Anda di halaman 1dari 9

DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN

Pendahuluan

Defisit transaksi berjalan merupakan salah satu isu yang sangat peka dalam suatu
negara, sehingga dapat perhatian baik dari semua kalangan.
Contohnya pda tanggal 16 desember lalu , ekonom senior Prof. Sumitro
Djojohadikusumo menyatakan bahwa defisit transaksi berjalan telah mencapai tingkat
“lampu merah”.Di tunjukkan dengan tingkat DSR (rasio antara pendapatan ekspor
tahunan dengan cicilan pokok dan bunga hutang luar negri) yang telah mencapai 32%.
Lebih lanjut, Prof. sumitro menyarankan bahwa SDR di kurangi hingga menjadi 25%
dalam waktu 2 tahun dengan cara meningkatkan ekspor dan membatasi pertumbuhan
impor.

Satu minggu sebelumnya, mentri keuangan Mar’ie Muhamad kepada komisi anagaran
menyatakan bahwa defisit transaksi berjalan untuk semester pertama (april_sept) tahun
fiskal 1996/1997 adalah sebesar US $ 4.5 milyar.
Menko Ekuin Saleh Afif, sebelumnya meramalkan bahwa defisit transaksi berjalan
akan meningkat menjadi $ 8.7 milyar untuk tahun fiskal 1996/1997, naik yang telah
dianggarkan dalam APBD yaitu sebesar $ 6.8 milyar.

Dengan melihat besar defisit transaksi berjalan untuk semester pertama tahun fiskal
1966/1997 adalah sulit untuk mengharapkan bahwa defisit transaksi ini akan kurang
dari $ 9 milyar. Melihat kenyataan ini, para analis sangat prihatin atas peningkatan
defisit yang cukup tajam ini.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai isu defisit, marilah kita membahas
beberapa hal seputar transaksi berjalan.

Perdagangan Intrnasional
Perdagangan internasional dapat terjadi karena beberapa alasan, yaitu:
1. Keanekaragaman kondisi produksi.
2. Penghematan biaya.
3. Perbedaan selera.
4. Perinsip keunggulan komparatif (comparative advantage).

Dengan adanya ekonomi terbuka dan setiap negara berkonsentrasi pada bidang
yang memiliki keunggulankomparatif, maka kehidupan semua orang akan
menjadi lebih baik.
Pekerja dan setiap naegara memperoleh konsumsi dalam jumlah yang
meningkat untuk jumlah jam kerja yang sama.
Neraca Pembayaran Internasional
Permasalahan ekonomi sebagian sangat besar kaitannya dengan
permasalahan defisit neraca pambayaran dan utang atau kredit luar negri.
Neraca pembayaran ninternasional suatu negara merupakan laporan
keuangan negara yang bersangkutan atas semua transaksi ekonomi dengan
negara lain yang disusun secara sistematis.
Neraca pembayaran luar negri suatu negara pada umumnya dibagi ke dalam
empat bagian, yaitu:
• Transaksi berjalan (current account).
• Neraca modal (capital acount).
• Penyimpangan statistik.
• Penyelesaian resmi.
Sejarah menunjukkan bahwa setiap negara cendrung untuk memiliki beberapa
tahapan dalam neraca pembayaran mereka mulai dari negara debitur muda
hingga negara kreditur madya.
Negara debitur muda
Dalam tahapan ini negara lebih banyak mengimpor dari pada mengekspor,
selisih keduanya ditutupi melalui pinjaman luar negri sehingga memungkinkan
negara menumpuk modal.
Negara debitur madya.
Dalam tahapan ini perdagangan suatu negara telah surplus, akan tetapi
pertumbuhan dividen dan bunga yang harus dibayarkan untuk pinjaman luar
negri, menjadikan saldo neraca modalnya kurang seimbang.
Negara kreditur muda
Dalam masa ini sustu negara mengembangkan ekspornya secara luar biasa. Negara
meminjamkan uang kepada negara-negara lain.

Negara kreditur muda


Pada tahapan ini, pendapatan modal dan investasi luar negri memberikan surplus cukup
besar terhadap pos tak tampak, yang kemudian diseimbangankan dengan defisit neraca
perdagangan.

Pembahasan
Defisit transaksi pembayaran indonesia telah mencapai tingkat yang membahayakan
($4.5 milyar untuk semester pertama tahun fiskal 1996/1997). Besarnya defisit ini
memungkinkan disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Meningkatnya konsumsi barang-barang dan jasa untuk investasi
Pesatnya investasi di indonesia menyebabkan banyaknya pembangunan pabrik-pabrik
ataupun gedung-gudung yang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk investasi
(mis: mesin-mesin, tenaga ahli, dll). Oleh karena barang-barang ini tidak dapat dipenuhi
atau di peroleh dari dalam negri, maka ia akan mendatangkan barang dan jasa tersebut
(impor), tentu saja akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk impor).
Bila konsumsi barang-barang konsumsi investasi ini yang menjadi yang menjadi
penyebab utama membesarnya defisit transaksi berjalan, maka kita tidak perlu khawatir
dan perlu optimis dimasa mendatang defisit transaksi berjalan akan berkurang, oleh
karena investasi berorientasi ekspor telah memberikan hasil akan mendorong ekspor
sehingga mampu mendatangkan devisa bagi negara.
2. Meningkatnya konsumsi barang-barang dan jasa konsumen.
Penyebab kedua adalah meningkatnya konsumsi barang-barang dan jasa : barang-
barang dan jasa yang langsung di pakai un tuk konsumsi, mis: makan, jasa dokter.
Tetapim tidak dapat di gunakan untuk menghasilkan barang atau jasa lainnya. Oleh
karena itu, bila defisit membesar akibat meningkatnya konsumsi barang dan jasa
konsumenini maka perlu diadakan pembatasan-pembatasan atas impornya..

Pembatasan-pembatasan ini dapat dilakukan oleh pihak pemerintah ataupun


kalangan konsumen itu sendiri. Dari pihak pemerintah dapat dilakukan dengan
pembebanan pajak yang tinggi untuk barang yang masuk ke indonesia.
Dari pihak konsumen dapat dilakukan dengan menahan diri atau menunda ataupun
tidak membeli barang atau jasa yng tidak benar-benar dibutuhkan.

Untuk menutup defisit transaksi brjalan pemerintah dapat melakukan hal-hal


berikut:

Pinjaman Dalam Negeri


Di sini pemerintah mengeluarkan obligasi dan menjualnya di pasar uang dalam
negeri. Bila masyarak membeli obligasi tersebut, maka pemerintah memperoleh
dana yang semula milik masyarakat (dan sebagai gantinya masyarakat memegang
obligasi pemerintah). Cara ini di sebut open market operations. Bank sentral
bertindak sebagai agen pemerintah. Cara ini hanya dilakukan di negara-negara
yang telah memiliki pasar surat berharga (bursa efek dan saham) yang maju.
Pinjaman luar negeri
yang di lakukan disini adalah menjual obligasi pemerintah di pasar uar negeri.
Dalam hal ini pemerintah menerima dana (edalam bentuk mata uang asing) dan si
pembeli menerima obligasi pemerintah (waktu pembayaran dan besar bunga). Cara
ini lebih cocok digunakan apabila pemerintah membutuhkan dana dalam devisa.
Cara di atas adalah untuk memperoleh kredit komersial di luar negri.
Dengan menggunakan cara pinjaman luar negri ini, sama artinya dengan gali
lobang tutup lobang sehingga memperpanjang priode pembayaran. Cara ini sangat
beresiko karena bila tidak berhati-hati akan dapat menggerogoti hasil ekspor.
Pemerintah tampaknya menggunakan cara ini dalam menutup defisit transaksi
berjalan, sehingga ada kekhawatiran bahwa hutang luar negri kita akan semakin
membesar (saat ini sekitar $ 100 milyar) dan tentu saja akan semakin
memberatkan dalam pembayarannya. Meskipun ada sebagian pihak yang
megatakan bahwa sebagian besar utang luar negeri kita memiliki syarat lunak dan
berjangka panjang, serta bila sebagian aset BUMN dijual akan dapat melunasi
utang luar negri kita.

Pinjaman ke bank sentral


Dengan cara ini pemerintah bertindak sebagaimana seseorang mengambil kredit
dari bank. Kredit bang sentral hamya bisa memberikan kredit dangan jalan
menciptakan uang inti (reserve money) atau mencetak uang kartal baru.
Bila ini dilakukan maka efek penurunan investasi swasta (crowding out)
dapat dihindari.
Namun demikian, pembiayaan devist dengan cara ini akan
menimbulkan akibat buruk bila perekonomian tidak bisa menaikkan
produksi total untuk mendukung ekspansi atau kenaikkan pengeluaran
agresif meskipun perekonomian belum memcapai tingkat kesempatan
kerja penuh. Pembiayaan dengan cara ini sebaiknya di hindari karena
akan menimbulkan inflasi

Pengunaan cadangan devisa


dengan cara ini pemerintah mengeluarkan cadangan devisanya, yang
di peroleh dari pembayaran ekspor yang masih tertunda ataupun darim
pembayaran ekspor terdahulu.
Cadangan devisa pemerintah indonesia per juli 1996 adalah sekitar $
16 milyar, sehingga kita tidak perlu khawatir terhadap akan terulangnya
peristiwa meksiko [ Hal ini telah keliru, karena pada bulan juli 1997,
krisis ekonomi Indonesia dimulai.]
Kesimpulan

defisit transaksi berjalan telah mencapai tingkat yang membahayakan


terlihat dari besarnya rasio antara pendapatan ekspor tahunan dengan
cicilan pokok ditambah bunga utang luar negeri telah mencapai 32%.

Beberapa hal yang mungkin memyebabkan terjadinya defisit yang


semakin besar adalah:
1. meningkatnya konsumsi barang-barang dan jas untuk investasi, hal
ini karena pesatnya pembangunan di indonesia.
2. meningkatnya konsumsi barang-barang dan jasa konsumen,
pesatnya pembangunan membuat peningkatan pendapatan
masyarakat sehingga mendorong masyarakat untuk membeli barang-
barang atau jasa-jasa yang tidak di perlikannya (misalnya pembelian
mobol mewah).

Defisit transaksi berjalan dapat ditutup dengan cara pinjaman dalam


negri, pinjaman luar negeri, pinjaman ke bank sentral, dan penggunaan
cadangan devisa.

Anda mungkin juga menyukai

  • Lamaran Kerja Yg Ke 1012
    Lamaran Kerja Yg Ke 1012
    Dokumen3 halaman
    Lamaran Kerja Yg Ke 1012
    Selita Febrianti Epraim
    Belum ada peringkat
  • Mouse
    Mouse
    Dokumen1 halaman
    Mouse
    Selita Febrianti Epraim
    Belum ada peringkat
  • Kelebihanptt
    Kelebihanptt
    Dokumen1 halaman
    Kelebihanptt
    Selita Febrianti Epraim
    Belum ada peringkat
  • Kwitansi
    Kwitansi
    Dokumen1 halaman
    Kwitansi
    Selita Febrianti Epraim
    Belum ada peringkat
  • NOMOR
    NOMOR
    Dokumen1 halaman
    NOMOR
    Selita Febrianti Epraim
    Belum ada peringkat
  • Analisis Bisnis Roti Bakar
    Analisis Bisnis Roti Bakar
    Dokumen3 halaman
    Analisis Bisnis Roti Bakar
    Selita Febrianti Epraim
    100% (2)