Anda di halaman 1dari 5

Tata Cara Pemakzulan (Impeachment) di Indonesia1

Beberapa bulan ini di media cetak maupun televisi sering


kali kita mendengar kata-kata pemakzulan atau impeachment tepatnya
saat para wakil kita di DPR-RI sedang sibuk dengan Pansus-Century.
Secara harfiah makzul dalam kamus besar bahasa Indoensia yang baru
berarti meletakkan jabatan, turun tahta raja, kata ini merupakan bahasa
serapan dari bahasa arab, sedangkan di dunia barat lebih dikenal dengan
impeachment yang memiliki arti yang kurang lebih sama secara harfiah.
Pemakzulan (lebih populer disebut impeachment) adalah sebuah proses
dari sebuah badan legislatif yang secara resmi menjatuhkan dakwaan
terhadap seorang pejabat tinggi negara.2 Jelas disini pemakzulan bukan
selalu berarti pemecatan atau pelepasan jabatan, tetapi hanya merupakan
pernyataan dakwaan secara resmi, mirip pendakwaan dalam kasus-kasus
kriminal, sehingga hanya merupakan langkah pertama menuju
kemungkinan pemecatan. Selaras dengan praktek-nya pemakzulan yang
dilakukan oleh badan legislatif di beberapa negara di dunia yang
menganut cara ini hanya beberapa pemakzulan yang menyebabkan
berhentinya seseorang dari jabatan yang dia pegang (pejabat negara).

Contohnya saja di Amerika pernah terjadi beberapa kali


proses impeachment terhadap Presiden misalnya pada Andrew Johnson,
dan William Clinton, tidak berakhir pada pemberhentian jabatannya sebgai
presiden.3 Sedangkan pada proses pemakzulan di Lithuania, Rolandas
Paskas, proses impeachment itu berakhir pada berhentinya Paskas pada
tanggal 6 April 2004, dan pemakzulan pada Presiden Indonesia sendiri
yaitu Abdurahman Wahid yang lebih dikenal dengan Gus-Dur yang

1
Tugas HTLN IV (Miranda Risang Ayu S.H,L.LM,Ph.D dan Lailani Sungkar S.H)
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemakzulan.
3
http://id.wikisource.org/wiki/Mekanisme_Impeachment_&_Hukum_Acara_Mahkamah_Ko
nstitusi / Kata_Pengantar/Mahkamah_Konstitusi_Republik_Indonesia
berakhir dengan berhentinya Gus-Dur dari jabatan presiden pada tahun
2001.4

Menarik jika kita telaah lebih dalam mengenai pemakzulan


atau impeachment ini . Dan setidaknya ada 3 (tiga) hal yang menarik
dalam melakukan pengkajian mengenai pemakzulan (impeachment).
Pertama adalah mengenai objek pemakzulan (impeachment), kedua
mengenai alasan-alasan pemakzulan (impeachment), dan yang ketiga
mengenai mekanisme pemakzulan (impeachment). 5

Pertama mengenai objek pemakzulan (impeachment), Objek


dari tuduhan impeachment tidak hanya terbatas pada pemimpin negara,
seperti Presiden atau Perdana Menteri, namun juga pada pejabat tinggi
negara. Objek dari impeachment diberbagai negara berbeda-beda dan
terkadang memasukkan pejabat tinggi negara seperti hakim atau ketua
serta para anggota lembaga negara menjadi objek impeachment. Namun
objek impeachment yang menyangkut pimpinan negara akan lebih banyak
menyedot perhatian publik. Seiring dengan Perubahan UUD 1945,
Indonesia juga mengadopsi mekanisme impeachment yang objeknya
6
hanya menyangkut pada Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Yang kedua Alasan-alasan impeachment pada masing-


masing negara juga berbeda-beda. Selain itu, perdebatan mengenai
penafsiran dari alasan impeachment juga mewarnai proses impeachment
atau menjadi wacana eksplorasi pengembangan teori dari sisi akademis.
Contohnya adalah batasan dari alasan perbuatan tercela dan tindak
pidana berat yang dapat digunakan sebagai dasar pemakzulan
(impeachment) di Amerika Serikat. Di Indonesia, kedua alasan tersebut
diadopsi dan diterjemahkan dengan “perbuatan tercela” dan “tindak
pidana berat lainnya”. Sedangkan definisi atas alasan pemakzulan

4
Ibid.
5
Ibid.
6
UUD 1945 pasal 7A
(impeachment) tersebut di Indonesia dijabarkan dalam Pasal 10 ayat (3)
UU MK. Yang disebut “tindak pidana berat lainnya” adalah tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Sedangkan “perbuatan tercela” adalah perbuatan yang dapat
merendahkan martabat Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Dan yang terkhir adalah mengenai mekanisme pemakzulan


(impeachment). Mengenai mekanisme pemakzulan (impeachment) di
negara-negara yang mengadopsi ketentuan ini juga berbeda-beda.
Namun secara umum, mekanisme pemakzulan (impeachment) pasti
melalui sebuah proses peradilan tata negara, yang melibatkan lembaga
yudikatif, baik lembaga itu adalah Mahkamah Agung (Supreme Court)
atau Mahkamah Konstitusi (Constitutional Court). Bagi negara-negara
yang memiliki 2 lembaga pemegang kekuasaan yudikatif yaitu Mahkamah
Agung dan Mahkamah Konstitusi, maka besar kecenderungan bahwa
Mahkamah Konstitusi-lah yang terlibat dalam proses mekanisme
pemakzulan (impeachment) tersebut. Keterlibatan Mahkamah Konstitusi
dalam proses pemakzulan (impeachment) itu sendiri berbeda dimasing-
masing negara, tergantung pada sistem pemerintahan yang dimiliki oleh
negara tersebut serta tergantung pula pada kewenangan yang diberikan
oleh Konstitusi kepada Mahkamah Konstitusi dalam keterlibatannya pada
proses pemakzulan (impeachment).7 Proses pemakzulan (impeachment)
di Indonesia melalui proses di 3 lembaga negara secara langsung. Proses
yang pertama berada di DPR. DPR melalui hak pengawasannya
melakukan proses “investigasi” atas dugaan-dugaan bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden melakukan tindakan-tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai tindakan yang tergolong dalam alasan-alasan
pemakzulan (impeachment).8 Setelah proses di DPR selesai, dimana
Rapat Paripurna DPR bersepakat untuk menyatakan bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah melakukan tindakan yang tergolong alasan
7
Op Cit.
8
UUD 1945 pasal 7B ayat 1
untuk di-impeach maka putusan Rapat Paripurna DPR itu harus dibawa ke
Mahkamah Konstitusi. Sebelum akhirnya proses impeachment ditangani
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk mendapat kata akhir
akan nasib Presiden dan/atau Wakil Presiden.9

Daftar Pustaka

Undang-Undang Dasar 1945

9
UUD 1945 pasal 7B ayat 5
http://id.wikisource.org/wiki/Mekanisme_Impeachment_&_Hukum_Acara_
Mahkamah_Konstitusi/Kata_Pengantar/Mahkamah_Konstitusi_Republik_I
ndonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemakzulan.

Anda mungkin juga menyukai