Anda di halaman 1dari 3

Agroindustri : Penerapan Konsep Nilai Tambah dalam Menghadapi CAFTA

Sabila Putri Dian – F34070049

Dengan paradigma baru pembangunan pertanian yang sebelumnya


berorientasi produksi diubah menjadi berorientasi agroindustri, serta
menempatkan pembangunan sistem agroindustri sebagai penggerak utama
pembangunan ekonomi indonesia secara keseluruhan. kedepan, subsistem hilir
yang meliputi pengolahan dan pemasaran hasil pertanian merupakan rangkaian
subsistem yang sangat strategis karena dapat menghela subsistem lainnya yang
ditujukan bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
khususnya para petani dan pelaku usaha agroindustri.

Ruang lingkup kegiatan pembangunan pengolahan dan pemasaran


hasil pertanian adalah pembangunan sistem dan usaha-usaha di bidang
pengolahan hasil pertanian yang meliputi kegiatan-kegiatan penanganan pasca
panen dan pengolahan produk yang menghasilkan produk segar, produk
olahan utama, produk ikutan, dan produk limbah, termasuk pengembangan
mutu dan sarana pengolahannya serta pembangunan pemasarannya baik untuk
pasar domestik maupun pasar internasional.
Manfaat yang dapat diperoleh melalui pembangunan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian adalah: 1) terciptanya wawasan agroindustri dan
budaya industri pada masyarakat; 2) berkembangnya kegiatan sub-sistem
agribisnis hilir berupa aktivitas-aktivitas pasca panen, pengolahan, pemasaran,
dan jasa; 3) tumbuhnya industri-industri di pedesaaan; 4) berkembangnya
investasi di pedesaan; 5) meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani
melalui peningkatan produktivitas dan nilai tambah; 6) bertambahnya lapangan
kerja baru; 7) meningkatnya perolehan devisa bagi negara; serta 8) berkurangnya
arus urbanisasi.
Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian, maka strategi kebijakan yang ditempuh harus
mencerminkan visinya, yaitu: tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Dalam hubungan tersebut maka strategi pokok pembangunan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian adalah:
1. Meningkatkan Kapasitas dan Memberdayakan SDM serta
Kelembagaan Usaha di Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Salah satu permasalahan yang mendasar dalam memajukan usaha
pertanian di tanah air adalah masih lemahnya kemampuan sumber daya
manusia dan kelembagaan usaha dalam hal penanganan pasca panen,
pengolahan dan pemasaran hasil. Hal tersebut disebabkan oleh karena
pembinaan SDM pertanian selama ini lebih difokuskan kepada upaya
peningkatan produksi (budidaya) pertanian, sedangkan produktivitas dan daya
saing usaha agroindustri sangat ditentukan oleh kemampuan pelaku usaha
yang bersangkutan dalam mengelola produk yang dihasilkan (pasca panen dan
pengolahan hasil) serta pemasarannya.
2. Meningkatkan Inovasi dan Diseminasi Teknologi Pasca Panen dan
Pengolahan
Salah satu dampak yang signifikan dari kebijakan yang menitik beratkan
kepada usaha produksi (budidaya) selama ini adalah kurang memadainya
upaya-upaya inovasi teknologi pasca panen dan pengolahan serta
diseminasinya. Hal tersebut mengakibatkan lemahnya daya saing dan
kecilnya nilai tambah yang dapat dinikmati oleh petani, sehingga
kesejahteraan tidak meningkat dari tahun ke tahun. Untuk meningkatkan daya
saing dan nilai tambah produk pertanian maka perlu ditingkatkan upaya-upaya
inovasi teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pertanian serta
diseminasinya. Dalam hubungan tersebut, beberapa kebijakan yang akan
dilaksanakan adalah:
• Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan sumber-sumber
inovasi teknologi seperti lembaga riset, perguruan tinggi dan
bengkel-bengkel swasta dalam rangka pengembangan dan
diseminasi teknologi tepat guna.
• Mengembangkan pilot proyek dan percontohan penerapan
teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pertanian.
• Memberikan penghargaan dengan kriteria mutu, rasa, skala
usaha, tampilan terhadap produk olahan yang dihasilkan oleh para
pelaku usaha.
3. Meningkatkan Efisiensi Usaha Pasca Panen, Pengolahan dan
Pemasaran Hasil
Kunci terpenting dalam rangka meningkatkan daya saing produk pertanian
baik produk segar maupun olahan hasil pertanian adalah mutu produk yang
baik dan efisiensi dalam proses produksi maupun pada tahap pemasarannya.
Mutu produk dan efisiensi akan berpengaruh langsung terhadap harga dari
setiap produk bersangkutan. Kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu dan
efisiensi produksi dan pemasaran hasil pertanian di antaranya adalah:
• Revitalisasi teknologi dan sarana/ prasarana usaha pasca panen
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian;
• Mengembangkan produksi sesuai potensi pasar;
• Menerapkan sistem jaminan mutu
• Mengupayakan sistem dan proses distribusi yang efisien.
• Memfasilitasi pengembangan kewirausahaan dan kemitraan
usaha pada bidang pemasaran hasil pertanian
4. Meningkatkan Pangsa Pasar Baik di Pasar Domestik maupun Internasional
Pasar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha
agroindustri; oleh karena itu maka pengembangan pemasaran harus selalu
dilakukan sejalan dengan pengembangan usaha produksi. Seperti usaha
industri pada umumnya, sistem usaha produksi pertanian atau agroindustri
dimulai dengan salah satu kegiatan pemasaran yaitu Riset Pasar. Dari kegiatan
riset pasar dihasilkan informasi pasar yaitu antara lain berupa potensi pasar
dan harga. Sub sistem selanjutnya adalah perencanaan produksi, termasuk
penentuan desain produk, volume dan waktu. Hal tersebut perlu
dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas harga produk yang bersangkutan
tetap berada pada tingkat harga yang wajar berdasarkan keseimbangan
kebutuhan dan pasokan atas produk yang bersangkutan. Sub sistem
selanjutnya adalah kegiatan pemasaran yang meliputi: promosi, penjualan dan
diakhiri dengan distribusi (delivery).
Dengan perhatian pemerintah akan penerapan agroindustri, produk
pertanian Indonesia akan menjadi produk bernilai tambah, sehingga mampu
bersaing di tingkat regional hingga internasional.

Anda mungkin juga menyukai