Anda di halaman 1dari 10

Pemerintahan Komisi

Pasal 12 Undang-undang Pemerintah Lokal tahun 1972 mengatur rapat dan acara otorita
lokal. Ia mengharuskan setiap dewan utama melakukan rapat tahunan dan rapat penting
lain. Dewan parish dan komunitas harus mengadakan rapat tahunan dan dewan parish
juga diharuskan bertemu tidak kurang dari tiga kali. Rapat luar biasa dewan principal,
parish dan community bisa dilakukan setiap saat oleh ketua dewan. Rapat parish harus
diadakan setidaknya sekali setahun, dan jika tidak ada dewan parish, ia harus diadakan
setidaknya dua kali; rapat community bisa diadakan setiap saat. Tingkat pekerjaan
otoritas lokal membutuhkan rapat yang lebih sering dari yang telah disebutkan dan
sebagian besar otorita lokal bertemu secara rutin setiap bulannya.
Pada saat rapat, anggota tidak mampu mengontrol volume dan kompleksitas
tanggung jawab masing-masing departemen juga tidak bisa secara kolektif memiliki
keahlian untuk melakukannya; selain itu, full council tidak dibentuk untuk tujuan
pengawasan ketat terhadap pemerintahan. Pertimbangan detil tentang kerja otoritas
dialokasikan oleh dewan terhadap komisi yang terdiri dari anggota dewan yang bekerja
sama dengan pejabat permanen otorita. Dewan menentukan keanggotaan masing-
masing komisi, durasi jabatan dan cakupan kekuasaan dan bisa mengikutsertakan ke
dalam komisi (kecuali komisi finansial) orang-orang yang bukan anggota otorita.
Beberapa komisi khusus berhubungan dengan satu layanan, misalnya,
pendidikan atau perumahan dan ini sering disebut sebagai komisi vertikal; komisi lain,
disebut sebagai komisi horizontal, melakukan fungsi khusus yang mempengaruhi
sejumlah atau semua layanan otorita, misalnya finansial, institusi atau suplai. Komisi
yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar bisa meminta dewan untuk
memberikan hak untuk mendelegasikan sebagian pekerjaannya pada sub-komisi.
Jenis-jenis Komisi
Sir William Hart merujuk pada “beberapa tahapan perkembangan” sistem komisi.
Awalnya komisi yang ditunjuk adalah:
A. Komisi Khusus (Special Committee)
Ini berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu yang bersifat sementara dan
dibubarkan setelah pekerjaannya selesai. Contohnya termasuk komisi pengurangan
pengangguran ketika resesi dagang, atau di Wales komisi National Eisteddfod untuk
berkomunikasi dengan kelompok aktivis.
B. Komisi Tetap (Standing Committee)
Ini adalah komisi permanen yang anggotanya ditunjuk setiap tahun untuk membahas
masalah spesifik yang sifatnya berlanjut. Contohnya termasuk estate dan komisi
perpustakaan.
Komisi khusus ataupun komisi tetap bukanlah badan eksekutif, fungsinya adalah
memberikan rekomendasi untuk disetujui dewan. Putusan tetap terkadang memberikan
langkah otorita eksekutif pada komisi sehingga mereka bisa mengambil keputusan yang
sifatnya rutin atau terprogram, tetapi masih harus disetujui secara formal oleh dewan.
Salinan laporan, dan rekomendasinya bisa didapat semua anggota dewan sebelum rapat
dewan sehingga anggota bisa meminta pembahasan untuk masalah spesifik. Kekuasaan
mirip-eksekutif tidak berlaku untuk bidang-bidang tak terprogram, pengeluaran khusus
atau masalah besar atau kemungkinan kesulitan politik.
Pada tahap perkembangan selanjutnya, beberapa undang-undang memungkinkan
dewan mendelegasikan kekuasaan eksekutif tertentu pada komisi. Pada ps. 85 Undang-
undang Pemerintah Lokal tahun 1933 dewan bisa mendelegasikan semua kekuasaannya
pada komisi, kecuali kekuasaan untuk mengambil pajak, atau mengeluarkan aturan
untuk pinjaman atau meminjam uang.
Jika kekuasaan begitu didelegasikan, komisi bisa bertindak tanpa meminta
persetujuan dewan dan hanya perlu melaporkan aksinya. Komisi sendiri tidak bisa
mendelegasikan lebih jauh kekuasaan eksekutifnya kepada sub-komisi – delegatus non
potest delegare – tetapi komisi bisa bertindak tanpa persetujuan pada rekomendasi sub-
komisi.
C. Komisi Resmi (Dibentuk undang-undang) (Statutory Committee)
Undang-undang mengharuskan pembentukan layanan khusus kepada otorita lokal untuk
menunjuk komisi ini, dan memberdayakan otorita lokal untuk mendelegasikan kepada
mereka semua atau kekuasaan resmi apapun kecuali yang berkaitan dengan finansial.
Local Government Act 1933 mengharuskan penunjukan komisi finansial di tiap dewan
county; Education Act 1944 mengharuskan setiap L.E.A. memiliki komisi pendidikan;
National Health Service Act 1946 dan National Assistance Act 1948 mengharuskan
setiap county dan county borough membentuk satu komisi kesehatan dan komisi
layanan kesejahteraan. Terkadang undang-undang mengharuskan semua masalah yang
mempengaruhi satu layanan mengacu pada Komisi dan terkadang (misal Children Act
1948) mengharuskan otorita lokal menunjuk pejabat khusus untuk layanan tersebut.
Komisi resmi tertentu, misalnya komisi polisi, diberi kekuasaan eksekutif, sehingga
mereka memiliki kekuatan yang independen dan dewan yang menunjuknya tidak
memiliki kontrol. Dalam hal ini, komisi “adalah otorita lokal nyata untuk layanan yang
dikontrolnya” (Hart, p. 139).
Local Government Act 1972 memperluas kebebasan otorita lokal untuk
“mengatur pengalihan fungsinya” oleh satu komisi, satu sub-komisi atau pejabat atau
bahkan oleh otorita lokal lain. Namun tanggung jawab hukum tetap ada pada otorita
yang diberi kekuasaan. Dengan fungsi yang didelegasikan, otorita bukan tidak bisa
melakukan fungsinya. Undang-undang ini juga melepas banyak kewajiban legislatif
yang sebelumnya dengan memberikan kebebasan pada otorita lokal untuk menunjuk
staff dan dengan menganulir persyaratan penunjukan komisi resmi berikut:
Health Committee (National Health Service Act 1946)
Allotments Committee (Allotment Act 1922)
Diseases of Animals Committee (Diseases of Animal Act 1950)
Public Health and Housing Committee (Housing Act 1957)
Youth Employment Sub-Committee (Employment and Training Act 1948)
Otorita lokal masih harus menunjuk komisi resmi berikut jika mereka bertanggung
jawab terhadap layanan:
Education Committee (Education Act 1944)
Police Committee (Police Act 1964)
Social Services Committee (Local Authority Social Services Act 1970)
Sebuah komisi dalam Bagian 1 Undang-undang Regulasi Perikanan Laut 1966
Children’s Regional Planning Committee (Children and Young Person Act
1969)
Special Planning Committee for a national park (Local Government Act 1972)
Joint Superannuation Committee (Local Authorities Social Services Act 1970)
Empat terakhir ini adalah Komisi Gabungan (Joint Committee).
D. Komisi Gabungan (Joint Committee)
Ini bisa dibentuk oleh dua otorita lokal atau lebih untuk melepas fungsi yang menjadi
kepentingan bersama. Aturan baru yang diperkenalkan oleh Local Government Act
1972 adalah bahwa komisi gabungan bisa mencakup anggota bersama, tetapi setidaknya
dua pertiga anggotanya harus merupakan anggota otorita konstituen. Pengeluaran
komisi gabungan dibayarkan oleh otorita sesuai proporsi yang disepakati, tetapi jika
terjadi perbedaan pendapat akan diselesaikan secara arbitrasi. Jika komisi gabungan
dibentuk dari parish atau community dari distrik yang sama, dewan distrik akan
berarbitrasi; di otorita lain, arbitrator tunggal akan memutuskan atau jika tidak sepaham,
akan diputuskan oleh Sekretaris Negara.
Pada periode jeda (interregnum) antara pemberlakuan Local Government Act
1972 dan perubahan pada 1 April, 1974, otorita yang ada diharuskan membentuk
Komisi Gabungan untuk membahas masalah yang mempengaruhi otorita baru,
merencanakan perubahan dan memecahkan masalah umum terkait alokasi dan kondisi
personil, struktur manajemen, akomodasi dan sebagainya. Komposisi dan
pengeluarannya dibiarkan untuk ditentukan oleh otoritas yang bergabung, kecuali jika
terjadi ketidaksepahaman akan diselesaikan di Sekretaris Negara.
E. Komisi Penasehat (Advisory Committee)
S. 102 (4) pada Local Government Act tahun 1972 mengakui praktek umum yang
memberikan kekuasaan umum baru ke otorita lokal untuk menunjuk komisi penasehat
untuk masalah-masalah terkait pengalihan fungsinya.
Keanggotaan Komisi
Komposisi komisi resmi (statutory) diatur oleh undang-undang yang menentukan
layanan dan ada banyak variasi dalam keanggotaan. Dua pertiga keanggotaan komisi
polisi county haruslah anggota dewan county dan sepertiga sisanya harus hakim
(magistrate); mayoritas anggota komisi pendidikan harus merupakan anggota L.E.A.,
tetapi juga terdiri dari anggota terpilih yang berpengalaman dalam bidang pendidikan
dan memahami kondisi pendidikan di daerah tersebut (guru bisa menjadi anggota
komisi pendidikan L.E.A. yang mempekerjakannya); mayoritas anggota komisi layanan
sosial harus anggota dewan, tetapi juga mencakup anggota terpilih, dan sub-komisi
layanan sosial diharuskan memiliki setidaknya satu anggota otoritas lokal dan yang lain
bahkan tidak perlu menjadi anggota komisi. Komisi dan sub-komisi tidak resmi (non-
statutory) bisa semuanya terdiri dari anggota dewan atau sepertiga keanggotaannya
dipilih dari anggota publik. Komisi finansial harus hanya anggota otorita lokal terpilih.
Aturan (standing order) dewan biasanya merinci metode yang akan diambil
untuk menunjuk anggota komisi, dan prosedurnya akan bervariasi antar otorita.
Anggota bisa ditunjuk oleh komisi pemilih yang merekomendasikan nama ke dewan;
atau mungkin ada satu perwakilan dari tiap ward, parish atau daerah yang ditunjuk ke
masing-masing komisi; bisa juga digunakan satu sistem perwakilan berdasarkan
kekuatan partai atau semacam ballot (pemungutan suara); atau individu bisa membujuk
konsensus keanggotaan komisi untuk menerimanya. Aturan biasanya juga menyebutkan
jumlah minimal atau maksimal komisi yang dilayani anggota dewan dan bervariasi
antara 2 sampai 10. Keanggotaan komisi yang lebih “penting” atau “menarik” seperti
pendidikan, finansial, perencanaan diinginkan, dan kekecewaan karena tidak terpilih
disini bisa menyebabkan friksi dan kecemburuan pada dewan.
Figur penting pada komisi adalah ketua. Ia mengontrol rapat, berbicara atas
nama dewan dalam rapat dan di manapun dan menjaga hubungan dekat dengan kepala
departemen yang menjalankan keputusan komisi. Ia bisa dipilih oleh komisi pada rapat
awal atau oleh seluruh anggota dewan dan penunjukkannya biasanya didasarkan atas
senioritas, atas dasar pengalaman yang memberikan kemampuan administratif, atau
berdasarkan familiaritasnya dengan prosedur komisi dan keterlibatan yang lama pada
pekerjaan komisi tertentu, atau atas penghargaan untuk melayani kelompok politik
dominan. Tidak ada batasan masa jabatan, kecuali dinyatakan pada aturan (standing
order), tetapi periode tak terbatas harus dihindari. Mungkin menguntungkan selama
pengalamannya berkembang setiap tahun, tetapi ia juga cenderung menjadi sangat
“efisien” sehinggabertindak secara independen dari komisinya, sehingga mengurangi
kesempatan anggota komisi untuk berkembang dan menimba pengalaman. Karena itu,
kecenderungan figur dewan terkemuka untuk menjabat ketua harus dihindari.
Hubungan ketua dengan kepala komisi dan pejabat departemen senior sangat
penting, dan jangan dipikirkan dalam hal hubungan dominan-submissive. Pejabat
melakukan instruksi komisi, tetapi ketua komisi dan anggota tidak boleh mengabaikan
saran para pekerjanya atau berupaya membatasi secara berlebihan pada kekuasaannya
dalam mengambil keputusan atas nama komisi. K. C. Wheare menyatakan bahwa:
“Pada prakteknya, fungsi administrasi akan dibagi antara komisi dan pejabat
tinggi. Bisa jadi dalam hukum, komisi bisa mengambil segala keputusan dan
memberikan setiap instruksi; pada prakteknya ini tidak bisa dilakukan. Dan ini
tidak bisa dilakukan bukan hanya karena tidak ada komisi yang bisa
memberikan waktu yang membahas secara rinci, tetapi karena tidak ada pejabat
yang baik yang bisa diharapkan untuk mentolerir situasi dimana ia tidak
memiliki kekuasaan, inisiatif atau tanggung jawab.”
Laporan divisi bendahara O. and M. untuk Coventry menekankan perlunya
pendelegasian tanggung jawab ke kepala pelaksana:
“Jika demikian bisa … mempercepat dan mempermudah administrasi tanpa
melemahkan kontrol.”
Hubungan antara kepala komisi dan kepala pelaksana
“lebih tak kentara dibandingkan klise tentang perbedaan antara kebijakan dan
pelaksanaannya.”
Namun, tanggung jawab akhir tetap ada di tangan komisi dan ketuanya yang
harus membuktikan rekomendasinya dan melindungi aksinya, jika mendelegasikan
kewenangan ke dewan penuh.
Terakhir, ketua komisi yang baik harus: berpengalaman di pemerintahan lokal,
menjabat untuk waktu lama, mengetahui prosedur dan menyadari preseden; mengingat
kesejahteraan daerah; menghargai kemampuan para anggota komisinya dan efisiensi
para pelaksananya, memanfaatkannya dan membuat tim yang baik; menjaga hubungan
kerja yang baik dengan para pelaksananya; dan menyadari bahwa kemampuannya
sebagai pemimpin bisa berpengaruh langsung terhadap efisiensi komisinya.
Diskualifikasi dan ketidakmampuan
Seorang yang didiskualifikasi untuk dipilih atau menjadi anggota otorita lokal
didiskualifikasi ketika akan menjadi anggota komisi atau sub-komisi dari otorita
tersebut atau dari perwakilan otorita pada satu komisi gabungan otorita tersebut dan
otorita lain, tetapi guru atau siapapun yang menjabat di sekolah atau perguruan tinggi
yang dipekerjakan atau dibantu oleh otorita tersebut bisa menjadi anggota komisi
pendidikan atau komisi perpustakaan publik apapun.
Hubungan Dewan dengan Komisinya
Setiap dewan membentuk komisi tidak-resmi, perlunya merinci sejauh mana
kontrol komisi terhadap layanan yang menjadi tanggung jawabanya menimbulkan
masalah. Jika dewan mendelegasikan tanggung jawab eksekutif penuh untuk
memberikan satu layanan, dewan itu beresiko melepas kontrol secara keseluruhan dan
hanya menjadi stempel bagi keputusan satu komisi yang mungkin menganggap dirinya
otorita ad hoc terpisah yang independen dari dewan terpilih. Masalah ini dan bahayanya
telah dijelaskan:
“Sangat diperlukan adanya kesetimbangan yang tepat antara kekuasaan dewan
dan kekuasaan komisinya. Jika terlalu banyak kewenangan dilimpahkan pada
komisi, mereka akan mulai bersikap seperti badan independen; mereka enggan
bekerjasama dengan komisi dewan yang lain; tidak akan ada koordinasi pada
kinerja dewan; akan ada upaya untuk membangun kekuasaan atau imperialisme
komisi dengan mengorbankan satu sama lain. Ini merupakan bahaya besar
administrasi komisi … Ada banyak alasan untuk itu, tetapi yang jelas, pondasi
yang baik dimana kesulitan dan kecenderungan itu cenderung berkembang
adalah pendelegasian kekuasaan administrasi kepada komisi dewan. Ini
mendorong mereka untuk percaya bahwa mereka dengan sendirinya merupakan
dewan kecil.”
Mengingat kemungkinan konsekuensi ini, dewan bisa meminimalisir delegasi
kekuasaan eksekutifnya dengan batasan, mengharuskan komisi memberikan laporan ke
dewan untuk mendapatkan persetujuan resmi, atau tidak memberikan hak untuk
mendelegasikan kekuasaan eksekutifnya kepada sub-komisi. Satu dewan tidak perlu
mendelegasikan setiap kekuasaan eksekutifnya dan hanya meminta rekomendasi dari
komisi untuk dijadikan dasar keputusannya. Namun, hal ini mengharuskan dewan untuk
membahas ulang semua sisi masalah yang akan diputuskan dan terlepas dari waktu yang
terbuang, keuntungan analisis awal di level komisi akan kecil.
Aturan karena itu cenderung memberikan kekuasaan eksekutif terbatas yang
memungkinkan komisi untuk mengambil keputusan pada masalah-masalah rutin yang
kemudian disetujui secara resmi oleh dewan, sementara hanya masalah besar atau yang
melibatkan pengeluaran besar yang membutuhkan perhatian khusus dari dewan. Kontrol
dipegang untuk masalah-masalah rutin dengan sirkulasi ke anggota komisi dewan,
laporan dan rekomendasi (ini juga bisa diakses wartawan dan publik), sebelum rapat
dewan; di rapat ini juga ketua komisi akan bergerak sehingga laporan dan rekomendasi
komisi akan disetujui dan setiap anggota yang hadir, bukan sebagai anggota komisi, bisa
menyampaikan ketidaksetujuannya sehingga bisa dilakukan pembahasan jika perlu
dengan voting.
Untuk komisi resmi, mungkin memiliki kekuasaan eksekutif yang hanya bisa
dipraktekkan oleh mereka dan bukan oleh dewan terpilih; dewan juga tidak bisa
menyatakan ketidaksetujuan dari tindakan komisi. Komisi polisi untuk county bisa
memaksa dewan county untuk menggalang dana yang diperlukan dan mendapatkan
premi khusus.
Koordinasi antar Komisi
Otorita lokal besar cenderung memiliki lebih dari selusin komisi utama dan
sejumlah besar sub-komisi dan untuk memastikan (a) pekerjaan tidak tumpang tindih
satu sama lain, atau (b) bahwa tindakan komisi tidak berlawanan dengan kebijakan
dewan, atau (c) bahwa komisi mengikuti syarat acuan, atau (d) bahwa ia tidak dengan
sengaja bekerja sendiri, cemburu dengan komisi lain dalam hal lingkup aksinya, dewan
bisa melakukan kontrol, menekankan koordinasi komisi dan mengintegrasikan komisi
dan upaya departemen dalam berbagai cara:
1. Dengan menjelaskan definisi fungsi dan tanggung jawab tiap komisi dan sub-komisi
2. Dengan membentuk satu komisi senior yang terdiri dari ketua dari komisi utama
lain
3. Dengan peran sekretariat Direktur Administrasi departemen dan kerja panitera
komisi, yang memberikan standarisasi prosedur. Integrasi administrasi difasilitasi
oleh rapat pejabat utama reguler yang diatur oleh Kepala Eksekutif;
4. Dengan komisi “horizontal” seperti komisi finansial, mengkoordinasikan semua
pengeluaran, dan pembentukan komisi dan komisi perencanaan yang akan
memberikan layanan umum ke semua departemen dan saran ke semua komisi;
5. Dengan mengharuskan bahwa semua laporan dan rekomendasi komisi diberikan ke
dewan untuk disetujui secara resmi;
6. Dengan kepatuhan politik yang bisa membantu mempersatukan anggota dan
mengikat komisi untuk mendukung kebijakan, sementara rapat berkala memastikan
koordinasi upaya.
Keterlibatan Publik dan Pers
Tahun 1907 F.B. Mason, pemilik Tenby Observer, mencetak laporan negatif
tentang satu rapat di dewan borough Tenby dan kemudian menolak meninggalkan rapat
dewan yang marah ketika diminta walikota. Dewan kemudian mengadukan ke Chancery
Division mengklaim satu deklarasi bahwa dewan bisa mengeluarkan setiap orang yang
bukan anggota dewan dari rapat dewan dan komisi dan juga mengupayakan injungsi
yang menghambat Mason untuk mengikuti rapat tanpa ijinnya. Mason mengklaim
bahwa sebagai warga, perwakilan koran dan anggota publik ia memiliki tiga kali hak
untuk menghadiri rapat publik. Namun, keputusan pengadilan ketika itu adalah bahwa
dewan merupakan “ciptaan resmi” dan tidak ada kesempatan untuk mengajukan
undang-undang; selain itu, Municipal Corporations Act 1882, yang mengatur rapat,
tidak memberikan hak kehadiran. Karena itu pengadilan mengalahkan Mason.
Terjadi ketidakpuasan publik terhadap hasil karena secara umum dianggap
bahwa undang-undang memberikan hak untuk hadir ke rapat dewan. Arthur Henderson
merespon dengan memperkenalkan Rancangan UU Otorita Lokal (Hak hadir pers ke
rapat) untuk memberikan hak pada para jurnalis untuk menghadiri rapat otorita lokal,
dengan syarat bahwa mereka bisa dikeluarkan jika mayoritas anggota merasa hal itu
harus dilakukan demi kepentingan publik. Rancangan ini didukung khalayak dan
diberlakukan pada 1908 dan syaratnya menentukan hubungan antara otorita lokal dan
pers hingga tahun 1960.
Di antara tahun tersebut, keterbatasan Undang-undang mulai terlihat karena
badan yang menjadi peruntukannya menghilang. Menurut persyaratan pada Local
Government Act tahun 1933 satu-satunya rapat otorita lokal dimana publik berhak hadir
adalah untuk dewan parish, “kecuali diarahkan oleh dewan”. Beberapa otorita mengakui
publik sebagai masalah kesopanan. Tahun 1949 dan 1956 dua rancangan diajukan yang
berupaya memecahkan situasi tetapi tidak berhasil. Akhirnya tahun 1960, Margaret
Thatcher, memberikan rancangan yang diberlakukan dalam bentuk Public Bodies (Hak
menghadiri rapat) Act tahun 1960. Ia memberikan hak pada pers dan publik untuk
menghadiri “segala rapat otorita lokal atau badan lain yang melakukanf ungsi publik”,
tetapi badan itu dengan suara mayoritas, bisa mengeluarkan publik “jika publisitas bisa
membahayakan kepentingan publik dengan alasan sifat kerahasiaan bisnis yang akan
ditransaksikan atau alasan khusus lain”. Kekurangan utama UU ini adalah pembatasan
publik dan pers ke rapat-rapat komisi yang terdiri atau mencakup semua anggota otorita.
Local Government Act tahun 1972 memperluas hak akses ke rapat otorita lokal
untuk mencakup akses ke komisi resmi dalam bagian 101 (9) dan pada komisi, komisi
gabungan, dan komisi penasihat yang ditunjuk otorita lokal dalam bagian 102 dari UU
tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Sistem Komisi
Sistem komisi sangat mendasar bagi administrasi lokal di Inggris dan Wales,
tetapi bukan tanpa kekurangan. Karena itu, kita perlu mengevaluasi keuntungan dan
kerugian sistem ini untuk menyadari perubahan percobaan yang saat ini dilakukan oleh
beberapa otorita lokal terhadap struktur komisinya.
Keuntungan utama sistem komisi adalah:
1. Pemisahan sejumlah kerja antar komisi dan sub-komisi memastikan cakupan yang
lebih detil dan efektif dari layanan dan tanggung jawab dewan dan memungkinkan
dewan, selama waktu rapat yang terbatas, untuk memfokuskan pada masalah
kebijakan tanpa teralihkan terlalu banyak detil.
2. Pemisahan kerja di antara anggota, biasanya berdasarkan kepentingannya, mengarah
pada spesialisasi layanan yang sempit (menurut jumlah komisi yang dilayani
anggota). Pengembangan kemampuan memberikan kepuasan pribadi yang lebih
besar dan memungkinkan anggota memberikan kontribusi yang lebih efektif pada
kerja komisi dan komunitas secara umum. Pejabat dewan yang bekerja di komisi
memberi saran bukan kepada anggota yang bodoh tetapi yang memiliki kesadaran
tentang aspek teknis dari layanan dan masalahnya, dan juga pengetahuan tentang
segi hukum yang relevan.
3. Seperti di MPR, kurangnya waktu umumnya menghambat penasihat di otorita yang
lebih besar untuk berbicara di rapat dewan, tetapi ia mendapat kesempatan besar
untuk berpartisipasi pada pembahasan di rapat komisi. Disinilah ia akan bisa
membuktikan kemampuannya dan memberikan kontribusinya kepada daerah;
karena di komisi persiapan dilakukan yang akan mempengaruhi layanan komunitas,
bukan dalam suasana rapat dewan dimana hanya hanya sebagian pemerintah lokal
bekerja. Wheare mengatakan:
“Agar ada realita pada ide pemerintahan demokratis, sebanyak mungkin orang harus
memiliki kesempatan untuk ambil bagian dalam proses pemerintahan. Komisi
memberikan kesempatan ini.”
4. Co-option memungkinkan individu yang memiliki pengetahuan khusus tentang
kerja komisi untuk berpartisipasi secara leluasa tanpa harus berjuang dalam
pemilihan atau mengambil tanggung jawab penuh dalam keanggotaan dewan. Selain
itu, jika organisasi partai kuat, anggota terpilih tidak perlu tunduk pada partai dan
dengan demikian bisa menyatakan pendapatnya dengan kritis. Pendapat otoritatif
bisa efektif mengarahkan kelompok mayoritas untuk mempertimbangkan satu
masalah ketimbang opini dari juru bicara kelompok minoritas. Sayangnya,
keuntungan ini jarang dimanfaatkan, dan keengganan anggota publik untuk menjadi
anggota terpilih (co-opt)
5. Anggota komisi mewakili berbagai daerah kewenangan lokal, berbagai opini publik,
kepentingan dan kelas. Lintas opini ini memastikan bahwa berbagai kepentingan
komunitas akan terwakili sebelum diambil rekomendasi atau aksi.

Anda mungkin juga menyukai