Anda di halaman 1dari 7

Rumus lulus uan - fisika smu tahun 2008

 pengukuran  Gerak Melingkar Beraturan (GMB)


* Pembacaan jangka sorong : * Rumus : θ = ω t s=θR v= ωR
x = 35 mm + 0,7 mm v 2
3 4 5 = 35,7 mm as = = ω2 R ω=2πf
(3 angka penting) R
Ketelitian = 0,1 mm v2
0 10 Fs = m as = m = m ω2 R
Ketidakpastian : R
∆x = 1 x 0,1 mm * 2 roda seporos
2
= 0,05 mm 2
f1 = f2 1
Jika ketidakpastian dimasukkan : x = (35,7 ± 0,05) mm ω1 = ω2
(4 angka penting) v1 v
= 2
R1 R 2
* Pembacaan mikrometer skrup :
x = 3,5 mm + 0,26 mm * 2 roda dihubungkan tali 2
1 2 3 = 3,76 mm 1
30 v1 = v2
(3 angka penting)
Ketelitian = 0,01 mm ω1 R1 = ω2 R2
Ketidakpastian : f1 R1 = f2 R2
20
∆x = 1 x 0,01 mm * 2 roda bersinggungan 2
2
= 0,005 mm 1
v1 = v2
Jika ketidakpastian dimasukkan : x = (3,76 ± 0,005) mm ω1 R1 = ω2 R2
(4 angka penting) f1 R1 = f2 R2
* Angka penting : - semua angka bukan nol
 Hukum Newton dan penerapannya
- semua angka nol yang tidak berada
 Hukum I Newton :
di deretan depan.
benda semula diam → tetap diam
 Hasil penjumlahan atau pengurangan memiliki ∑F = 0
angka di belakang koma sebanyak bilangan yang benda semula ber-GLB → tetap GLB
paling sedikit angka di belakang komanya
 Hasil perkalian atau pembagian memiliki angka  Hukum II Newton : ∑F = m a
penting sebanyak bilangan yang paling sedikit  Hukum III Newton : Faksi = Freaksi
angka pentingnya * Bidang datar kasar :
 Diam (a = 0) N
 Vektor resultan
F ≤ µs N F
• •
* Resultan 2 vektor : VR = V12 + V22 + 2 V1 V2 cos θ gaya gesek : fs = F f • •
w
* Selisih 2 vektor : VS = V12 + V22 − 2 V1 V2 cos θ  Bergerak : F > µs N
gaya gesek : fk = µk N
* Resultan 3 vektor (metode analitis) :
1. Hitung komponen x dan y dari tiap-tiap vektor (V1x,
* Bidang miring licin :
V2x, V3x, V1y, V2y, dan V3y) ⇒ V1x = V1 cos θ N

V1y = V1 sin θ ∑Fx = m g sin θ


θ
in
θ = sudut apit antara V1 dengan sumbu x. a = g sin θ m
gs
 V1x = positif, jika ke kanan
m
gc

= negatif, jika ke kiri


os

 V1y = positif, jika ke atas θ


θ

= negatif, jika ke bawah w=mg


2. Jumlahkan : Vx = V1x + V2x + V3x * Bidang miring kasar :
Vy = V1y + V2y + V3y N
 Benda diam : (a = 0)
3. Resultannya : VR = Vx2 + Vy2 fs = m g sin θ θ f
in
gs
 Benda bergerak : m
m

 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) fk = µk m g cos θ


gc
os

* Rumus : vt = vo + a t a = g (sin θ - µk cos θ) θ


θ

s = vo t + 12 a t2 = 1
2
(vo + vt) t  Benda tepat akan bergerak : w=mg

v 2t = v o2 + 2as µs = tan θ
* Grafik dipercepat diperlambat  Benda bergerak lurus beraturan : µk = tan θ
v s s

t t t
1
* Katrol : * Katrol kasar bermassa M : M
(m 2 − m 1 )
m 2 − m1 a= g T1 T2
Percepatan : a = g (m1 + m 2 + 12 M)
m1 + m 2 T T
m1 m2
Tegangan tali : T = m1 (g + a)
= m2 (g – a) w1 w2
w1 w2
N
* Katrol dan bidang datar licin : N * Katrol kasar bermassa M dan T1
T M
bidang datar licin :
m2
a= g w1 T2
m1 + m 2 w1 T (m 2 − m1 )
T = m1 a a= g
(m1 + m 2 + 12 M )
= m2 (g – a) w2 w2

* Lift :  Energi kinetik rotasi : EKr = 1 I ω2


2
 diam atau bergerak dengan N * Momentum sudut : L = I ω
kecepatan tetap: N = m g  Untuk partikel : L = I ω = m v r
 bergerak ke atas : N = m (g + a) dL
 Momentum sudut dengan momen gaya : τ = dt
 bergerak ke bawah : N = m (g – a) w
 Hukum kekekalan momentum sudut :
m1 m 2 L1 = L2 ⇔ I1 ω1 = I2 ω2
 Gaya Gravitasi : F = G
r2
* Gaya tarik matahari terhadap planet A dan B :  Usaha dan energi
 Usaha : W = F s cos θ
mA mB mA = massa planet A  Energi potensial : EP = m g h
FA : FB = :
rA2 rB2 mB = massa planet B  Energi kinetik : EK = 1 m v2
rA = jarak planet A dari matahari 2
rB = jarak planet B dari matahari  Hukum Kekeakalan Energi Mekanik : (berlaku jika
tidak ada gaya luar)
 Titik berat benda 2 dimensi : Z (x, y) EP1 + EK1 = EP2 + EK2
∑ (A n . x n ) ∑ (A n . y n ) * Hubungan usaha dan perubahan energi : (jika ada gaya
x= y=
∑A ∑A luar)
 Terjadi perubahan tinggi dan kecepatan :
 Segitiga : yo = 1 t t = tinggi segitiga W = ∆EM = EM2 – EM1
3 = (EP2 + EK2) – (EP1 + EK1)
 Jajaran genjang, belah ketupat, persegi, dan
= (m g h2 + 1 m v22 ) – (m g h1 + 1 m v12 )
persegi panjang : yo = 1 t t = tinggi 2 2
2
 Terjadi perubahan tinggi saja :
 Dinamika Rotasi W = EP2 – EP1 = m g h2 – m g h1
* Momen Inersia Partikel : I = m r2  Terjadi perubahan kecepatan saja :
 Momen Inersia Sistem Partikel : W = EK2 – EK1 = 1 m v22 – 1 m v12
2 2
I = ∑ (m i ri2 ) = m1 r12 + m 2 r22 + m 3 r32 + ......
i  Elastisitas
* Momen inersia benda tegar homogen : F
 Tegangan (stress) : σ=
 Batang poros di pusat : I = 1 m l2 A
12
∆l
 Batang poros di ujung : I = 1 m l2  Tegangan (strain) : e=
3 l
 Silinder pejal : I = 1 m R2 σ Fl
2  Modul Young : E= =
 Silinder tipis berongga (cincin) : I = m R2 e A ∆l
 Bola pejal : I = 2 m R2  Gaya pegas : F = k ∆x
5
 Energi potensial pegas : Ep = 1 k ∆x2 = 1 F ∆x
 Bola berongga : I = 2 m R2 2 2
3
EA
 Tetapan gaya : k=
* Benda menggelinding dari puncak bidang miring tanpa l
kecepatan awal (vo = 0)
 Pegas Seri :
1
ks
= 1
k1
+ 1
k2
2gh I
v= → k=  Pegas Paralel : kp = k1 + k2
1+ k mR2
v = kecepatan benda di dasar bidang miring
h = tinggi puncak bidang miring
2
 Impuls dan Momentum  kalor
 Momentum : p=mv  Kalor & perubahan suhu : Q = m c ∆t = C ∆t
 Impuls : I = F . ∆t = ∆p  Kalor & perubahan wujud : Q = m L
= luas di bawah grafik F(t)
* Azas Black : Qterima = Qlepas
I = ∆p ⇒ F . ∆t = m (v2 – v1)
 v ' − v2'  * Perpindahan kalor :
 Koefisien restitusi : e = – 1  Q A ∆T
 v1 − v 2   Konduksi : =k
  t d
* Hukum kekekalan momentum :  pada 2 benda yang disambung :
p1 + p2 = p1' + p2' Q Q
  =  X Y
m1 v1 + m2 v2 = m1 v1' + m 2 v 2'  t X  t Y
 Tumbukkan Lenting Sempurna (TLS) : Q
 Berlaku hukum kekekalan energi kinetik  Konveksi : = h A ∆T
t
 Rumus : e = 1 ⇒ v1 + v1' = v2 + v2' Q
 Radiasi : P= = e σ A T4
m1 v1 + m2 v2 = m1 v1' + m 2 v 2' t
 Jika m1 = m2 ⇒ terjadi pertukaran kecepatan  Jika suhu benda berubah dari T1 menjadi T2 :
v1' = v2 dan v2' = v1 4
P1  T1 
= 
 Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali (TTLSS) : P2  T2 
 Rumus : e = 0 ⇒ v1' = v2' = v'
 Teori kinetik Gas :
m1 v1 + m2 v2 = (m1 + m2) v'
 Persamaan umum gas :
 Ayunan balistik : n= m
Mr
v' = 2 g h θ P V = n R ∆T = N k T
N = n NA
+m 2 g h
v = Mm * Energi kinetik rata-rata gas : EK = 32 k T
h
v  Jika suhu gas berubah dari T1 menjadi T2 :
M = massa balok v' EK1 T1
m = massa peluru =
EK 2 T2
 Tumbukan Lenting Sebagian (TLSb) 3k T 3R T 3P
* Kelajuan efektif : vRMS = = =
v ' − v2' mo Mr ρ
 Rumus : 0 < e < 1 ⇒ e = 1
v 2 − v1
v1 T1
 Contoh TLSb : Bola dilepaskan dari ketinggian  Jika massa gas tetap : =
v2 T2
h1 memantul secara berturut-turut mencapai
ketinggianmaksimum h2, h3, h4, dan seterusnya. v1 T1 P1
 Jika massa jenis gas tetap : = =
h2 h3 h4 hn v2 T2 P2
e= = = = ...... =
h1 h2 h3 h n −1
 Termodinamika :
 Perubahan energi dalam :
 Fluida dinamis
V ∆U = f n R ∆T f = 3 ⇒ monoatomik
 Debit :Q= =Av
t f = 5 ⇒ diatomik 300 – 1000 K
 Persamaan kontinuitas : A1 v1 = A2 v2 = f N k ∆T f = 5 ⇒ diatomik T > 1000 K
d12 v1 = d22 v2  Hukum I Termodinamika : Q = ∆U + W
* Azas Bernoulli :  Usaha : Isobarik : W = P ∆V
P1 + ρ g h1 + 12 ρ v12 = P2 + ρ g h2 + 12 ρ v22 V2 Isokhorik : W = 0

 Laju pancaran zat cair dari


W= ∫ P dV Isotermik : W = n R T ln
V2
V1
V1
dinding tangki : h Adiabatik : W = –∆U
v
v = 2gh H
Q 2 T2
Jarak mendatar maksimum * Mesin Carnot : = T2 < T1
Q1 T1 Q2 < Q1
jatuhnya air di tanah : x
x = 2 h (H − h ) W Q1 − Q 2 Q T
Efisiensi : η= = = 1− 2 = 1− 2
(
 Gaya angkat pesawat : F = ∆P A = 12 ρ A v12 − v22 ) Q1 Q1 Q1
T' 1− η
T1

∆P = beda tekanan ke atas dan ke bawah pada sayap  Merubah efisiensi pada T2 tetap : 1 =
A = luas sisi bawah sayap T1 1 − η'
ρ = massa jenis udara T2' 1 − η'
v1 dan v2 = laju aliran udara di atas dan di bawah  Merubah efisiensi pada T1 tetap : =
sayap T2 1 − η
3
 Alat optik  optik fisik
* Mikroskop :  Interferensi : gejala superposisi atau penggabungan 2
Perbesaran : M = Mob x Mok gelombang koheren pada suatu titik
s' 1 1 1  Difraksi : gejala pelenturan gelombang ketika
Mob = ob ⇒ = + melalui penghalang atau celah sempit
s ob f ob s ob s ok
sn * Interferensi celah ganda :
Mok = ⇒ umum Garis terang : d sin θ = n λ , n = 0, 1, 2, ....
s ok
Garis gelap : d sin θ = n λ , n = 0, 1, 2, ....
s
Mok = n ⇒ tak akomodasi (sok = fok)
f ok Jarak garis terang dan gelap yang berdekatan :
λL
sn p=
Mok = + 1 ⇒ akomodasi maksimum 2d
f ok
s ok' = −s n λL
2p = = jarak 2 garis terang berurutan
Panjang mikroskop = jarak antara obyektif dan okuler d
= jarak 2 garis gelap yang berdekatan
d = s ob' + sok
* Interferensi pada kisi :
 Sifat bayangan yang dibentuk obyektif : nyata, Garis terang : d sin θ = n λ , n = 0, 1, 2, ....
terbalik, diperbesar. d= 1 d = jarak 2 goresan
 Sifat bayangan akhir (dibentuk okuler) : maya, N N = tetapan kisi
terbalik, diperbesar. Orde maksimum : nmaks = d
λ
* Teropong * Difraksi pada celah tunggal :
f Garis gelap : d sin θ = n λ , n = 1, 2, 3, ....
Perbesaran : M = ob (tak akomodasi)
f ok λL
Lebar terang pusat : y =
 Teropong bintang : d = fob + fok d
 Teropong bumi : d = fob + 4fp + fok * Difraksi mempengaruhi resolusi alat optik :
(fp = jarak fokus lensa pembalik) 1,22 λ
Sudut resolusi minimum : θ m =
 Teropong panggung : d = fob + fok D
(okulernya lensa cekung) 1,22 λ L
Resolusi minimum : dm =
D
 Spektrum gelombang elektromagnetik :
sinar γ  Bunyi
sinar X * Intensitas dan taraf intensitas :
panjang gelombang makin besar

sinar ultraviolet energi


ungu Intensitas : I= P , P = daya =
A
frekuensi makin besar

waktu
nila
biru I
sinar tampak
hijau Taraf intensitas : TI = 10 log , Io = 10–12 W/m2
Io
kuning
2
jingga I r 
merah 2 titik berjarak r1 dan r2 dari sumber : 1 =  2 
sinar inframerah I 2  r1 
gelombang mikro 2
r  r
gelombang TV TI2 = TI1 + 10 log  1  = TI1 + 20 log 1
gelombang radio  r2  r2
n buah sumber identik : In = n I1
 GELOMBANG TIn = TI1 + 10 log n
* Persamaan simpangan :
arah getar pertama arah rambat
ke atas ke kanan
* Efek Doppler :
v ± vp mendekat menjauh
y = ±A sin (ω t m k x) fp =
v m vs
fs Pendengar + vp – vp
Sumber – vs + vs
arah getar pertama arah rambat
ke atas ke kiri
 Listrik statis
λ ω ω = 2π f = 2π q1 q 2
v=fλ= = T
* Gaya Coulomb : F = k , k = 9 x 109 Nm2/C2
T k π
k= 2 r2
λ  Muatan ke-3 mengalami gaya yang resultannya nol :
 sudut fase : θ = ω t m k x  q1 dan q2 sejenis ⇒ q3 di dalam
q1 q 2
 fase : ϕ= t m x 2
= 2  q1 dan q2 tak sejenis ⇒ q3 di luar
T λ r13 r23
q1 > q 2 ⇒ q3 lebih dekat ke q2
∆ϕ = ∆x

 beda fase 2 titik pada suatu gelombang :
λ  q1 < q 2 ⇒ q3 lebih dekat ke q1

4
q
* Kuat medan listrik : E = k * Gaya Lorenz
r2
 Titik P mengalami kuat medan yang resultannya nol :  Pada kawat berarus listrik : F = B i l sin θ
q1 q 2  q1 dan q2 sejenis ⇒ P di dalam  Aturan tangan kanan :
= 2  q1 dan q2 tak sejenis ⇒ P di luar
2
r13 r23 Ibu jari → arah i
 q1 > q 2 ⇒ P lebih dekat ke q2 Keempat jari lurus → arah B
 q1 < q 2 ⇒ P lebih dekat ke q1 Telapak tangan → arah F
 Pada partikel bermuatan : F = q V B sin θ
* Kapasitor keping sejajar :  Aturan tangan kanan :
εr εo A kapasitas :
C= Ibu jari → arah v
 sebanding dengan luas keping (A) dan
d
permitivitas relatif bahan (εr) Keempat jari lurus → arah B
q Telapak tangan → arah F untuk muatan
C=  berbanding terbalik dengan jarak kedua
V keping (d) positif
q2
Punggung tangan → arah F untuk muatan
 Energi : W= 1
2
C V2 = 1
2
qV= negatif
2C
µ o i1 i 2 l
 Listrik dinamis :  Pada Dua kawat lurus sejajar : F =
20 30 40
2 πa
* Pembacaan amperemeter 10
dan voltmeter :
50 i1 dan i2 searah → tarik-menarik
0

Contoh : (lihat gambar di i1 dan i2 berlawanan arah → tolak-menolak


samping) mA
I = 34 x 5 mA  Induksi elektromagnetik
50
= 3,4 mA 0 5 10  Fluks Magnet : Φ = B A cos θ
Hukum Lenz : “Arah arus induksi menentang
perubahan yang menimbulkannya”.
* Hukum Ohm : I= V * GGL Induksi :
I dφ
V2  akibat perubahan fluks : ξ = -N
2 dt
Daya listrik : P=VI=I R=
R
di
V2  akibat perubahan arus : ξ = -L
Energi listrik : W = V I t = I2 R t = t dt
R
* Hukum I Kirchhoff : ∑Imasuk = ∑Ikeluar  akibat kawat memotong tegak lurus garis gaya :
ξ = B.l.v sin α
* Hukum II Kirchoff : ∑E + ∑(I.R) = 0  arah gaya Lorentz berlawanan dengan arah v
 arah arus induksi ikuti kaedah tangan kanan
 I positif jika arus searah putaran loop
 I negatif jika arus berlawanan arah putaran loop  Kumparan berputar : ξ = N.B.A.ω sinωt
 E negatif µo N2 A
* Induktansi diri : L=
l
 E : Positif
* Transformator : NP : NS = VP : V S
PS
Efisiensi : η=
 Medan Magnet PP
* Induksi magnetik Trafo ideal (η = 100%) : NP : NS = I S : I P
µ i
 Berjarak a dari kawat lurus : B= o
 Aturan tangan kanan : 2 πa  Arus Bolak-Balik
Ibu jari → arah i
 Nilai efektif dan maksimum :
Lipatan 4 jari lainnya → arah B
I maks Vmaks
I ef = Vef =
µ iN 2 2
 Di pusat kawat melingkar berjari-jari a : B = o
 Aturan tangan kanan : 2a  Rangkaian Resistor (R) : V = I .R
Ibu jari → arah B V dan I sefase
Lipatan 4 jari lainnya → arah i
 Rangkaian Induktor (L) : XL = ω L = 2π f L
 Di pertangahan selenoida : µo i N
B= V = I . XL
l
 Diujung solenoida : µo i N V dan I berbeda fase π2 atau 90o, V mendahului I.
B=
2l
f = frekuensi arus bolak-balik (Hz)
µ o iN
 Di pusat toroida berjari-jari efektif a : B = ω = frekuensi sudut arus bolak-balik (Hz)
2 πa
XL = reaktansi induktif (Ω)
5
 Rangkaian Kapasitor (C) : XC = 1 = 1
 Kontraksi panjang : L=
Lo
ωC 2π f C
γ
V = I . XC Lo = panjang benda menurut pengamat yang diam
V dan I berbeda fase π2 atau 90o, I mendahului V. relatif terhadap benda
L = panjang benda menurut pengamat yang
XC = reaktansi kapasitif (Ω) bergerak relatif terhadap benda
 Rangkaian Seri R-L-C :  Dilatasi waktu : ∆t = γ ∆to
Z = R + (X L − X C )
2 2
∆to = selang waktu menurut pengamat yang
VR = I R , VL = I X L , VC = I XC bergerak terhadap bumi
∆t = selang waktu menurut pengamat yang diam
V = IZ = R2 + (VL − VC )2
terhadap bumi
X − X C VL − VC
tg θ = L =  Relativitas massa : m = γ mo
R VR
P= 2
I ef Z cos θ = 2
I ef R mo = massa benda diam
m = massa benda bergerak
R
cos θ = Z = faktor daya
 Energi kinetik relativistik : Ek = E – Eo = (γ - 1) Eo
Hubungan Sifat Energi diam : Eo = mo c2
Keterangan
XL dan XC Rangkaian
Energi total : E = γ Eo
 V dan I sefase
 terjadi resonansi dengan
E 2 − Eo2
XL = XC Resistif frekuensi resonansi :  Momentum relativistik : p=
c2
fres = 1 1
2π LC
 Radiasi benda hitam
V mendahului I dengan
XL > XC Induktif beda fase θ * Daya radiasi : P = e σ A T4
I mendahului V dengan e = emisivitas (0 < e < 1) :
XL < XC Kapasitif beda fase θ - untuk benda hitam sempurna e = 1
- untuk benda mengkilat e = 0
Z = impedansi (Ω) σ = 5,672 . 10-8 W m-2 K-4 = tetapan Stefan Boltzman
P = daya (W) C
* Hukum pergeseran Wien : λm =
T
 Teori Relativitas Khusus λm = panjang gelombang yang sesuai untuk
intensitas radiasi maksimum
 Penjumlahan kecepatan : C = tetapan pergeseran Wien (= 2,898 . 10-3 m K)
Menurut Galileo : v12 = v1P + vP2
v1P + v P 2  Teori kuantum
Menurut Einstein : v12 = v v * Menurut Planck : “Radiasi gelombang elektromagnetik
1 + 1P 2 P 2 terdiri dari paket-paket energi yang disebut kuanta
c
energi”
vp2 = –v2p
c
Kuanta energi (energi foton) : E = h f = h
v1P = kecepatan benda 1 relatif terhadap pengamat λ
v2P = kecepatan benda 2 relatif terhadap pengamat c
Jika ada n buah foton : E=nhf=nh
v12 = kecepatan benda 1 relatif terhadap benda 2 λ
h = tetapan Planck (= 6,63 x 10-34 J s)
c = cepat rambat cahaya (= 3 x 108 m/s)
1243
 Konstanta transformasi Laplace :  Jika E dalam eV dan λ dalam nm : E=
λ
γ= 1
2
* Efek fotolistrik : EK
1− v c
c2 EK = h f – Wo = h – Wo
λ 0
fo f
cara lain (dengan dalil pitagoras) : Wo = fungsi kerja atau energi
- Wo
ambang bahan
jika : v = xr c  EK :  makin besar jika frekuensi cahaya diperbesar
r y
maka : γ = yr  tidak dipengaruhi intensitas cahaya (foton)
x  Arus fotoelektron :
dimana : r = x +y
2 2 2
 makin besar jika intensitas foton diperbesar
 tidak dipengaruhi frekuensi cahaya

Potensial henti (V) ⇒ e V = EK


6
 Inti atom A 1
n

* Energi ikat inti : Eikat = ∆m x c 2  Peluruhan : =  N


Ao  2 
Eikat = ∆m x 931 MeV N0
n
Defek massa : ∆m = Z mproton + (A – Z) mnetron – minti N 1
= 
* Radioaktivitas : gejala perubahan inti tidak stabil No  2  0,5 N0

menjadi inti stabil dengan disertai n


m 1
pemancaran sinar radioaktif. =  0 T t
mo  2 
Sinar
radiaoktif
partikel sifat Aktivitas : A=λN
Alfa (α) Inti atom  Dibelokkan oleh medan m
N= NA
4 magnet atau medan listrik Mr
2 He
 Daya tembus terkecil 0,693
 Daya ionisasi terbesar Tetapan peluruhan : λ =
T
Beta (β) Elektron  Dibelokkan oleh medan t
0 magnet atau medan listrik n=
−1 e T
Gamma Foton  Tidak gibelokkan oleh medan t = waktu peluruhan
(γ) 0
0 γ magnet atau medan listrik T = waktu paro
 Daya tembus terbesar m = massa
 Daya ionisasi terkecil NA = bilangan Avogadro (= 6,02 x 1023 atom/mol)
Partikel lain : 11 p = proton 1
0 n = netron
 Pemanfaatan radioisotop :
−1 β = positron
0 1 14
1 H = hidrogen  Isotop C : untuk menentukan umur fosil
2 3  Sinar γ : untuk sterilisasi
1 H = deutron 1 H = tritron 123
 Isotop I : untuk mendeteksi gagal ginjal dan
tumor gondok
60
 Isotop Co : untuk membunuh sel kanker
24
 Isotop Na : untuk mendeteksi penyempitan
pembuluh darah (tromosit
 Isotop silicon : untuk mendeteksi letak kebocoran
pipa saluran minyak
90
 Sinar beta dari Sr : untuk industri kertas

Anda mungkin juga menyukai