Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendapatan nasional merupakan tolok ukur kinerja perekonomian suatu negara. Untuk mencapai.tujuan
pendapatan nasional yang tinggi diperlukan serangkaian kebijakan khususnya kebijakan.makroekonomi oleh
pemerintah. Studi ini menggunakan model Vector Autoregression (VAR) untuk membandingkan dampak kebijakan
moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan nilai tukar terhadap pendapatan nasional. Periode penelitian yang diambil
dibagi menjadi dua yaitu periode sebelum krisis (1990:1-1997:2) dan periode sesudah krisis (1997:3-2006:4).
Dengan menggunakan variabel jumlah uang beredar,pengeluaran pemerintah, nilai tukar, dan Produk Domestik
Bruto (PDB) dihasilkan beberapa penemuan penting. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa jumlah uang
beredar dan pengeluaran pemerintah memiliki dampak positif terhadap PDB, sedangkan dampak nilai tukar adalah
negatif. Dengan kata lain,kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki dampak yang ekspansif, sedangkan
dampak nilai tukar adalah kontraktif. Selain itu ditemukan pula bahwa kebijakan fiskal melalui instrumen
pengeluaranpemerintah memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap perubahan pendapatan nasional. Hal ini
sekaligusmemperkuat pandangan Monetarist bahwa uang tidak banyak berpengaruh terhadap output. Sedangkan
dampak nilai tukar yang kontraktif menjadikan dilema bagi pemerintah antara tujuan memperkuat Neraca
Pembayaran Internasional (NPI) dengan pertumbuhan PDB yang tinggi. Hasil studi di atas tidak menunjukkan
perbedaan antara kedua periode penelitian, yaitu baik periode sebelum maupun sesudah
Kebijakan Moneter
Perekonomian Indonesia diwarnai oleh perkembangan yang terjadi pada perekonomian global. Perkembangan
positif yang terjadi di pasar keuangan global sejak beberapa bulan terakhir, terus berlanjut pada bulan Mei 2009. Hal
tersebut tercermin pada membaiknya kondisi pasar saham internasional dan terus menurunnya indikator persepsi
risiko (Credit Default Swap) di berbagai negara. Sementara itu, hasil “stress test” perbankan di Amerika Serikat
menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan banyak pihak. Hal tersebut juga telah menambah akar optimisme
Pertumbuhan yang lebih baik didukung oleh permintaan domestik yang masih cukup besar dan menjadi motor
utama pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi dalam triwulan I-2009 tercatat sebesar 4,4% (yoy).
Meski menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, konsumsi masyarakat Indonesia tumbuh 5,8% atau
berada di atas perkiraan sebelumnya. Tingginya konsumsi tersebut didorong oleh beberapa program stimulus
pemerintah seperti BLT, serta kenaikan gaji PNS, dan meningkatnya Upah Minimum Propinsi (UMR) di berbagai
daerah. Di samping itu, meningkatnya konsumsi rumah tangga juga didorong oleh maraknya aktivitas Pemilu yang
tampak dari pertumbuhan sektoral seperti pengeluaran subsektor jasa periklanan, komunikasi, industri makanan,
Dari sisi eksternal, hal ini didukung oleh masih cenderung rendahnya inflasi di negara-negara mitra
dagang. Dari sisi domestik, rendahnya tekanan inflasi didukung oleh masih lemahnya permintaan domestik, masih
rendahnya tingkat penggunaan kapasitas, dan minimnya tekanan harga dari kelompok barang-barang yang diatur
Keputusan tersebut diharapkan dapat mendukung upaya menjaga gairah pada pertumbuhan ekonomi
domestik dengan tetap menjaga kestabilan harga serta sistem keuangan dalam jangka menengah.
Ke depan, Bank Indonesia akan senantiasa mencermati berbagai perkembangan perekonomian global
maupun domestik dan memperhitungkan dengan seksama dampaknya pada perekonomian secara keseluruhan. Bank
Indonesia juga akan tetap melanjutkan kebijakan yang mendukung perbaikan ekonomi melalui stimulus moneter
apabila ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter masih tetap terbuka, secara khusus apabila tekanan inflasi terus
menurun
Kebijakan Fiskal
Krisis keuangan global yang bermula dari AS telah memaksa pemerintah di hampir seluruh negara untuk
mengambil tindakan diskresi berupa kebijakan fiskal yangcounter cycl ical. Dalam pidatonya dalam penyampain
Nota Keuangan dan RAPBN 2010 tanggal 3 Agustus lalu, Presiden Susilo Bambang Yudoyono juga menegaskan
kembali komitmen pemerintah dalam rangka menanggulangi dampak krisis melalui kebijakan fiskal yangcounter
Dalam literatur standar ekonomi, kebijakancounter cyclica l didefinisikan sebagai kebijakan pro-aktif
pemerintah guna mengatasi pergerakan siklus ekonomi yang ekstrim, bisa berupa booming maupun resesi. Dalam
kondisi booming, pemerintah perlu turun tangan untuk mengerem aktifitas ekonomi agar tidak terjerumus pada
ekonomi kepanasan (overheating) yang akan berdampak pada naiknya laju inflasi. Hal ini bisa dilakukan melalui
kebijakan moneter, kebijakan fiskal ataupun kombinasi dari keduanya. Melalui kebijakan moneter,overheating
economy bisa diatasi dengan cara memperketat jumlah uang beredar melaui misalnya kenaikan
suku bunga. Pemerintah, pada sisi lain juga bisa menggunakan instrumen kebijakan fiskal dimana dampaknya bisa
lebih bersifat langsung dengan cara menurunkan belanja negara atau menaikkan pajak.
♫ Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah.
Caranya antara lain : penyerapan likuiditas melalui lelang SBI, operasi pasar terbuka pemerintah, dsb.
♫ Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu
negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda
dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol
tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
♫ Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah.
Caranya antara lain : penyerapan likuiditas melalui lelang SBI, operasi pasar terbuka pemerintah, dsb.
♫ Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu
negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda
dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol
tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
Kebijakan moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai
tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan
moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi
untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan
melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil. [1]
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan
uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh
dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan
salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib
minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk
meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu .
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka menambah jumlah uang yang edar
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight
money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Operasi pasar terbuka adalah cara
mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah
(government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli
surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga
pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan
SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang
beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-
kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat
jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya
menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) Rasio cadangan wajib adalah mengatur
jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus
disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion) Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank
meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada
perekonomian.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank
Indonesia.Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan
inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat
penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia
juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan,
bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Kebijakan Moneter
Kondisi ekonomi negara Indonesia pada masa orde baru sudah pernah memanas. Pada saat itu
pemerintah melakukan kebijakan moneter berupa contractionary monetary policy dan vice versa.
Kebijakan tersebut cukup efektif dalam menjaga stabilisasi ekonomi dan ongkos yang harus
dibayar relatif murah. Kebijakan moneter yang ditempuh saat ini berupa open market operation
memerlukan ongkos yang mahal. Kondisi ini diperparah dengan adanya kendala yang lebih
besar, yaitu pengaruh pasar keuangan internasional.