bergerak di bidang pengelolaan energi. Mr. Takakura adalah expert yang
mengkhususkan diri dalam riset mencari energi alternatif.

Kerjasama Kitakyushu-Surabaya untuk mengelola sampah dimulai dari tahun 2001 sampai 2006. Takakura menjadi
peneliti kompos selama kerjasama tersebut sekaligus sebagai ahli pemberdayaan masyarakat. Selama itu Takakura dan
timnya secara berkala datang ke Surabaya untuk melakukan penelitian dan melaksanakan hasil penelitian itu. Kadang-
kadang Takakura datang ke Surabaya sampai enam kali dalam setahun. Selama penelitian kompos biasanya bisa
mencapai 3 minggu ia harus mengamati perkembangan bakteri kompos. Yang unik dari Mr. Takakura adalah bahwa
selama ia berada di Surabaya ia senantiasa memakai baju batik. Padahal dalam keadaan sehari-harinya di Jepang,
biasanya Mr. Takakura memakai setelan jas lengkap ke kantor sebagaimana orang Jepang lainnya.

Sumbangsih Mr. Takakura terhadap upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Surabaya sangatlah besar.
Keberhasilan itu malah diapresiasi oleh lembaga internasional IGES (Institut for Global Environment and Strategy). Pada
bulan Februari 2007, IGES mensponsori studi banding 10 kota dari 10 negara untuk melihat pelaksanaan pengelolaan
sampah berbasis masyarakat di Surabaya. Kota-kota itu ingin mencontoh sistem pengomposan yang dikembangkan
oleh Surabaya dengan bantuan Takakura Composting System.

Keberhasilan Mr. Takakura menemukan sistim kompos yang praktis tidak saja memberikan sumbangsih bagi teknologi
penguraian sampah organik, tetapi juga menjadi inspirasi bagi pengelolaan sampah berbasis komunitas. Mr. Takakura
jauh-jauh datang dari Jepang meneliti dan melakukan pengomposan di Surabaya. Kalau seseorang yang datang dari
jauh, yang tadinya “saudara bukan, teman juga tidak” begitu peduli mengurangi sampah Surabaya.
Apakah warga Surabaya sendiri tidak lebih peduli dengan sampahnya. Prinsip inilah yang terus dikembangkan di
Surabaya. Dengan didukung oleh sejumlah tenaga sukarela (volunteer) termasuk MTV Surabaya, maka pengurangan
sampah organik di sumbernya, kini sangat membanggakan Surabaya.

NB
Setelah membaca Kencana Online, dan paket komplitnya (terutama), saya berkesimpulan, Komposter Takakura
mempunyai keunggulan lebih dibanding Komposter “Kencana”.
http://www.walhikalsel.org - :: Situs Resmi WALHI Kalimantan Selatan :: Powered by Mambo Generated: 6 April, 2010, 08:42
1. Pertama; biaya. Paket komplit Kencana untuk 76 KK dengan asumsi jumlah 5 orang per KK, harganya Rp.
46.000.000. Sementara Komposter Takakura untuk 5 orang per KK cukup 1 unit. Harga per unit Rp. 75.000. Kalau untuk
76 KK, maka biaya Komposter Takakura hanya Rp. 5.200.000. (Bedanya sangat jauh). Surabaya sedang berusaha
menekan harga Komposter Takakura ini, karena biaya terbesar adalah untuk keranjangnya. (Keranjangnya saja harga di
pasar sekitar Rp. 50.000)
2.Kedua; Komposter Takakura bisa ditempatkan disetiap rumah seperti di dapur karena tidak berbau dan tidak ada
cairan. Jadi tidak memerlukan ruang yang besar. Ukurannya kira-kira tinggi 60 cm, lebar 25 cm dan panjang kurang lebih
30 cm. Jadi kecil saja.
3. Ketiga; Komposter Takakura dapat digunakan setiap hari, diperkirakan untuk KK dengan 5 jiwa, komposter itu baru
penuh setelah 5-6 bulan (tiap hari dipakai non stop). Tidak diperlukan pemeliharaan yang khusus, hanya diaduk saja
setiap menambahakan sampah baru.
Sebenarnya masih banyak keunggulan Komposter Takakura, tapi rasanya perlu tulisan tersendiri. Kalau sudah
mengenal komposter Takakura, rasanya orang akan mikir untuk pake Komposter yang lain.
Yang paling penting juga adalah dengan penggunaan komposter Takakura, kegiatan memilah sampah menjadi
kebiasaan sehari-hari. DAn ini luar biasa dampaknya kalau dilakukan oleh masyarakat perkotaan.

Keranjang Takakura, saat ini tersedia di PUSDAKOTA UBAYA, Jalan Rungkut Lor III No. 87, Surabaya 60293.
Telepon (031)- 847 4324, *47 4325, Fax (031)- 847 4324.
atau bisa juga di www.pusdakota.org.
Anda dapat membeli disana. Pembeli dari luar kota, tentu dengan tambahan ongkos kirim. Selengkapnya harap hubungi
Pusdakota.

http://www.walhikalsel.org - :: Situs Resmi WALHI Kalimantan Selatan :: Powered by Mambo Generated: 6 April, 2010, 08:42

Anda mungkin juga menyukai