BAB XIII
A. PENDAHULUAN
XIII/3
kondisi dan pengembangan nilai-nilai sosial budaya masyarakat, laju
pertumbuhan penduduk dan penyebarannya, serta aspek tata ruang.
XIII/4
sebanyak lebih kurang 38.380 ha kampung di 1.669 kota. Kegiatan yang
mencolok di dalam Repelita V adalah semakin besarnya perhatian
pemerintah terhadap upaya menghilangkan kawasan kumuh dan dimulainya
pembangunan RSS dibeberapa kota besar yang dimulai tahun 1990/91.
Agar kapasitas air bersih yang makin meningkat tersebut dapat makin
banyak dinikmati oleh masyarakat berpenghasilan rendah, maka sejak tahun
1989/90 pemerintah telah menggalakan pembangunan Hidran Umum (HU)
dan Terminal Air (TA) berikut mobil tangkinya. Selain itu juga telah
dilakukan rehabilitasi sarana air bersih yang telah terbangun dalam kurun
waktu Repelita I sampai Repelita IV.
Dalam kurun waktu lima tahun sejak tahun 1988/89 sampai dengan
1992/93 telah dibangun kurang lebih 34.147 buah HU dan TA. Dengan
penambahan jumlah fasilitas ini maka persentase masyarakat yang
mendapatkan air bersih di perkotaan diperkirakan meningkat dari 65% pada
akhir Repelita IV menjadi 69% pada akhir tahun keempat Repelita V.
Sedangkan persentase masyarakat pedesaan yang telah menikmati air bersih
juga diperkirakan meningkat dari 30,5% pada akhir Repelita IV menjadi
sekitar 43% pada akhir tahun keempat Repelita V.
XIII/5
pemukiman kumuh yang padat penduduknya. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan antara lain adalah rehabilitasi dan pembangunan
saluran-saluran drainase, pengelolaan air limbah rumah tangga, dan
penanganan persampahan, serta penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat
mengenai bagaimana caranya hidup lebih sehat dalam suatu lingkungan
pemukiman. Dalam 5 tahun terakhir (1988/89-1992/93) telah dilakukan
penanganan drainase di 633 kota, pengelolaan persampahan di 1.033 kota,
dan penanganan air limbah di 587 kota. Sedangkan pada akhir tahun
Repelita IV (1988/89) penanganan drainase baru dilaksanakan di 107 kota,
persampahan di 204 kota dan air limbah di 58 kota atau ketiganya meningkat
antara 4 kali lipat sampai 9 kali lipat bila dibandingkan dengan pelaksanaan
selama 4 tahun terakhir Repelita V.
XIII/6
(T-70), yang dibangun dengan bahan sederhana tetapi kuat dan memenuhi
persyaratan teknis bangunan dan kesehatan.
XIII/7
TABEL XIII – 1
1)
PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA MELALUI KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)
OLEH BANK TABUNGAN NEGARA MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1978/79 – 1992/93
(unit rumah/debitur)
1) Angka kumulatif lima tahunan untuk setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lain adalah angka tahunan.
2) Angka sementara sampai Desember 1992
3) Jumlah seluruhnya sejak 1978/79 sampai 1992/93 adalah 752.103 unit rumah, terdiri dari 28.75% Perumnas dan 71,25% Swasta
XIII/8
cenderung meningkat dan bunga bank yang tinggi sedangkan subsidi bunga
bank dari Pemerintah tidak disediakan. Sebaliknya pembangunan RSS
meningkat dengan pesat antara lain oleh karena adanya bantuan subsidi
Pemerintah seperti disebutkan di atas. Hal tersebut sesuai dengan
kebijaksanaan Repelita V yang lebih memberikan prioritas pada upaya
pemenuhan kebutuhan dasar golongan masyarakat yang masih miskin.
XIII/9
Dengan terus bertambahnya pembangunan perumahan sederhana dan
rumah sangat sederhana, maka terbuka kesempatan bagi masyarakat yang
tidak mampu untuk dapat menikmati rumah sesuai dengan kemampuannya.
Di pihak lain peningkatan pembangunan perumahan sederhana dan sangat
sederhana membuka kesempatan usaha dan lapangan kerja serta tumbuhnya
industri bahan bangunan sederhana. Makin banyak dibangun perumahan
sederhana dan sangat sederhana yang memenuhi ketentuan tata ruang
memungkinkan ditingkatkannya kualitas lingkungan sosial yang lebih baik.
Oleh karena program ini bersifat lintas sektor, maka sejak permulaan
Repelita IV kegiatan ini ditingkatkan menjadi Program Pemugaran
Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu (P2LDT) dan dikoordinasikan
oleh Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat. Instansi-instansi yang
terlibat dalam P2LDT adalah Departemen Pekerjaan Umum, Departemen
Sosial, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan, serta
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).
XIII/10
TABEL XIII – 2
1)
PELAKSANAAN PEMUGARAN PERUMAHAN DESA
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1978/79 – 1992/93
1) Angka kumulatif lima tahunan untuk setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lain adalah angka tahunan.
2) Termasuk penanggulangan khusus sebanyak 98 desa
3) Angka sementara sampai Desember 1992
XIII/11
melaksanakan pemugaran setiap tahunnya berkisar antara sekitar 2.500 desa
pada tahun 1988/89 menjadi 4.000 desa pada tahun 1992/93. Sedangkan
jumlah rumah yang dipugar berkisar antara kurang lebih 30.000 rumah
sampai sekitar 49.000 rumah (Tabel XIII-2).
c. Perbaikan Kampung
XIII/12
Atas dasar hasil rintisan perbaikan kampung di Jakarta dan Surabaya
dalam Repelita I, maka dalam Repelita II dan selanjutnya kegiatan ini
dikembangkan di kota-kota lain. Dalam Repelita III dan IV jumlah kota
yang melaksanakan perbaikan kampung berjumlah berturut-turut 228 kota
dan 451 kota dalam lima tahunnya atau setiap tahunnya bertambah sekitar 45
kota dalam Repelita III dan 90 kota dalam Repelita IV (Tabel XIII-3).
Sedang jumlah penduduk dilayani dalam kedua Repelita tersebut setiap lima
tahunnya masing-masing adalah sejumlah 8,6 juta orang dan 15,8 juta
orang, atau setiap tahunnya sejumlah 1,7 juta orang dan 3,1 juta orang.
Areal yang tercakup masing-masing sekitar 25 ribu ha dan 49 ribu ha.
Dalam waktu lima tahun sejak 1988/89 sampai 1992/93 jumlah kota
yang melaksanakan perbaikan kampung bertambah dengan rata-rata setiap
tahunnya sekitar 300 kota dengan penduduk yang terlayani rata-rata
bertambah 2 juta orang dengan luas rata-rata hampir 8.000 ha setiap
tahunnya. Apabila dibandingkan dengan keadaan dalam Repelita IV, maka
pelaksanaan perbaikan kampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini
terdapat penurunan yang diakibatkan oleh karena jumlah kampung yang
memenuhi syarat untuk diperbaiki makin berkurang jumlahnya.
XIII/13
TABEL XIII – 3
1)
PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA (P2LPK)/PERBAIKAN KAMPUNG
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1973/74 – 1992/93
1) Angka kumulatif lima tahunan untuk setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lain adalah angka tahunan.
2) Termasuk penanggulangan darurat: Tahun 1987/88: 205 Ha dan 5.000 orang
Tahun 1988/89: 470 Ha dan 1.200 orang
3) Angka sementara sampai Desember 1992
XIII/14
d. Penataan Bangunan
XIII/15
Untuk mendukung upaya peremajaan pemukiman kota tersebut
pemerintah telah menetapkan Inpres No. 5 Tahun 1990 tentang Peremajaan
Pemukiman Kumuh di atas Tanah Negara dengan salah satu komponennya
berupa pembangunan rumah susun untuk masyarakat miskin. Dalam Inpres
tersebut antara lain pihak swasta didorong untuk ikut berperan aktif di dalam
kegiatan meremajakan pemukiman kota dengan memperhatikan dan
mengutamakan kepentingan masyarakat setempat.
XIII/16
perumahan dan pemukiman. Dalam hubungan ini telah pula diadakan
beberapa studi tentang pembangunan perumahan rakyat, termasuk studi
mengenai sistem perumahan sewa sederhana dan sistem pembangunan
perumahan di daerah perkotaan dengan cara swakarya. Dari berbagai
penelitian ini sampai tahun 1992 telah dikeluarkan lebih kurang 69 buah SII
(Standar Industri Indonesia) Bahan Bangunan yang menunjang pembangunan
perumahan dan pemukiman.
XIII/17
Untuk daerah pedesaan, kegiatannya berupa pencarian sumber mata
air terdekat, pengolahan sederhana air permukaan menjadi air bersih,
pembuatan sumur dalam dan dangkal, pembuatan sumur gali, pembuatan
bak-bak penampungan air hujan. Untuk beberapa desa termasuk desa pantai
dilakukan pula pembangunan sistem perpipaan sederhana dengan hidran
umum (HU), terminal air (TA) dan dengan perpipaan sambungan rumah
bagi masyarakat yang mampu. Pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat
sendiri dengan bimbingan dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan,
PDAM/BPAM dan aparat Pemerintah setempat. Pada beberapa daerah
tertentu dilakukan pengadaan-pengadaan kapal motor pengolah air, kapal
pengangkut air, dan mobil pengolah air.
Selama kurun waktu lima tahun sejak 1988/89 sampai tahun 1992/93
kapasitas produksi air bersih telah bertambah sekitar 14.000 liter/detik atau
rata-rata bertambah dengan sekitar 2.800 liter/detik setiap tahun (Tabel
XIII-4). Sedangkan jumlah SR dalam lima tahun bertambah dengan lebih
dari 1,1 juta buah atau bertambah rata-rata sekitar 220 ribu buah SR per
tahun. Penambahan HU dan TA selama kurun waktu tersebut sekitar 34.150
buah, atau rata-rata dibangun sekitar 6.830 buah setiap tahun. Dengan
penambahan-penambahan ini maka persentase masyarakat yang mendapatkan
air bersih di perkotaan diperkirakan dari 65% pada akhir Repelita IV
menjadi 69% pada akhir tahun keempat Repelita V.
XIII/18
TABEL XIII – 4
1)
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1968 – 1992/93
1) Angka kumulatif sejak Repelita I untuk setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lain adalah angka tahunan
2) Terdiri dari hidran/kran umum dan terminal air
3) Angka sementara sampai Desember 1992
XIII/19
Lanjutan Tabel XIII – 4
1) Angka kumulatif sejak Repelita I untuk setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita, yang lain adalah angka tahunan
2) Terdiri dari hidran/kran umum dan terminal air
3) Angka sementara sampai Desember 1992
XIII/19A
Program penyediaan air bersih juga dilaksanakan di daerah pedesaan.
Selain dilaksanakan melalui program-program sektoral juga dilaksanakan
melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan yang dimulai sejak
Repelita II. Kegiatannya ditekankan terutama pada penyuluhan dan motivasi
untuk lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengadaan air
bersih sesuai dengan keadaan lingkungan dan tingkat sosial ekonomi
penduduk setempat. Penyuluhan yang dilakukan menekankan pentingnya air
bersih dan sanitasi lingkungan bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan penyuluhan tersebut didukung dengan penyediaan bantuan
sarana air bersih dan sanitasi sederhana. Sarana-sarana tersebut berupa
kran-kran umum, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan,
dan perlindungan mata air. Di beberapa desa yang berbatasan dengan kota
kecamatan selain sarana-sarana tersebut, juga dilaksanakan peningkatan
kapasitas produksi dan sambungan rumah.
XIII/20
sekitar 3.500 liter/detik atau rata-rata bertambah 700 liter/detik setiap tahun.
Pada kurun waktu ini juga, sejak 1988/89 sampai tahun 1992/93 setiap
tahunnya dibangun antara 778 sampai sekitar 2.750 buah HU dan TA-nya,
dan dipasang sekitar 18.500 SR sebagai suatu bentuk pelayanan baru pada
program air bersih di pedesaan. Sedangkan PAH bertambah sebanyak 1.924
buah, dan PMA sebanyak 253 buah. Sehingga persentase penduduk
pedesaan yang terlayani oleh air bersih diperkirakan meningkat dari 30,5%
pada akhir Repelita IV menjadi sekitar 43% pada akhir tahun keempat
Repelita V (Tabel XIII-5).
XIII/21
TABEL XIII – 5
XIII/22
Lanjutan Tabel XIII – 5
XIII/22A
TABEL XIII – 6
XIII/23
Lanjutan Tabel XIII – 6
XIII/23A
Di bidang persampahan, sampai tahun 1988/89 (akhir Repelita IV)
telah berhasil dibangun fasilitas persampahan di 204 kota yang melayani
kurang lebih 15 juta orang penduduk (Tabel XIII-6). Sementara itu, untuk
lebih mendayagunakan pengelolaan sampah telah diperkenalkan suatu pola
baru dengan menggunakan sistem modul. Dalam sistem tersebut pengumpul-
an sampah dari rumah tangga sampai dengan tempat pembuangan sementara
dilakukan oleh pihak RT/RW atau LKMD setempat. Sedangkan pengangkut-
an sampah selanjutnya ke tempat pembuangan akhir dilakukan oleh Peme -
rintah Daerah. Selma kurun waktu lima tahun sejak 1988/89 sampai dengan
tahun keempat Repelita V (1992/93) telah berhasil dibangun fasilitas
penanganan persampahan di 1.033 kota, untuk melayani sekitar 23 juta
penduduk.
XIII/24
peraturan tentang kebersihan lingkungan pemukiman, maka makin
ditingkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat, dan para
industriawan untuk mencegah timbulnya pencemaran lingkungan baik yang
berasal dari limbah rumah tangga maupun limbah industri. Dengan demikian
upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikannya makin
dapat diwujudkan.
XIII/25