Anda di halaman 1dari 5

Tahukah bahwa kerudung dan jilbab itu berbeda?

Selama ini kita menganggap seorang


perempuan yang mengenakan kain di atas kepalanya sudah berjilbab, walaupun pakai celana
dan kaos yang ketat. Faktanya, tak sesimpel itu mengartikan 'jilbab'. Muslimah berkerudung,
belumlah dikatakan berjilbab, jika ternyata syarat-syarat jilbab tak terpenuhi.
KERUDUNG, berbeda maknanya dengan JILBAB. Jika ada yang mengatakan, 'itu hanya
istilah saja', maka patut kita ingat bahwa banyak istilah dalam Islam yang tak bisa di anggap
remeh begitu saja. Contoh sederhana, Qolbun dan Kalbun. Keduanya awam kita artikan
sebagai HATI Nurani. padahal, Qolbun artinya, hati nurani, Kalbun artinya Anjing. karena itu,
orang-orang yang mengerti bahasa Arab, sering enggan menggunakan kalbu.

Diriwayatkan bahwa dahulu ada seorang Yahudi yang memberi salam kepada Nabi dengan
ucapan "Assaamu'alaika ya Muhammad" (Semoga kematian dilimpahkan kepadamu).

Dan kata assaamu ini artinya kematian. Kata ini adalah plesetan dari "Assalaamu 'alaikum".
Maka nabi berkata, "Kalau orang kafir mengatakan padamu assaamu 'alaikum, maka jawablah
dengan wa 'alaikum (Dan semoga atas kalian pula)." [HR. Bukhari]

Memang dalam pembicaraan sehari-hari umumnya masyarakat menganggap jilbab sama


dengan kerudung. Anggapan ini kurang tepat. Jilbab tak sama dengan kerudung. Jilbab adalah
busana bagian bawah (al-libas al-adna) berupa jubah, yaitu baju longgar terusan yang dipakai
di atas baju rumahan (semisal daster). Sedang kerudung merupakan busana bagian atas (al-
libas al-a'la) yaitu penutup kepala. (Rawwas Qal'ah Jie, Mu'jam Lughah Al-Fuqaha`, hal. 124
& 151; Ibrahim Anis dkk, Al-Mu'jam Al-Wasith, 2/279 & 529).

Jilbab dan kerudung merupakan kewajiban atas perempuan muslimah yang ditunjukkan oleh
dua ayat Al-Qur`an yang berbeda. Kewajiban jilbab dasarnya surah Al-Ahzab ayat 59, sedang
kewajiban kerudung (khimar) dasarnya adalah surah An-Nur ayat 31.

Mengenai jilbab, Allah SWT berfirman (artinya),"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min,'Hendaklah mereka mengulurkan
jilbab-jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' (QS Al-Ahzab : 59).

Dalam ayat ini terdapat kata jalabib yang merupakan bentuk jamak (plural) dari kata jilbab.
Memang para mufassir berbeda pendapat mengenai arti jilbab ini. Imam Syaukani dalam
Fathul Qadir (6/79), misalnya, menjelaskan beberapa penafsiran tentang jilbab.

Imam Syaukani sendiri berpendapat jilbab adalah baju yang lebih besar daripada kerudung,
dengan mengutip pendapat Al-Jauhari pengarang kamus Ash-Shihaah, bahwa jilbab adalah
baju panjang dan longgar (milhafah). Ada yang berpendapat jilbab adalah semacam cadar (al-
qinaa'), atau baju yang menutupi seluruh tubuh perempuan (ats-tsaub alladzi yasturu jami'a
badan al-mar`ah).

Menurut Imam Qurthubi dalam Tafsir Al-Qurthubi (14/243), dari berbagai pendapat tersebut,
yang sahih adalah pendapat terakhir, yakni "jilbab adalah baju yang menutupi seluruh tubuh
perempuan".

Walhasil, jilbab itu bukanlah kerudung, melainkan baju panjang dan longgar (milhafah) atau
baju kurung (mula`ah) yang dipakai menutupi seluruh tubuh di atas baju rumahan.
Jilbab WAJIB diulurkan sampai bawah (bukan baju potongan), sebab hanya dengan cara
inilah dapat diamalkan firman Allah (artinya) "mengulurkan jilbab-jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka."

Dengan baju potongan, berarti jilbab hanya menutupi sebagian tubuh, bukan seluruh tubuh.
(Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham al-Ijtima'i fil Islam, hal. 45-46).

Jilbab ini merupakan busana yang wajib dipakai dalam kehidupan umum, seperti di jalan atau
pasar. Adapun dalam kehidupan khusus, seperti dalam rumah, jilbab tidaklah wajib. Yang
wajib adalah perempuan itu menutup auratnya, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak
tangan, kecuali kepada suami atau para mahramnya (lihat QS An-Nur : 31).

Sedangkan kerudung, yang bahasa Arabnya adalah khimar, Allah SWT berfirman
(artinya),"…Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…" (QS An-Nur :
31). Dalam ayat ini, terdapat kata khumu, yang merupakan bentuk jamak (plural) dari
khimaar.

Arti khimaar adalah kerudung, yaitu apa-apa yang dapat menutupi kepala (maa yughaththa
bihi ar-ra`su). (Tafsir Ath-Thabari, 19/159; Ibnu Katsir, 6/46; Ibnul 'Arabi, Ahkamul Qur`an,
6/65 ).

Kesimpulannya, jilbab bukanlah kerudung, melainkan baju jubah bagi perempuan yang wajib
dipakai dalam kehidupan publik. Karena itu, anggapan bahwa jilbab sama dengan kerudung
merupakan salah kaprah yang seharusnya diluruskan. Wallahu a'lam.

Read more: http://cintaukhti.blogspot.com/2010/04/jilbab-dan-kerudung-itu-


beda.html#ixzz16GNzDaF6
Top of Form
€,´,€,´,水,? ,? 660b11b5499e9c rSIoO {

kewajiban memakai jilbab(gamis) untuk para wanita


oleh Nucy Lestari Prabaningrum pada 25 November 2010 jam 13:27
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokattu

ana menulis ini karena keprihatinan ana terhadap jilbab...Akhwat itu hanya manusia biasa yg
punya salah juga seperti manusia yang lain. Islam mewajibkan kaum hawa untuk berjilbab.
tapi banyak orang-orang awam bahkan para akhwat yang menyudutkan jilbab itu sendiri. ada
yang berkata; ah orang pake jilbab juga sama saja. keluarga saya pernah di tipu dengan orang
berjilbab. padahal yang bicara juga adalah seorang akhwat yang juga berjilbab!

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Ahzab : 59)

dalil juga ada, tapi masih banyak orang yg mengelak dan berkata ; nanti saja pakai
jilbabnya...memang kita tahu sampai berapa umur kita? adakah yang tahu umur kita
meninggal kapan?

Alam Kematian adalah alam yang memisahkan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Bahkan kematian disebut sebagai pintu masuk ke dalam alam akhirat. Kematian merupakan
rahasia ILahi yang tiadapun makhluk hidup ini mengetahuinya, termasuk manusia, jin dan
malaikat sekalipun. Karena yang mengetahuinya hanyalah Allah Subhanallahu Wata'ala. Maka
kematian itupun pasti datang. Dan kedatangannya tidak bisa dikompromikan bahkan untuk
dimusyawarahkan. Sebagaimana firman Allah, Subhanallahu Wata'ala.. QS. Al-Araf; 34)

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.

ada juga dengan alasan, jangan lihat orang dari cover. memang kita tidak bisa lihat hati orang
dari cover tapi jika seorang wanita saja sudah tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagai
orang Islam. bagaimana dia bisa menjadi umat Islam yang baik? padahal perintah untuk
memakai jilbab lebih mudah daripada meminta membunuh anaknya sendiri seperti ujian hidup
yang di alami Nabi Ibrahim yang menyembelih anaknya sendiri yaitu Nabi Ismail.

Orang-orang Islam yang mengatakan pakai jilbab atau tidak sama saja. itu salah besar!
bukankah yang ana tahu, rambut itu juga akan dimintai pertanggung jawabannya? apakah kita
sudah merasa yakin kita akan masuk surga? ana merasa ironis sekali mendengar orang Islam/
akhwat yang berkata seperti itu. Mereka seperti membela orang yg tidak pakai jilbab daripada
orang yang pakai jilbab? @:( padahal akhwat itu hanya manusia biasa...mereka hanya
berusaha menjalankan yang terbaik sebagai umat Islam. kata-kata seperti itu yang membuat
sebagian akhwat-akhwat membuka jilbabnya. astaghfirllah.......

hai wanita, apakah kalian tidak ingin menjadi bidadari di surga? Tidak ingin mendapat ridho
Allah Subhanallahu Wata'ala? apakah kalian tidak ingin mempunyai anak yang saleh?
peribahasa mengatakan ; buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

sesungguhnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya


dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir ". QS. az-
Zumar (39) : 59

Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah
ia berkata baik atau diam. (HR. Bukhori dan Muslim)

kenapa selalu menyudutkan wanita yang berjilbab? mereka juga manusia biasa, yang kadang
suka khilaf. kenapa kalian tidak berpikir; wanita yang membuka auratnya itu seperti pelacur
ya? memakai baju ketat, celana pendek? lalu, kenapa pelacur disebut pekerja seks? kenapa
pelacur selalu di bela? lalu beberapa orang membela dan berkata "mereka kan butuh uang, dan
tidak punya apa-apa jadi mereka menjual diri mereka." alasan apa ini? pelacur di bela, tetapi
jilbab di hujat? astaghfirllah al azim.......Rizki itu sudah Allah yang mengatur.... kita semua
pasti diberi ujian hidup!

“Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula dalam keadaan
asing, maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing.” (HR. Muslim dari hadits Abu
Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)

dengan alasan belum siap berpakaian jilbab panjang, mereka berkata "mau jibab-pin hati dulu"
bagaimana caranya hati di pakaikan jilbab? perubahan itu memang kebanyakan orang
dilakukan secara perlahan. akan tetapi, pada kenyataannya, orang yang sudah terbiasa tidak
pakai jilbab, atau pakai jilbab gaul, jilbab mereka tidak berubah-ubah menjadi lebih lebar?
mereka beralasan "belum siap, belum siap, belum siap" mungkin orang awam yang berkata
itu, yang tidak tahu dalilnya kita masih maklum. dan seharusnya kita bisa mengajak mereka
untuk menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh. hingga menutupi lekuk tubuh mereka.

Seharusnya kita semua bersatu membela umat Islam. Menegakkan Hukum Allah. Bukan
saling menghujat!!
afwan jika kata-kata ana ada yang salah dan menyinggung perasaan...

wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatu

_sy ngambil dr ctetan seorang akhwat di internet_ n sy stju dgn pndpat beliau wlwpun jujur
sy msih brusaha untuk siap memkai jilbab(gamis). krena lebih baik mencoba dr pda sm sx
tidak perduli .. naudzubilahminzalik

*smoga kalian smua mngerti ap yg telah Allah printah kan kpda qt,, bukn nya mlah melanggar
krena alsan2 trtntu pdhal sudh jels Allah sndri yg bilng dlm kitab nya yaitu Al-Quran..
dan untuk laki2 yg sy tandai dsni klo bsa mngerti dan bsa memberithukan kpda temn2 wnita.a
Top of Form
€,´,€,´,水,? ,? 660b11b5499e9c rSIoO {

Ancaman Bagi Wanita yang Membuka Auratny


oleh Nucy Lestari Prabaningrum pada 25 November 2010 jam 13:26
Posted on 26 September 2010 by tomygnt

Jilbab; Busana Wanita Di Luar Rumah


Khimar (Kerudung) dan Jilbab; Busana Wanita Di Luar Rumah Selain memerintahkan wanita
untuk menutup auratnya, syariat Islam juga mewajibkan wanita untuk mengenakan busana
khusus ketika hendak keluar rumah. Sebab, Islam telah mensyariatkan pakaian tertentu yang
harus dikenakan wanita ketika berada depan khalayak umum. Kewajiban wanita mengenakan
busana Islamiy ketika keluar rumah merupakan kewajiban tersendiri yang terpisah dari
kewajiban menutup aurat. Dengan kata lain, kewajiban menutup aurat adalah satu sisi,
sedangkan kewajiban mengenakan busana Islamiy (jilbab dan khimar) adalah kewajiban di sisi
yang lain. Dua kewajiban ini tidak boleh dicampuradukkan, sehingga muncul persepsi yang
salah terhadap keduanya. Dalam konteks “menutup aurat” (satru al-’aurat), syariat Islam tidak
mensyaratkan bentuk pakaian tertentu, atau bahan tertentu untuk dijadikan sebagai penutup
aurat. Syariat hanya mensyaratkan agar sesuatu yang dijadikan penutup aurat, harus mampu
menutupi warna kulit. Oleh karena itu, seorang wanita Muslim boleh saja mengenakan
pakaian dengan model apapun, semampang bisa menutupi auratnya secara sempurna. Hanya
saja, ketika ia hendak keluar dari rumah, ia tidak boleh pergi dengan pakaian sembarang,
walaupun pakaian itu bisa menutupi auratnya dengan sempurna. Akan tetapi, ia wajib
mengenakan khimar (kerudung) dan jilbab yang dikenakan di atas pakaian biasanya. Sebab,
syariat telah menetapkan jilbab dan khimar sebagai busana Islamiy yang wajib dikenakan
seorang wanita Muslim ketika berada di luar rumah, atau berada di kehidupan umum.
Walhasil, walaupun seorang wanita telah menutup auratnya, yakni menutup seluruh tubuhnya,
kecuali muka dan kedua telapak tangan, ia tetap tidak boleh keluar keluar dari rumah sebelum
mengenakan khimar dan jilbab. Perintah Mengenakan Khimar Pakaian yang telah ditetapkan
oleh syariat Islam bagi wanita ketika ia keluar di kehidupan umum adalah khimar dan jilbab.
Dalil yang menunjukkan perintah ini adalah firman Allah swt; ‫ن‬ ّ ‫جُيوِبِه‬
ُ ‫عَلى‬
َ ‫ن‬
ّ ‫خُمِرِه‬
ُ ‫ن ِب‬
َ ‫ضِرْب‬
ْ ‫“ َوْلَي‬Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya..”[al-Nuur:31] Ayat ini berisi perintah
dari Allah swt agar wanita mengenakan khimar (kerudung), yang bisa menutup kepala, leher,
dan dada. Imam Ibnu Mandzur di dalam kitab Lisaan al-’Arab menuturkan; al-khimaar li al-
mar`ah : al-nashiif (khimar bagi perempuan adalah al-nashiif (penutup kepala). Ada pula yang
menyatakan; khimaar adalah kain penutup yang digunakan wanita untuk menutup kepalanya.
Bentuk pluralnya adalah akhmirah, khumr atau khumur. Khimar (kerudung) adalah ghitha’ al-
ra’si ‘ala shudur (penutup kepala hingga mencapai dada), agar leher dan dadanya tidak
tampak. Dalam Kitab al-Tibyaan fi Tafsiir Ghariib al-Quran dinyatakan; “Khumurihinna,
bentuk jamak (plural) dari khimaar, yang bermakna al-miqna’ (penutup kepala). Dinamakan
seperti itu karena, kepala ditutup dengannya (khimar)..” Ibnu al-’Arabiy di dalam kitab
Ahkaam al-Quran menyatakan, “Jaib” adalah kerah baju, dan khimar adalah penutup kepala .
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Aisyah ra, bahwasanya ia berkata, “Semoga
Allah mengasihi wanita-wanita Muhajir yang pertama. Ketika diturunkan firman Allah swt
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung mereka ke dada mereka”, mereka
membelah kain selendang mereka”. Di dalam riwayat yang lain disebutkan, “Mereka
membelah kain mereka, lalu berkerudung dengan kain itu, seakan-akan siapa saja yang
memiliki selendang, dia akan membelahnya selendangnya, dan siapa saja yang mempunyai
kain, ia akan membelah kainnya.” Ini menunjukkan, bahwa leher dan dada ditutupi dengan
kain yang mereka miliki.” Di dalam kitab Fath al-Baariy, al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan,
“Adapun yang dimaksud dengan frase “fakhtamarna bihaa” (lalu mereka berkerudung dengan
kain itu), adalah para wanita itu meletakkan kerudung di atas kepalanya, kemudian
menjulurkannya dari samping kanan ke pundak kiri. Itulah yang disebut dengan taqannu’
(berkerudung). Al-Farra’ berkata,”Pada masa jahiliyyah, wanita mengulurkan kerudungnya
dari belakang dan membuka bagian depannya. Setelah itu, mereka diperintahkan untuk
menutupinya. Khimar (kerudung) bagi wanita mirip dengan ‘imamah (sorban) bagi laki-laki.”
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan; “Khumur adalah bentuk jamak
(plural) dari khimaar; yakni apa-apa yang bisa menutupi kepala. Khimaar kadang-kadang
disebut oleh masyarakat dengan kerudung (al-miqaana’), Sa’id bin Jabir berkata, “wal
yadlribna : walyasydadna bi khumurihinna ‘ala juyuubihinna, ya’ni ‘ala al-nahr wa al-shadr, fa
laa yara syai` minhu (walyadlribna : ulurkanlah kerudung-kerudung mereka di atas kerah
mereka, yakni di atas leher dan dada mereka, sehingga tidak terlihat apapun darinya).” Imam
Syaukaniy dalam Fath al-Qadiir, berkata; “Khumur adalah bentuk plural dari khimar; yakni
apa-apa yang digunakan penutup kepala oleh seorang wanita..al-Juyuub adalah bentuk jamak
dari jaib yang bermakna al-qath’u min dur’u wa al-qamiish (kerah baju)..Para ahli tafsir
mengatakan; dahulu, wanita-wanita jahiliyyah menutupkan kerudungnya ke belakang,
sedangkan kerah baju mereka bagian depan terlalu lebar (luas), hingga akhirnya, leher dan
kalung mereka terlihat. Setelah itu, mereka diperintahkan untuk mengulurkan kain kerudung
mereka di atas dada mereka untuk menutup apa yang selama ini tampak”. Dalam kitab Zaad
al-Masiir, dituturkan; “Khumur adalah bentuk jamak dari khimar, yakni maa tughthiy bihi al-
mar`atu ra`sahaa (apa-apa yang digunakan wanita untuk menutupi kepalanya). Makna ayat ini
(al-Nuur:31) adalah hendaknya para wanita itu menjulurkan kerudungnya (al-miqna’) di atas
dada mereka; yang dengan itu, mereka bisa menutupi rambut, anting-anting, dan leher
mereka.” Perintah Mengenakan Jilbab Adapun kewajiban mengenakan jilbab bagi wanita
Mukminat dijelaskan di dalam surat al-Ahzab ayat 59. Allah swt berfirman : ‫ل‬ ْ ‫ي ُق‬ ّ ‫َياَأّيَها الّنِب‬
‫حيًما‬
ِ ‫غُفوًرا َر‬
َ ‫ل‬
ُّ ‫ن ا‬
َ ‫ن َوَكا‬
َ ‫ل ُيْؤَذْي‬
َ ‫ن َف‬
َ ‫ن ُيْعَرْف‬
ْ ‫ك َأْدَنى َأ‬
َ ‫ن َذِل‬
ّ ‫لِبيِبِه‬
َ‫ج‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ن ِم‬
ّ ‫عَلْيِه‬
َ ‫ن‬
َ ‫ن ُيْدِني‬
َ ‫ساِء اْلُمْؤِمِني‬
َ ‫ك َوِن‬
َ ‫ك َوَبَناِت‬َ‫ج‬ ِ ‫لْزَوا‬ َِ “Hai
Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.
Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”.[al-Ahzab:59] Ayat ini merupakan
perintah yang sangat jelas kepada wanita-wanita Mukminat untuk mengenakan jilbab. Adapun
yang dimaksud dengan jilbab adalah milhafah (baju kurung) dan mula’ah (kain panjang yang
tidak berjahit). Di dalam kamus al-Muhith dinyatakan, bahwa jilbab itu seperti sirdaab
(terowongan) atau sinmaar (lorong), yakni baju atau pakaian longgar bagi wanita selain baju
kurung atau kain apa saja yang dapat menutup pakaian kesehariannya seperti halnya baju
kurung.”[Kamus al-Muhith]. Sedangkan dalam kamus al-Shahhah, al-Jauhari mengatakan,
“jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah) yang sering disebut dengan mula’ah (baju
kurung).”[Kamus al-Shahhah, al-Jauhariy] Di dalam kamus Lisaan al-’Arab dituturkan; al-
jilbab ; al-qamish (baju); wa al-jilbaab tsaub awsaa’ min al-khimaar duuna ridaa’ tughthi bihi
al-mar`ah ra’sahaa wa shadrahaa (baju yang lebih luas daripada khimar, namun berbeda
dengan ridaa’, yang dikenakan wanita untuk menutupi kepala dan dadanya.” Ada pula yang
mengatakan al-jilbaab: tsaub al-waasi’ duuna milhafah talbasuhaa al-mar`ah (pakaian luas
yang berbeda dengan baju kurung, yang dikenakan wanita). Ada pula yang menyatakan; al-
jilbaab : al-milhafah (baju kurung). Al-Zamakhsyariy, dalam tafsir al-Kasysyaf menyatakan,
“Jilbab adalah pakaian luas, dan lebih luas daripada kerudung, namun lebih sempit daripada
rida’ (juba). Imam Qurthubiy di dalam Tafsir Qurthubiy menyatakan, “Jilbaab adalah tsaub al-
akbar min al-khimaar (pakaian yang lebih besar daripada kerudung).

Top of Form
€,´,€,´,水,? ,? 660b11b5499e9c rSIoO {
Bottom of Form
Bottom of Form
Bottom of Form

Anda mungkin juga menyukai