Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.
Doktrin kristiani yang mungkin sulit diterima dan dipahami adalah
Doktrin Allah Tritunggal. Banyak orang mengatakan ini sungguh tidak
masuk akal. Bagaimana mungkin ada tiga Allah (seperti banyak orang di
luar kekristenan beranggapan), tetapi ternyata ada satu.
Di suatu ketika iman Kristen mengakui akan Allah yang Esa, tetapi
di pihak lain mengajarkan akan tiga pribadi yang berbeda. Pihak yang
pertama menolak doktrin ini dan pihak kedua memilih untuk
mempercayainya namun tidak mau untuk memahaminya karena begitu
rumit. Pihak pertama, yang masih menggolongkan dirinya sendiri sebagai
umat percaya mengembangkan pengajaran tentang ketritunggalan Allah,
kalau memang itu masih bisa disebut ketritunggalan Allah, dengan bentuk
yang lebih diterima. Pendapat yang kedua ini cukup banyak beredar di
kalangan Kristen. Mereka berkata bahwa mereka percaya akan ajaran
Trinitas, tetapi jika ditanya akan pemahaman mereka, maka mereka akan
berkata,¨Pokoknya percaya aja.¨ Padahal kita jelas harus menambahkan
kepada iman kita pengetahuan akan kebenaran, yang nantinya akan
memberikan kepada kita pemahaman yang baru akan apa yang kita imani
itu. Kita semakin mengenal Allah kita. Siapa Dia sebenarnya. Kita belajar
tentang Allah Tritunggal ini bukan karena pengajaran ini masuk akal atau
lebih mudah diterima, tetapi karena Alkitab sendiri jelas berbicara tentang
hal ini. Dalam usaha memahami doktrin ini kita harus membangun sikap
yang lebih bertanggung jawab di hadapan Allah.

2. Tujuan.
a. Memahami tentang keesaan Allah/ Trinitas
b. Mampu menyikapi Doktrin tentang Trinitas/Keesaan Allah.
c. Mampu mempertanggungjawabkan apa yang kita imani.

1
3. Rumusan Masalah.
a. Apa arti Trinitas/Allah Tritunggal?
b. Sikap yang harus dimiliki dalam pemahaman Trinitas Allah dan
c. Bagaimana cara mempertanggungjawabkan Iman kita tentang Trinitas
Allah?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Apa makna Trinitas/ Allah Tritunggal?


Allah Tritunggal: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus
merupakan inti ajaran Kristen. Ketiga Pribadi sama kedudukannya, sama
kuasanya, dan sama kemuliaannya. Ketiganya satu dalam esensi dan
memiliki sifat yang sama. Ke-mahakuasa-an,ke-tidak-berubah-an, ke-
mahasuci-an, ke-tidak-tergantung-an, dimiliki oleh masing-masing Pribadi
Allah.
Masing-masing Pribadi adalah Allah, namun ke tiga Pribadi tidak
identik, maka Allah Bapa bukan Allah Anak; Allah Anak bukan Allah Roh
Kudus; dan Allah Roh Kudus bukan Allah Bapa. Ketiganya dapat
dibedakan, tetapi didalam esensi (Keberadaan) tidak terpisahkan.

1.1. Pengertian Allah Bapa.


Allah sebagai Bapa yang memelihara, yang memberikan kasih
seorang Bapa Sejati yang sangat mesra, begitu penyayang dan begitu
tertib penuh ketegasan (disiplin). Bapa Sorgawi tidak pernah sama
dengan para bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini dalam hal
kasih dan karakter yang tidak dapat terbandingi dengan kasih dan
karakter Bapa Sorgawi. Allah sebagai Bapa Sorgawi merupakan Bapa
yang sempurna dari segala bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia
ini yang adalah gambaran dan rupa (duplikat dan bayangan) dari Sang
Bapa Sorgawi yang murni. Allah sebagai Bapa disini bertindak
sebagai ‘Masterplan” atau yang membuat rencana.

3
1.2. Pengertian Allah Anak.
Allah sebagai teladan dengan Ia merendahkan diri-Nya dalam
rupa manusia dan mengenakan nama Yesus yang adalah Kristus (Allah
yang datang sebagai manusia), taat pada semua hukum yang telah Ia
tetapkan, mati di kayu salib, dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang
ketiga, dan naik ke surga dan dari sana Ia akan datang untuk
menghakimi orang yang hidup dan mati. Ia adalah teladan iman sejati
dan sumber kehidupan bagi orang Kristen. Allah telah menunjukkan
kasih-Nya yang terbesar dengan menjadi Anak yang mati di kayu salib.
Ini adalah berita Injil yang adalah kekuatan Allah. Alkitab menyatakan
bahwa Anak merupakan yang Anak sulung Allah dari semua anak-
anak Allah dimaksudkan bahwa Anak pun merupakan "Sahabat Sejati"
yang rela mengorbankan Nyawa-Nya dan tidak menyayangkannya
sama sekali untuk manusia dapat diterima sebagai anak-anak Allah.
Allah Anak disini bertindak sebagai pelaku.

1.3. Pengertian Allah Roh Kudus.


Allah sebagai Pembimbing, Pendamping, Penolong, Penyerta,
dan Penghibur yang tidak terlihat, namun berada dalam hati setiap
manusia yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan hidup
didalam-Nya.
Roh Kudus bukanlah tenaga aktif. Roh Kudus bukanlah
kebijaksanaan (pikiran) tertinggi dari seluruh alam. Roh Kudus
bukanlah manusia tokoh pendiri suatu agama baru. Roh Kudus tidak
pernah berbau hal yang mistik. Memang benar bahwa Allah itu maha
kuasa, tetapi Roh Kudus itu bukan sekedar kuasa atau kekuatan, tetapi
Roh Kudus adalah Allah, sebab Allah itu Roh. Dengan demikian Roh
Kudus adalah Pribadi Allah itu sendiri dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Allah. Tidak kalah dengan Allah Bapa dan Allah
Anak, Allah Roh Kudus disini senantiasa menyertai dalam setiap
langkah hidup kita.

4
Dari kesimpulan dan pengertian diatas dapat kita tangkap
bahwa Allah Bapa yang di sorga sebagai perencana, dan dia turun ke
bumi dalam wujud manusia sebagai Anak yaitu pelaku Firman, dan
setelah mati di kayu salaib dan dibangkitkan, Allah Roh Kudus
senantiasa menyertai kita.
“Jadi Allah kamu ada3??” Pertanyaan ini mungkin akan
terlontar kepada kita. Kemudian bagaimana kita menanggapinya?

2. Sikap yang harus dibangun dalam memahami trinitas Allah.


Satu pihak mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah manusia;
seratus persen manusia, bukan Allah. Tapi pihak lain mengatakan bahwa
Dia seratus persen Allah yang menjadi manusia, dan ketika Ia
menggunakan atau mengenakan tubuh manusia, Ia tetap Allah seratus
persen. Tetapi di pihak lain mengatakan bahwa Dia adalah Allah seratus
persen, tetapi juga manusia seratus persen. Perdebatan yang tak pernah
habis-habisnya; bergulir dari tahun ke tahun, bahkan dari abad ke abad.
Di ayat yang ke-2 Injil Yohanes pasal 1 tertulis, “Ia pada mulanya
bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa
Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.”
Pada kenyataannya bahwa Firman inilah yang menunjuk pribadi
Tuhan Yesus Kristus. Firman inilah pribadi Tuhan Yesus Kristus yang
menjadi manusia, mengenakan tubuh seperti kita manusia, yang bisa
mengalami atau menderita pedih, sakit bila dilukai; lapar bila perut
kosong; haus bila memerlukan minuman.
Tidak menjadi masalah, Saudaraku, pernyataan yang mengatakan
apakah Dia Allah seratus persen atau manusia seratus persen ketika
mengenakan tubuh manusia. Yang penting kita memercayai, Saudaraku,
bahwa Ia tidak dilahirkan dari darah dan daging seperti kita. Yang kita
percaya bahwa Dia datang dari Allah; bahwa Dia pribadi kedua dari Allah
yang Esa, Allah yang Tunggal, Tuhan Semesta Alam yang menciptakan

5
langit dan bumi. Inilah keunikan daripada Allah yang diyakini oleh orang
Kristen.

3. Cara mempertanggungjawabkan Iman kita tentang Trinitas Allah.


Kita tidak perlu malu mengakui bahwa Allah yang kita yakini itu
ada Allah Bapa, ada Allah Anak. Tidak perlu kita merasa malu kalau
orang mengatakan, “Kok Allahmu bukan esa?” Ya, Allah kita esa, tapi
pengertian ‘esa’ yang kita pahami dengan ‘esa’ yang banyak orang pahami
itu beda. Perbedaan ini tidak perlu diperuncing, timbul perdebatan, timbul
adu argumentasi yang akhirnya menyisakan kepahitan, akhirnya membuat
hubungan tidak harmonis atau disharmonis dengan sesama kita.
Kalau ada orang mengatakan Allah itu harus begini, esa misalnya,
ya silakan. Saya juga mengatakan Allah itu esa lho. Tapi bukan esa—satu
dalam pengertian matematik, sebab kita percaya, Tuhan Semesta Alam
yang menciptakan langit dan bumi itu Tuhan yang di dalamnya ada Allah
Bapa dan Allah Anak. Dan ketika Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus
menjadi manusia, Dia mengakui eksistensi Bapa di Surga; Dia mengakui
Bapa di Surga lebih besar dari diri-Nya; Dia mengakui ketergantungan
yang harus Dia miliki terhadap Bapa di Surga. Dan ini bukan satu hal yang
membuat kita menjadi ragu-ragu menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan;
bahwa Dia adalah Allah sendiri. Ada orang berkata begini, “Kalau Yesus
Kristus itu Tuhan, kenapa Dia berdoa? Dia berdoa kepada siapa?” O iya,
Dia Tuhan! Apa artinya ‘Tuhan’? Sekarang saya persoalkan dulu. ‘Tuhan’
artinya “Majikan, Sang Penguasa, Yang Diberi Kekuasaan”. Dia berdoa
kepada siapa? Dia berdoa kepada Allah Bapa di Surga. Sebab Pribadi
Kedua dari Allah yang Esa itu turun menjadi manusia; mengenakan tubuh
manusia, dan hidup dalam ketergantungan penuh kepada Bapa di Surga
yang diakui lebih besar dari diri-Nya.

6
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan.
Tritunggal tidak secara lengkap menjelaskan tentang karakter Allah
yang bersifat misteri. Sebaliknya, doktrin ini memberikan perbatasan yang
tidak boleh kita langkahi. Doktrin ini menjelaskan batas pemikiran kita
yang terbatas. Doktrin Tritunggal menuntut kita untuk setia pada wahyu
ilahi yang menyatakan bahwa dalam satu pengertian Allah adalah esa dan
dalam pengertian lain Dia dalah tiga.
Allah dalam Perjanjian Lama dan Allah Dalam Perjanjian baru
adalah Allah yang Esa, dan dalam keEsaan-Nya itu mempunyai tiga
Pribadi di dalam esensi atau substansi(sifat dasar) yang sama dan Esa itu.
Kita harus lebih memahami doktrin tentang trinitas Allah ini sebagai
pertanggungjawaban Iman Kristen kita.

2. Saran.
Dengan kita memiliki pengetahuan tentang Trinitas Allah secara
langsung kita akan memahami Firman karena Firman itu menumbuhkan
dan membangun setiap karakter/ pribadi kita. Karena pada dasarnya kita
diciptakan serupa gambar dan rupa Allah dan kepada-Nya lah kita
mempertanggungjawabkan seluruh eksistensi kehidupan kita.
Semoga setelah memahami tentang Trinitas Allah ini kita tidak
takut maupun bingung lagi menghadapi pertanyaan “Kok Allahmu ada
3??”

Anda mungkin juga menyukai