Anda di halaman 1dari 4

1.

Tekanan darah adalah kecepatan aliran persatuan luas dinding pada pembuluh
darah yang diberikan oleh cairan darah yang mengalir.
2.Arteri radialis dextra, Arteri radialis sinistra, Arteri branchialis dextra
3.Perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dan auskultasi
Palpasi
•Konsep teori : pemeriksaan pada arteri radialis dextra, dimana dengan tekanan
parsial dr manset yang diploma, setelah beberapa saat tak akan teraba.
Kemudian manset dikempiskan perlahan-lahan.Hanya dapat mengukur tekanan
sistolik.
•alat : jari II,III,IV dan sphygmomanometer
•prosedur:
- Letakkan lengan yang hendak diukur tekanan darahnya (lengan kanan)
di sisi tubuh dengan kedudukan volar.
- Pasang manset pada lengan atas kanan, sekitar 3 cm diatas fossa
cubuiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
- Raba serta rasakan denyut arteri radialis dextra
- Pompakan udara kedalam manset ( menggunakan pompa udara) sampai
denyut arteri radialis dextra tak teraba.
- Pompakan terus udara kedalam manset sampai tinggi Hg pada
manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut
arteri radialis dextra tak terasa
- Keluarkan udara dalam manset secara pelan dan berkesinambungan (dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan dengan arah
jarum jam )
- Catat tinggi Hg pada manometer dimana arteri radialis pertama kali
teraba kembali.
Hasil: Hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Hasilnya kurang akurat bila
dibandingkan dengan pengukuran secara auskultasi yaitu lebih rendah.
Auskultasi
•Konsep teori : Pemeriksaan pada arteri brachialis, sama dengan palpasi namun
pada auskultasi terjadi 2 denyutan sistolik & Diastolic atau yang lebih dikenal
sebagai Korotkoff I &IV
•Alat : Stethoscope dan Sphygmomanometer
•Prosedur :
- Lengan tetap berada disisi tubuh dengan kedudukan volar.
- Tentukan letak arteria brachialis dextra secara palpasi pada
fossa cubiti dan letakkan stethoscope ( bell stethoscope) diatas
arteria brachialis dextra tersebut.
- Pompakan udara kedalam manset, maka saudara akan mendengar suara
bising arteria brnchialis dextra melalui stethoscope.
- Teruskan memompa udara kedalam manset, pada suatu saat suara
bising arteria brachialis dextra akan menghilang
- Pompakan terus udara kedalam manset sampai tingi Hg pada
manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana suara
bising arteri branchialis dextra telah menghilang
- Keluarkan udara didalam manset secara pelan dan berkesinambungan,
maka saudara akan mendengar:
1.Suara Korotkoff I
Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi.
2.Suara Korotkoff IV dan V
Nilai ini menunjukkan besar tekanan diastolic secara Auskultasi.
- Hasil : Dapat mengukur tekanan sistolik dan tekanan diastolic.
Hasilnya lebih akurat dibandingkan pengukuran secara palpasi.
4.Pemeriksaan pada lengan atas kanan hasilnya lebih akurat karena lokasinya
lebih jauh dari jantung dibandingkan dengan lengan kiri sehingga suaranya tidak
terlalu bising.Dengan demikian dapat menentukan tekanan darah sistolik dan
diastolik dengan tepat.
5.Ya berpengaruh. Cara pemasangannya haruslah tepat yaitu tidak terlalu ketat
dan tidak terlalu longgar.
a.Apabila terlalu longgar :
-bunyi yang terdengar lemah
-menghasilkan tekanan darah yang tinggi.
b.Apabila terlalu ketat:
-tekanan yang didapat sangat besar sehingga kadang suara korotkoff
tidak terdengar
-menghasilkan tekanan darah menjadi lebih rendah dari seharusnya.
6.Mekanisme Bunyi Korotkoff:
a.Bunyi Korotkoff I
- Kontraksi ventrikel mula-mula menyebabkan aliran balik darah
secara tiba-tiba mengenai katup A-V ( katup mitral dan katup
tricuspid )
- Katup menutup dan mencembung kearah atrium sampai korda tendinea
secara tiba-tiba menghentikan pencembungan ini
- Elastisitas korda tendinae dan katup yang tegang kemudian akan
mendorong darah bergerak kembali ke ventrikel-ventrikel yang
bersangkutan
- Peristiwa ini menyebabkan darah dan dinding ventrikel serta
katup yang tegang bergetar dan menimbulkan turbulensi getaran
dalam darah
- Getaran kemudian merambat melalui jaringan di dekatnya ke
dinding dada sehingga terdengar sebagai bunyi Korotkoff I dengan
menggunkan sthetoscop
b.Bunyi Korotkoff II
•Ditimbulkan oleh penutupan katup semilunaris yang tiba-tiba pada akhir systole
•Mekanisme :
1.Ketika katup semilunaris menutup, katup ini menonjol kea rah ventrikel dan
regangan elastic katup akan melentingkan darah kembali ke arteri
2.Menyebabkan pantulan yang membolak-balikkan darah antara dinding arteri
dan katup semilunarasi, dan juga antara katup dan dinding ventrikel dalam
waktu singkat
3.Getaran yang terjadi di dinding arteri kemudian dihantarkan terutama di
sepanjang arteri
4.Bila getaran dari pembuluh atau ventrikel mengenai dinding suara (mis:dinding
dada), getaran ini menimbulkan suara yang dapat didengar
c.Bunyi Korotkoff III
Bunyinya lemah dan bergemuruh dan terdengar pada awal sepertiga bagian
tengah diastole¬
Terjadi karena osilasi darah yang bolak-balik antara dinding-dinding ventrikel
yang dicetuskan oleh masuknya darah dari atrium¬
Bunyi¬ ini baru terdengar saat sepertiga bagian tengah diastole karena pada
permulaan diastole, ventrikel belum cukup terisi sehingga belum terdapat
tegangan elastic yang cukup dalam ventrikel untuk menimbulkan lentingan
Frekuensi¬ bunyi ini biasanya sangat rendah, sehingga telinga kita tidak dapat
mendengarkannya namun bunyi seringkali dapat direkam pada fonokardiogram
d.Bunyi Korotkoff IV
Bunyi ini timbul saat atrium berkontraksi¬ yang disebabkan oleh meluncurnya
darah ke dalam ventrikel sehingga menimbulkan getaran seperti yang terjadi
pada bunyi jantung yang ke III
e.Bunyi Korotkoff V
Digunakan untuk mengukur tekanan diastolic¬
7.Korotkoff V lebih baik, karena korotkoff V adalah suara terakhir yang
didapatkan dari pemompaan tekanan darah. Korotkoff IV nyaris tak terdengar,
Korotkoff V terdengar lebih jelas meskipun pelan
8.Ada perbedaan
Pada atlet pemulihan denyut nadi dan tekanan darah jauh lebih cepat
dibandingkan dengan non atlet, hal ini disebabkan karena jantung atlet lebih
tebal dan lebih kuat sehingga denyut nya lebih stabil (tidak mengalami
perubahan drastis). Oleh karena itu bila dilakukan pemeriksaan post exercise,
pemulihan denyut nadi dan tekanan darah lebih cepat daripada non atlet.
9.a. Posisi tubuh sangat mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah dari
seseorang.
Teori : peningkatan curah jantung menjadi hal dasar untuk menyediakan
sejumlah besar oksigen dan zat makanan lain yang dibutuhkan oleh otot-otot
yang bekerja. Karena itulah denyut nadi dan tekanan darah pada posisi berdiri >
posisi duduk > berbaring/terlentang
b.Hasil praktikum tidak sesuai dengan teori, yaitu tekanan darah pada saat
posisi berbaring paling besar dibandingkan posisi duduk dan berdiri.
c.Karena terjadi kesalahan, yaitu : pada saat pemeriksaan denyut nadi dan
tekanan darah, mahasiswa coba melakukan aktivitas lain, sehingga hasil
percobaannya tidak sesuai dengan teori.
10.a. Latihan fisik dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatis , yang dapat
menimbulkan peningkatan tekanan arterial, sehingga jg meningkatkan denyut
nadi dan tekanan darah (pengeluaran dan pengembalian darah ke jantung)
b.Hasil percobaan sesuai dengan teori

KESIMPULAN
1.Tekanan darah dapat diukur dengan 2 metode:
a.Metode langsung
Dengan menggunakan jarum atau kanula tetapi cara ini sudah jarang digunakan.
b.Metode tidak langsung
Menggunakan sphygmomanometer. Dapat diukur dengan 2 cara:
Cara palpasi : dapat mengukur tekanan sistolik.♣
Cara auskultasi : dapat mengukur tekanan sistolik dan tekanan diastolik.♣
2Pengaruh posisi tubuh dapat mempengaruhi tekanan darah. Karena itulah
denyut nadi dan tekanan darah pada posisi berdiri > posisi duduk >
berbaring/terlentang
3.Latihan fisik dapat mempengaruhi denyut jantung dan tekanan darah
meningkat karena jantung perlu kerja extra untuk memenuhi segala kebutuhan
selama latihan fisik terutama kebutuhan oksigen sehingga jantung harus
memompa lebih cepat. Hal ini menyebabkan peningkatan denyut nadi dan
tekanan darah meningkat

Anda mungkin juga menyukai