Anda di halaman 1dari 10

vulkanisme

Posted on Minggu, November 25, 2007 by Eirlangga

Vulkanisme

Semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme.
Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga
magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya.

Lalu apa yang disebut magma? Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang
terdapat di dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya.
Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun suhunya cukup
tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya retakan,
tekanannya pun akan menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma.

Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika gerakan
magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yang
bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yang
menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan.

Hal ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya sebagian kecil
intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu diingat bahwa intrusi
magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk tonjolan
berupa pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan
bermacam-macam bentuk (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:

1. Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat
penurunan suhu yang sangat lambat.
2. Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan
lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara
permukaan atasnya tetap rata.
3. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan
batuan.
4. Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan
litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
5. Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
6. Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur
magma sampai ke permukaan bumi.
Tentunya Anda masih ingat bahwa jika aktivitas magma mencapai ke permukaan bumi, maka
gerakan ini dinamakan ekstrusi magma. Jadi ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke
permukaan bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi
magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung
berapi bisa terjadi di dasar lautan.

Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:

1. Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan
memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di
Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga
magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow
Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km persegi.
3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan
membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung
Vesucius, dan lain-lain.

Berdasarkan sifat erupsi dan bahan yang dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi sentral,
yaitu:

1. Gunung api perisai. Gunung api ini terjadi karena magma yang keluar sangat encer.
Magma yang encer ini akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk lereng sangat
landai. Ini berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi melebar. Contohnya: Gunung
Maona Loa dan Maona Kea di Kepulauan Hawaii.
2. Gunung api maar. Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan yang
dikeluarkan relatif sedikit, karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit. Gunung
api ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari timbunan bahan padat (efflata). Di bekas
kawahnya seperti sebuah cekungan yang kadang-kadang terisi air dan tidak mustahil
menjadi sebuah danau. Misalnya Danau Klakah di Lamongan atau Danau Eifel di
Prancis.
3. Gunung api strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif dan
efusif yang bergantian secara terus menerus. Hal ini menyebabkan lerengnya berlapis-
lapis dan terdiri dari bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yang paling banyak
ditemukan di dunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi, Semeru, Merbabu,
Kelud, dan lain-lain.

Gempa bumi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Pusat-pusat gempa di seluruh dunia, 1963–1998

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi
biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan
untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun
padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan
itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Tipe gempa bumi


 2 Penyebab terjadinya gempa bumi
 3 Sejarah gempa bumi besar pada abad ke-20 dan 21
 4 Referensi
 5 Pranala luar

[sunting] Tipe gempa bumi


1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma,
yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan
menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi.
Gempabumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
2. Gempa bumi tektonik ; Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang
sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau
bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori
dari tektonik plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan
batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti
salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama
lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektoni.

.Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti
pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu
kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan
fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan
batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di
Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB,

1. Gempa bumi tumbukan ; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang
jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi
2. Gempa bumi runtuhan ; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada
daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
3. Gempa bumi buatan ; Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas
dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia


Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah
dirapikan, tolong hapus pesan ini.

[sunting] Penyebab terjadinya gempa bumi


Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran
lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.

Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang
paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa
bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam
mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi.
Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa
gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di
balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi
karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit
listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi
dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia
senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini
dinamakan juga seismisitas terinduksi

[sunting] Sejarah gempa bumi besar pada abad ke-20 dan 21


 7 April 2010, Gempa bumi dengan kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera bagian Utara lainnya
berpusat 60km dari Sinabang, Aceh. Tidak menimbulkan tsunami, menimbulkan kerusakan fisik
di beberapa daerah, belum ada informasi korban jiwa.
 27 Februari 2010, Gempa bumi di Chili dengan 8.8 Skala Richter, 432 orang tewas (data 30
Maret 2010). Mengakibatkan tsunami menyeberangi samudara Pacific yang menjangkau hingga
Selandia Baru, Australia, kepulauan Hawaii, negara-negara kepulauan di Pacific dan Jepang
dengan dampak ringan dan menengah.
 12 Januari 2010, Gempa bumi Haiti dengan episenter dekat kota Léogâne 7,0 Skala Richter
berdampak pada 3 juta penduduk, perkiraan korban meninggal 230.000 orang, luka-luka
300.000 orang dan 1.000.000 kehilangan tempat tinggal.
 30 September 2009, Gempa bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang berasal dari
pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter (BMG Indonesia) atau
7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan
sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
 2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia.
Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa masih belum
diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga
terhambat.

Kerusakan akibat gempa bumi di San Francisco pada tahun 1906


Sebagian jalan layang yang runtuh akibat gempa bumi Loma Prieta pada tahun 1989

 3 Januari 2009 - Gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di Papua.


 12 Mei 2008 - Gempa bumi berkekuatan 7,8 Skala Richter di Provinsi Shichuan, China.
Menyebabkan sedikitnya 80.000 orang tewas dan jutaan warga kehilangan tempat tinggal.
 12 September 2007 - Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala Richter
 9 Agustus 2007 - Gempa bumi 7,5 Skala Richter
 6 Maret 2007 - Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Laporan
terakhir menyatakan 79 orang tewas [1].
 27 Mei 2006 - Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi
tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2
pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan
tempat tinggal.
 8 Oktober 2005 - Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan, berpusat di
Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
 26 Desember 2004 - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang Aceh dan
Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera Hindia. Bencana alam
ini telah merenggut lebih dari 220.000 jiwa.
 26 Desember 2003 - Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5 pada skala Richter
dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
 21 Mei 2002 - Di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari
1.000 orang tewas.
 26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 ada juga yang
mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
 21 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400 korban
tewas.
 17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000 nyawa.
 25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
 30 Mei 1998 - Di utara Afganistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter
menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.
 17 Januari 1995 - Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan merenggut 6.000 nyawa.
 30 September 1993 - Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan menewaskan
1.000 orang.
 12 Desember 1992 - Di Flores, Indonesia berukuran 7,9 pada skala richter dan menewaskan
2.500 orang.
 21 Juni 1990 - Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut 50.000 nyawa.
 7 Desember 1988 - Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan menyebabkan
25.000 kematian.
 19 September 1985 - Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter, meragut lebih
dari 9.500 nyawa.
 16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan menyebabkan
25.000 kematian.
 4 Maret 1977 - Vrancea, timur Rumania, dengan besar 7,4 SR, menelan sekitar 1.570 korban
jiwa, diantaranya seorang aktor Rumania Toma Caragiu, juga menghancurkan sebagian besar
dari ibu kota Rumania, Bukares (Bucureşti).
 28 Juli 1976 - Tangshan, Cina, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan 240.000
orang terbunuh.
 4 Februari 1976 - Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan menyebabkan 22.778
terbunuh.
 29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran 5,7 skala
Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh kota Agadir.
 26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan 33.000 orang
tewas.
 24 Januari 1939 - Di Chillan, Chile dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000 kematian.
 31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan 50.000 orang.
 1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan merenggut
sedikitnya 140.000 nyawa.

Ads Powered
by:KumpulBlogger.com

Pasang iklan
Mini Banner di sini
, Komisi 3% untuk Blogger

Thursday, December 11, 2008


Batas Lempeng Konvergen

Lempeng-lempeng litosfer bergerak di atas lapisan astenosfir (kedalaman 500 km di dalam


selubung dan bersifat kampir melebur atau hampir berbentuk cair). Karena hal tersebut, maka
terjadi interaksi antar lempeng pada batas-batas lempeng yang dapat berbentuk : batas divergen
(batas saling menjauh), konvergen (batas saling mendekat), dan transform (batas saling
berpapasan). Pada halaman ini akan dijelaskan mengenai batas yang konvergen.

Batas konvergen ialah batas lempeng-lempeng yang saling mendekat dan menyebabkan
tumbukan dimana...salah satu dari lempeng akan mengalami penunjaman (menyusup) ke bawah
lempeng yang lain masuk ke selubung. Daerah penunjaman lempeng membentuk suatu palung
yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dalam pergerakan lempeng
ini, lempeng bergerak hanya beberapa sentimeter setiap tahun, sehingga benturan yang terjadi
sangatlah lambat dan berlangsung selama berjuta-juta tahun.

a. Batas menunjam (subduction)


Subduksi adalah batas antar lempeng, dimana kerak samodera menunjam di bawah kerak benua
ataupun kerak samodera. Jika kerak samodera menunjam di bawah kerak samodera, maka akan
menghasilkan suatu sistem busur kepulauan (island arc system) atau disebut juga busur magmatik dan
juga terbentuk melange serta busur cekungan.

Busur kepulauan adalah rangkaian aktifitas gunung api yang berkaitan dengan penunjaman lempeng.
Melange adalah salah satu karakteristik batas konvergen, yang merupakan campuran pecahan berbagai
batuan teranjakkan.

Busur cekungan, palung , dan busur magmatik merupakan bentuk topografi utama pada batas
konvergen. Pada umumnya diantarany terdapat punggungan dan cekungan yang disebut busur
punggungan depan dan busur cekungan depan. Busur punggungan depan terbentuk oleh penebalan
kerak akibat sesar-sesar anjakan pada ujung lempeng yang ditabrak. Busur cekungan depan merupakan
dataran rendah yang terletak diantara palung samidera dan busur magmatik.
Pada sistem busur kepulauan terdapat aktivitas gempabumi yang sangat padat. Di bawah busur
kepulauan, pusat-pusat gempabumi yang dijumpai membentuk suatu bidang yang mempunyai
kemiringan sebesar 45o dan bisa mencapai kedalaman sampai dengan 680 km. Bidang itu disebut
bidang Wadati-Benioff

Pada lempeng yang menunjam dijumpai variasi temperatur yang dikontrol oleh beberapa hal, yaitu:

 Kecepatan subduksi; semakin cepat menunjam, semakin kecil temperatur mantel di sekitarnya
yang mampu diserap secara konduksi.
 Ketebalan lempeng itu sendiri; semakin tebal semakin membutuhkan waktu lebih banyak untuk
mencapai kesetimbangan temperatur dengan astenosfer yang melingkupinya.
 Panas akibet gesekan antara lempeng dengan astenosfer.
 Konduksi panas astenosfer terhadap lempeng
 Panas dari peluruhan unsur radioaktif (kandungan mineral radioaktif kerak samudra sangat kecil
atau bahkan tidak ada sama sekali).
 Panas akibat perubahan fase mineral dikarenakan pertambahan kedalaman

Kenampakan morfologi yang umum dijumpai di daerah subduksi adalah kehadiran palung (trench) yang
mempunyai kedalaman sampai dengan 11000 m (Palung Mariana di pilipina). Secara umum lebar palung
berkisar antara 50 – 100 km dan bentuk sayatan sebagai huruf V tak simetri dengan sudut curam
sebesar 8 – 20o berada di bagian yang naik (hanging wall) yang sering dijumpai sesar-sesar naik (prisma
akresi).

Aktivitas gunungapi di daerah subduksi dapat terjadi jika kerak samodera yang menunjam mencapai
kedalaman lebih dari 80 km, dan aktivitas gunungapi ataupun magma dapat terbentuk pada daerah
sejauh 150 – 200 km dari sumbu palung. Sebagian besar busur kepulauan dijumpai di sisi barat – utara
Samodera Pasifik dan di sisi barat Samodera Atlantik.

Busur kepulauan yang muda memiliki struktur yang sederhana dengan ketebalan kerak kurang dari 20
km (contoh: busur kepulauan Tonga – Kermadek, New Hebrides, Aleutians dan Kepulauan Antile kecil).
Semakin tua umurnya, struktur busur kepulauan tersebut semakin kompleks dan kerak buminya
semakin tebal, berkisar antara 20 – 35 km (contoh: Jepang dan Indonesia).

b. Batas anjakan (obduction)


Obduksi adalah batas antar lempeng yang saling mendekat dengan kenampakan kerak benua menunjam
di bawah kerak samodera. Ada beberapa hipotesis tentang mula terjadi obduksi, yang paling
memungkinkan adalah bahwa diawali oleh penunjaman kerak samodera dengan kerak benua di
belakangnya, di bawah kerak samodera. Penunjaman bisa terjadi karena perubahan dari batas lempeng
divergen menjadi konvergen. Kelanjutan penunjaman membawa kerak benua berbenturan dengan
kerak samodera dan pada awalnya, kerak samodera naik ke atas kerak benua, sebelum akhirnya
penunjaman di tempat itu berhenti dan berpindah ke tempat lain yang dapat mengakomodasi con
vergensi antar lempeng.

c. Batas tumbukan (collision)

Pada penunjaman kerak samodera yang membawa kerak benua di belakangnya ke bawah kerak benua,
jika hal ini berlanjut, maka akan terjadi tumbukan antar kerak benua. Tumbukan tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya suatu relief yang tinggi seperti Himalaya. Pada batas kolisi (suture) sering
tersisa pecahan kerak samodera (ofiolit). Kenampakan hasil tumbukan termuda yang dijumpai di dunia
adalah Pegunungan Himalaya, sedangkan yang relatif lebih tua adalah Pegunungan Appalachia,
Kaledonid, Alpen dan Ural. Penebalan kerak benua dapat terjadi karena pensesaran naik yang
berjenjang dan saling menumpang (imbrikasi).

Tumbukan pada zona konvergen dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat dan pada daerah
konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan tersebut berupa :

1. Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra


Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di bawah yang lain dan
menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang terbentuk cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh
ke atas permukan laut, maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang terletak
beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra bertemu.

2. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra


Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45º atau lebih, menyusup ke
bawah blok benua menuju atenosfer. Pada zona ini disebut zona subduksi.

3. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua


Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua sehingga menyebabkan massa benua
dan sedimen lantai samudra tertekan , terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya
formasi pegunungan baru. Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua Asia yang
menghasilkan pegunungan Himalaya.

Anda mungkin juga menyukai