Anda di halaman 1dari 8

Meningkatkan Kharisma 

Diri
Maret 25, 2010

Apakah itu kharisma? Apakah seseorang harus terlahir dengannya, atau kita bisa belajar
mendapatkannya? Darimana kita tahu apakah kita memiliki kharisma? Apa saja yang bisa
membuat seseorang terlihat berkharisma? Hari ini Anda akan mendapatkan jawaban memuaskan
dari pertanyaan di atas, sekaligus personal inner game secrets saya untuk meningkatkan
kharisma Anda untuk keperluan sosial, bisnis, dan percintaan!

Ahli sosiologi berkebangsaan Jerman, Max Weber, adalah orang pertama yang secara serius
mempelajari tentang karisma. Beliau menyatakan kharisma adalah, “… a certain quality of an
individual personality, by virtue of which one is ‘set apart’ from ordinary people and treated as
endowed with supernatural, superhuman, or at least specifically exceptional powers or
qualities,” dan menurut Pierre BourMannas, sosiolog Perancis, hal tersebut hanya berada di alam
persepsi orang yang melihatnya. Dengan kata lain, Anda tidak bisa merasakan sendiri bahwa
Anda berkharisma atau tidak; itu hanya bisa dideteksi dan dirasakan oleh orang lain.

Kata kharisma berakar dari bahasa Yunani, ‘charis’, yang berarti karunia atau bakat; menurut
mitologinya, para dewa mengaruniakan kekuatan spesial pada orang-orang tertentu sehingga
mereka bisa tampil lebih menawan. Sementara dalam studi psikologi sosial modern, kharisma
adalah pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap orang lainnya atau kelompok. Jadi jika Anda
ingin meningkatkan kharisma, berarti Anda perlu memahami beberapa atribut ‘kekuatan spesial’
terkandung di dalam kharisma yang memungkinkan Anda mempengaruhi orang lain.

Berikut adalah beberapa rahasia pribadi saya:

 Banjir Kepercayaan Diri. Seseorang yang karismatik biasanya memiliki tingkat


narsisme sangat tinggi yang dapat menarik perhatian seluruh orang. Ia seolah-olah
menyerap energi orang dan ruangan, lalu memancarkannya kembali berlipat kali ganda
kepada siapa saja yang memperhatikannya. Perhatikan bahwa ini bukan kepercayaan diri
dalam pikiran saja, melainkan kepercayaan diri secara fisik yang meluap keluar dari
setiap gerak tubuh Anda.

Howard Friedman, seorang profesor psikologi di University of California-Riverside yang


meneliti komunikasi non-verbal menulis, “When charismatic people enter a room, they
draw attention and may enliven the whole gathering. Charismatic people a basic self-
confidence and then project this to others. Others have a sense of what they are feeling,
mostly via nonverbal communication.”

Kepercayaan diri seperti ini, sekalipun bersifat inner game, wajib diproyeksikan lewat
aksi non-verbal Anda. Berdirilah dengan postur tubuh tegap, dada dan tangan terbuka
lebar, wajah berseri, dan senyuman yang siap untuk menyapa siapa saja. Ketika ada yang
menghampiri Anda, jadilah pihak yang pertama untuk menginisiasi sentuhan fisik, baik
dalam bentuk jabatan tangan, tepukan ringan di bahu, atau rangkulan hangat di pundak
mereka.

Jangan lupa juga untuk mendengarkan sepenuh hati setiap kalimat yang orang sampaikan
pada Anda; ketika Anda benar-benar mendengarkan, Anda secara otomatis
memproyeksikan sebuah cahaya yang sulit sekali dijabarkan dengan kata-kata. Seluruh
perilaku memungkinkan Anda ‘menghipnotis‘ siapa saja jauh sebelum Anda membuka
mulut dan mengeluarkan suara.
 

 Visioner. Setiap orang karismatik yang saya kenal secara pribadi memiliki kebiasaan
melihat hal-hal yang kasat mata, tersembunyi, atau bahkan terlalu jauh di belakang dan di
depan. Kebiasaan itu muncul dari kesadaran akan tujuan dan panggilan hidupnya.
Seseorang yang bisa melihat dirinya memiliki misi spesial dalam dunia ini pasti yakin
dirinya diperlengkapi dengan kekuatan spesial juga, persis seperti kisah mitologi Yunani
di atas. Keyakinan pribadi inilah yang menular pada orang-orang di sekitarnya sehingga
mereka merasa tergelitik, tersedot, dan tertawan secara magis. Ini sebabnya dalam kelas
pelatihan lanjutan Hitman System, saya melatih setiap peserta untuk menggali sistem
passion-vision-mision mereka.

Paul Gingrich, seorang profesor Sosiologi di University of Regina, menulis, “Charisma is


a quality of an individual personality that is considered extraordinary, and followers
may consider this quality to be endowed with supernatural, superhuman, or exceptional
powers or qualities. Whether such powers actually exist or not is irrelevant – the fact
that followers believe that such powers exist is what is important.“

Jadi luangkan waktu sejenak sekarang untuk menelisik esensi hidup Anda. Gali apa saja
yang menjadi alasan dan tujuan Anda diciptakan di dunia ini, serta bagaimana secara
spesifik pribadi Anda sangat diperlukan oleh orang lain di sekeliling Anda. Selidiki apa
yang akan membuat dunia ini tidak lengkap jika tidak ada Anda.

Setelah Anda menemukan hal-hal tersebut di dalam diri Anda sendiri, lakukan lagi pada
setiap pribadi orang yang hadir dalam hidup Anda, lalu pimpin mereka dengan
menyampaikan apa yang Anda lihat tersebut. Ketika Anda terbiasa peduli pada diri Anda,
Anda juga mudah peduli pada orang lain. Anda akan dianggap sangat berharga karena
kebanyakan orang malas dan membutuhkan orang lain untuk mempedulikan diri mereka
sendiri.
 
 Menguasai Kontradiksi. Sekalipun ini bukan rahasia terakhir saya seputar karisma, ini
adalah salah satu karakter yang paling sering orang komentari. Anda yang sudah sering
membaca Hitman System (misalnya kutipan, “Cara terbaik untuk mendapatkan wanita
adalah dengan tidak berusaha mendapatkannya!”), Romantic Renaissance, dan Unlocked
pasti sering menemukan sensasi ajaib ini. Entri kemarin mencelikkan mata Anda tentang
bagaimana menjadi bajingan yang tidak bajingan. Apalagi para alumnus kelas FAST
HYPNOSIS yang pasti ingat mengapa saya adalah seorang hipnoterapis yang membenci
hipnoterapi, dan bagaimana pelatihan satu hari itu melatih Anda cara menghipnotis yang
tidak-menghipnotis namun sangat ampuh!

Joseph Roach, profesor kajian teater di Yale, menjelaskan fenomena di atas dengan baik
sekali dalam bukunya, It, sebuah buku yang memaparkan studi tentang karisma para
tokoh terkenal, selebriti, dan dunia performing arts. Joseph menyatakan, “What people
are responding to in charismatic people is the power of apparently effortless embodiment
of contradictory qualities simultaneously: strength and vulnerability, innocence and
experience, and singularity and typicality among them. Among the people who have best
embodied these contradictory qualities at the same time are King Charles II, Johnny
Depp, Michael Jackson, and Princess Diana.“

Penjelasan yang sama juga disampaikan oleh Charles de Gaulle, “There can be no power
without mystery. There must always be a ‘something’ which others cannot altogether
fathom, which puzzles them, stirs them, and rivets their attention. It is a mixture of the
crowning virtue of the strong, the refuge of the weak, the modesty of the proud, the pride
of the humble, the prudence of the wise, and the sense of fools.”

Jika Anda memiliki gaya atau pemikiran yang rasanya paradoks di dalam diri Anda
sendiri, jangan pernah sembunyikan! Dorong diri Anda mengakui kekurangan dan
kelebihan Anda, serta mengekspresikannya dengan bangga. Baca sebanyak mungkin
buku-buku yang bahkan bertentangan dengan minat dan religi Anda sendiri. Temukan
mengapa kekuatan Anda adalah kelemahan Anda dan sebaliknya. Biasakan menjawab
dengan pertanyaan dan mengajukan pertanyaan dengan jawaban karena semakin Anda
sulit dicerna, semakin orang rajin mencerna dan menyukai Anda. Serta jangan lupa untuk
bersenang-senang menguasai kontradiksi yang sulit dikuasai ini.
 

Beberapa waktu yang lalu saya membaca buku Why Presidents Succeed yang ditulis oleh Dean
Keith Simonton, profesor psikologi di University of California demikian, “I do think that
charismatic techniques can be taught to a certain extent. If you tell people what they need to do
to feel more confident, some may improve. Situations can also bring out a person’s hidden
charisma.” Selaras dengan itu, Richard Wiseman -seorang profesor Public Understanding of
Psychology- menyatakan kharisma merupakan 50% kemampuan alamiah dan 50% hasil latihan
perilaku tertentu.

Itu artinya seseorang yang terlahir dengan kharisma alamiah pun masih perlu melakukan
sejumlah tehnik karismatik jika ingin memaksimalkan pengaruhnya. Saya yakin ini adalah kabar
baik untuk Anda yang merasa kekurangan sinar kharisma, bukan begitu?
Jika tulisan kali ini terasa berat, ah justru ini ringan sekali, sobat. Bahkan keterlaluan ringan dan
praktis, sampai-sampai Anda tidak sadar kalau sudah melakukannya nanti.

Salam revolusi cinta,

      Lex dePraxis

Lima Aksi Menuju Bahagia, Instan!


Maret 18, 2010

“Lex, kenapa ya gue kok jarang merasa bahagia, kayaknya gampang naik-turun sama situasi,
jadinya gue capek dan pengen ngeluh terus. Tolong hipnotis gue dong supaya sembuh,” pinta
seorang sahabat dengan wajah layu dan tatapan kucing Shrek. “Sembuh?” jawab saya, “Siapa
bilang elo sakit? Jadi buat apa dihipnotis? Elo cuman belum ngelakuin rahasia instan yang bisa
bikin elo bahagia..” Ia menahan napas, berharap saya segera melanjutkan penjelasan kalimat
tersebut. Oh Anda juga? Bagus, teruskan membaca..

Saya sudah jelaskan tempo hari bahwa materialisme dan kekayaan tidak pernah menjadi rahasia
dari kebahagiaan. Orang yang bekerja demi kemapanan hidup justru akan menemukan dirinya
tidak bahagia. Richard Layar menulis dalam bukunya, Happiness: Lessons From A New Science,
bahwa sekalipun Indonesia secara rata-rata angka gaji tahunan hanya 1/10 dari Amerika Serikat,
namun survei terbaru menunjukkan tingkat kebahagiaan kita cukup sebanding dengan orang-
orang bule di sana.
Kebahagiaan adalah by-product, atau hasil atau efek, dari sebuah hidup yang bermakna,
setidaknya itulah definisi saya. Tapi jika Anda terlalu malas atau terlalu sibuk untuk berfilosofis
seperti itu, Anda bisa meniru lima tindakan saya untuk menciptakan rasa bahagia dengan instan.
Jika Anda skeptis, tidak masalah.. itu sebabnya saya sertakan kutipan pendukung keilmiahannya.
Baca, lakukan, dan nikmati hasilnya…

 Membuat senyuman di bibir. Sekalipun Anda mungkin memaksakan diri, otak Anda
tidak bisa membedakan senyum sungguhan dan senyum pura-pura karena keduanya
membutuhkan jaringan otot yang sama. Akibatnya, gerakan otot itu akan memicu otak
melepaskan hormon endorfin yang membuat Anda lebih ringan, lepas, dan bahagia.
Dalam bukunya, Blink, Malcom Gladwell mengkonfirmasi ini dengan menceritakan hasil
penelitian bahwa Anda bisa merasa instan bahagia dengan memberikan senyum dan
mendorong otot tubuh lainnya seperti ketika sedang merasa bahagia: “In one experiment,
two groups of people were shown the same cartoons. One group watched the cartoons
while a device held their mouths in a stretched position similar to a smile. The ‘smiling’
group invariably found the cartoons funnier. Translation: if you need a lift, just try
smiling. We can also cause ourselves to feel emotions when we imitate the facial
expressions associated with them.”
 
 Berciuman. Ciuman yang hangat (dan juga panas!) dapat menghembuskan angin yang
mengusir masalah Anda dan menyejukkan pada jiwa Anda. Ini hampir sama dengan efek
senyuman di atas yang disampaikan oleh Michelle Kay Mcnabb, seorang stress
consultant, berikut ini, “When your mouth is in a kissing position, you’re almost smiling
and, as our emotions and body language are so closely linked, it’s almost impossible to
smile and feel tense at the same time. Also, your breathing becomes deeper and your eyes
close when you kiss in the way that you do when you relax. It’s a perfect way to shut out
the world.” Bukan saja Anda yang menjadi bahagia, pasangan Anda juga tentunya akan
merasakan hal yang sama.
 
 Berbagi kebaikan dan menolong orang lain. Bahasa kerennya adalah bersikap altruis.
Stephen G. Post, seorang profesor di Case Western Reserve University School of
Medicine, bekerja sama dengan The Institute For Research On Unlimited Love
menyelenggarakan 50 buah riset dengan hasil kesimpulan sebagai berikut, “Helping a
neighbor, volunteering, or donating goods and services results in a ‘helper’s high’ and
you get more health benefits than you would from exercise or quitting smoking. Listening
to a friend, passing on your skills, celebrating others’ successes, and forgiveness also
contribute to happiness.” Saya pribadi punya satu kebiasaan kecil sehubungan prinsip ini:
jika sedang stress, saya akan mentraktir orang makan. Saya bahagia, mereka kenyang dan
bahagia, semua senang.
 
 Olahraga. Jujur saja, saya paling malas melakukan poin ini dibanding poin lainnya,
namun efek bahagia yang didapatkan terasa berdurasi jauh lebih panjang dan tahan lama.
Silakan pilih sendiri olahraga yang paling mudah dilakukan sesuai dengan situasi; saya
pribadi biasanya memilih sit-up atau push-up. Richard Merrit dari Duke University
menulis, “Exercise may be just as effective as drugs in treating depression, without all
the side effects and expense. Exercise offers a sense of happiness, accomplishment and
opportunity for social interaction, releases feel-good endorphins, and boosts self-
esteem.” Kemarin malam, seorang sahabat saya, Loop V, juga menjelaskan bahwa
kegiatan olah tubuh akan memacu jantung untuk lebih banyak menarik oksigen yang
dapat membuat pikiran terkendali dan tenang. Jadi jangan anggap sepele aktivitas ini,
oke?
 
 Memberikan uang pada orang. Ah, ini satu lagi kebiasaan ‘aneh’ saya dari dulu. Saya
sering sekali bepergian dengan taksi. Jika suatu saat saya dilanda mood buruk, setelah
membayar taksi sesuai argo ketika sampai di tujuan, saya akan berpura-pura menemukan
uang lima puluh ribu tergeletak di dasar kaki dan memberikannya kepada sang supir.
Saya sengaja menggunakan skenario itu supaya sang sopir tidak merasa itu adalah uang
dari saya dan dia juga tidak bisa menolak karena penumpang sebelumnya entah berada di
mana. Uang yang mungkin tidak seberapa buat saya, namun sangat berarti bagi para
pengemudi taksi itu. Elizabeth Dunn, seorang peneliti dan psikolog di University of
British Columbia mengkonfirmasi perilaku ini, “Those who spend money on others
reported much greater happiness than those who spend it on themselves.” Kebiasaan saya
di atas adalah penggabungan penelitian itu dengan konsep altruisme sebelumnya.
Sederhana, cepat, dan jauh lebih murah daripada pergi ke psikolog.
 

Sembari saya menjelaskan hal-hal di atas pada sahabat saya, dia tidak henti-hentinya tersenyum
sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Canggih, elo sih emang ngga ada matinya kalo soal
beginian. Oke deh, gue akan coba lakuin itu deh mulai besok!” ujarnya. Raut wajahnya yang
layu kusam berbeban berat mendadak sirna, digantikan dengan keceriaan anak kecil yang
menemukan mainan baru.

“Lama banget nunggu besok. Elo udah ngelakuin poin nomor satu kok sekarang,” sentil saya
dengan ringan.

Dia tertegun sebentar, berusaha mengingat-ingat dan langsung kembali tersenyum dengan sangat
lebar. “Ah iya juga, wah simpel and instan banget yah.. Thanks berat, bro, gue juga jadi punya
pegangan yang praktis sekarang,” ucapnya sambil menyudahi pembicaraan dan mentraktir saya
makan di Hanamasa. “Dan bener kata elo tadi, ngga perlu pake hipnotis supaya bisa happy!”

Dia benar, saya tidak menghipnotisnya supaya merasa bahagia. Saya menghipnotisnya supaya..
ah Anda pasti sudah mengerti. Saya harap dia tidak baca artikel ini.

Selamat praktek kelima poin di atas dan kabarkan hasilnya!


Salam revolusi cinta,

      Lex dePraxis

Meningkatkan Daya Tarik 31%, Instan!


Agustus 25, 2009

Jika ingin membuat wanita jauh lebih tertarik pada Anda, pastikan Anda sudah menampilkan
citra sebagai pria yang memiliki kekasih, sudah berada dalam hubungan romansa, atau memiliki
banyak teman wanita ala seorang playboy. Saya berani bertaruh Anda selama ini berpikir dan
melakukan strategi persis kebalikannya, bukan?

Saya bisa mengerti mengapa Anda bisa terpikir seperti itu. Semenjak kecil Anda dibesarkan oleh
orangtua agar bersikap penuh hormat, baik dan sopan kepada wanita, itu sebabnya setelah
dewasa Anda berpikir bahwa hal-hal tersebut sebagai karakteristik yang diinginkan oleh para
wanita. Itu sebabnya Anda sibuk membuktikan diri kepada wanita-wanita yang Anda sukai, baik
lewat sikap gentleman, setia, menghilangkan imej playboy, dsb.

Sayangnya dalam perihal ketertarikan, seorang wanita tumbuh dengan sistem radar yang
berbeda. Dia sudah begitu terbiasa mendapatkan kebaikan, kemudahan, kemanisan sehingga
setelah sekian belas tahun, mereka menyadari bahwa semua pria bersedia melakukan hal-hal itu
demi merayu mendapatkannya. Alhasil, ia berhenti mendasarkan ketertarikannya pada hal-hal
tersebut.

Ia mengembangkan radar yang jauh lebih terpercaya, yakni melihat bagaimana status pria
tersebut di kalangan para wanita. Istilahnya, untuk apa capek-capek menghabiskan waktu dalam
pendekatan dengan seorang pria hanya untuk melihat apakah dia memiliki kualitas yang
menyenangkan, jika dia sebenarnya bisa mendapatkan hasil jawaban riset secara instan dengan
melirik bagaimana wanita-wanita lain terlihat menikmati waktu dengannya.

Itu sebabnya, wanita lajang lebih tertarik pada pria-pria yang sudah memiliki
pasangan. Oklahoma State University menerbitkan tulisannya sebagai berikut:

“Surprisingly, single women were much more interested in pursuing a relationship with a
committed man than with a single man. Specifically, when researchers described the man as
single, 59 percent of single women were interested in pursuing him. However, when they
described the exact same man as being in a committed relationship, 90 percent of the women
were interested.“

Terjadi peningkatan sebanyak 31% hanya karena faktor pria tersebut sudah berpacaran dengan
wanita lainnya! Itu adalah lonjakan yang luar biasa. Kedua peneliti riset tersebut memberi
penjelasan bahwa wanita lajang tertarik karena pria demikian sudah teruji kelayakannya oleh
wanita lain, sementara pria yang lajang -sekalipun terlihat baik, sopan, dan gentleman- masih
mengandung resiko karena belum terbukti kualitasnya dalam berhubungan.

Seorang peneliti lainnya di University of Aberdeen di Skotlandia melaporkan bahwa wanita akan
merasakan ketertarikan yang lebih tinggi pada seorang pria yang diberi senyuman oleh wanita
lainnya. Sang psikolog menyebut hal tersebut dengan istilah ‘copycat reflex’ yang terjadi secara
otomatis, diluar kesadaran sang wanita.

Saya yakin Anda bisa memutar otak sendiri bagaimana memanipulasi fenomena ini untuk
meningkatkan kesuksesan romansa Anda.

Salam revolusi cinta,

      Lex dePraxis

Anda mungkin juga menyukai