Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Faktor perilaku keluarga


Faktor perilaku dinilai dari tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan. Tingkat
pengetahuan keluarga dan penderita tentang kesehatan sudah cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari tingkat pendidikan keluarga pasien yang tinggi yang menerapan akan
pengetahuan kesehatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tingkat pengetahuan ini diikuti dengan sikap yang baik pula oleh keluarga Ny. Nurul
yang setuju bahwa kondisi sehat seseorang ditentukan oleh tindakan yang sehat orang
tersebut, yaitu dengan menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih. Namun, tindakan
tentang kesehatan keluarga ini belum sepenuhnya dilakukan. Hal ini dapat dilihat pada
perilaku penderita maupun anggota keluarga yang lain yang tidak memperhatikan faktor-
faktor risiko terhadap timbulnya penyakit, dalam hal ini adalah faringitis kronis, yang dapat
memperberat penyakit penderita bahkan menyebabkan komplikasi.
Perilaku dalam sebuah keluarga sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku
sakit tiap anggota keluarga berbeda. Ketika ayah dan ibu penderita sakit mereka
mencoba untuk self limiting disease terlebih dahulu, bila tidak sembuh maka mereka
langsung mencari pelayanan kesehatan (dokter keluarga).

B. Faktor non perilaku

Faktor nonperilaku dapat dinilai dari lingkungan rumah keluarga, keturunan, dan pelayanan
kesehatan.
1. Lingkungan rumah keluarga Ny. nurul

Gambar 4.1. Skematis Rumah Ny.Nurul

Rumah keluarga pasien berlokasi di daerah perumahan. Kepemilikan rumah


keluarga pasien adalah sendiri. Bentuk bangunan keluarga pasien tidak bertingkat.
Dalam pembahasan keadaan rumah, penulis menjabarkannya berdasar pada
keadaan rumah berkaitan dengan kesesuaiannya terhadap kriteria rumah sehat.
Pembahasan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Luas bangunan rumah


Luas rumah keluarga pasien adalah 85 m2, jumlah orang dalam satu rumah
adalah sebanyak 4 orang. Perbandingan luas rumah dengan jumlah penghuni
adalah 21,25 m2/orang. Syarat rumah sehat adalah memenuhi luas rumah yang
optimum yaitu 2,5-3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga) (Notoatmodjo,
2003). Dapat disimpulkan bahwa perbandingan luas bangunan rumah terhadap
jumlah penghuni rumah keluarga pasien telah memenuhi kriteria rumah sehat.
b. Bahan bangunan
Bahan bangunan berguna dalam membentuk lantai, dinding, atap, tiang, kaso,
dan reng. Bahan bangunan merupakan hal yang penting ditinjau guna
mewujudkan rumah sehat. Berikut ini adalah penjabaran dari kondisi bahan
bangunan rumah keluarga pasien :
1) Lantai rumah terbuat dari keramik.
2) Dinding rumah terbuat dari tembok.
3) Atap rumah terbuat dari genteng.
Semua bahan bangunan yang digunakan dalam pembangunan rumah keluarga
pasien telah memenuhi kriteria rumah sehat yang disesuaikan dengan kondisi
tempat tinggal pasien ditinjau dari bahan bangunan yang membentuknya karena
bahan bangunan yang digunakan sesuai dengan daerah tropis, Indonesia.
Bahan bangunan yang digunakan dalam pembuatan sebuah rumah perlu
disesuaikan dengan kondisi lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).
c. Ruangan
Rungan dalam rumah keluarga pasien terdiri dari tiga kamar tidur, satu dapur,
satu kamar mandi, satu ruang keluarga. Kamar tidur terdiri dari dua kamar tidur
anak yang digunakan oleh Ilyas dan Aurel dan satu kamar tidur digunakan oleh
orang tua. Penjabaran kondisi per ruangan rumah adalah sebagai berikut:
1) Ruang keluarga
Ruang keluarga memiliki dengan luas sebesar 5267,5 cm2 atau 0,52
m2. Perhitungan luas ventilasi amat penting dalam menilai apakah rumah itu
sehat atau tidak. Ventilasi memiliki fungsi menjaga aliran udara di dalam
rumah agar tetap segar dan membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen. Perlindungan ini dapat terjadi karena
adanya aliran udara yang berjalan terus-menerus. Fungsi lain dari ventilasi
adalah menjaga agar ruangan ruma selalu tetap di dalam kelembaban yang
optimum (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999, luas
penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas
lantai. Dari persentase luas ventilasi terhadap luas lantai kamar tidur anak
adalah sebesar 3,79%, [(0,52 m2 ÷ 25,69 m2)x100% = 2,02%]. Ditinjau dari
persyaratan kesehatan rumah tinggal, ventilasi kamar tidur anak pada
keluarga pasien tergolong sebagai kamar tidur tidak sehat karena
persentase ventilasi terhadap luas lantai kamar tidur adalah kurang dari
10%. Namun hal ini tidak dapat dikatakan tidak sehat sepenuhnya karena
perolehan ventilasi alamiah dibantu dengan adanya jendela dan pintu.
Dalam ruang keluarga, terdapat kipas angin sebagai ventilasi
buatan. Tidak terasa lembab dalam rumah dan kesan ventilasi dalam rumah
sudah cukup.
2) Kamar tidur anak
Kamar tidur anak memiliki panjang dan lebar masing-masing 4 m
dan 3,5 m dengan luas 14 m2 . Berdasar pada Persyaratan Kesehatan
Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
829/Menkes/SK/VII/1999, luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak
dibawah umur 5 tahun. Ditinjau dari persyaratan kesehatan rumah tinggal,
kamar tidur anak pada keluarga pasien tergolong sebagai kamar tidur sehat.
Ventilasi jendela kamar tidur anak memiliki panjang dan lebar
masing-masing 70,5 cm dan lebar 35 cm dengan luas 2467,5 cm2
sedangkan ventilasi pintu memiliki panjang dan lebar masing-masing 80 cm
dan 35 cm dengan luas 2800 cm2 . Total luas ventilasi pada kamar tidur anak
adalah penjumlahan luas ventilasi pintu dan ventilasi jendela pada kamar
tidur anak yakni sebesar 5267,5 cm2 atau 0,53 m2. Dari persentase luas
ventilasi terhadap luas lantai kamar tidur anak adalah sebesar 3,79%, [(0,53
m2 ÷ 14 m2)x100% = 3,79%]. Ditinjau dari persyaratan kesehatan rumah
tinggal, ventilasi kamar tidur anak pada keluarga pasien tergolong sebagai
kamar tidur tidak sehat karena persentase ventilasi terhadap luas lantai
kamar tidur adalah kurang dari 10%.
3) Kamar tidur orang tua
Kamar tidur orang tua memiliki panjang dan lebar masing-masing
2,75 m dan 2,25 m dengan luas 6,2 m 2. Ditinjau dari persyaratan kesehatan
rumah tinggal, kamar tidur anak pada keluarga pasien tergolong sebagai
kamar tidur sehat.
Ventilasi jendela kamar tidur orang tua memiliki panjang dan lebar
masing-masing 77 cm dan 17 cm dengan luas 1309 cm2 atau 0,13 m2
sedangkan ventilasi pintu memiliki panjang dan lebar masing-masing 77 cm
dan 17 cm dengan luas 1309 cm2. Total luas ventilasi pada kamar tidur
orangtua adalah penjumlahan luas ventilasi pintu dan ventilasi jendela pada
kamar tidur orangtua yakni sebesar 2618 cm2 atau 0,26 m2. Dari persentase
luas ventilasi terhadap luas lantai kamar tidur orangtua adalah sebesar
4,19%, [(0,26 m2 ÷ 6,2 m2)x100% = 4,19%]. Ditinjau dari persyaratan
kesehatan rumah tinggal, ventilasi kamar tidur anak pada keluarga pasien
tergolong sebagai kamar tidur tidak sehat karena persentase ventilasi
terhadap luas lantai kamar tidur adalah kurang dari 10%.
4) Dapur
Ruang dapur memiliki ukuran panjang dan lebar masing-masing 211
cm dan 363 cm dengan luas 76593 cm2, sedangkan ventilasi ruang dapur
memiliki panjang dan lebar masing-masing 71 cm dan 40 cm dengan luas
2840 cm2. Dari persentase luas ventilasi terhadap luas lantai dapur adalah
sebesar 3,66%, [(0,28 m2 ÷ 7,66 m2)x100% = 3,66%]. Ditinjau dari
persyaratan kesehatan rumah tinggal, ventilasi dapur pada keluarga pasien
tergolong sebagai dapur tidak sehat karena persentase ventilasi terhadap
luas lantai dapur adalah kurang dari 10%.
Berdasar pada Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999,
komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis ruang
dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap sedangkan ruang
dapur keluarga pasien tidak memiliki sarana pembuangan asap.
5) Kamar mandi
Dua kamar mandi dimiliki oleh keluarga pasien dalam rumah. Kamar mandi
pertama yang terletak di dekat kamar tidur orang tua memiliki panjang dan
lebar masing-masing 117,5 cm dan 148 cm dengan luas 17390 cm2
sedangkan kamar mandi kedua yang terletak di dalam kamar tidur anak
memiliki panjang dan lebar masing-masing 87,5 cm dan 207 cm dengan luas
18112,5 cm2. Kedua kamar mandi keluarga memiliki jamban dan bersih
dalam pengelolaannya.
d. Lingkungan sekitar rumah
Kebersihan dalam rumah sudah baik. Tata letak barang-barang dalam rumah
cukup rapi.
e. Kebersihan rumah
Pada lingkungan sekitar rumah terdapat saluran pembuangan air limbah yang
dialirkan melalui got dan kondisi saluran pembuangan air limbah dalam keadaan
tidak mengalir. Jalan di depan rumah memiliki lebar 5 m yang terbuat dari
paving. (Notoatmodjo, 2003).
Dari analisis faktor lingkungan rumah, didapatkan 1 aspek yang belum sesuai
dengan kriteria rumah sehat, yaitu ventilasi kamar anak <10% dengan luas lantai.
Faktor ini berpengaruh terhadap terjadinya faringitis kronis pada penderita baik
secara langsung maupun tidak langsung.
2. Pelayanan kesehatan
Dalam mencari pelayanan kesehatan, penderita memiliki asuransi kesehatan dari
tempat kerja ayahnya sehingga semua pelayanan kesehatan sudah tercover dan
keluarga penderita memiliki dokter keluarga sendiri yang selalu memantau
perkembangan kondisi kesehatan keluarganya.
Dari faktor perilaku dan nonperilaku di atas, maka dikelompokkan menjadi faktor
risiko eksternal dan faktor risiko internal. Faktor perilaku yang meliputi pengetahuan,
sikap, dan tindakan serta keturunan dari faktor nonperilaku dapat dimasukkan ke dalam
faktor risiko internal, sedangkan pelayanan kesehatan dan lingkungan rumah merupakan
faktor risiko eksternal.
Dari analisis kasus, faktor –faktor yang bermasalah adalah faktor tindakan,
lingkungan rumah, dan keturunan. Jika diklasifikasikan berdasarkan bisa atau tidaknya
diintervensi, maka faktor tindakan dan lingkungan rumah termasuk faktor atau masalah
yang dapat diintervesi, sedangkan keturunan merupakan masalah yang tidak dapat
diintervensi. Pada kasus, faktor tindakan ini meliputi:
Tabel 4.1. Faktor yang Dapat dan Tidak Dapat Diintervensi
Faktor yang dapat diintervensi Faktor yang tidak dapat diintervensi
Tindakan (perilaku) Keturunan (nonperilaku)
a. Penderita _
1) Senang mengkonsumsi
minuman yang dingin,
makanan pedas,
makanan instan, dan
gorengan.
2) Memiliki kebiasaan
makan atau minum
bersama dengan satu
makanan atau minuman
b. Keluarga
Perilaku keluarga yang kurang
mengendalikan makanan/minuman yang
menjadi faktor predisposisi tonsilitis pada
penderita.

Anda mungkin juga menyukai