ABSTRAKSI
1. Pendahuluan
1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1
Berbagai parameter penting mengenai jenis tanah tersebut meliputi
keadaan geologi secara lokal dan kondisi tanah itu sendiri. Kondisi geologi dan
kondisi tanah tertentu, akan menyebabkan respon tanah akibat gempa menjadi
berlainan. Dengan keadaan seperti itu maka respon bangunan akibat gempa
dibeberapa tempat juga akan berbeda. Penelitian tentang respon tanah akibat
gempa telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti pendahulu diantaranya
Housner (1971), Gazetas (1987), Meskouris dan Kratzig (1989), Tso, dkk.
(1992), Vucetic dan Dobry (1991), Paulay dan Priestley (1992), Rodiguesz
(1994), Widodo (1997) , yang telah mengadakan evaluasi tentang ketidak
akuratan parameter percepatan tanah akibat gempa terhadap tingkat kerusakan
struktur , Thomas (1998), Setiawan dan Yulismar (1999) telah menganalisis
percepatan tanah pada permukaan tanah tanpa massa, Rokhman dan Widodo
(2000) telah menganalisis percepatan tanah pada permukaan tanah tanpa
massa dan percepatan tanah dengan massa.
Dari beberapa peneliti tersebut rata-rata dengan asumsi bahwa tanah
tetap berperilaku elastis linier (kekakuan dan massa tanah tetap walaupun sudah
terkena beban percepatan), padahal yang sesungguhnya dengan adanya gempa
perilaku sifat tanah akan berbeda, dapat bersifat non linier elastis (yaitu
kekakuannya berubah-ubah dan massanya tetap), bahkan dapat juga bersifat
non linier non elastis (yaitu kekakuannya berubah-ubah dan juga massanya
berubah-ubah). Oleh karena itu perlu diteliti percepatan tanah yang mengalami
perubahan perilaku.
Maksud utama dari tulisan ini disamping ingin melanjutkan dari beberapa
peneliti terdahulu juga ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan respon
antara tanah linier elastis dan non linier elastis jika mempunyai massa bangunan
yang bervariasi, dengan dua beban gempa yang mempunyai dua frekuensi yang
sangat berlainan, yaitu beban gempa Koyna (1967) yang mempunyai frekuensi
tinggi dan beban gempa Bucharets (1977) yang mempunyai frekuensi cukup
rendah. Dengan analisis seperti itu akan diketahui besarnya perbedaan nilai
respon seismik yang berupa simpangan, kecepatan, percepatan dan juga
frekuensi struktur tanah.
2
yang paling berpengaruh terhadap kuat geser tanah pasir adalah : ukuran butir,
air yang terdapat di dalam butiran, kekerasan butiran, angka pori atau kekakuan
relatif, distribusi ukuran butir, dan bentuk butiran. Sedangkan yang paling besar
pengaruhnya adalah angka pori, karena angka pori akan berpengaruh terhadap
kerapatannya. Pada pengujian geser langsung maupun triaksial, bila angka pori
rendah atau kerapatan relatif tinggi, maka nilai kuat geser akan tinggi pula. Jika
dua macam tanah pasir mempunyai kerapatan relatif sama, tetapi gradasinya
berlainan, maka pasir yang mempunyai gradasi lebih baik akan mempunyai
sudut gesek dalam yang lebih besar. Ukuran butiran pasir dengan angka pori
yang sama, tidak banyak berpengaruh pada sudut gesek dalamnya. Jadi pasir
halus dan pasir kasar pada angka pori yang sama akan mempunyai sudut gesek
yang sama.
Tanah lempung umumnya terdiri atas butir-butir yang sangat halus dari
jenis mineral yang mempunyai nilai kohesi. Sifat kohesi ini adalah suatu nilai
interaksi antara mineral-mineral penyusun lempung dengan air. Interaksi tersebut
akan terjadi lekatan/rekatan antara butir yang satu dengan butir yang lain.
Peristiwa inilah yang menyebabkan lempung mempunyai nilai kohesi tertentu.
Karakteristik Dinamik, yang berupa percepatan tanah akibat beban
dinamik yang dilakukan pada percobaan di laboratorium adalah untuk
mensimulasi perilaku elemen tanah pada kedalaman tertentu akibat getaran
gelombang gempa. Simulasi yang dilakukan umumnya menganggap bahwa
gelombang geser merambat secara vertikal sehingga gelombang geser tersebut
akan mengakibatkan suatu elemen tanah berubah-ubah bentuk akibat adanya
gaya geser bolak balik.
Jika suatu profil tanah terdiri dari beberapa lapis, maka lapisan tanah
tersebut dapat dimodel sebagai suatu massa tergumpal (lump mass) seperti
ditunjukan pada Gambar 1. Massa tersebut dapat dianggap sebagai suatu
bangunan geser dimana prinsip bangunan geser (shear building) mengasumsi
bahwa balok pada lantai tingkat dianggap tetap horisontal baik sebelum maupun
sesudah terjadi penggoyangan.
Dari Gambar 1 tersebut massa (m1, m2, m3, . . . , mn) dan kekakuan lapisan
tanah dapat dihitung dengan rumus pendekatan seperti ditunjukan pada
Persamaan 1, 2, dan 3 (Idriss dan Seed, 1968 dalam Das, 1993).
γ1h1
m1 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(1)
g
γ i 1hi 1 γ i hi
mi = dengan i = 1,2,…,n. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2)
g
dimana mi adalah massa tergumpal yang terletak pada lapisan tanah ke-i, i
adalah berat satuan tanah pada lapisan ke-i, hi adalah setengah kedalaman
pada lapisan tanah ke-i, dan g adalah percepatan gravitasi.
Gi
ki = dengan i = 1,2,…,n. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(3)
2hi
3
dimana ki adalah kekakuan yang menghubungkan massa mi dan mi+1, sedangkan
Gi adalah modulus geser tanah pada lapisan ke-i.
m1
k1
2 h1
m2
k2 2 h2
m3
m1-i
ki-1 2 hi-1
ki mi
2 hi
m1+i
mn
kn 2 hn
4
C*j = Tj C j Z j
K *j = Tj K j Z j
Pj* = Tj M 1j yt
maka Persamaan 4 dapat menjadi Persaamaan 5.
M *j Z j C*j Z j K *j Z j Pj* yt . . . . . . . . . . . . . . .(5)
Jika Persamaan 5 dibagi dengan M *j , dengan
C *j K *j Pj*
= 2J, = J2 , dan = J , . . . . . . . . . . . . . . .(6)
M *j M *j M *j
maka dapat ditulis dalam bentuk differensial menjadi Persamaan 7
Z j 2 j j Z j 2j Z j yt . . . . . . . . . . . . . . .(7)
dengan Z adalah modal aplitudo, dan adalah partisipasi mode, yang dapat
ditulis dengan Persamaan 8 s/d 10.
Z = g * j . . . . . . . . . . . . . . .(8)
Z = g * j . . . . . . . . . . . . . . .(9)
Z = g * j . . . . . . . . . . . . . . .(10)
Jika Persamaan 8 s/d 10 disubstitusi ke dalam Persamaan 7, maka dapat
didapat Persaamaan 11.
g j 2 j j g j 2j g j yt . . . . . . . . . . . . . . .(11)
Untuk menghitung besarnya g j dapat digunakan metode cetral difference,
sehingga diperoleh Persamaan 12.
g j 1 g j 1 g j 1 2 g j g j 1
g j dan g j . . . . . . . . . . . . . . .(12)
2t t 2
Dengan mesubstitusi Persamaan 12 ke dalam Persamaan 11 diperoleh
Persamaan 13 yang dapat menghasilkan nilai gj+1, yang dapat ditulis menjadi
Persamaan 14.
g j 1 2 g j g j 1 g j 1 g j 1
2 j j 2j g j yt . . . . . . . . . . . . . . .(13)
t 2
2t
1 2 j j 2 2 1 2 j j
g j 1 yt j g
2 j
g j 1 . . . . . . . . .(14)
t 2
2 t t t 2
2 t
Persamaan 14 dapat ditulis menjadi Persamaan 15.
yt ag j bg j 1
g j 1 . . . . . . . . . . . . . . .(15)
k̂
2 1 2 j j 1 2 j j
dimana = 2j
a , b = , k̂ = ,
t 2 t
2
2t t
2
2t
t adalah step integrasi (dt), adalah frekwensi sudut (rad/dt) dan yt adalah data
rekaman gempa (percepatan tanah) pada step ke-i.
5
Dengan demikian diperoleh persamaan simpangan, kecepatan, dan
percepatan yang ditulis berturut-turut menjadi Persamaan 16, Persamaan 17,
dan Persamaan 18.
y = * Z . . . . . . . . . . . . . . .(16)
y = * Z . . . . . . . . . . . . . . .(17)
y = * Z . . . . . . . . . . . . . . .(18)
dimana adalah matrik mode shape, y , y , dan y berturutu-turut adalah
simpangan, kecepaatan, dan percepatan tanah.
Apabila diatas lapisan tanah terdapat beban bangunan maka akan menambah
besar tegangan yang terjadi. Bermacam-macam cara telah digunakan untuk menghitung
pengaruh tegangan akibat beban fondasi. Salah satu cara pendekatan yang sangat
sederhana untuk menghitung tambahan tegangan beban di permukaan diberikan oleh
Boussinesq (1885), yaitu dengan cara membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2
vertikal dibanding 1 horisontal). Dalam cara ini dianggap beban pondasi Q didukung oleh
pyramid yang mempunyai kemiringan sisi 2V : 1H, seperti terlihat pada Gambar 2.
B Q
B
L
2V : 1H B
Z
Z
L+Z
B +Z B +Z
Gambar 2. Penyebaran beban 2V : 1H (Boussinesq, 1885).
6
berubah menjadi berbentuk trapezoidal. Selanjutnya, tambahan vertikal pada
pondasi memanjang dinyatakan dengan Persamaan 21.
qB
z = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(21)
(BZ )
Dalam menghitung besarnya tegangan total yang terjadi dalam tanah,
setelah tegangan vertikal yang diperoleh dari persamaan-persamaan
Boussinesq, Westergaard, maupun dari teori penyebaran 2V : 1H diperoleh,
hasilnya masih harus ditambahkan dengan tegangan akibat beban tanah (z) di
kedalaman yang ditinjau (yaitu tekanan overberden). Hal ini perlu dimengerti,
karena pada cara elastis dianggap bahwa tanah yang sedang mengalami
pembebanan tidak mempunyai berat.
7
Tabel 6.1. Nilai PI, k, h dan
Indeks Plastisitas k h
0 0 0,04 1,00
20 0,18 0,07 1,00
40 0,30 0,12 0,95
60 0,41 0,20 0,87
80 0,48 0,38 0,75
> 100 0,50 1,10 0,97
7. Metode Penelitian
b. Data Gempa.
Untuk mendeteksi pengaruh massa bangunan terhadap respon seismik,
dipakai 2 beban gempa yang frekuensinya berbeda pula, sebagaimana disajikan
pada gambar 4 dan gambar 5 dan telah discale down terlebih dahulu sehingga
mempunyai percepatan yang sama sebesar 156,8 cm/dt2 . Adapun gempa-
gempa tersebut adalah sebagai berikut :
Gempa Koyna, India, 1967, yang berfrekuensi tinggi, Magnitude 6,5 Richter,
jarak episentum 5,6 km, dan percepatan maksimum sebesar 548,80 cm/dt 2.
Gempa Bucharest, Rumania, 1977, yang berfrekuensi rendah, Magnitude 6,5
Richter, jarak episentum 5,6 km, dan percepatan maksimum sebesar 225,4
cm/dt2.
c. Alat Analisis.
Penelitian ini didasarkan atas analisis dinamika struktur dengan model
tanah yang dipakai dan beban gempa seperti disebutkan sebelumnya. Untuk
keperluan analisis tersebut perlu dibuat suatu program sederhana yang dapat
menghasilkan respon dinamik berupa pola/ragam goyangan yang terjadi berupa :
simpangan, kecepatan dan percepatan.
8
+ 0.00 cm
Pasir kasar berlempung abu-abu kehitaman, lunak.
b = 1,93 gr/cm 3 d = 1,484 gr/cm 3
e = 0,818 GS = 2,697
PI = 0 OCR = 1
= 010 43’ = 1,72
- 300 cm
Lanau berlempung merah keabu-abuan, agak lunak.
b = 1,625 gr/cm 3 d = 1,033 gr/cm 3
e = 1,441 GS = 2,521
PI = 30,99 ÒCR = 1
= 020 49’ = 2,82
- 600 cm
Lempung kelanauan campur kayuan lapuk, hitam, kenyal.
b = 1,695 gr/cm 3 d = 1,183 gr/cm 3
e = 1,001 GS = 2,367
PI = 63,07 OCR = 1
= 000 57’ = 0,95
- 900 cm
Lempung kelanauan putih keabu-abuan, sangat kenyal.
b = 1,886 gr/cm 3 d = 1,418 gr/cm 3
e = 0,884 GS = 2,671
PI = 0 OCR = 1
= 050 10’ = 5,17
- 1200 cm
Lanau berpasir halus, putih kekuningan, keras.
b = 2,070 gr/cm 3 d = 1,477 gr/cm 3
e = 0,727 GS = 2,55
PI = 26,60 OCR = 1
= 000 42’ = 0,71
- 1500 cm
Lanau berpasir halus, putih kekuningan, keras.
b = 1,840 gr/cm 3 d = 1,510 gr/cm 3
e = 0,749 GS = 2,640
PI = 29,07 OCR = 1
=0
- 1800 cm
Lanau berpasir halus, putih kekuningan, keras.
b = 2,070 gr/cm 3 d = 1,705 gr/cm 3
e = 0,605 GS = 2,737
PI = 0 ÒCR = 1
=0
- 3045 cm
9
Gambar 5. Rekaman Gempa Bucharest Scale Down 0,2435 (11 dt).
d. Cara Analisis.
Pertama yang perlu dihitung adalah kekakuan tiap-tiap lapis tanah. Massa
dan kekakuan untuk setiap lapis tanah dapat dihitung dengan memakai prinsip
shear buildings menggunakan persamaan (1) dan (3). Setelah nilai koordinat
mode shapes dihitung dengan program, maka proses analisis berikutnya adalah
integrasi secara numerik atas persamaan independen seperti pada persamaan
11. Metode central difference dipakai untuk menghitung nilai gj seperti terlihat
pada persamaan tersebut.
Untuk dapat menghitung faktor amplitudo tiap-tiap mode, Zj maka nilai
partisipasi tiap-tiap mode (mode participation factors) dapat dihitung dahulu
dengan menggunakan persamaan 7. Nilai faktor amplitudo Z j merupakan fungsi
dari waktu. Selanjutnya simpangan horisontal, kecepatan dan percepatan pada
tanah linier elastis dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 16, 17, dan
18. Setelah simpangan pada kondisi linier elastis didapat maka untuk
mendapatkan respon pada kondisi non linier elastis dapat dimulai menghitung
regangan geser yang baru dengan menggunakan persamaan 22. Berdasarkan
regangan tersebut akan didapat modulus geser yang baru. Dengan demikian
kekakuan tanah yang baru pun didapat, sehingga percepatan, kecepatan dan
simpangan tanah non linier elastis dapat dianalisis.
10
Untuk menentukan faktor reduksi dapat dihitung dengan cara mencari
modulus geser rata-rata dibagi dengan modulus geser maksimum setiap lapis
tanah. Hasil modulus geser rata-rata pada penelitian ini antara 0,76 sampai
dengan 0,95. Setelah direduksi maka hasil grafik tegangan regangan tanah linier
elastis akan memotong grafik tegangan regangan non linier elastis, sebagaimana
terlihat pada Gambar 6 untuk tanah lapis teratas dengan tekanan permukaan
sebesar 2,12 kg/cm2 (massa 26000 Ton untuk fondasi dengan ukuran 60m x
18m) akibat gempa Bucharest.
TEGANGAN GESER Vs. REGANGAN GESER
NON LINIER ELASTIS & LINIER ELASTIS LAPIS 1
80
60
40
Tegangan (Kg/cm2)
20
0
-0.05 -0.04 -0.03 -0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
-20
-40
Regangan (%)
Gambar 6. Tegangan-regangan lapis teratas akibat gempa Bucharest,
dengan tekanan permukaan 2,12 kg/cm2.
Regangan yang didapat dari hasil penelitian ini antara 0,011 % (atau 0,11.
10 ) sampai dengan 0,0647 % (atau 0,647.10-3), sehingga menurut (Ishihara,
-3
1982) karena regangan yang terjadi < 10-3 maka regangan tersebut termasuk
regangan menengah (medium strain) atau termasuk regangan elasto-plastic.
Ketika kondisi tanah pada daerah medium strain, penggunaan Viscoelastis
Model dan Equivalent Linier Method dapat digunakan, yang berarti modulus
geser dan damping ratio dapat ditentukan sebagai fungsi dari regangan geser.
b. Simpangan.
Hasil analisis simpangan maksimum lapis teratas serta perbandingan
antara tanah linier elastis dengan non elastis linier dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari tabel tersebut menunjukan bahwa akibat gempa Koyna maupun Bucharest
pada tanah linier elastis maupun non linier elastis dengan semakin bertambah
besarnya massa, simpangan yang terjadi semakin kecil. Hal tersebut sesuai
dengan teori bahwa dengan semakin bertambahnya beban maka kekakuan
tanah semakin semakin besar. Jika kekakuan tanah dan massa semakin besar
maka dimungkinkan frekuensi semakin besar. Jika frekuensi semakin besar
maka periode getar tanah semakin mengecil, yang berakibat semakin besar
damping rasionya sehingga simpangan semakin kecil.
11
Dari Tabel 1 tersebut juga menunjukan pada kondisi tanah dengan massa
bangunan simpangan tanah non linier elastis lebih besar dari simpangan tanah
linier elastis dengan rasio antara 1,07 kali sampai dengan 1,81 kali. Sedangkan
pada kondisi tanah tanpa massa bangunan (free field) akibat gempa Bucharest
simpangan tanah linier elastis lebih kecil dari pada tanah non linier elastis, serta
akibat gempa Koyna simpangan tanah linier elastis lebih besar dari pada tanah
non linier elastis.
Tabel 1.Rasio simpangan maksimum
antara tanah linier elastis dan non linier elastis
Akibat Gempa Bucharest Akibat Gempa Koyna
Beban Linier Non Linier Linier Non Linier
(Ton) Elastis Elastis Rasio Elastis Elastis Rasio
(cm)
(cm/dt) (cm)
(cm/dt) (kali) (cm)
(cm/dt) (cm)
(cm/dt) (kali)
0 1,542 2,060 1,336 1,128 1,079 0,956
13000 1,361 1,810 1,330 0,982 1,049 1,069
19500 1,299 1,719 1,324 0,949 1,035 1,091
26000 1,248 1,643 1,317 0,911 1,020 1,120
Tabel 2. Rasio simpangan maksimum
antara tanah dengan gempa Bucharest dan gempa Koyna
Linier Elastis Non Linier Elastis
Beban Gempa Gempa Gempa Gempa
(Ton) Bucharest Koyna Rasio Bucharest Koyna Rasio
(cm) (cm) (kali) (cm) (cm) (kali)
0 1,542 1,128 1,367 2,060 1,079 1,910
13000 1,361 0,982 1,386 1,810 1,049 1,726
19500 1,299 0,949 1,369 1,719 1,035 1,661
26000 1,248 0,911 1,370 1,643 1,020 1,611
Dari Tabel 2 menunjukan bahwa simpangan yang terjadi akibat gempa
Bucharest lebih besar dari pada akibat gempa Koyna antara 1,37 kali sampai
dengan 1,91 kali, padahal percepatan yang dipergunakan sama yaitu sebesar
156,8 cm/dt2. Hal tersebut membuktikan bahwa akibat percepatan yang sama
simpangan yang terjadi belum tentu sama, faktor tersebut diakibatkan karena
adanya perbedaan frekuensi gempanya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang pernah dilakukan Widodo (1997), yang menyatakan bahwa percepatan
tanah tidak berhubungan langsung terhadap simpangan, serta frekuensi gempa
mempunyai efek yang positif terhadap respon elastik struktur. Grafik
selengkapnya akibat gempa Bucharest disajikan pada gambar 7 untuk tanah
linier elastis dan gambar 8 untuk tanah non linier elastis, sedangkan akibat
Gempa Koyna disajikan pada gambar 9 untuk tanah linier elastis dan gambar 10
untuk tanah non linier elastis. Grafik simpangan maksimum setiap lapis tanah
akibat gempa Bucharest disajikan pada gambar 11, sedangkan akibat Gempa
Koyna disajikan pada gambar 12.
12
Gambar 7. Simpangan Tanah Linier Elastis Akibat Gempa Bucharest.
Gambar 10. Simpangan Tanah Non Linier Elastis Akibat Gempa Koyna.
13
0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1
0
0
-200
-200
-400
-400
Kedalaman Tanah (Cm)
-200 -200
-400
Kedalaman Tanah (Cm) -400
Kedalaman Tanah (Cm)
-600 -600
-800 -800
-1000 -1000
-1200 -1200
-1400 -1400
a. Simpangan Maksimum Linier Elastis (Cm) b. Simpangan Maksimum Non Linier Elastis (Cm)
14
Tabel 3.Rasio kecepatan maksimum
antara tanah linier elastis dan non linier elastis
Akibat Gempa Bucharest Akibat Gempa Koyna
Beban Linier Non Linier Linier Non Linier
(Ton) Elastis Elastis Rasio Elastis Elastis Rasio
(cm/dt) (cm/dt) (kali) (cm/dt) (cm/dt) (kali)
0 15,975 16,046 1,004 16,393 15,275 0,932
13000 14,368 15,178 1,056 15,839 14,479 0,914
19500 13,519 14,719 1,089 15,636 14,413 0,922
26000 12,623 14,223 1,127 15,311 14,324 0,936
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
0 0
-200 -200
-400 -400
Kedalaman Tanah (Cm)
Gambar 13. Kecepatan Maksimum Setiap Lapis Tanah Akibat Gempa Bucharest
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0 0
-200 -200
-400 -400
Kedalaman Tanah (Cm)
Kedalaman Tanah (Cm)
-600 -600
-800 -800
-1000 -1000
-1200 -1200
-1400 -1400
a. Kecepatan Maksimum Linier Elastis (cm/dt) b. Kecepatan Maks. Non Linier Elastis (cm/dt)
Gambar 14. Kecepatan Maksimum Setiap Lapis Tanah Akibat Gempa Koyna
15
d. Percepatan.
Hasil analisis percepatan maksimum serta perbandingan antara tanah linier
elastis dengan non elastis linier akibat gempa Bucharest maupun gempa Koyna
dapat dilihat pada Tabel 4. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa akibat gempa
Koyna maupun Bucharest pada tanah linier elastis maupun non linier elastis
dengan semakin bertambah besarnya massa, percepatan yang terjadi semakin
kecil. Disamping itu akibat gempa Bucharest maupun gempa Koyna percepatan
tanah linier elastis lebih besar dari pada tanah non linier elastis.
60 90 120 150 180 210 240 60 90 120 150 180 210 240
0 0
-200 -200
-400 -400
Kedalaman Tanah (Cm)
-600 -600
-800 -800
-1000 -1000
-1200 -1200
-1400 -1400
-1600 Kondisi Free Field -1600 Kondisi Free Field
Massa 13000 Ton Massa 13000 Ton
-1800 Massa 19500 Ton -1800 Massa 19500 Ton
Massa 26000 Ton Massa 26000 Ton
-2000 -2000
a. Percepatan Linier Elastis (cm/dt2) b. Percepatan Maks. Non Linier Elastis (cm/dt2)
16
160 190 220 250 280 310 340 370 160 190 220 250 280
0 0
Kondisi Free Field
-200 -200 Massa 13000 Ton
Massa 19500 Ton
-400 -400 Massa 26000 Ton
-600 -600
-800 -800
-1000 -1000
-1200 -1200
-1400 -1400
a. Percepatan Maksimum Linier Elastis (cm/dt )2 b. Percepatan Maks. Non Linier Elastis (cm/dt2)
Gambar 16. Percepatan Maksimum Setiap Lapis Tanah Akibat Gempa Koyna
17
Tanah kohesif lunak dengan plastisitas tinggi akan berkecenderungan
berperilaku elastik sehingga semakin besar input energi/gaya yang bekerja pada
struktur tanah tersebut maka semakin besar respon seismik (kecepatan dan
percepatan) tanah yang akan terjadi. Besarnya respon tanah tersebut juga
disebabkan kecilnya redaman material yang ada karena tanah dengan plastisitas
tinggi nilai ratio redamannya relatif kecil. Pada lapisan tanah tersebut terdapat
lapisan pasir, dimana tanah pasir cepat terdegradasi kekuatannya, sehingga akan
berpengaruh terhadap semakin mengecilnya regangan. Jika regangan semakin
kecil maka modulus gesernya akan semakin besar. Dengan semakin
membesarnya modulus geser maka tanah akan semakin kaku. Dengan
berubahnya kekakuan tanah maka respon seismik lapisan tanah akan berubah
pula.
Disamping itu dengan bertambahnya massa bangunan amplifikasi yang
terjadi akibat gempa Bucharest cenderung semakin kecil sedangkan akibat gempa
Bucharest cenderung semakin besar. Hal ini terjadi karena dengan semakin
besarnya massa, maka tegangan akan semakin besar. Jika tegangan semakin
besar maka kekakuan tanah akan semakin besar pula. Jika kekakuan tanah
semakin besar, maka amplifikasi akibat gempa dengan frekuensi rendah akan
semakin kecil sedangkan akibat gempa dengan frekuensi tinggi amplifikasi
semakin besar.
9. Kesimpulan.
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin besar massa bangunan akibat gempa Koyna maupun Bucharest
simpangan dan kecepatan seismik tanah linier elastis maupun non linier elastis
semakin kecil, sedangkan percepatan tanah linier elastis maupun non linier
elastis akibat gempa Bucharest semakin kecil, namun akibat gempa Koyna
semakin besar.
2. Akibat gempa Bucharest simpangan tanah non linier elastis lebih besar dari
pada simpangan tanah linier elastis, sedangkan percepatan tanah non linier
elastis lebih kecil dari pada tanah linier elastis. Akibat gempa Koyna simpangan
dan percepatan tanah non linier elastis lebih besar dari pada simpangan tanah
linier elastis.
3. Akibat percepatan gempa sama, tetapi frekuensinya berbeda, simpangan yang
terjadi belum tentu sama.
4. Semakin besar massa amplifikasi tanah linier elastis maupun non linier elastis
akibat gempa Bucharest semakin kecil, sedangkan akibat gempa Koyna
semakin besar.
18
2. Housner, G.W., 1971, Eartquake Reasearch for Nuclear Power Plants, Journal
of the Power Devision, ASCE, Vol 97, PO1.
3. Meskouris, K., Kratzig W.B., 1989, Seismic Damage Assement of Building,
Proceeding of The International Conference of Eartquake Resistant
Constrution and Design.
4. Paulay, T., Priestly, M.J.N., 1992, Seismic Design of Reinforce Concrete and
Mansonry Building, John Wiley and Sons Inc.
5. Rokhman, A.N., dan Widodo, F., 2000, Pengaruh Massa Bangunan Terhadap
Respon Seismik Lapisan Tanah, Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil, FTSP, UII,
Yogyakarta.
6. Rodiguesz, M., A Measure of the Capacity of Eartquake Ground Motions to
Damage Structure, Journal of Eartquake Engineering and Structure Dynamic,
Vol. 23, pp. 627-643.
7. Sucuoglu, H.,Nurtug, A., 1995, Earthquake Ground Motion Characteristics and
Seismic Energy Dissipations, Journal of the Earthquake Engineering and
Structural Dynamics, Vol. 24, pp. 1195-1213.
8. Tso, W.K., Zhu, T.H., Heidebrecht, A.C., 1992, Engineering Implications Of
Ground Motion A/V ratio, Journal of the Earthquake Engineering and Soil
Dynamics, Vol 11, pp. 133-144.
9. Widodo, 1997, Validasi Parameter Percepatan Tanah dan efek Frekwensi
Gempa Terhadap Respon Struktur Bangunan Bertingkat, Journal Teknisia Vol.
II, No. 7, pp. 1-15, UII, Yogyakarta.
10. Widodo, 2001, Respon Dinamik Struktur Elastik, UII Press Jogjakarta,
Yogyakarta.
19