Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam hidupnya selalu tumbuh dan berkembang dari masa ke

masa. Salah satu tahapan peralihan dalam kehidupan manusia adalah masa dewasa

awal, dimana manusia mengalami baik perubahan fisik maupun psikologis dalam

dirinya. Perubahan fisik seperti telah berkembangnya alat reproduksi secara

sempurna, dan perubahan psikologis antara lain perubahan peran dari remaja

menjadi seorang dewasa yang sah secara hukum dan peran untuk menjadi orang

tua (Elizabeth B. Hurlock). Saat ini banyak sekali individu yang mengalami

kematangan secara fisik namun tidak diiringi dengan kematangan secara

psikologis. Misalnya seorang wanita secara fisik telah siap untuk menikah dan

menjalani kehamilan sebab alat reproduksinya telah berkembang sempurna,

namun secara psikologis wanita tersebut belum tentu siap untuk menjalani

perannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya (http://www.docstoc.com).

Seiring dengan berkembangnya alat-alat reproduksi pada wanita di masa

dewasa awal ini, maka wanita pun sudah siap untuk menjalankan peran utamanya

dalam masa dewasa awal yaitu menjalani kehamilan (Elizabeth B. Hurlock). Hal

ini juga telah ditegaskan oleh lembaga resmi bahwa masa yang paling baik bagi

wanita untuk hamil dan melahirkan adalah pada usia 20 sampai 30 tahunan

(Departeman Agama, 2001). Kelompok usia ini secara fisik dianggap sudah cukup
2

kuat dan dari segi mental dianggap sudah cukup dewasa sehingga resiko

kehamilan lebih kecil, baik terhadap calon ibu maupun bayinya.

Selama kehamilan kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan

emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa

bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan dan bahwa dia sudah

memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun tidak

jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam

kehamilannya, khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya,

atau bahwa ada kemungkinan bayinya tidak normal. Wanita hamil secara ekstrim

rentan. Dia takut mati baik dirinya maupun bayinya, ini membuat banyak wanita

lebih bergantung dan menuntut (http://ocw.gunadarma.ac.id).

Kehamilan sendiri dibagi dalam tiga periode, yaitu trimester pertama,

trimester kedua dan trimester ketiga (http://ocw.gunadarma.ac.id). Masing-masing

tahapan memiliki masalah dan problemnya sendiri. Trimester pertama sering

dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan yang membuat fakta bahwa seorang

wanita memang benar-benar hamil. Trimester pertama juga sering merupakan

masa kekhawatiran dari penantian. Kemudian trimester kedua sering dikatakan

sebagai periode pancaran kesehatan. Hal ini disebabkan karena selama trimester

ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.

Dan yang terakhir adalah trimester ketiga sering kali disebut periode

menunggu/penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar

menunggu kelahiran bayinya. Trimester ketiga adalah waktu untuk


3

mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya

perhatian pada kehadiran bayi.

Dalam setiap tahapan kehamilan, terjadi proses perubahan yang berbeda-

beda. Pada trimester pertama kehamilan, ibu tidak akan terlalu merasakan banyak

perubahan dalam dirinya, sebab janin masih kecil sehingga pertambahan berat

badan ibu pun masih sedikit (http://www.scribd.com/doc/14440500). Kemudian

pada trimester kedua, walaupun kondisi fisik ibu sudah mulai berubah dan terlihat

bahwa dirinya sedang hamil, karena perut yang semakin membesar, calon ibu

cenderung lebih tenang sebab pada masa-masa ini ibu lebih berfokus pada fantasi-

fantasi akan seperti apa anak yang dilahirkannya kelak dan harapan-harapan

terhadap anak tersebut. Trimester ketiga adalah fase ketiga dan terakhir

kehamilan. Trimester ini dimulai dari minggu ke-29 kehamilan dan bayi sampai

terakhir dikirimkan. Selama periode ini wanita hamil dalam keadaan cemas yang

nyata. Alasan yang mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan adalah

kecemasan mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran terhadap

anaknya, dan biasanya kecemasan akan lebih tinggi pada wanita yang mengalami

kehamilan pertama, karena kehamilan ini merupakan hal baru baginya

(http://medicom.blogdetik.com).

Spielberger (1966), menyatakan bahwa kecemasan timbul sebagai akibat

adanya rangsang yang mengancam. Penghayatan individu terhadap kecemasan

dipengaruhi oleh State Anxiety (kecemasan sesaat) dan Trait Anxiety (kecemasan

dasar). Spielberger (1972) menjelaskan tentang bagaimana terjadinya State


4

anxiety melalui beberapa proses, sebagai berikut. State anxiety merupakan

kecemasan yang tampak dalam diri individu karena adanya stimulus yang masuk

ke dalam diri individu, kemudian oleh individu, stimulus tersebut dihayati sebagai

sesuatu yang berbahaya dan mengancam dirinya. Stimulus dapat berasal dari luar

maupun dari dalam diri individu sendiri.

Derajat Trait Anxiety dalam diri individu dipengaruhi oleh cognitive

appraisal yang meliputi dua aspek yaitu commitment dan belief. Melalui

commitment tercermin makna penting dari suatu situasi bagi individu. Apabila

seseorang telah membuat commitment yang kuat terhadap suatu hal atau situasi,

maka hal atau situasi tersebut menjadi sangat bermakna bagi individu. Belief

merupakan pola pengolahan kognitif yang terbentuk dengan sendirinya atau yang

diperoleh melalui budaya. Terdapat dua macam belief yang sangat berpengaruh

terhadap cognitive appraisal seseorang. Yang pertama, yaitu Belief tentang

kontrol diri. Yang kedua, yaitu Exsistensial Belief, merupakan belief yang bersifat

umum, yang memungkinkan seseorang untuk menciptakan makna kehidupan bagi

dirinya, serta untuk menumbuhkan harapan positif pada individu yang mengalami

kesulitan, misalnya berupa keyakinan akan Tuhan, nasib, dan takdir.

Peneliti mewawancarai delapan orang ibu hamil yang sedang memeriksakan

dirinya di dokter kandungan “X.” Kedelapan orang ibu hamil ini berada pada

trimester ketiga masa kehamilannya, dengan bulan yang beragam. Kehamilan

yang mereka jalani ini merupakan kehamilan pertama. Lima orang ibu hamil

yang memilih untuk menikah muda mengaku akhir-akhir ini menjelang kelahiran
5

anak pertama, mereka semakin merasa cemas karena takut akan rasa sakit selama

persalinan, apakah bayi mereka akan lahir normal tanpa cacat baik fisik maupun

psikologis, dan ketakutan akan bentuk tubuh yang tidak indah lagi. Bahkan

seorang diantara mereka mengaku, telah mencari tahu tentang tempat-tempat yang

dapat membantunya untuk mengembalikan bentuk tubuhnya setelah melahirkan.

Namun mereka semua merasa bahagia dengan kehamilan yang mereka jalani,

sebab mereka dan keluarga memang menginginkan kehamilan ini. Mereka

mengaku selalu memperoleh dukungan dari suami dan keluarga selama kehamilan

yang mereka jalani. Kemudian dua orang ibu lainnya mengaku sangat cemas akan

perannya sebagai seorang ibu, mereka takut dirinya tidak akan bisa menjadi

seorang ibu yang baik dan benar-benar memberikan kasih sayang yang

dibutuhkan oleh sang anak. Kedua orang ibu ini, tinggal terpisah dengan suami

mereka, sebab suami mereka bekerja di luar kota. Dan seorang wanita yang hamil

sebelum melakukan pernikahan, mengaku sangat cemas anaknya kelak tak bisa

diterima oleh keluarganya sebab anak tersebut hasil dari kehamilan di luar

pernikahan, walaupun sekarang ayah dari bayi tersebut sudah mau bertanggung

jawab dan menikahinya. Wanita tersebut juga takut kalau kelak masyarakat tak

bisa menerima keberadaan anaknya karena masa lalu kelam dirinya yang sampai

membuatnya hamil di luar nikah.

Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa

kedelapan ibu hamil mengalami kecemasan yang disebabkan karena kehamilan

yang dijalaninya. Kecemasan ini merupakan kecemasan sementara (state anxiety),

stimulus yang dirasakan mengancam adalah kehamilan. Pada kelima orang ibu
6

hamil yang menikah muda dan mengaku selalu memperoleh dukungan dari suami

dan keluarga, menunjukkan bahwa mereka memiliki commitment terhadap

kehamilannya, mereka memang menginginkan kehamilan tersebut. Pada kedua

orang ibu yang mengaku sangat cemas akan masa depan anaknya kelak, mereka

memiliki belief bahwa seorang anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik

jika dibesarkan bersama-sama dengan kedua orang tuanya. Kedua ibu ini merasa

cemas akan peran ganda yang mungkin harus mereka lakukan karena suami

mereka tinggal berjauhan. Terakhir, seorang wanita yang mengalami kehamilan di

luar nikah, kurang memiliki commitment terhadap kehamilannya karena

sebenarnya dia tidak sepenuhnya menginginkan kehamilan tersebut. Kehamilan

itu terjadi di luar pernikahan dan dirinya sebenarnya belum siap untuk menjalani

kehamilan tersebut.

Melihat fenomena yang ada dan berdasarkan hasil survey awal yang

dilakukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai derajat

kecemasan yang dialami oleh ibu hamil pada kehamilan pertama di trimester

ketiga.
7

1.2. Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui mengenai derajat kecemasan wanita usia

19-25 tahun yang mengalami kehamilan pertama pada trimester ketiga di

dokter kandungan “X” Bandung. Peneliti memilih rentang usia ini karena

rentang usia ini masih termasuk dalam rentang usia dewasa awal menurut

Elizabeth B. Hurlock

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud :

Memperoleh gambaran mengenai derajat kecemasan wanita yang

mengalami kehamilan pertama pada trimester ketiga di dokter kandungan

“X” Bandung.

Tujuan :

Memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai derajat kecemasan

wanita yang mengalami kehamilan pertama pada trimester ketiga di dokter

kandungan “X” Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi kepada psikolog khusunya yang

bergerak di bidang klinis, mengenai kecemasan yang dialami

oleh wanita yang mengalami kehamilan pertama pada trimester

ketiga.
8

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat

melakukan penelitian lanjutan mengenai kecemasan yang

dialami oleh wanita yang mengalami kehamilan pertama pada

trimester ketiga.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi mengenai kecemasan kepada para wanita

hamil, agar dapat mengetahui gambaran mengenai dirinya

selama kehamilan dan kecemasan yang dialaminya sehingga

bisa mencari bantuan untuk mengatasi kecemasan yang

dirasakannya selama kehamilan.

2. Memberikan informasi kepada dokter kandungan yang

bersangkutan mengenai kondisi kecemasan dari pasiennya

sehingga bisa dilakukan langkah-langkah yang tepat untuk

mengatasinya.

1.5. Kerangka Pikir

Pada usia 19-25 tahun, menurut Elizabeth B. Hurlock (1994), seseorang

berada pada tahapan masa dewasa awal. Dalam tahapan perkembangan ini

terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis dan

biasanya disertai pula dengan penyesuaian diri terhadap tekanan budaya,

serta adanya harapan-harapan yang timbul akibat perubahan tersebut. Pada

masa dewasa awal, seseorang berada pada usia produktif, khususnya bagi

wanita, dimana alat reproduksi wanita telah mencapai kematangannya untuk

bereproduksi. Masa-masa dewasa awal ini juga dinilai sebagai masa yang
9

banyak menyebabkan ketegangan emosional, yang dapat memicu timbulnya

keresahan dan kekhawatiran terhadap dirinya sendiri.

Bagi para wanita dalam tahapan masa dewasa awal, salah satu hal yang

dapat menimbulkan ketegangan emosional dalam diri adalah kehamilan.

Selain menimbulkan ketegangan emosional, kehamilan juga memicu

timbulnya efek tertentu pada wanita hamil. Efek-efek itu antara lain

munculnya kecemasan karena takut gagal dalam menjalani proses

persalinan, khawatir jika nantinya anak yang dilahirkan tidak memiliki fisik

dan psikis yang seperti diharapkan ibu dan keluarganya, akan masa depan

anak yang nantinya dilahirkan, kekhawatiran akan perubahan bentuk

fisiknya yang setelah melahirkan nanti akan berubah menjadi tidak indah

lagi dan perasaan bingung akan peran barunya nanti sebagai seorang ibu.

Kelelahan yang dirasakan wanita hamil selama masa kehamilan juga bisa

menimbulkan frustrasi pada calon ibu yang aktif dan merupakan wanita

pekerja. Jadi dalam masa kehamilan, seorang wanita akan dihinggapi

kecemasan karena begitu banyak hal yang berubah baik dari segi fisik

maupun psikologis. Kecemasan yang dialami oleh para wanita hamil,

memiliki derajat yang berbeda-beda. Dari data yang ada, sebagian besar

kecemasan itu, terjadi selama trimester ketiga kehamilan sang ibu

(http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-

majalah.com/msg03886.html).

Spielberger (1966), menyatakan bahwa kecemasan timbul sebagai

akibat adanya rangsang yang mengancam. Penghayatan individu terhadap


10

kecemasan dipengaruhi oleh Trait Anxiety (kecemasan dasar) dan State

Anxiety (kecemasan sesaat). Trait Anxiety adalah kecemasan dasar yang

dimiliki setiap individu yang derajatnya berbeda-beda antara individu yang

satu dengan individu yang lain. Individu yang memiliki derajat trait anxiety

yang tinggi dalam dirinya, akan lebih mudah untuk menghayati suatu

stimulus yang datang kepadanya sebagai sesuatu yang mengancam sehingga

menimbulkan kecemasan yang tinggi dalam diri individu tersebut.

Sedangkan State Anxiety merupakan kecemasan yang dihayati individu pada

suatu saat tertentu, karena adanya stimulus yang mengancam yang mengena

pada diri individu. Stimulus itu, oleh individu tersebut dianggap sebagai

suatu rangsang yang berbahaya dan mengancam. Stimulus yang mengancam

ini, bisa berasal dari luar maupun dari dalam diri individu. Trait anxiety dan

state anxiety ini akan saling berinteraksi untuk menentukan derajat

kecemasan dalam diri individu.

Trait anxiety merupakan karakteristik yang sifatnya menetap dalam diri

individu. Trait anxiety mempengaruhi derajat state anxiety dalam diri

individu. Pada individu yang memiliki trait anxiety yang tinggi, akan

memiliki derajat state anxiety yang tinggi pula. Sedangkan individu dengan

trait anxiety yang rendah, belum tentu memiliki derajat state anxiety yang

rendah pula. Derajat state anxiety pada individu yang memiliki trait anxiety

yang rendah, bisa tinggi dan rendah, tergantung dari kuatnya stimulus yang

masuk ke dalam diri individu. Jika wanita yang mengalami kehamilan

memiliki trait anxiety yang tinggi maka wanita hamil tersebut akan menilai
11

masa kehamilannya sebagai sesuatu yang lebih mengancam daripada wanita

hamil yang memiliki trait anxiety yang rendah, walaupun mereka berada

pada usia kehamilan yang sama. Kecemasan yang muncul karena adanya

kehamilan ini, baru muncul dalam diri wanita hamil saat menyadari adanya

efek-efek yang ditimbulkan baik terhadap fisik dan psikis calon ibu dan

bayinya, sebagai akibat dari adanya kehamilan tersebut.

Spielberger (1972) menjelaskan tentang bagaimana terjadinya State

anxiety melalui beberapa proses, sebagai berikut. State anxiety merupakan

kecemasan yang tampak dalam diri individu karena adanya stimulus yang

masuk ke dalam diri individu, kemudian oleh individu, stimulus tersebut

dihayati sebagai sesuatu yang berbahaya dan mengancam dirinya. Stimulus

dapat berasal dari luar maupun dari dalam diri individu sendiri. Pada wanita

hamil, stimulus yang datang dan dihayati sebagai ancaman sehingga

menimbulkan kecemasan adalah kehamilan. Kecemasan yang dialami oleh

para wanita hamil selama masa kehamilan ini, dipengaruhi oleh penilaian

masing-masing wanita hamil terhadap stimulus yang masuk ke dalam diri

wanita hamil tersebut. Proses penilaian wanita hamil terhadap stimulus yang

masuk ke dalam dirinya adalah Cognitive Appraisal atau penilaian kognitif.

Jadi walaupun stimulus yang menyebabkan kecemasan pada calon ibu sama,

yaitu kehamilan, tetapi penghayatan setiap wanita hamil bisa berbeda-beda,

tergantung dari bagaimana penilaian kognitif mereka terhadap stimulus

yang masuk ke dalam dirinya.


12

Menurut Spielberger (1972), terdapat dua karakteristik individu yang

berpengaruh dalam proses penilaian kognitif, yaitu commitment dan belief.

Commitment merupakan hal yang mendasari pilihan seseorang terhadap

nilai-nilai ideal atau tujuan yang ingin dicapai. Melalui commitment

tercermin makna penting dari suatu situasi bagi individu. Apabila seseorang

telah membuat commitment yang kuat terhadap suatu hal atau situasi, maka

hal atau situasi tersebut menjadi sangat bermakna bagi individu. Pada

wanita hamil, penting atau tidaknya mereka memandang kehamilan yang

mereka alami, berpengaruh terhadap penilaian kognitif terhadap kehamilan

tersebut. Semakin kuat commitment yang dimiliki oleh wanita hamil maka

mereka akan memaknai kehamilannya sebagai sesuatu yang penting dan

sangat bermakna. Sehingga pada wanita hamil yang memiliki commitment

yang kuat terhadap kehamilan mereka, akan lebih mudah dihinggapi

kecemasan selama masa kehamilan, dibandingkan dengan wanita hamil

yang memiliki commitment yang rendah terhadap kehamilan yang mereka

alami.

Belief merupakan pola pengolahan kognitif yang terbentuk dengan

sendirinya atau yang diperoleh melalui budaya. Terdapat dua macam belief

yang sangat berpengaruh terhadap cognitive appraisal seseorang. Yang

pertama, yaitu Belief tentang kontrol diri, belief ini mencerminkan

penghayatan individu mengenai sejauh mana individu yang bersangkutan

merasa mampu mengendalikan lingkungan atau dapat bertahan terhadap

suatu kejadian yang mengancam dirinya. Pada wanita yang mengalami


13

kehamilan pertama, belief tentang kontrol diri adalah penghayatan wanita

hamil terhadap kehamilan yang mereka alami. Wanita hamil yang memiliki

belief kontrol diri yang baik, akan merasa mampu untuk menjalani

kehamilannya ini dengan baik, sehingga kecemasan-kecemasan yang timbul

akan dapat diatasi dengan baik. Sebaliknya, jika wanita hamil memiliki

belief kontrol diri yang rendah, mereka akan meragukan dirinya dapat

menjalani masa kehamilan dengan baik, sehingga memicu kecemasan yang

berlebihan selama menjalani proses kehamilan.

Yang kedua, yaitu Exsistensial Belief, merupakan belief yang bersifat

umum, yang memungkinkan seseorang untuk menciptakan makna

kehidupan bagi dirinya, serta untuk menumbuhkan harapan positif pada

individu yang mengalami kesulitan, misalnya berupa keyakinan akan

Tuhan, nasib, dan takdir. Dengan kata lain exsistensial belief menjelaskan

apa yang diyakini sebagai suatu kebenaran oleh individu, tanpa yang

bersangkutan perlu menyukainya ataupun membuktikan kebenarannya. Pada

wanita yang mengalami kehamilan pertama, cara pandang tentang

kehamilan mereka, berbeda satu sama lain. Ada yang menganggap

kehamilan merupakan takdir yang harus dihadapi, akan tetapi ada juga yang

justru memandang kehamilan sebagai sesuatu yang mengancam kehidupan

mereka sebab akan memberikan dampak-dampak yang negatif, baik bagi

calon ibu maupun keluarganya. Pada wanita hamil yang memiliki

exsistensial belief yang kuat, yang menerima kehamilan sebagai suatu

takdir yang harus dijalani, atau yang menganggap kehamilan sebagai suatu
14

anugerah dari Tuhan, akan lebih bisa menjalani kehamilannya dengan lebih

tenang, sedangkan pada wanita hamil yang memiliki exsistensial belief yang

rendah, akan lebih diliputi kecemasan selama menjalani kehamilan, sebab

mereka memandang kehamilan sebagai sesuatu yang mengancam kehidupan

mereka yang hanya akan memberikan dampak-dampak negatif bagi

kehidupannya.
15

Cognitive
Appraisal:

- Commitment
- Belief

Wanita Hamil
Usia 19-25 Tinggi
tahun pada Trait Anxiety Derajat State
Trimester Anxiety
Ketiga, Rendah
Kehamilan
Pertama

Bagan 1.5.1.

Kerangka Pikir Derajat Anxiety pada Ibu Hamil Trimester Ketiga


16

1.6. Asumsi

- Wanita yang mengalami kehamilan pertama diliputi kecemasan.

- Kecemasan yang dialami oleh wanita hamil dipengaruhi oleh trait

anxiety yang ada di dalam dirinya.

- Trait anxiety dalam diri wanita hamil akan mempengaruhi kecemasan

yang dialaminya selama kehamilan.

- Cognitive Appraisal yang dimiliki oleh wanita hamil mempengaruhi

kecemasan yang dialami selama kehamilan.


17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecemasan

2.1.1. Pengertian

Konsep kecemasan yang dikemukakan oleh Spielberger disusun sebagai

usaha untuk mempertemukan banyaknya pendapat mengenai kecemasan yang ada.

Spielberger (1975) memberikan penjelasan mengenai kecemasan sebagai berikut:

“As a signal of danger, anxiety is accompanied by a host of interrelated somatic

process which are in the nature of activity prepatory to emergency action.”

Menurut Spielberger, kecemasan dibedakan menjadi dua, yaitu kecemasan

dasar (trait anxiety) dan kecemasan sesaat (state anxiety). Kecemasan dasar (trait

anxiety) seperti diungkapkan oleh Spielberger:

“Trait anxiety refers to stable personality differences in anxiety proneness. It is

not manifested directly in behavior, rather it is inferred from the frequency and

intensity of the individuals anxiety states (Sieber, 1977:29)”

Kecemasan dasar merupakan refleksi terhadap pengalaman masa lalu yang dalam

beberapa hal dianggap menentukan perbedaan individual dalam kecenderungan

anxiety, yaitu disposisi untuk melihat situasi sebagai sesuatu yang berbahaya dan

mengancam sehingga menimbulkan kecemasan, yang disebut dengan state

anxiety atau kecemasan sesaat. Pengalaman masa lalu pada perkembangan masa
18

anak-anak seperti hubungan antara orangtua dan anak yang berkisar pada

pemberian hukuman, akan membentuk kecemasan dasar yang merupakan bagian

dari pola kepribadian seseorang.

Sedangkan kecemasan sesaat (state anxiety) menurut Spielberger adalah

suatu reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan

sebagai ancaman.

“State Anxiety may be conceptualized as a transitory emotional state or condition

of the human organism that varies in intensity and fluctuates over time”

Derajat kecemasan sesaat akan meningkat apabila individu merasa dirinya dalam

keadaan terancam, dan akan menurun kembali jika individu sudah merasa aman.

Individu menghayati kecemasan sesaat ini secara subyektif, mengalami perasaan

ketakutan, khawatir dan gelisah yang disertai dengan pengaktifan sistem saraf

otonom. Pada dasarnya, kecemasan sesaat melibatkan proses dan keurutan

peristiwa temporer yang timbul karena adanya stimulus dari dalam (pikiran atau

ide) maupun dari luar yang mengandung bahaya atau ancaman. Stimulus yang

mengancam tersebut, dipengaruhi juga oleh sikap, kemampuan dan pengalaman

masa lalu serta kecemasan dasar (trait anxiety) yang sifatnya menetap dalam diri

individu. Dalam menjelaskan teori kecemasan dasar dan sesaat (trait-state

anxiety), Spielberger (1972) telah menyajikan suatu bagan untuk

mengklasifikasikan variabel-variabel utama yang patut dipertimbangkan dalam

penelitian di bidang kecemasan serta kemungkinan-kemungkinannya tentang

hubungan antar variabel tersebut.


19
20

Pada bagan Dinamika Kecemasan Sesaat dan Kecemasan Dasar,

ditunjukkan bahwa kecemasan dasar tidak bergantung pada stressor, berbeda

dengan kecemasan sesaat yang munculnya bergantung ada atau tidaknya stressor.

Adanya stressor sebagai rangsang baik internal maupun eksternal, akan melalui

proses penilaian yang disebut “cognitive appraisal,” atau yang disebut juga

sebagai penilaian kognitif yang dipengaruhi oleh sikap, kemampuan pengalaman

masa lalu, dan kecemasan dasar dalam diri individu. Apabila rangsang tersebut

dinilai membahayakan dan mengancam, maka akan menggugah timbulnya

kecemasan, yang disebut kecemasan sesaat (state anxiety). Dengan timbulnya

kecemasan sesaat dalam diri individu, maka timbullah inisiatif untuk

mengatasinya dengan menggunakan defence mechaniscm (mekanisme pertahanan

diri). Intensitas kecemasan sesaat yang tergugah karena adanya rangsang yang

dinilai membahayakan dan mengancam akan sebanding dengan besarnya ancaman

yang dihayati oleh individu yang bersangkutan. Seberapa besar penghayatan

individu terhadap rangsang yang datang, juga bergantung dari pengalaman masa

lalu individu dalam menghadapi rangsang yang serupa. Selain dengan defence

mechaniscm (mekanisme pertahanan diri), individu yang dilanda kecemasan

sesaat, akan meningkatkan aktivitas kognisi dan motoriknya guna mereduksi

kecemasan yang dirasakannya.

Menurut Spielberger, berkaitan dengan derajat trait anxiety dalam diri

individu, terdapat dua bentuk stressor yang dapat memberikan implikasi yang

berbeda terhadap individu yang berbeda, yaitu:


21

1. Individu dengan derajat trait anxiety yang tinggi akan menganggap keadaan

dimana individu tersebut sedang atau akan dinilai, sebagai keadaan yang

mengancam bila dibandingkan dengan individu yang memiliki derajat trait

anxiety rendah.

2. Keadaan yang dikarakteristikkan secara fisik membahayakan, tidak

mengakibatkan perbedaan reaksi pada individu yang memiliki derajat trait

anxiety yang tinggi maupun rendah, artinya keduanya akan menampilkan

reaksi yang sama.

Perbedaan derajat state anxiety akan terjadi bila stressor yang datang mengancam

harga diri individu tersebut. Sedangkan jika stressor yang menimbulkan ancaman

secara fisik terhadap individu, maka tidak akan ada perbedaan pada derajat state

anxiety.

Spielberger (1972) mengungkapkan bahwa terdapat dua karakteristik

individu yang mempengaruhi cognitive appraisal yang dimilikinya, yaitu

commitment dan belief. Melalui commitment, tercermin makna penting dari suatu

situasi bagi individu. Apabila seseorang telah membuat commitment yang kuat

terhadap suatu hal atau situasi, maka hal atau situasi tersebut akan menjadi sangat

bermakna bagi individu. Belief merupakan suatu pengolahan kognitif yang

terbentuk karena pemikiran individu atau diperoleh melalui budaya. Terdapat dua

macam belief yang sangat berpengaruh terhadap coginitive appraisal seseorang,

yaitu:
22

1. Belief tentang kontrol diri. Belief ini mencerminkan penghayatan individu

mengenai sejauh mana individu yang bersangkutan merasa mampu

mengendalikan lingkungan dan dapat bertahan terhadap sesuatu kejadian

yang mengancam dirinya.

2. Eksistensial Belief. Merupakan belief yang bersifat umum, yang

memungkinkan seseorang untuk menciptakan makna kehidupan bagi

dirinya serta menumbuhkan harapan positif pada individu yang sedang

mengalami kesulitan, misalnya berupa keyakinan akan Tuhan, nasib,

takdir. Dengan kata lain eksistensial belief, menjelaskan apa yang diyakini

sebagai suatu kebenaran oleh individu, tanpa yang bersangkutan perlu

menyukai atau membuktikan kebenarannya.

2.1.2. Komponen-komponen State Anxiety

Komponen-komponen dari state anxiety adalah tension, nervousness,

worry, dan apprehension yang dimunculkan dalam The State-Trait Anxiety

Inventory (STAI) yang disusun oleh Spielberger dan Gorsuch pada tahun 1966

dan oleh Spielberger et.al. pada tahun 1970 (Spielberger, 1972).

2.2. Dewasa Awal

2.2.1. Pengertian

Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh

menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah

menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam

masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Elizabeth Hurlock,

Developmental Psychology, 1991).


23

Setiap kebudayaan membuat perbedaan usia kapan seseorang mencapai

status dewasa secara resmi. Saat ini usia 18 tahun merupakan usia dimana

seseorang dianggap dewasa. Selama masa dewasa yang panjang ini perubahan-

perubahan fisik dan psikologis terhadi pada orang dewasa dan biasanya disertai

pula dengan adanya penyesuaian diri terhadap tekanan budaya serta harapan-

harapan yang timbul akibat perubahan tersebut.

Ciri-ciri masa dewasa awal menurut Hurlock:

1. Masa dewasa awal sebagai usia produktif. Pada masa ini khususnya

wanita, sebelum usia 30 tahun, merupakan masa reproduksi, dimana

seorang wanita siap menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu. Pada

masa ini, alat-alat reproduksi manusia telah mencapai kematangannya dan

sudah siap untuk melakukan reproduksi.

2. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah. Setiap masa dalam

kehidupan manusia, pasti mengalami perubahan, sehingga seseorang harus

melakukan penyesuaian diri kembali terhadap diri maupun lingkungannya.

Demikian pula pada masa dewasa awal ini, seseorang harus banyak

melakukan kegiatan penyesuaian diri dengan kehidupan perkawinan, peran

sebagai orang tua dan sebagai warga negara yang sudah dianggap dewasa

secara hukum.

3. Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan

emosional. Apabila seseorang berada di suatu wilayah baru, ia akan

berusaha untuk memahami kondisi lingkungan yang baru tersebut agar

bisa melakukan penyesuaian diri. Ada kemungkinan individu tersebut akan


24

mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri, sehingga hal ini akan

menyebabkan ketegangan emosional. Biasanya ketegangan emosional

akan berlanjut dan menyebabkan munculnya keresahan dan kekhawatiran,

apalagi dalam masa dewasa awal ini, seseorang akan banyak mengalami

perubahan peran dalam hidupnya dan individu dituntut untuk mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut.

2.3. Kehamilan

2.3.1. Pengertian

Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau

fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya,

dalam kasus kembar, atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu

antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan).

Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya

disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran).

Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau

gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.

Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia

dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda

dari perkembangan janin. Trimester pertama membawa resiko tertinggi keguguran

(kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa trimester kedua

perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Trimester ketiga

menandakan awal 'viabilitas', yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi

kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan (www.wikipedia.org).


25

2.3.2. Diagnosis Kehamilan

Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280

hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung

antara 28-38 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43

minggu disebut kelahiran postmatur. Kehamilan menurut usianya dibedakan

menhadi 3 bagian, yaitu:

1. Kehamilan trimester pertama : 0-14 minggu

2. Kehamilan trimester kedua : 14-28 minggu

3. Kehamilan trimester ketiga : 28-42 minggu

2.3.3. Masa Kehamilan

Masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester, masing-

masing selama 13 miggu. Trimester membantu pengelompokan tahap

perkembangan janin dan tubuh Anda. Kehamilan itu unik pada setiap wanita. Jadi

tidak usah cemas jika Anda mengalami pengalaman sedikit berbeda dengan ibu

hamil lainnya.

1. Trimester Pertama. Pada kehamilan trimester pertama, Anda akan melihat

perubahan yang amat kecil pada tubuh, meskipun janin yang Anda

kandung tumbuh dan berubah amat cepat. Anda bahkan mungkin tidak

sadar tengah hamil hingga usia kehamilan mencapai 12 minggu. Selama

periode ini, hanya terjadi sedikit kenaikan berat badan, kemungkinan tidak

melebihi 2,25 kg selama 13 minggu. Perut akan berubah karena


26

pembesaran rahim 7,6 cm di bawah pusar. Janin belum bergerak di masa

ini.

2. Trimester Kedua. Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada

tubuh. Pada akhir trimester kedua, rahim akan membesar sekira 7,6 cm di

atas pusar. Pertambahan berat badan rata-rata 7,65-10,8 kg termasuk

pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai aktif bergerak pada

periode ini.

3. Trimester Ketiga. Trimester ini adalah trimester terakhir dari kehamilan.

Janin Ibu sedang berada di dalam tahap penyempurnaan dan akan semakin

bertambah besar, besar, dan besar sampai memenuhi seluruh rongga rahim.

Semakin besar janin maka akan semakin terasa seluruh pergerakan yang

dilakukan olehnya. Trimester terakhir ini akan diwarnai dengan

peningkatan frekuensi ke kamar mandi, sesak karena tekanan di diafragma,

dan heartburn. Pada fisik, ibu akan mengalami peningkatan berat badan

secara drastis antara 11,25-15,75 kg. Selama periode ini sebagian besar

wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata. Sebagian belum pernah

merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang lainnya dapat

mengatasi kecemasan tersebut dengan baik. Alasan yang mungkin

menyebabkan peningkatan kecemasan adalah kecemasan mengenai

ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya.

Komplikasi obstetri pada trimester ini adalah pre-eklamsi dan eklamsi.

Pada penyelidikan akhir-akhir ini menunjukkan kemungkinan bahwa pre-

eklamsi dan eklamsi mempunyai latar belakang psikosomatis. Secara


27

psikologis penyakitnya menunjukkan diri dalam sikap yang kurang wajar,

perasaan bersalah, berdosa ataupun cemas terhadap kehamilannya, dan

kadang-kadang walaupun jarang ada kecenderungan untuk bunuh diri.

Partus prematurus dapat disebabkan oleh ketegangan psikis, tekanan

kehidupan modern, dan diikutsertakan wanita dalam industri. Selanjutnya

dapat dibuktikan bahwa frekuensi prematuritas diantara wanita-wanita

yang bekerja di kota-kota besar makin meningkat dari tahun ke tahun.

Demikian pula wanita yang belum nikah sering melahirkan sebelum

waktunya, sehingga kehamilan diluar perkewinan dapat dianggap sebagai

faktor etiologik bagi prematuritas.


28

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat satu variabel yaitu derajat anxiety

wanita hamil pada trimester ketiga masa kehamilannya. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang

bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi

Suryabrata, 1983).

Skor State Derajat State


Kuesioner STAI Wanita hamil Anxiety dan Anxiety dan
Trait Anxiety Trait Anxiety

3.2.. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang akan diteliti yaitu derajat

kecemasan.

3.2.2. Definisi Operasional

Derajat kecemasan adalah derajat tinggi-rendahnya kecemasan yang dialami

oleh wanita hamil terhadapa situasi yang dianggap mengancam yang ditunjukkan
29

lewat respon fisiologis dan psikologis. Respon fisiologis yaitu denyut nadi

semakin cepat, keluar keringat dingin. Sedangkan respon psikologis yaitu

perasaan gugup dan gelisah.

State anxiety merupakan kecemasan yang tampak dalam diri ibu hamil

karena adanya stimulus yang masuk ke dalam diri ibu hamil, yaitu kehamilan,

kemudian oleh ibu hamil tersebut, kehamilan yang dialaminya dihayati sebagai

sesuatu yang berbahaya dan mengancam dirinya. Adapun komponen dari state

anxiety adalah tension, nervousness, worry dan apprehension.

Trait anxiety merupakan karakteristik yang sifatnya menetap dalam diri ibu

hamil. Trait anxiety dipengaruhi oleh cognitive appraisal yang dimiliki oleh ibu

hamil. Cognitive appraisal ini meliputi commitment ibu terhadap kehamilannya

dan belief yang dimiliki oleh ibu hamil dalam menghadapi kehamilannya. Trait

anxiety mempengaruhi derajat state anxiety dalam diri ibu hamil tersebut. Pada

ibu hamil yang memiliki trait anxiety yang tinggi, akan memiliki derajat state

anxiety yang tinggi pula. Sedangkan ibu hamil dengan trait anxiety yang rendah,

belum tentu memiliki derajat state anxiety yang rendah pula. Derajat state anxiety

pada ibu hamil yang memiliki trait anxiety yang rendah, bisa tinggi dan rendah,

tergantung dari kuatnya stimulus yang masuk ke dalam diri ibu hamil tersebut.

3.3. Alat Ukur

3.3.1.Spesifikasi Alat Ukur The State-Trait Anxiety Inventory (STAI)

Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data tentang derajat

kecemasan adalah State-Trait Anxiety Inventory (STAI) yang disusun oleh


30

Spielberger dan Gorsuch pada tahun 1966 dan oleh Spielberger.et.al, pada

tahun 1970. STAI ini terdiri dari 40 soal dan merupakan self report test yang

bertujuan untuk mengukur dua konsep kecemasan yang berbeda, yaitu kecemasan

dasar (Trait Anxiety) dan kecemasan sesaat (State Anxiety).

Komponen-komponen dari State Anxiety adalah tension, nervousness, worry

dan apprehension yang dimunculkan dalam The State-Trait Anxiety Inventory

(STAI) (Spielberger, 1972). Alat ukur ini telah dimodifikasi oleh Dr. Bill

Raksadjaya. Trait Scale terdiri dari 20 kalimat pernyataan yang menjaring

keadaan individu pada umumnya. Sedangkan State Scale terdiri dari 20 kalimat

pernyataan yang menjaring keadaan individu pada saat ini atau sekarang.

Penyebaran item-item yang memiliki makna positif dan negatif pada

kuesioner trait anxiety dan state anxiety adalah sebagai berikut:

Item Positif 2, 4, 9, 15, 17, 18, 19, 20


Trait Anxiety
Item Negatif 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16
Item Positif 1, 4, 7, 9, 10, 14, 15, 16, 18, 19
State Anxiety
Item Negatif 2, 3, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 17, 20

3.3.2. Sistem Penilaian Alat Ukur The State-Trait Anxiety Inventory

Adapun tahapan pemberian skor pada tes ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi skor 1 pada pernyataan-pernyataan yang ditandai oleh setiap

wanita hamil yang menunjukkan adanya gejala-gejala kecemasan.

Pemberian skor 1 diberikan apabila subyek menandai item-item yang

memiliki makna positif dengan jawaban TS (Tidak Setuju) dan menandai


31

item-item yang memiliki makna negatif dengan jawaban S (Setuju).

Pemberian skor 1 ini menandakan subyek memiliki derajat anxiety yang

tinggi. Begitu pula sebaliknya, pemberian skor 0 apabila subyek menandai

item-item yang memiliki makna positif dengan jawaban S (Setuju) dan

menandai item-item yang memiliki makna negatif dengan jawaban TS

(Tidak Setuju). Pemberian skor 0 ini menandakan subyek memiliki derajat

anxiety yang rendah.

2. Kemudian skor-skor tersebut dijumlahkan, maka akan diperoleh jumlah

total skor yang akan berkisar antara 0-20.

3.3.3. Data Pribadi

Untuk melengkapi dan menunjang hasil penelitian, maka kepada sampel

diberikan pula data pribadi dan data penunjang yang mencakup hal-hal mengenai :

 Identitas pribadi : nama (inisial), alamat, usia, pendidikan terakhir, usia

kehamilan.

3.4. Validitas dan Reliabilitas

3.4.1. Validitas Alat Ukur

Pengujian validitas alat ukur dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

alat ukur yang digunakan dapat benar-benar mengukur apa yang ingin diukur.

Semakin tinggi validitas alat ukur, maka alat ukur semakin menunjukkan apa yang

seharusnya diukur. Validitas alat ukur yang digunakan adalah construct validity,

yaitu pengukuran validitas melalui penilaian relevansi dari item-item tes dengan

variable yang diukur (Ranjit Kumar, 1999).


32

Konsistensi construct validity diujikan dengan mencari koefisien korelasi

antara skor masing-masing item, dengan skor total aspek, dengan menggunakan

teknik Korelasi Rank Spearman. Dalam penelitian ini, alat ukur variabel derajat

anxiety menggunakan kuesioner berskala ordinal. Langkah- langkah dalam

perhitungan statistic Rank Spearman adalah sebagai berikut :

- Memberikan skor tiap item dari seluruh responden.

- Mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total dari seluruh

responden dengan rumus :

∑ data kembar 3−∑ data kembar


∑ Tx = [ 12 ]
N 3−N
∑ x2 = −∑ Tx
12

∑ data kembar 3−∑ data kembar


∑ Ty = [ 12 ]
N 3−N
∑ y2 = −∑ Ty
12

∑ x2 +∑ y 2−∑di 2
Rs =
2√ ∑ x2 × ∑ y2

Keterangan

Rs : R hitung

∑X2 : Jumlah variabel X yang sudah di ranking terlebih dahulu (per item)

∑Y2 : Jumlah variabel Y yang sudah di ranking terlebih dahulu (per aspek)
33

N : Jumlah responden

∑Tx : Jumlah data yang sama pada variabel X

∑Ty : Jumlah data yang sama pada variabel Y

12 : Konstanta

Kriteria yang digunakan untuk menentukan validitas sesuai dengan kriteria

Guilford (1956), apabila rs:

0,00-0,19 : Validitas sangat rendah (item tidak digunakan)

0.20-0,39 : Validitas rendah (item harus direvisi)

0,40-1,00 : Validitas sedang (item dapat digunakan)

3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur

Uji reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yang

digunakan memiliki taraf ketelitian, kepercayaan dan stabilitas sehingga alat ukur

tersebut dapat dikatakan reliabel.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik split half untuk

menghitung indeks reliabilitas. Langkah-langkah yang digunakan dalam teknik ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan item–item yang diterima (berdasarkan uji validitas) menjadi

satu, sedangkan item-item yang tidak valid tidak akan digunakan atau

dibuang.

2. Membagi item-item yang valid tersebut menjadi dua kelompok, yaitu genap

dan ganjil. Kelompok pertama berisikan item nomor ganjil, sedangkan

kelompok kedua berisikan item nomor genap.


34

3. Skor untuk masing-masing item pada setiap kelompok dijumlahkan.

Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing

responden, yakni skor total kelompok pertama dan kelompok kedua.

4. Mengkorelasikan skor kelompok pertama dengan skor total kelompok kedua

dengan menggunakan teknik korelasi Rank Spearman dengan rumus :

n ∑ XY −∑ X ∑ Y
rs= 2 2 2 2
√ [n ∑ X ❑ ][
−( ∑ X ) n ∑ Y −(∑ Y ) ]
Keterangan :

X = Total skor item ganjil.

Y = Total skor item genap.

5. Menghitung reliabilitas dengan rumus :

2(r tt )
rtot = 1+ r tt

Keterangan:

rtot = angka reliabilitas seluruh item

rtt = angka korelasi kelompok pertama dan kelompok kedua

Menentukan besarnya reliabilitas sesuai dengan kriteria Guilford (1956), yaitu:

0,00-0,19 : Reliabilitas sangat rendah (item tidak digunakan)

0.20-0,39 : Reliabilitas rendah (item harus direvisi)

0,40-0,69 : Reliabilitas sedang (item dapat digunakan)

0,70-0,89 : Reliabilitas tinggi (item dapat digunakan)

0,90-1,00 : Reliabilitas sangat tinggi (item dapat digunakan)


35

3.5. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel

3.5.1.Populasi Sampel

Populasi sampel dalam penelitian ini adalah wanita hamil, sebanyak 30

orang. Pemilihan sampel menggunakan teknik random sampling.

3.5.2.Karakteristik Populasi

 Wanita hamil usia 20-25 tahun.

 Wanita yang mengalami kehamilan pertama dan memasuki trimester

ketiga (bulan ketujuh, kedelapan dan kesembilan).

3.5.3.Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu sampel yang

digunakan dalam penelitian diambil berdasarkan karakteristik-karakteristik

tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisa deskriptif, yaitu peneliti mencoba menggambarkan hasil penelitian dalam

bentuk uraian. Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan sebagai berikut:

1. Hasil dari kuesioner STAI dari setiap responden diolah sesuai prosedur yang

telah ditetapkan kemudian dilakukan analisa deskriptif untuk memperoleh

gambaran mengenai derajat trait anxiety dan derajat state anxiety.


36

2. Setelah diperoleh derajat trait anxiety dan derajat state anxiety dari setiap

responden, barulah ditarik kesimpulan, apakah responden termasuk ibu

hamil dengan derajat anxiety yang tinggi atau rendah.


37

Petunjuk Pengisian Kuesioner State Anxiety:

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang digunakan orang untuk

menggambarkan keadaan dirinya. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti.

Apabila Saudara menemukan sebuah pernyataan yang SESUAI dengan apa yang

Saudara rasakan pada saat tertentu, lingkarilah huruf “S” sesuai dengan nomor

pernyataan tersebut. Namun apabila Saudara menemukan pernyataan yang

TIDAK SESUAI dengan apa yang Saudara rasakan pada saat tertentu, lingkarilah

huruf “TS” sesuai dengan nomor pernyataan tersebut.

Jawaban Saudara tidak ada yang benar atau salah. Bekerjalah dengan teliti,

cepat, dan jujur sesuai dengan apa yang Saudara rasakan saat itu.
38

1. Saya merasa tenang mengerjakan pekerjaan rumah tangga S TS


sehari-hari, walaupun dalam kondisi hamil.
2. Saya merasa gugup saat saya mengetahui saya dalam kondisi S TS
hamil.
3. Saya merasa gelisah saat memikirkan perubahan fisik yang S TS
terjadi dalam tubuh saya, selama masa kehamilan.
4. Saya merasa bahagia dengan kehamilan yang saya jalani. S TS

5. Saya merasa tegang menjalani kegiatan sehari-hari, karena S TS


kondisi kehamilan saya.
6. Saya merasa tidak tenang, karena memikirkan kondisi janin S TS
yang saya kandung.
7. Saya merasa yakin akan diri saya bahwa saya bisa tetap S TS
menjalani kegiatan saya sehari-hari seperti biasa meskipun
dalam kondisi hamil.
8. Saya menyesal karena dengan kondisi kehamilan saya, saya S TS
tidak dapat menjalani kegiatan dengan maksimal.
9. Saya merasa lega karena mendapat dukungan dari suami dan S TS
keluarga.
10. Saya merasa santai menjalani aktivitas saya sehari-hari. S TS

11. Saya merasa risau jika harus memeriksakan diri ke dokter S TS


kandungan.
12. Saya merasa kacau saat efek kehamilan seperti mual-mual S TS
dan muntah terjadi pada diri saya.
13. Saya merasa khawatir tidak dapat memuaskan suami saat S TS
berhubungan intim, karena kondisi kehamilan saya.
14. Saya merasa sejahtera karena dokter memberikan pengertian S TS
dan kenyamanan dengan kondisi kehamilan saya saat ini.
15. Saya merasa tenteram karena suamin cukup memberikan S TS
semangat dan pengertiannya dengan kondisi kehamilan yang
saya jalani.
16. Saya merasa senang dapat menjaga janin yang saya kandung. S TS

17. Saya merasa perasaan saya hampir tak terkendalikan apabila S TS


mengidamkan makanan atau minuman yang saya inginkan.
39

18. Saya merasa nyaman dengan lingkungan sekitar saya yang S TS


memperhatikan kehamilan saya.
19. Saya merasa gembira menyambut kelahiran bayi yang saya S TS
kandung.
20. Saya merasa khawatir suami akan merasa kecewa dengan S TS
perubahan fisik saya selama masa kehamilan.
40

Petunjuk Pengisian Kuesioner Trait Anxiety:

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang digunakan orang untuk

menggambarkan keadaan dirinya. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti.

Apabila Saudara menemukan sebuah pernyataan yang SESUAI dengan apa yang

Saudara rasakan, lingkarilah huruf “S” sesuai dengan nomor pernyataan tersebut.

Namun apabila Saudara menemukan pernyataan yang TIDAK SESUAI dengan

apa yang Saudara rasakan, lingkarilah huruf “TS” sesuai dengan nomor

pernyataan tersebut.

Jawaban Saudara tidak ada yang benar atau salah. Bekerjalah dengan teliti,

cepat, dan jujur sesuai dengan apa yang Saudara rasakan saat itu.
41

KUESIONER TRAIT ANXIETY


1. Saya merasa selalu ingin menangis dengan masalah yang S TS
saya hadapi.
2. Saya merasa enak menjalani rutinitas hidup saya. S TS
3. Saya kehilangan sesuatu karena saya tidak bertindak cepat. S TS
4. Saya merasa tenteram dengan apa yang saya lakukan. S TS
5. Saya merasa kesukaran-kesukaran demikian bertumpuk S TS
sehingga saya tidak dapat mengatasinya.
6. Saya cepat letih dalam menghadapi masalah di keseharian S TS
saya.
7. Saya cenderung menganggap segala sesuatu sebagai hal S TS
yang berat.
8. Saya kurang puas terhadap diri sendiri. S TS
9. Saya mencoba menghindarkan diri dalam menghadapi S TS
kesukaran atau kesulitan.
10. Saya merasa murung dengan berbagai permasalahan yang S TS
saya hadapi.
11. Saya ingin sebahagia orang lain. S TS
12. Saya selalu diganggu oleh pikiran-pikiran yang sebenarnya S TS
tidak berarti.
13. Kekecewaan-kekecewaan yang saya rasakan sangat S TS
mendalam, sehingga tidak dapat dihilangkan dari pikiran
saya.
14. Saya berada dalam keadaan tegang atau kacau, bila S TS
memikirkan keadaan saya saat ini.
15. Saya merasa aman, tenang, dan hangat dengan lingkungan S TS
sekitar saya.
16. Saya merasa sangat khawatir akan hal-hal yang sebenarnya S TS
sepele.
17. Saya merasa gembira dengan apa yang saya capai. S TS
18. Saya merasa sejahtera dengan kehidupan saya sekarang. S TS
19. Saya merasa bahagia menjadi orang yang telah berhasil. S TS
20. Saya seorang yang berpendirian teguh dengan keputusan S TS
yang saya ambil.
42
43

Anda mungkin juga menyukai