IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. Faktor perilaku keluarga
Faktor perilaku dinilai dari tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan. Tingkat pengetahuan keluarga dan penderita tentang kesehatan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan keluarga pasien yang tinggi yang menerapan akan pengetahuan kesehatannya dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan ini diikuti dengan sikap yang baik pula oleh keluarga Ny. Nurul yang setuju bahwa kondisi sehat seseorang ditentukan oleh tindakan yang sehat orang tersebut, yaitu dengan menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih. Namun, tindakan tentang kesehatan keluarga ini belum sepenuhnya dilakukan. Hal ini dapat dilihat pada perilaku penderita maupun anggota keluarga yang lain yang tidak memperhatikan faktor- faktor risiko terhadap timbulnya penyakit, dalam hal ini adalah faringitis kronis, yang dapat memperberat penyakit penderita bahkan menyebabkan komplikasi. Perilaku dalam sebuah keluarga sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku sakit tiap anggota keluarga berbeda. Ketika ayah dan ibu penderita sakit mereka mencoba untuk self limiting disease terlebih dahulu, bila tidak sembuh maka mereka langsung mencari pelayanan kesehatan (dokter keluarga).
B. Faktor non perilaku
Faktor nonperilaku dapat dinilai dari lingkungan rumah keluarga, keturunan, dan pelayanan kesehatan. 1. Lingkungan rumah keluarga Ny. nurul
Gambar 4.1. Skematis Rumah Ny.Nurul
Rumah keluarga pasien berlokasi di daerah perumahan. Kepemilikan rumah
keluarga pasien adalah sendiri. Bentuk bangunan keluarga pasien tidak bertingkat. Dalam pembahasan keadaan rumah, penulis menjabarkannya berdasar pada keadaan rumah berkaitan dengan kesesuaiannya terhadap kriteria rumah sehat. Pembahasan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a. Luas bangunan rumah
Luas rumah keluarga pasien adalah 85 m2, jumlah orang dalam satu rumah adalah sebanyak 4 orang. Perbandingan luas rumah dengan jumlah penghuni adalah 21,25 m2/orang. Syarat rumah sehat adalah memenuhi luas rumah yang optimum yaitu 2,5-3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga) (Notoatmodjo, 2003). Dapat disimpulkan bahwa perbandingan luas bangunan rumah terhadap jumlah penghuni rumah keluarga pasien telah memenuhi kriteria rumah sehat. b. Bahan bangunan Bahan bangunan berguna dalam membentuk lantai, dinding, atap, tiang, kaso, dan reng. Bahan bangunan merupakan hal yang penting ditinjau guna mewujudkan rumah sehat. Berikut ini adalah penjabaran dari kondisi bahan bangunan rumah keluarga pasien : 1) Lantai rumah terbuat dari keramik. 2) Dinding rumah terbuat dari tembok. 3) Atap rumah terbuat dari genteng. Semua bahan bangunan yang digunakan dalam pembangunan rumah keluarga pasien telah memenuhi kriteria rumah sehat yang disesuaikan dengan kondisi tempat tinggal pasien ditinjau dari bahan bangunan yang membentuknya karena bahan bangunan yang digunakan sesuai dengan daerah tropis, Indonesia. Bahan bangunan yang digunakan dalam pembuatan sebuah rumah perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungannya (Notoatmodjo, 2003). c. Ruangan Rungan dalam rumah keluarga pasien terdiri dari tiga kamar tidur, satu dapur, satu kamar mandi, satu ruang keluarga. Kamar tidur terdiri dari dua kamar tidur anak yang digunakan oleh Ilyas dan Aurel dan satu kamar tidur digunakan oleh orang tua. Penjabaran kondisi per ruangan rumah adalah sebagai berikut: 1) Ruang keluarga Ruang keluarga memiliki dengan luas sebesar 5267,5 cm2 atau 0,52 m2. Perhitungan luas ventilasi amat penting dalam menilai apakah rumah itu sehat atau tidak. Ventilasi memiliki fungsi menjaga aliran udara di dalam rumah agar tetap segar dan membebaskan udara ruangan dari bakteri- bakteri, terutama bakteri patogen. Perlindungan ini dapat terjadi karena adanya aliran udara yang berjalan terus-menerus. Fungsi lain dari ventilasi adalah menjaga agar ruangan ruma selalu tetap di dalam kelembaban yang optimum (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999, luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Dari persentase luas ventilasi terhadap luas lantai kamar tidur anak adalah sebesar 3,79%, [(0,52 m2 ÷ 25,69 m2)x100% = 2,02%]. Ditinjau dari persyaratan kesehatan rumah tinggal, ventilasi kamar tidur anak pada keluarga pasien tergolong sebagai kamar tidur tidak sehat karena persentase ventilasi terhadap luas lantai kamar tidur adalah kurang dari 10%. Namun hal ini tidak dapat dikatakan tidak sehat sepenuhnya karena perolehan ventilasi alamiah dibantu dengan adanya jendela dan pintu. Dalam ruang keluarga, terdapat kipas angin sebagai ventilasi buatan. Tidak terasa lembab dalam rumah dan kesan ventilasi dalam rumah sudah cukup. 2) Kamar tidur anak Kamar tidur anak memiliki panjang dan lebar masing-masing 4 m dan 3,5 m dengan luas 14 m2 . Berdasar pada Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999, luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Ditinjau dari persyaratan kesehatan rumah tinggal, kamar tidur anak pada keluarga pasien tergolong sebagai kamar tidur sehat. Ventilasi jendela kamar tidur anak memiliki panjang dan lebar masing-masing 70,5 cm dan lebar 35 cm dengan luas 2467,5 cm2 sedangkan ventilasi pintu memiliki panjang dan lebar masing-masing 80 cm dan 35 cm dengan luas 2800 cm2 . Total luas ventilasi pada kamar tidur anak adalah penjumlahan luas ventilasi pintu dan ventilasi jendela pada kamar tidur anak yakni sebesar 5267,5 cm2 atau 0,53 m2. Dari persentase luas ventilasi terhadap luas lantai kamar tidur anak adalah sebesar 3,79%, [(0,53 m2 ÷ 14 m2)x100% = 3,79%]. Ditinjau dari persyaratan kesehatan rumah tinggal, ventilasi kamar tidur anak pada keluarga pasien tergolong sebagai kamar tidur tidak sehat karena persentase ventilasi terhadap luas lantai kamar tidur adalah kurang dari 10%. 3) Kamar tidur orang tua Kamar tidur orang tua memiliki panjang dan lebar masing-masing 2,75 m dan 2,25 m dengan luas 6,2 m 2. Ditinjau dari persyaratan kesehatan rumah tinggal, kamar tidur anak pada keluarga pasien tergolong sebagai kamar tidur sehat. Ventilasi jendela kamar tidur orang tua memiliki panjang dan lebar masing-masing 77 cm dan 17 cm dengan luas 1309 cm2 atau 0,13 m2 sedangkan ventilasi pintu memiliki panjang dan lebar masing-masing 77 cm dan 17 cm dengan luas 1309 cm2. Total luas ventilasi pada kamar tidur orangtua adalah penjumlahan luas ventilasi pintu dan ventilasi jendela pada kamar tidur orangtua yakni sebesar 2618 cm2 atau 0,26 m2. Dari persentase luas ventilasi terhadap luas lantai kamar tidur orangtua adalah sebesar 4,19%, [(0,26 m2 ÷ 6,2 m2)x100% = 4,19%]. Ditinjau dari persyaratan kesehatan rumah tinggal, ventilasi kamar tidur anak pada keluarga pasien tergolong sebagai kamar tidur tidak sehat karena persentase ventilasi terhadap luas lantai kamar tidur adalah kurang dari 10%. 4) Dapur Ruang dapur memiliki ukuran panjang dan lebar masing-masing 211 cm dan 363 cm dengan luas 76593 cm2, sedangkan ventilasi ruang dapur memiliki panjang dan lebar masing-masing 71 cm dan 40 cm dengan luas 2840 cm2. Dari persentase luas ventilasi terhadap luas lantai dapur adalah sebesar 3,66%, [(0,28 m2 ÷ 7,66 m2)x100% = 3,66%]. Ditinjau dari persyaratan kesehatan rumah tinggal, ventilasi dapur pada keluarga pasien tergolong sebagai dapur tidak sehat karena persentase ventilasi terhadap luas lantai dapur adalah kurang dari 10%. Berdasar pada Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999, komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap sedangkan ruang dapur keluarga pasien tidak memiliki sarana pembuangan asap. 5) Kamar mandi Dua kamar mandi dimiliki oleh keluarga pasien dalam rumah. Kamar mandi pertama yang terletak di dekat kamar tidur orang tua memiliki panjang dan lebar masing-masing 117,5 cm dan 148 cm dengan luas 17390 cm2 sedangkan kamar mandi kedua yang terletak di dalam kamar tidur anak memiliki panjang dan lebar masing-masing 87,5 cm dan 207 cm dengan luas 18112,5 cm2. Kedua kamar mandi keluarga memiliki jamban dan bersih dalam pengelolaannya. d. Lingkungan sekitar rumah Kebersihan dalam rumah sudah baik. Tata letak barang-barang dalam rumah cukup rapi. e. Kebersihan rumah Pada lingkungan sekitar rumah terdapat saluran pembuangan air limbah yang dialirkan melalui got dan kondisi saluran pembuangan air limbah dalam keadaan tidak mengalir. Jalan di depan rumah memiliki lebar 5 m yang terbuat dari paving. (Notoatmodjo, 2003). Dari analisis faktor lingkungan rumah, didapatkan 1 aspek yang belum sesuai dengan kriteria rumah sehat, yaitu ventilasi kamar anak <10% dengan luas lantai. Faktor ini berpengaruh terhadap terjadinya faringitis kronis pada penderita baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Pelayanan kesehatan Dalam mencari pelayanan kesehatan, penderita memiliki asuransi kesehatan dari tempat kerja ayahnya sehingga semua pelayanan kesehatan sudah tercover dan keluarga penderita memiliki dokter keluarga sendiri yang selalu memantau perkembangan kondisi kesehatan keluarganya. Dari faktor perilaku dan nonperilaku di atas, maka dikelompokkan menjadi faktor risiko eksternal dan faktor risiko internal. Faktor perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan serta keturunan dari faktor nonperilaku dapat dimasukkan ke dalam faktor risiko internal, sedangkan pelayanan kesehatan dan lingkungan rumah merupakan faktor risiko eksternal. Dari analisis kasus, faktor –faktor yang bermasalah adalah faktor tindakan, lingkungan rumah, dan keturunan. Jika diklasifikasikan berdasarkan bisa atau tidaknya diintervensi, maka faktor tindakan dan lingkungan rumah termasuk faktor atau masalah yang dapat diintervesi, sedangkan keturunan merupakan masalah yang tidak dapat diintervensi. Pada kasus, faktor tindakan ini meliputi: Tabel 4.1. Faktor yang Dapat dan Tidak Dapat Diintervensi Faktor yang dapat diintervensi Faktor yang tidak dapat diintervensi Tindakan (perilaku) Keturunan (nonperilaku) a. Penderita _ 1) Senang mengkonsumsi minuman yang dingin, makanan pedas, makanan instan, dan gorengan. 2) Memiliki kebiasaan makan atau minum bersama dengan satu makanan atau minuman b. Keluarga Perilaku keluarga yang kurang mengendalikan makanan/minuman yang menjadi faktor predisposisi tonsilitis pada penderita.