Anda di halaman 1dari 53

GEMA TEKNOLOGI PENGANTAR REDAKSI

MEDIA INFORMASI SAINS DAN TEKNOLOGI

P uji syukur kehadirat Illahi yang telah


melimpahkan rahmat-Nya, sehingga majalah ilmiah
ISSN 0852 – 0232 Gema Teknologi Edisi 14 No. 2 Periode Oktober -
Vol. 14 N0.2 Periode Oktober - April Tahun 2005 April 2005, telah dapat diterbitkan.
Majalah Gema Teknologi adalah Majalah
Program Diploma Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. Materi majalah ini berasal dari civitas
akademika Program Diploma Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro yang melibatkan tenaga
Pelindung pengajar dan mahasiswa dari jurusan-jurusan di
Ir. Hj. Sri Eko Wahyuni, MS lingkungan Program Diploma.
Dekan Fakultas Teknik Undip Dalam terbitan periode ini, Gema
Teknologi memuat 11 artikel, yang merupakan
hasil seleksi yang telah memenuhi persyaratan
Pimpinan Redaksi ilmiah. Gema Teknologi sebagai wahana dan
Drs. Heru Winarno prasarana pengembangan sumber daya manusia,
berusaha mampu berperan dengan baik, yaitu
menampung dan menyampaikan setiap hasil karya
Anggota ilmiah keluarga civitas akademika Program
Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc Diploma Fakultas Teknik, serta ingin meningkatkan
Prof. Ir. Joetata Hadihardaja status/peringkatnya menjadi suatu majalah yang
Dr. Ir. Purwanto, DEA terakreditasi.
Dr. Ir. Hermawan Kami sadari sepenuhnya bahwa terbitnya
Dr. Ir. Gagoek Hardiman Gema Teknologi ini merupakan partisipasi para
Ir. Syeh Qomar, MT penulis dan merupakan hasil kerja sama semua
Ir. Dwi Handayani, MT pihak terkait. Untuk itu staf redaksi mengucapkan
Ir. Saiful Manan, MT terima kasih, sekaligus mohon maaf atas segala
Ir. Kiryanto, MT kekurangan. Semoga edisi dan nomor berikutnya
Ir. Rahmat dapat segera diterbitkan secara berkesinambungan.
Ir. Holi Binawijaya, MUM
Ir. Taufik Mohamad, MT
REDAKSI

Redaksi Pelaksana
Sulaiman, SST
Ign. Chistiawan, ST
Seno Darmanto, ST
Moh. Endi Yulianto, ST, MT
Drs. Eko Ariyanto

Sekretariat
Sri Susilowati, SH
Arkhan Subari, ST

Alamat Redaksi
Program Diploma III Fakultas Teknik Undip
Jl. Prof. Sudarto, SH – Tembalang, Semarang
Telp/Fax. 024 – 7471379
E-mail : gemateknologi@plasa.com
DAFTAR ISI

Menentukan Power Motor Induk Kapal Kayu Penangkap Ikan Tradisional


Mohd Ridwan

Pengaruh Penggunaan reactor Terhadap tegangan Lebih Transient Pada Operasi Pelepasan
Beban Di Gardu Induk 500 KV Ungaran Pedan
Yuniarto

Pengaruh Bentuk Dan Ukuran Utama Kapal Terhadap Tahanan Kapal


Solichin DS

Perbedaan Daya Untuk Start Maupun Kerja Normal Dengan Tenaga Yang Tercantum Dalam
Name Plate Pompa Air
Murni

Optimalisasi Power Motor Penggerak Kapal


Suharto

Kajian Pengolahan Limbah Industri Fatty Alcohol dengan Teknologi Photokatalitik


Menggunakan Energi Surya
Mohamad Endy Yulianto, Dwi Handayani, Silviana

Implikasi Faktor Struktural Terhadap Bentuk Bangunan


Taufik Mohamad

Optimasi Kapasitas Pengirisan yang Baik Pada Bawang Merah Besar dengan mesin pengiris
Bawang Merah Vertikal
Sutomo, Rahmat

Pengaruh Tirosin, Asam Askorbat, Enzim Polifenol, Xidase (PPO) Terhadap Perubahan Warna
Kentang
Wahyuningsih

Pemanfaatan Komputer Pada Sistem Kontrol dengan Mengatur Set-Off Saat Kondisi Tunak
(Steady State)
Saiful Manan

Optimalisasi Kecepatan potong Mesin Bor Magnet Electric Type JCA 2-23 Terhadap Baja
Karbon ST 60
Juli Mriharjono
MENENTUKAN POWER MOTOR INDUK KAPAL KAYU
PENANGKAP IKAN TRADISIONAL
Mohd Ridwan
Program Diploma III Teknik Perkapalan
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstracts

Mohd Ridwan, in paper to get the main engine power for the force required to tow the tradisional
fishing vessel explain that it must be accurate calculated of the boat’s resistance, that will be reduce 20 %
operasional cost and fuel oil for main engine, because more 30 % power required to tow the boat in tradisional
way to selection of main engine .

Key words : main engine power, resistance

I. PENDAHULUAN digunakan sebagai penggerak utama kapal (main


Kapal penangkap ikan tradisional yang engine), yaitu :
terdapat di sepanjang pantai utara Jawa Tengah • Tahanan bentuk badan kapal /tahan gesek
lebih dari 14.000, unit. Ini di bangun pada galangan (friction losses)
kapal rakyat, dengan teknologi tradisional baik • Tahanan gelombang (Wave making
untuk konstruksi maupun untuk menentukan power resistance)
untuk menggerakan kapal selama melaut. Sehingga • Tahanan udara dari bangunan atas (air
sering ditemukan, terutama dalam masalah motor friction)
penggerak utamanya tidak sesuai dengan badan • Tahanan dari alat tangkap yang digunakan
kapal yang mereka bangun. Hal ini jelas merupakan (tahanan jaring)
suatu pemborosan yang cukup signifikan jika kapal • Tahanan tambahan peralatan yang
tersebut dioperasionalkan selama selang waktu menempel di badan kapal (appendges
yang cukup panjnag 5 s/d 10 tahun. resistance)
Oleh sebab itu galangan kapal rakyat Power efektif yang dibutuhkan oleh
tradisional perlu di kenalkan dengan teknik dan kapal tersebut di kalkulasi melalui formula
pengetahuan kapal modern dalam menentukan berikut ini :
besarnya tahanan kapal yang sedang mereka R.Vs
bangun tersebut. Dari tahanan kapal ini nantinya Pe ( EHP ) = ( HP )
akan diperoleh seberapa besar power yang akan 75
disediakan untuk motor induk di kapal, agar kapal Untuk R atau tahanan kapal dalam satuan kg dan
dapat mempertahankan kecepatannya selama Vs atau kecepatan kapal dalam satuan m/sec.,
melaut dan juga antisipasi terjadinya perubahan sedangkan untuk R atau tahanan kapal dalam satuan
tahanan kapal akibat kondisi lingkungan lbs dan Vs atau kecepatan kapal dalam satuan
pelayarannya. ft/sec, digunakan persamaan berikut :
R.Vs
Pe ( EHP ) = ( HP )
II. TAHANAN KAPAL IKAN 550
Power yang dibutuhkan oleh kapal
penangkap ikan sesuai dengan jenis dan daerah III. TAHANAN GESEK
penangkapan (fishing ground), dengan Tahanan Gesek (friction resistance) timbul
pertimbangan kecepatan kapal saat melakukan akibat kapal bergerak melalui fluida yang memiliki
manuver pada operasi penangkapan ikan. Power viskositas seperti air laut, fluida yang berhubungan
yang dibutuhkan untuk mendorong kapal tersebut langsung dengan permukaan badan kapal yang
diperoleh dari besarnya tahanan kapal (ship tercelup sewaktu bergerak akan menimbulkan
resistance) dari bagian badan kapal yang tercelup di gesekan sepanjang permukaan tersebut, inilah yang
air atau dikenal juga dengan bare hull resistance. disebut sebagai tahanan gesek. Tahanan gesek ini
Jenis alat tangkap yang digunakan seperti jaring, dipengaruhi oleh beberapa hal, sebagai berikut :
pancing dan lainnya akan memberikan tambahan • Angka Renold (Renold’s number, Rn)
tahanan kapal disamping kapal menerima tahanan V .L
dari fluida yang dilewatinya. Rn =
v
Dalam menghitung besar tahanan kapal • Koefisien gesek (friction coefficient, Cf )
perlu diperhatikan lebih kurang lima komponen
0,75
tahanan,sebelum memilih motor induk yang akan Cf =
(LogRn − 2,0)2
Merupakan formula darri ITTC Besar tambahan tahanan ini berdasarkan pada jenis
(International Twins Tank Comference), dan dimensi bagian peralatan tambahan atau badan
dapat dilihat pada grambarr 3.1. kapal yang tercelup di air, seperti tabel dalam
• Rasio kecepatan dan panjang kapal (speed Ref.3.
length ratio, Slr)
Vs VI. PERHITUNGAN TAHANAN KAPAL
Slr = Perhitungan tahanan kapal penangkap ikan
L dilakukan berdasarkan analisa statistik, dimana
Dimana L adalah panjang antara garis terdapat sembilan paramater utama dari bentuk
tegak kapal (length betwen badan kapal yang mempengaruhi perhitungan
perpendiculare). tahanan kapalnya, antara lain ;
• Length / breadht ratio
IV. TAHANAN JARING
• Breadht / draught ratio
Tahanan jaring ( nets resistance, Rj )
• Midship area coefficient
merupakan tahanan yang timbul dari jaring atau alat
penangkapan ikan yang digunakan oleh kapal ikan • Prismatic coefficient
dalam beroperasi. Besar tahanan jaring ini • Position of longitudinal centrre of
tergantung pada jenis dan dimensi jaring yang buoyancy
dipakai, seperti, berikut ini : • Half angle of entrace of load waterline
Tahanan Jaring Trawl • Half angle of run
Jaring Trawl atau pukat tarik merupakan • Buttuck slope
jaring penangkap ikan berupa jaring seperti kantong • Trime
dengan alat bantu bukaan gawang atau papan Merupakan hasil analisa statistik dari 130 buah
pembuka (otter board) dan cara pengaperasiannya kapal trawler pada National Physical Laboratory
dengan ditarik oleh kapal (National Maritime Institute), England. Hasil
Besar tahanan jaring trawl (pukat tarik) rumusan dikenal sebagai koefisien tahanan Tefler’s
dapat diprediksi secara imperis sebagai berikut : ( Tefler’s resistance coefficient )
27,0.d R.L
( )
Rj = (untuk type 2 panel) CTL =
l.a 2V 1, 45 ΔV 2
20.d Keterangan :
Rj = (untuk type 4 - 8 panel) R : resistance (lbs)
l.a 2V 1,70
Vs : ship’s speed (knots)
Atau dapat, menggunakan rumus berikut :
L : length between perpendicular
16.d (Lpp, m)
Rj =
l.a 2V 2,0 Δ : displacement (Ton)
Keterangan : Hasil dari CTL merupakan asumsi dari fungsi enam
Rj : tahan jariing (kgf) komponen yang telah ditetapkan dalam tahap
a : keliling bodi jaring teregang (m) pembuatan rencan garis kapal ( Lines plans ) yaitu :
d/l : ratio antara diameter dan ukuran
mesh jaring (mm) • L/B • B/T
V : kecepatan tarik (m/sec) • Cm • Cp
b : panjang total jaring teregang (m) • LCB • ie (halt angle oof entrace of
load waterline)
Tahanan Jaring Stren Trawl Dengan menggunakan transformasi matematis,
Rj = 0,80 . RT maka diperoleh :
ROB = 0,15 . RT CTL = F1 + F2 + F3 + F6
Tahanan Jaring Mini Beam Trawl Keterangan :
Rj = 0,90 . RT F1 : f1 {Cp, B/T} + k
Tahanan Jaring Double Rig Trawl F2 : f2 {Cp, LCB}
Rj = 0,60 . RT F3 : f3 {Cp, ie, L/B}
ROB = 0,30 . RT F6 : f6 {Cm}
V. TAHANAN TAMBAHAN Fungsi terakhir merupakan persamaan linier
Tahanan tambahan merupakan tahanan yang dapat diperoleh melalui persamaan linier
kapal yang disebabkan oleh penambahan pada berikut :
bagian badan kapal yang tercelup di air. Besar F6 = 100a ( Cm – 0,875)
koefisien tahanan tambahan (appendages
coffecient, Capp) ini dapat di gambarkan : Hasil yang diperoleh seperti dalam tabel berikut :
(1 + k 2 ).S app
Capp = V / L1/2 0,8 0,9 1,0 1,1
C app
F6 -0,045 -0,053 -0,031 -0,035
∇ = volume immersed hull (m3)
L/B : 4,40 s/d 5,80 L adalah Lpp
B/T : 2,00 s/d 2,60
Cm : 0,60 s/d 0,70 Setelah seluruh parameter yang dibutuhkan
LCB : 0 – 6 %, aft dari nidship section telah didapat , barulah ditentukan besar tahanan
ie : 5o s/d 30o kapal penangkap ikan tersebut , menggunakan
persamaan, sebagai berikut ini :
Koefisien tahanan tefler pada kapal ukuran tertentu, R = ( CTL x Δ x V2 ) / L
misal 55 m (180 ft), adalah : Sedangkan power yang dibutuhkannya adalah :
CTL = CTL (200) + δ1 Pe = ( CTL x Δ x V3 ) / 325,7 x L
Keterangan :
δ1 : (152,5 x SFC ) / Δ1/3 VII. PEMBAHASAN
SFC adalah koreksi terhadap angka Froude DATA UTAMA KAPAL
(Froude’s skin friction correction). • Nama : Kapal Kayu Penangkap Ikan
SFC = S x L–0,175 { 0,0196 + (0,29 L .10-4) – Tradisional
(2,77 L2.10-6 )+ (1,22 L3.10-8) } • Jenis : Mini Purseiner
S : wetted area of the immersed hull • Galangan : Kecamatan Kragan - Kabupaten
:
S
(ft2) Rembang.
Δ21 / 3 • Panjang total (LOA) : 16,86 meter
Δ1 : volume of immersed hull in (ft3) • Panjang antar garis tegak (LPP) : 11,68 m
L : 1,05 Vs / L1/2 • Lebar kapal (B, moulded) : 4,00 meter
S, dapat dihitung menggunakan grafik 3.10, atau • Tinggi kapal (H, moulded) : 1,80 meter
menggunakan pendekatan sebagai berikut : • Sarat kapal (T, moulded) : 1.20 meter
S = { 3,4 x ∇1/3 + 0,5 L} x ∇1/3 (m2) • Kecepatan kapal (Vs) : 10,00 knots

Data setegah lebar kapal :

No 0,0 m 0,3 m 0,6 m 0,9 M 1,2 M


Stations Base line WL 1 WL 2 WL 3 WL 4
AP 1.180 1.640 1.780 1.900 1.970
1 1.480 1.800 1.840 1.970 2.000
2 1.630 1.900 1.960 1.998 2.000
3 1.694 1.950 2.000 2.000 2.000
4 1.738 1.970 2.000 2.000 2.000
5 1.700 1.920 2.000 2.000 2.000
6 1.460 1.820 1.840 1.980 2.000
7 0.760 1.276 1.620 1.860 1.970
8 0.320 0.730 1.276 1.560 1.780
9 0.060 0.230 0.580 1.040 1.380
FP 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

PERBANDINGAN UKURAN UTAMA KAPAL Dengan menggunakan transformasi matematis,


L/B : 2,92 maka diperoleh :
B/T : 3,33 CTL = F1 + F2 + F3 + F6
Cm : 0,971 Keterangan :
Cb : 0,789 F1 : f1 {Cp, B/T} + k
Cp : 0,812 F2 : f2 {Cp, LCB}
Cw : 0,916 F3 : f3 {Cp, ie, L/B}
LCB : 0.537 m dibelakang garis tengah F6 : f6 {Cm}
kapal.
ie : 20o Hasil dari fungsi :F1, F2, F3, dan F6, adalah
WSA : 59,303 m2 sebagai berikut :

WPA : 42,699 m2 V/L0,5 0,8 0,9 1,0 1,1


MSA : 4,662 m2 F1 9,8 10,8 15,7 0,49
OB : - 0,537 m F2 -0,9 -1,4 -1,6 -1,8
KB : 0,602 m F3 -2,4 -2,7 -2,9 -3,2
Fungsi terakhir merupakan persamaan linier kapal penangkap ikan tersebut , menggunakan
yang dapat diperoleh melalui persamaan linier persamaan, sebagai berikut ini :
berikut : R = ( CTL x Δ x V2 ) / L
F6 = 100 a ( Cm – 0,875) Keterangan :
Hasil yang diperoleh seperti dalam tabel berikut : CTL : 6,164
V : 10 knots
V / L1/2 0,8 0,9 1,0 1,1 L : 11,64 m
F6 -0,045 -0,053 -0,031 -0,035 Δ : 45,015 Ton
Sehingga :
Keterangan: R = ( CTL x Δ x V2 ) / L
a : 0,035 Sedangkan power yang dibutuhkan adalah :
Cm : 0,971 Pe = ( CTL x Δ x V3 ) / 325,7 x L
F6 : 100 a ( Cm – 0,875) = 73 HP
: -0,336
Koefisien Tahanan Tefler, menjadi : VIII. KESIMPULAN
CTL = F1 + F2 + F3 + F6 Dari pembahasan diatas dapat diambil
= 6,164 kesimpulan :
Catatan : • Power yang dibutuhkan adalah 73 HP.
• Untuk fungsi yang lain dapat dilihat pada • Besarnya tahanan jaring diperkirakan
grafik 3.5 –3.10, dengan parameternya sebesar 0.8 tahanan kapal, sehingga perlu
• Untuk fungsi sesuai pada grafik 3.5 –3.9 tambahan daya sebesar 131,40 HP
diatas, parameternya adalah • Untuk losses sepanjang transmisi dan
L/B : 4,40 s/d 5,80 engine marjine jika kapal mengalami
B/T : 2,00 s/d 2,60 penambahan tahanan kapal (25 %),
Cm : 0,60 s/d 0,70 sehingga power yang dibutuhkan adalah
LCB : 0 – 6 %, aft dari nidship section 164,25 HP
ie : 5o s/d 30o • Sehingga motor induk yang akan dipakai
grafik tersebut dibuat untuk kapal dengan ukuran paling tidak harus memiliki power sebesar
200 feet ( 61 meter ) sehingga CTL , koefisien 164,25 HP (break horses power).
tahanan tefler pada kapal ukuran tertentu, misal 55 • Motor induk yang dipilih adalah sebagai
m (180 ft), adalah : berikut :
CTL = CTL (200) + δ1 o Merk Motor Induk : Catterpillar
Keterangan : o Jenis : I Line Engine 6 silinder.
δ1 : (152,5 x SFC ) / Δ1/3 o BHP : 200 HP.
SFC adalah koreksi terhadap angka Froude o Rpm : 1200 rpm
(Froude’s skin friction correction).
SFC = S x L–0,175 { 0,0196 + (0,29 L .10-4) –
(2,77 L2.10-6 )+ (1,22 L3.10-8) } DAFTAR PUSTAKA
S : wetted area of the immersed hull 1. Harvald, 1983, Tahanan Dan Propulsi
S Kapal, Jhonwiley & Son, Inc.
: (ft2)
Δ21 / 3 2. Harington, 1992, Marine Engineering,
Sname,.
Δ1 : volume of immersed hull in (ft3)
3. H.E. Rossel, Principle Of Naval
1,05.Vs Architecture, Sname.
L :
L1 / 2 4. JE Engstrom and LO Engvall, Metode For
S, dapat dihitung menggunakan grafik 3.10, atau Selection Of An Optimum Fishing Vessel
menggunakan pendekatan sebagai berikut : for Infestment Purpose, FAO, Rome, Italy.
S = { 3,4 x ∇1/3 + 0,5 L} x ∇1/3 (m2 ) 5. Jhon Fyson, Design Of Small Fishing Vessel,
∇ adalah volume immersed hull (m3), L adalah Lpp FAO, Rome, Italy.
6. Jhon – Olof Traung, Fishing Boat Of The
Besar Tahanan Kapal : World, I, II, III, FAO, Italy.
Setelah seluruh parameter yang dibutuhkan
telah didapat , barulah ditentukan besar tahanan
PENGARUH PENGGUNAAN REAKTOR TERHADAP TEGANGAN LEBIH
TRANSIENT PADA OPERASI PELEPASAN BEBAN DI GARDU INDUK 500 KV
UNGARAN-PEDAN
Yuniarto
Program Diploma III Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstract

Yuniarto, in paper studies about rejection load at 500 Kv substation explain that The use of high
transmission line result in the transient over voltage in transmission-line will also increasingly higher, mainly
for lightning surge and switching surge. Switching surge is a dominant factor to show up much transient over
voltage in the transmission-line in the level of 230 kV or higher, if it is compared with lightning surge.
Switching surge is caused by singly rejection load process. Using interconnection, the rejection load in
Ungaran on 500 kV substation will increase the voltage on the extra high voltage line 500 kV in the Ungaran
side. The research studies the problem of transient over voltage that occur as result of rejection load in extra
high voltage line 500 kV Ungaran-Pedan. The simulation was conducted by varying the condition with reactor
and which is not.
The result simulation shows that transient over voltage occurred in the transmission without reactor is
higher than it with reactor.

Key word : rejection, load, reactor

I. PENDAHULUAN Operasi pensaklaran baik saat penutupan


Kebutuhan akan tenaga listrik yang maupun pembukaan kontak suatu pemutus
makin lama makin bertambah, mengakibatkan tenaga akan menimbulkan gejala transien
level tegangan saluran transmisi yang kelistrikan dalam hal ini osilasi-osilasi tegangan
digunakan juga semakin tinggi. Hal ini akan muncul dalam komponen-komponen listrik
dikarenakan, menstransmisikan daya listrik yang terdapat dalam rangkaian yang terhubung
yang besar akan lebih memadai baik dari segi dengan pemutus tenaga. Pada sistem transmisi
teknik maupun ekonomis, jika memakai tenaga listrik peristiwa surja hubung, khususnya
tegangan yang tinggi. Dewasa ini peningkatan pelepasan beban seringkali menyebabkan
peningkatan level tegangan saluran transmisi kenaikan tegangan pada sistem tersebut.
telah mencapai tegangan ekstra tinggi yaitu 500 Kenaikan tegangan yang terjadi harus
kV. Pemilihan level tegangan transmisi 500 kV diperhatikan jangan sampai menyebabkan
didasarkan pada pertimbangan bahwa transmisi kerusakan peralatan pada sistem. Tegangan
500 kV memiliki kemampuan menyalurkan lebih transient yang terjadi harus berada pada
daya listrik kira-kira 11 kali kapasitas transmisi batas tegangan yang masih diperbolehkan yaitu
150 kV, untuk jenis penghantar yang sama dan tidak boleh lebih dari 105% dari tegangan
jaringan yang digunakan lebih sedikit serta nominal dan tidak boleh kurang dari 95% dari
mempunyai kemampuan menyalurkan daya tegangan tegangan nominal sesuai dengan
listrik yang lebih jauh.. peraturan dari PLN.
Pemakaian tegangan saluran transmisi Pada penelitian yang dilakukan penulis
yang tinggi, mengakibatkan tegangan lebih ini, membahas mengenai pengaruh penggunaan
transien yang dialami oleh saluran transmisi reaktor terhadap tegangan lebih transient pada
tersebut akan semakin tinggi juga, terutama operasi pelepasan beban dengan memakai
pada saat terjadi surja hubung atau surja petir. program simulasi EMTP (Electromagnetic
Tegangan lebih tersebut bisa merusak peralatan Transients Program). Untuk obyek penelitian
isolasi jika magnitude tegangannya melebihi ini diambil data dari gardu induk 500 kV
BIL (Basic Insulation Level) peralatan isolasi Ungaran-Pedan.
yang dipakai. Tegangan lebih transien adalah
tegangan yang mempuyai amplitudo sangat II. DASAR TEORI
besar dan berlangsung sangat singkat. Surja 2.1. Analisis Transien : Gelombang Berjalan
hubung adalah gejala tegangan lebih transien Gejala tegangan lebih transien pada saluran
yang disebabkan oleh operasi pensaklaran transmisi dapat diselesaikan dengan membuat
sedangkan surja petir adalah gejala tegangan rangkaian ekivalen satu fase, sehingga tiga fase
lebih transien yang disebabkan oleh sambaran saluran transmisi diasumsikan sebagai satu fasa
petir. tunggal. Studi tentang surja hubung pada saluran
transmisi adalah sangat kompleks, sehingga pada
penelitian ini hanya mempelajari kasus suatu dengan :
saluran yang tanpa rugi-rugi. Suatu saluran tanpa v = kecepatan rambat gelombang (m/s)
rugi-rugi adalah representasi yang baik dari L = induktansi saluran (H/m)
saluran-saluran frekuensi tinggi di mana ωL dan C = kapasitansi saluran (F/m)
ωC menjadi sangat besar dibandingkan dengan R Jika gelombang yang berjalan ke depan,
dan G. Pendekatan yang dipilih untuk persoalan ini yang disebut juga dengan gelombang datang,
sama seperti yang telah digunakan untuk dinyatakan dengan :
menurunkan hubungan-hubungan tegangan dan V+ = f1(x-vt) (8)
arus dalam keadaan steady state untuk yang saluran Maka gelombang arus akan ditimbulkan oleh
panjang dengan konstanta-konstanta yang tersebar muatan-muatan yang bergerak dapat dinyatakan
merata. dengan :
Tegangan V dan I adalah fungsi-fungsi x dan 1
t bersama-sama, sehingga kita perlu menggunakan i+ = f 1( x − vt ) (9)
turunan sebagian. Persamaan jatuh tegangan seri di LC
sepanjang elemen saluran adalah dari persamaan (8) dan persamaan (9) didapatkan
∂V ∂i ⎞ bahwa :

Δx = ⎜ Ri + L ⎟Δx (1) V+ L
∂x ⎝ ∂t ⎠ = (10)
demikian pula halnya : i + C
∂V ⎛ ∂V ⎞ Perbandingan antara V dan i
Δx = ⎜ Gv + C ⎟Δx (2) dinamakan impedansi karakteristik atau impedansi
∂x ⎝ ∂t ⎠ surja (ZC) dari saluran tanpa rugi-rugi.
Persamaan dan tersebut di atas dapat dibagi Pada saat suatu tegangan v(t) diterapkan
dengan Δx, dan karena hanya membahas suatu pada salah satu ujung saluran transmisi tanpa rugi-
saluran tanpa rugi-rugi, maka R dan G akan sama rugi, maka unit kapasitasi C pertama dimuati pada
dengan nol sehingga didapatkan : tegangan v(t). Kapasitansi ini kemudian meluah
∂V ∂i kedalam unit kapasitansi berikutnya melalui
=L (3) induktansi L. proses bermuatan-peluahan (charge-
∂x ∂t discharge) ini berlanjut hingga ujung saluran dan
dan energi gelombang dialihkan dari bentuk elektronik
∂i ∂V (dalam kapasitansi) ke bentuk magnetik (dalam
=C (4)
∂x ∂t induktansi). Jadi, gelombang teganan bergerak
maju secara gradual ke ujung saluran dengan
Sekarang variabel i dapat dihilangkan menimbulkan gelombang arus ekivalen juga.
dengan menghitung turunan sebagian kedua suku Propagasi gelombang tegangan dan arus ini disebut
dalam persamaan (3) terhadap x dan turunan gelombang berjalan (travelling wave) dan
sebagian kedua suku dalam persamaan (4) terhadap gelombang ini kelihatan seolah-olah tegangan dan
2 arus berjalan sepanjang saluran dengan kecepatan
t. Prosedur ini menghasilkan ∂ i / ∂x∂t pada kedua yang diberikan oleh persamaan (7).
persama-an yang dihasilkan, dan dengan Saat gelombang yang berjalan pada suatu
mengeliminir turunan sebagian kedua dari variabel saluran transmisi mencapai titik transisi, seperti
i dari kedua persamaan tersebut, didapatkan : suatu rangkaian terbuka, rangkaian hubungan
1 ∂2V ∂2V singkat, suatu sambungan dengan saluran lain atau
. = 2 (5) kabel, belitan mesin, dan lain-lain, maka pada titik
LC ∂x 2 ∂t itu terjadi perubahan parameter saluran. Akibatnya
Persamaan (5) ini adalah yang dinamakan
sebagaian dari gelombang berjalan bergerak
persamaan gelombang berjalan suatu saluran tanpa
melewati bagian lain dari rangkaian. Pada titik
rugi-rugi. Penyelesaian persamaan ini adalah
transisi, tegangan atau arus dapat berharga nol
fungsi dari (x-vt), dan tegangannya dinyatakan
sampai dua kali harga semula tergantung pada
dengan :
karakteristik teminalnya. Gelombang berjalan asal
V = f1(x-vt) + f2(x+vt) (6)
(impinging wave) disebut gelombang datang
(incident wave) dan dua macam gelombang lain
Yang merupakan suatu penyelesaian untuk
yang muncul pada titik transmisi disebut dengan
terjadinya komponen-komponen ke depan dan ke
gelombang pantul (reflected wave) dan gelombang
belakang sebuah gelombang berjalan secara
maju (transmitted wave).
bersamaan pada sebuah saluran tanpa rugi-rugi.
Variabel v yang menyatakan kecepatan gelombang
2.2. Analisis Transien : Gelombang Pantul.
berjalan dapat dinyatakan dengan :
Di sub bab ini akan dibahas tentang apa
1 yang akan terjadi jika suatu tegangan dihubungkan
v= (7)
LC
pada ujung pengirim suatu saluran transmisi yang L / C ), dimana impedansi karakteristik
ditutup dengan suatu impedansi ZR .
Pada saat saklar ditutup dan suatu tegangan tersebut sangat berpengaruh terhadap koefisien
terhubung pda suatu saluran, maka suatu pantulan ρR.
Harus diperhatikan di sini bahwa
gelombang tegangan V+ mulai berjalan sepanjang
saluran dikikuti oleh suatu gelombang arus i+. gelombang-gelombang yang berjalan kembali
Perbandingan antara VR dan iR di ujung saluran ke arah ujung pengirim akan menyebabkan
pantulan-pantulan baru yang ditentukan oleh
pada setiap saat harus sama dengan resistansi
penutup ZR. Oleh karena itu kedatangan V+ dan i+ koefisien pantulan pada ujung pengirim ρS dan
di ujung penerima di mana nilai-nilainya adalah imedansi ujung pengirim ZR.
VR+ dan iR+ harus menimbulkan gelombang- ZS − Zc
ρS = (16)
gelombang yang berjalan ke belakang atau ZS + Zc
gelombang-gelombang pantulan V- dan i- yang
dengan :
nilai-nilainya di ujung adalah VR- dan iR-
ρS = koefisien pantulan pada ujung pengirim
sedemikian sehingga,
ZR = impedansi ujung pengirim
VR V R+ + V −R ZC = impedansi karakteristik
= + (11)
iR i R + i −R
dengan VR- dan iR- adalah gelombang-gelombang
V- dan i- yang diukur pada ujung penerima. III. PEMBAHASAN
Perhitungan matematis dari rumus-rumus
Jika dibuat ZC = L/C didapat dari tersebut di atas akan sulit dan rumit sekali, sehingga
persamaan (10) : untuk mempermudah dalam menganalisa dipakai
VR+ EMTP sebagai alat bantu, dengan cara membuat
i R+ = (12) simulasi rangkaian berdasarkan data-data yang
Zc diperoleh di lapangan.
dan Data-data untuk simulasi diambil dari
VR− saluran transmisi 500 kV antara Ungaran-Pedan
iR− = − (13) dengan asumsi sebagai berikut : saluran tersebut
Zc
Kemudian dengan memasukkan nilai iR+ dan iR- ideal, beban terpasang sebesar 400 MVA,
ke dalam persamaan (11) dihasilkan persamaan : pelepasan beban dilakukan pada sisi Ungaran-
Pedan, dan pemutus tenaga membuka secara
ZR − Zc +
VR− = .V (14) serentak
ZR + Zc R Berdasarkan data-data yang diperoleh maka
Koefisien pantulan ρR untuk tegangan pada didapatkan bentuk simulasi rangkaian sebagai
ujung penerima saluran didefnisikan sebagai VR- berikut,
/VR+, jadi :
Z R − Zc
ρR =
U

(15)
Z R + Zc
dengan :
ρR = koefisien pantulan pada ujung Gambar 1. Model Rangkaian untuk
penerima Simulasi
ZR = impedansi ujung penerima Simulasi dijalankan dengan beban yang
ZC = impedansi karakteristik (impedansi terpasang sebesar 400 MVA kemudian beban
surja) dikurangi secara bertahap dari beban sebesar 100
Pada saluran yang ditutup dengan impedansi MVA sampai 400 MVA dengan kenaikan beban
karakteristik ZC, terlihat bahwa koefisien pantulan tiap tahap sebesar 25 MVA, dan mencatat besar
untuk sama dengan nol, sehingga tidak ada tegangan transien yang terjadi pada tiap tahap.
gelombang pantulan, dan saluran berlaku seakan- Pengukuran tegangan hanya dilakukan pada ujung
akan panjangnya tidak terhingga. pengirim.
Pada saat ujung saluran yang merupakan Simulasi dilakukan pada dua keadaan yaitu
suatu rangkaian terbuka ZR adalah tak terhingga keadaan tanpa reaktor dan keadaan memakai
akan didapatkan harga ρR sama dengan 1 (satu). reaktor. Dari hasil simulasi didapat data
Dengan demikan tegangan yang terjadi pada ujung sebagaimana tercantum pada tabel sebagai berikut:
penerima menjadi 2 kalinya tegangan pada sumber Tabel 1. Besar Tegangan Lebih Transien pada Saat
tegangan atau pada ujung pengirim. Pelepasan Beban di Gardu Induk 500 KV Ungaran-
Dari uraian di atas bisa disimpulkan Pedan dengan Beban Terpasang 400 MVA pada
bahwa besar tegangan lebih transien sangat Keadaan Tanpa Reaktor
tergantung pada impedansi karakteristik (ZC =
Beban Tegangan Tegangan Prosentase MVA. Pada operasi pelepasan ini dilakukan dengan
memakai reaktor. Dari tabel-2 juga juga terlihat
yg dilepas awal lebih transien kenaikan bahwa secara keseluruhan prosentase kenaikan
400,35 tegangan lebih pada operasi pelepasan beban tanpa
100 398,73 100,41%
memakai reaktor lebih besar dibandingkan dengan
125 398,73 402,03 100,83% operasi pelepasan beban dengan memakai reaktor.
150 398,73 402,96 101,06%
IV. KASIMPULAN DAN SARAN
175 398,73 404,27 101,39% 4.1. Kesimpulan
200 398,73 405,76 101,76% Pemakaian reaktor pada operasi pelepasan
225 398,73 407,05 102,09% beban dapat memperkecil besar tegangan lebih
transient yang terjadi.
250 398,73 411,67 103,25%
275 398,73 415,34 104,17% 4.2. Saran
Pada saat pelepasan beban yang dilakukan
300 398,73 420,74 105,52%
oleh PLN sebaiknya dilakukan dengan memakai
325 398,73 424,67 106,51% reaktor walaupun dengan begitu akan menambah
350 398,73 428,96 107,58% biaya operasional pengadaan reaktor.
375 398,73 447,84 112,32%
DAFTAR PUSTAKA
400 398,73 475,78 119,32% 1. Arismunandar, A., 1984, Buku Pegangan
Teknik Tenaga Listrik, Jilid III, Gardu Induk,
Tabel 2. Besar Tegangan Lebih Transien pada Pradnya Paramita, Jakarta.
Saat Pelepasan Beban di Gardu Induk 500 KV 2. Arismunandar, A., 1994, Teknik Tegangan
Ungaran-Pedan dengan Beban Terpasang 400 Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta.
MVA pada Keadaan Memakai Reaktor 3. Dommel, dan Herman, W., 1996.
Beban Tegangan Tegangan Prosentase Electromagnetic Transients Program,
Vancouver, Canada.
yg dilepas awal lebih transien kenaikan 4. EMTP Development Coordination group,
400,04 1998, The Electromagnetic Transients
100 398,73 100,33%
Program, Version 3,0 Rule Book 1, Volume 1,
125 398,73 400,98 100,56% EPRI Report.
150 398,73 402,01 100,82% 5. EMTP Development Coordination group,
1998, The Electromagnetic Transients
175 398,73 403,34 101,14%
Program, Version 3,0 Rule Book 2, Volume 1,
200 398,73 403,96 101,29% EPRI Report.
225 398,73 403,02 101,06% 6. EMTP Development Coordination group,
1998, The Electromagnetic Transients
250 398,73 405,67 101,71% Program, Version 3,0 Rule Book 3, Volume 1,
275 398,73 408,67 102,43% EPRI Report.
300 398,73 409,54 102,64% 7. Galvan, A., and Cooroy, V., 1997, Analysis of
Lightning-Induced Voltages in a Network of
325 398,73 415,67 104,08% Conductors using the ATP-EMTP Program,
350 398,73 418,47 104,72% Conference Publication no. 445, IEEE.
8. Kundur, P., Morison, G.R., and Wang, L.,
375 398,73 430,79 107,44%
2000, Techniques for On-Line transient
400 398,73 442,89 109,97% Stability Assessment and Control, Power
Engineering Society Winter Meeting no.06,
Dari tabel-1 terlihat bahwa besar beban IEEE.
yang boleh dilepas pada Gardu Induk 500 kV 9. Lorenzo, T., 2000, Trend Insulation
Ungaran-Pedan adalah lebih kecil dari 300 MVA, Coordination Toward, International
sesuai peraturan dari PLN yaitu tegangan transien Symposium on Modern Insulator
yang terjadi tidak boleh lebih dari 105% dari Technologies.
tegangan nominal. Pelepasan beban lebih dari 300 10. Marti, L., 1998, Calculation of Voltage
MVA akan menghasilkan prosentase tegangan lebih profile Along Transmission Lines, IEEE on
transien yang lebih besar dari 105%. Operasi Transaction on Power Delivery.
pelepasan ini dilakukan tanpa memakai reaktor. 11. Naidu, MS., V., Kamaraju, 1995, High
Tapi hal ini berbeda dengan tabel-2 dimana Voltage Engineering, Tata MCGraw-Hill
besar beban yang boleh dilepas pada Gardu Induk Publishing Company Limited.
500 kV Ungaran-Pedan adalah lebih kecil dari 350
12. Shwedhi, M.H., and Bakhashwain, J.M., 1997,
On the Analysis of Lightning Surges to
Cable Terminated Transformer Using
EMTP, IEEE Industry Application Society
Annual Meeting.
13. T.S. Hutauruk, 1989, Gelombang Berjalan
dan Proteksi Surja, Erlangga, Jakarta
14. Stevenson, W.D., Jr., 1996, Power System
Analysis, International Edition Singapore.
PENGARUH BENTUK DAN UKURAN UTAMA KAPAL
TERHADAP TAHANAN KAPAL

Solichin DS.
Program Diploma III Teknik Perkapalan
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstract

Solichin DS., in paper dependencies of main shape and size ship to ship resistence explain that Each floating
things on the surface water and to be movement will have resistance force. The resistance which is on the
material can be caused by water and air. The size of resistance depends from the shape of material, the
compare of material size and direction of the current from the water and air. The cubic material will get more
big resistance than slim edge material.

Key words : ship shape, principal dimension, ship resistance

I. PENDAHULUAN lain-lainnya. Tahanan yang terjadi pada


Dalam merencanakan sebuah kapal, terlebih kapal-kapal jenis ini adalah tahanan udara
dahulu harus ditentukan ukuran utama dan gemuk dan gelombang.
kurusnya badan kapal yang lazim disebut koeffisien
kelangsingan atau koeffisien bentuk yang Kapal-kapal yang termasuk pada golongan
dinyatakan dengan coefficien block (Cb). pertama, tahanan kapal sebagian besar disebabkan
Walaupun besarnya ukuran panjang, lebar, sarat air oleh air. Sedangkan tahanan yang disebabkan oleh
dan coefficien block (Cb) sudah ditentukan, udara pada keadaan biasa bagi kapal yang tidak
ternyata masih dapat dibuat berbagai bentuk kapal. berkecepatan tinggi relatif kecil.
Namun demikian, tidak semua kemungkinan akan
membawa pengaruh baik, karena faktor umum yang II. TINJAUAN PUSTAKA
memegang peranan penting adalah tahanan yang Tahanan (resistance) kapal pada suatu
akan dialami oleh kapal pada waktu berlayar. kecepatan adalah gaya fluida yang bekerja pada
Seperti diketahui, bahwa setiap benda yang kapal sedemikian rupa, sehingga melawan gerakan
bergerak akan mengalami gaya lawan (resisting kapal. Resistance merupakan istilah pada
force) yang biasa disebut sebagai tahanan. Suatu hidrodinamika kapal, sedangkan istilah drag
bentuk kapal dengan tahanan yang kecil adalah umumnya dipakai pada aerodinamika dan untuk
menjadi tujuan perencana, sebab akan berarti benda benam.
pemakaian tenaga kuda menjadi hemat dengan Gambar 2.1. menunjukkan beberapa kurva
akibat penghematan bahan bakar dan berat mesin tahanan untuk benda bergerak di permukaan atau
penggerak lebih ringan, sehingga menambah daya jauh terbenam di dalam fluida yang sempurna dan
muat kapal. Ditinjau dari segi macamnya tahanan fluida yang mempunyai viskositas, koordinat
yang akan dialami kapal dapat disebabkan horisontalnya adalah angka froude.
perbedaan tempat bergeraknya, maka kapal dapat v
dibagi dalam 3 golongan : Fn =
gL
• Kapal bergerak di permukaan air, dimana
ada bagian badan kapal yang tercelup air sedangkan ordinatnya adalah koeffisien tahanan
dan ada bagian yang di atas air. Sebagian yang didefinisikan sebagai
kapal, baik berukuran kecil, sedang R
C=
maupun besar yang termasuk golongan ini 1/2 ρ v 2s
disebut kapal-kapal biasa. Keterangan :
• Kapal bergerak keseluruhan di bawah air v : kecepatan
(kapal selam), tahanan yang bekerja pada L : panjang kapal
kapal tersebut adalah tahanan yang g : percepatan gravitasi
disebabkan oleh air. ρ : massa jenis
• Kapal bergerak di permukaan air, seperti S : luas permukaan basah benda
kapal-kapal cepat hydro foil, jet foil, dan
Gambar 2.1. Kurva Koefisien Tahanan

Persamaan tahanan pada umumnya dapat Vo


dinyatakan sebagai berikut Fn = untuk kapal perairan dangkal
gH

⎧v L B ⎫
R = C. f ⎨ ; CSA; ; ; Cm; Cp ; Re ; α⎬
⎩ dl B T ⎭ III. PEMBAHASAN
dimana C = 1/2 ρ . s . v2 Bentuk dan ukuran utama kapal memegang
peranan penting untuk perencanaan kapal
⎧⎪ ⎫⎪ selanjutnya. Perencanaan tersebut antara lain
R L B
=f⎨Fn ; 1/3 ; CSA; ; Cm; Cp; Re; α ⎬ meliputi perhitungan dan gambar Rencana Garis
D ⎪⎩ Δ T ⎪⎭ (lines plan), perhitungan dan gambar Rencana
Bila ditinjau pada kapal-kapal yang Umum (General Arrangement), perhitungan dan
mempunyai panjang yang sama, dimana air gambar Konstruksi Profil (Profil Construction) dan
mempunyai density/kerapatan yang tetap pula, perhitungan yang lainnya. Karena bentuk dan
maka Re (bilangan Renald) dihilangkan. ukuran utama kapal akan berpengaruh terhadap
tahanan kapal yang direncanakan. Pengaruh bentuk
⎧ ⎫
dan ukuran utama terhadap tahanan tersebut dapat
R L B
=f ⎨Fn ; 1/3 ; CSA ; ; Cm ; Cp ; α ⎬ diuraikan sebagai berikut
D ⎩ Δ T ⎭
3.1. Length Displacement Ratio (L / Δ1/3)
Bila kapal yang ditinjau mempunyai Dalam bukunya, Morton Gertler membuat
displacement yang tetap, persamaan tahanan lengkungan-lengkungan dari tahanan sisa (RT) yang
berfungsi terhadap koeffisien prismatic (Cp) dan
R ⎧⎪ v L B ⎫⎪ Length Displacement Ratio.
= f ⎨ 3 ; 1/3 ; ; Cm ; Cp ; α ; Δ ⎬
D ⎪⎩ g Δ Δ T ⎪⎭

Catatan :
Vo
Fn = umum dipakai
gL
V
Fn = 3 untuk kapal displacement
Δ
berubah-ubah Gambar 3.1. Lengkungan Tahanan Sisa yang
berfungsi terhadap Cp dan L. Displ.
Dengan dasar teori saja sulit dapat diketahui Cp, L dan Δ yang sama, sehingga L/ Δ1/3 akan sama
pengaruh perubahan L / Δ1/3 pada tahanan Δ
gelombang kapal untuk setiap ton displacement. pula. Dari hubungan Cp = akan diketahui
L . AΦ
Kalau dibandingkan kapal-kapal dengan
displacement yang sama, akan kelihatan bahwa bahwa dalam percobaan tersebut luas Mid ship
tahanan gelombang demikian juga tahanan sisa (RT) section sama untuk setiap model.
kapal setiap ton displacement akan turun jika harga Walaupun Mid ship coeffisient dirubah-
rubah dari harga limit yang terrendah sampai harga
L / Δ1/3 bertambah besar. Untuk kapal-kapal
teratas. Hasil percobaan tersebut didapatkan bahwa
samudra pengangkut barang harga L / Δ1/3 berkisar
dari kedua seri model hanya mempunyai sedikit
antara 5,5 – 6,5.
perubahan dalam tahanan sisa, sehingga pengaruh
Cm pada tahanan sisa kecil sekali.
3.2. Length Breadth Ratio (L/B)
Pada perbandingan ukuran utama panjang
3.5. Longitudinal Centre of Buoyancy (LCB)
dan lebar akan berpengaruh pada tahanan sisa (RT)
Menurut teori, bentuk kapal yang terbaik
pada displacement yang konstan.
dari segi tahanan gelombang adalah bentuk yang
simetris, sehingga letak LCB antara AP dan FP
pada posisi angka 0. Akibat dari perhitungan
teoritis bahwa bagian muka dan belakang berbentuk
T
sama akan menghasilkan tahanan gelombang yang
B L sama jika viscositas dan efek saling
mempengaruhinya diabaikan. Dari experimen
wigley diketahui bahwa hasil dari pengaruh
Gambar 3.2. Ukuran Panjang, Lebar dan Sarat
viscositas, maka wave making dari bagian belakang
kapal yang simetris akan mempunyai tahanan
Untuk kapal-kapal penumpang berkecepatan
gelombang yang lebih kecil dari bagian muka.
tinggi, harga L/B = 7,0 - 8,5, sebaliknya kapal-
Dengan menggeser Centre of Buoyancy ke arah
kapal pantai, karena terbatasnya luas perairan harga
belakang dengan parameter lain dibuat tetap,
L/B = 5,0 – 6,50.
koeffisien prismatic (Cp) dari bagian muka
berkurang, sedang Cp bagian belakang bertambah.
3.3. Breadth Draught ratio (B/T)
Bagian belakang yang gemuk akan menyebabkan
Bertambah besarnya perbandingan ukuran
Eddy Making Resistance bertambah besar,
lebar dan sarat akan berarti makin besar tahanan
sedangkan tahanan tekanan untuk bentuk yang
gelombang. Displacement akan dibawa ke
langsing dapat diabaikan
permukaan air, sehingga gangguan di bawah air
bertambah besar dan mengakibatkan tahanan
3.6. Bentuk Sudut Masuk (Angle of Entrance)
gelombang bertambah besar.
Dalam membuat rencana garis harus
Tahanan gelombang besarnya tergantung
diperhatikan bentuk dari garis air muat di bagian
(berubah-ubah) terhadap kecepatan, dengan
depan karena hal ini akan mempengaruhi tahanan
demikian pengaruh terhadap tahanan gelombang
gelombang. Pada diagram menunjukkan hubungan
akibat perubahan B/T mempunyai karakter yang
antara koeffisien prismatic bagian depan dengan
tidak tetap, tetapi rata-rata tahanan gelombang
sudut masuk dari garis muat. Garis muat dan garis
bertambah besar bila harga B/T semakin besar.
air di bawahnya harus dibuat sedemikian rupa,
Percobaan sistimatis dari Taylor dan
sehingga tidak ada perubahan yang mendadak.
percobaan yang dibuat Nordstorm meyakinkan
Sudut dari garis air pada stern kapal di depan
bahwa B/T pengaruhnya pada tahanan tidak sulit
baling-baling harus dibuat tidak melebihi 20o untuk
untuk diperkirakan, tetapi dapat diketahui dari
mencegah Eddy making. Bila lengkungan CSA
diagram-diagram yang telah ditemukan pengaruh
dan bentuk dari garis air muat sudah ditentukan
B/T pada tahanan akan berubah-ubah terhadap
yang berhubungan dengan Cp dan kecepatan kapal,
kecepatan. Untuk kapal-kapal barang samudra dan
ternyata masih dapat dengan bebas menentukan
bentuk biasa, besarnya B/T antara 2,20 – 2,60.
bentuk dari penampang melintang kapal, yaitu
Sedangkan kapal-kapal berbaling-baling tunggal ± bentuk potongan U atau V. Sarjana Kent dan
2,40 dan kapal berbaling-baling ganda harga B/T = Cutland megadakan percobaan di perairan yang
2,40 – 2,80. bergelombang dengan sebuah model kapal barang
dengan Cb = 0,75 dan kecepatan v = 12 knot,
3.4. Mid Ship Coefficient mendapatkan kesimpulan bahwa untuk kapal
Besar kecilnya Mid ship section dipengaruhi tersebut bentuk garis air muat di bagian depan lurus
oleh Cm ; radius of bilga dan raise of floor. Sarjana dan cembung dengan bentuk potongan V adalah
Taylor memeriksa pengaruh Cm pada tahanan sisa lebih baik dari segi kelayak lautannya dibandingkan
dengan mempergunakan 2 seri model kapal yang dengan bentuk garis air cekung dengan potongan V.
mempunyai CSA yang sama dan harga-harga L/B. Pada bagian belakang bentuk-bentuk potongan U
ekstrim, U sedang, V ekstrim dan V sedang dapat menentukan bentuk-bentuk tersebut
biasanya digunakan pada kapal-kapal berbaling- disamping data lain yang memegang
baling tunggal. Kapal dengan bentuk U di bagaian peranan penting, seperti stabilitas pada
belakang sedikit lebih baik pada kecepatan rendah bermacam sarat trim, kelayak lautan pada
dan kurang baik pada kecepatan tinggi dari pada kondisi ballast, lebar kapal pada double
bentuk V sedang. bottom, bentuk badan kapal diatas garis
Pemilihan bentuk U dan V di bagian air, dan hal-hal lain yang berhubungan
belakang berhubungan juga dengan rpm baling- dengan ukuran kapal.
baling. Pada rpm yang tinggi bentuk V lebih baik
untuk memperoleh propulsi yang baik. Faktor yang
lain yang menentukan adalah lebar dari pondasi DAFTAR PUSTAKA
mesin, bila mesin induk kapal terletak di bagian 1. Ferguson, J.M. and Meek, M 1954, The Effect
belakang kapal. On Resistance of Variations in Breadth –
Draught Ratio and Length – Displacement
IV. KESIMPULAN ratio, Transaction of the Institution of Naval
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan Architects, 96. 428.
sebagai berikut : 2. Gertler, M., 1954, A Reanalysis of the
• Untuk kapal barang dengan kecepatan Original Test Data for the Taylor Standard
rendah rpm mesin rendah dan mesin Series.
terletak dibelakang, bentuk V ekstrim 3. Navy Departement The David W Taylor
dibagian belakang dapat dipakai, Model Basin, report 806, Washington.
sedangkan untuk kapal-kapal dengan 4. Guldhammer, H.E and Harvald, Sv,Aa, 1974,
kecepatan tinggi dan rpm tinggi, bentuk V Ship Resistance Effect of Form and
ekstrim dan V sedang dapat dipergunakan. Principal Dimensions (Revised), Akademisk
• Bentuk U di bagian belakang tidak layak Forlag,Copenhagen.
digunakan untuk kapal-kapal twin screw 5. Harvald, SV. AA, 1983, Resistance and
(baling-baling ganda), hal ini disebabkan Propulsion of ship, John Wiley & Sons, New
penambahan tahanan tidak dapat York.
diimbangi dengan penambahan propulsive 6. Lackenby, H. and Parker, M.N, 1960, The
coeffisien, karena adanya distribusi dari B.S.R.A. Methodical Series – An Over all
wake yang lebih merata. Sedangkan Presentation, Varitation of Resistance With
bentuk potongan V lebih cocok untuk Breadth Ratio and Length Displacement
bagian belakang kapal twin screw. Ratio, Transaction of the Royal Institution of
• Dari pembahasan diatas dapatlah Naval Architects,114 . 283.
ditentukan bentuk apa yang akan dipakai.
Para perencana dengan pengalamannya
PERBEDAAN DAYA UNTUK START MAUPUN KERJA NORMAL
DENGAN TENAGA YANG TERCANTUM DALAM NAME PLATE
POMPA AIR
Murni
Program Diploma III Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstract

Murni, in paper handing out with title Difference of Energy for the Start of and also normal job with
energy which is contained in water pump plate name explain sudden the sudden increasing of electrical current
on starting time are the problems on home electrical system witch low electrical power.The problem is that there
are a lot of electric shock experienced in starting time, even the power on name plate still lower than capacity of
installation.From the research shows that, the increase of electric current at starting time, reaches 120 %
aversely, while in normal operation condition, electric current consumption increase up to 60 % from name
plate current.

Keyword: Pump, Power

I. PENDAHULUAN tanpa diisi air, maka akan terjadi kerusakan pada


Pada jaman modern dan pesatnya bagian poros yang berhubungan kotak pancking
pertumbuhan ekonomi di negara kita mendorong (gland packing) dan air tidak akan dapat keluar.
setiap orang untuk bekerja atau menyelesaikan Selanjutnya untuk mempermudah menjalankan
suatu pekerjaan secara cepat, praktis dan ekonomis pompa dan untuk membuang gelembung-
termasuk dalam kebutuhan air bersih, setiap hari gelembung udara pada saluran pemasukan (suction)
mereka menggunakan pompa air sebagai alat untuk diberi saluran (lubang) yang diberi katup, lubang
mensupplay ke tempat yang mereka inginkan. ini fungsinya untuk mengeluarkan gelembung udara
Berbicara mengenai pompa listrik, pada umumnya dan untuk memancing pompa bila satu pompa
masyarakat pengguna pompa air kurang memahami dipasang pertama kali atau bila kebocoran pada
tentang tenaga yang dibutuhkan untuk menjalankan katup isap.
pompa air tersebut, baik pada waktu start maupun Apabila pompa sudah dihidupkan tetapi air
bekerja normal, sehingga seringkali setelah pompa belum dapat keluar, kemungkinan disebabkan :
dipakai daya listrik yang dimiliki di rumah tidak • Adanya kebocoran pada saluran isap
cukup, pada hal daya listrik yang tercantum dalam • Katup kaki tidak mau membuka
name plate pompa (spesifikasi pompa) masih di • Putaran pompa terbalik
bawah daya listrik yang dimiliki di rumah tangga • Pemberian air untuk memancing kurang
tersebut.
Untuk itu maka perlu kami informasikan 2.2. Daya Penggerak Pompa
hasil dari penelitian yang kami lakukan sejauh 2.2.1. Daya Air
mana perbedaan tenaga yang dibutuhkan untuk start Energi yang secara efektif diterima oleh air
sebuah pompa dengan tenaga yang dibutuhkan dari pompa persatuan waktu
pompa pada waktu pompa bekerja normal Pw = 0,163 . γ . Q . H
dibandingkan dengan tenaga yang tercantum dalam Keterangan :
name plate pompa. Penelitian ini menggunakan Pw = daya air
metode praktis yaitu pengambilan data langsung di γ = berat air persatuan volume
lapangan dengan sampel 10 unit pompa. (kg/l)
Dengan penulisan ini diharapkan pembaca dapat Q = kapasitas (m3/menit)
mengetahui gambaran sejauh mana perbedaan daya H = head total pompa (m)
yang digunakan baik untuk start maupun kerja
normal dengan tenaga yang tercantum dalam name 2.2.2. Daya Poros
plate pompa. Daya yang diperlukan untuk menggerakkan
sebuah pompa adalah sama dengan daya air
II. DASAR TEORI ditambah kerugian daya air ditambah kerugian daya
2.1. Pengoperasian Pompa di dalam pompa.
Pompa sebelum dioperasikan harus diisi air
P = Pw / η
terlebih dahulu / dipancing khususnya untuk
Keterangan :
dipompa yang baru dioperasikan atau pompa yang
P : daya poros (kw)
sudah lama tidak dijalankan. Bila pompa dijalankan
Pw : daya air (kw) Jika titik kerja sebuah pompa bervariasi
η : effesiensi pompa (%) dalam sebuah suatu daerah tertentu, maka daya
poros juga bervariasi.
Jadi daya nominal harus ditentukan untuk
2.2.3. Daya Nominal daya poros maksimum P dalam daerah kerja
Meskipun daya poros pompa ditentukan nominal.
menurut rumus di atas daya nominal penggerak Bila motor listrik penggerak pompa
mula yang dipakai untuk menggerakkan pompa mempunyai cos @, tegangan dan arus yang
harus diterapkan dari rumus : mengalir pada motor listrik diketahui maka daya
penggerak pompa dapat dihitung dengan rumus :
Pm = P (1 + α) / η t Watt = V . A . cos @
Keterangan:
Pm : daya nominal (kw) Tabel 1. Perbandingan Cadangan
P : daya poros (kw) Jenis penggerak mula α
α : faktor cadangan (tabel 1) Motor induksi 0,1 – 0,2
η : effesiensi transmisi (tabel 2) Motor bakar kecil 0,15 – 0,25
Motor bakar besar 0,1 – 0,2

Tabel 2. Effesiensi Pompa Transmisi


Jenis transmisi
Sabuk rata 0,9 – 0,93
Sabuk V 0,95
Roda Gigi Roda gigi lurus satu tingkat 0,92 – 0,95
Roda gigi miring satu tingkat 0,95 – 0,98
Roda gigi kerucut satu tingkat 0,92 – 0,96
Roda gigi planiter satu tingkat 0,95 – 0,98
Kopling hidrolik 0,95 – 0,97
Poros yang dikopel langsung 1,00

III. METODE PENELITIAN Ini berupa lajur-lajur untuk mempermudah


3.1. Sampel dalam langkah pengambilan data.
Sampel yang digunakan / diteliti sebanyak Adapun isinya sebagai berikut :
10 (sepuluh) unit pompa berbagai merk dengan No; spesifikasi pompa (merk, model,
tinggi isap maksim meter di komplek perumahan tenaga, frekwensi, Volt, Ampere debit,
korpri Pandean Lamper Semarang. Head pompa).

3.2. Peralatan Pengambilan Data 3.3. Pelaksanaan


Peralatan yang digunakan untuk Pelaksanaan Pengambilan data dilaksanakan
pengambilan data adalah sebagai berikut : di rumah-rumah penduduk yang memiliki pompa
• Pompa air air dengan tenaga penggerak motor listrik yang
Pompa air yang diteliti merupakan jenis masih dalam kondisi baik ( di atas 90 %).
sentrifugal dengan penggerak motor listrik Langkah pengambilan data dimulai dengan
induksi satu fase dengan kapasitor runing. melihat dan mengecek kondisi pompa air kemudian
Adapun jumlah yang diteliti 10 buah. mencatat merk dan spesifikasi yang tercantum
• Volt meter dalam plate pompa tersebut. Berikutnya merangkai
Volt meter ini digunakan untuk mengukur alat ukur volt meter dan ampere meter sesuai
tegangan listrik dengan gambar. Setelah rangkaian alat ukur selesai
• Ampere meter kemudian dicoba bekerjanya dan setelah rangkaian
Berfungsi untuk mengukur arus listrik alat ukur selesai kemudian dicoba bekerjanya dan
yang dibutuhkan oleh pompa pada saat dipastikan sudah dapat bekerja dengan baik dan
start maupun pada saat pompa bekerja benar, maka pengambilan data baru mulai. data dari
normal, ampere meter ini mempunyai tiap-tiap sampel pompa diambil sebanyak 10
ketelitian 0,01 (seperseratus). (sepuluh) kali kemudian dicatat dalam tabel yang
• Bak penampungan air sudah disiapkan.
Untuk menampung air saat pompa
dijalankan.
• Alat pencatat data
Skema pengambilan data

kebutuhan air dan jangan lupa besar daya


IV. KESIMPULAN DAN SARAN listrik yang tersedia di rumah.
4.1. Kesimpulan • Dalam pengoperasian pompa air
Dari uraian diatas dapat diambil diusahakan jangan terlalu sering
kesimpulan sebagai berikut : menghidupkan pompa air karena akan
• Tiap-tiap merk pompa air mempunyai menambah kenaikan pemakaian daya
kenaikan power atau daya listrik yang listrik (watt) dalam meter listrik di rumah.
dibutuhkan untuk start dengan kerja Hal ini dapat dilaksanakan dengan
normal tidak sama antara merk satu membuat tangki / bak tandon air.
dengan yang lain yaitu kenaikan terbesar
adalah = 47,4 % sedangkan kenaikan daya
terkecil = 5,33 dari saat pompa kerja DAFTAR PUSTAKA
normal. 1. Austion. H. Church, Zulkufli Harahap, 1986,
• Kebutuhan daya listrik untuk operasional Pompa Blower, Intrifugal, Erlangga, Jakarta.
pompa air sesungguhnya / di lapangan 2. AE, Fitegrol Charles Rengsley, Ir. Joko
dibanding dengan daya listrik yang tertulis Achyanti MSc, 1986, Mesin-mesin Listrik,
pada name plate atau spesifikasi pompa air set IV, Erlangga, Jakarta.
terjadi kenaikan daya, yaitu rata-rata 3. Abdul Kadir, Prof. Ir. 1985, Mesin Serampak,
120,92 % pada saat start dan rata-rata = Erlangga, Jakarta.
62,01 % saat pompa air bekerja normal. 4. Sofyan M Takio Morimura, 1991,
Perancangan dan Pemeliharaan Sisitim
4.2. Saran Lambing, Pradya Paramita, Jakarta.
• Pada saat membeli pompa air hendaknya 5. Sularso, Horno Takora, 1983, Pompa dan
dilihat dahulu name plate atau spesifikasi Kompresor, Pradaya Paramita, Jakarta.
dari pompa air tersebut meliputi, debit air, 6. Sutrisno Hadi, Prof. Dra. MA, 1988, Statistik
total head, power atau daya listrik yang 3, Andi offset, Yogyakarta.
dibutuhkan dan juga kwalitas dari pompa 7. Sudjana, Prof. Dr. MA. MSc, 1992, Metode
air (merk) selanjutnya sesuaikan dengan Statistik “Tarsito”, Bandung.
OPTIMALISASI POWER MOTOR PENGGERAK KAPAL
Suharto
Program Diploma III Teknik Perkapalan
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstracts

Suharto, in paper optimize power of ship main engine explain that to use break horse power of main
engine of merchandise vessels, at optimal point will be reduced specific fuel oil consumption (marine diesel oil)
about 2 to 4 g/BHPh, It will minimal 15% the operational cost of ship.

Key words : optimal, specific fuel oil consumption

I. PENDAHULUAN
Dengan merebaknya isu krisis bahan bakar Pada diagram gambar 2.1. memiliki
minyak yang ditandai, makin tingginya harga bahan distribusi power seperti pada tabel 2.1. Konsumsi
bakar minyak dunia per barel, akan berdampak bahan bakar spesifik motor penggerak kapal
pada naiknya ongkos operasional alat transportasi. tersebut terlihat pada tabel 2.2.
Terutama untuk transportasi laut yang
menggunakan kapal-kapal berukuran besar dengan Tabel.1.Distribusi power motor induk
motor penggerak kapalnya menggunakan bahan engine mean effetive
bakan minyak ( marine diesel oil). Power
Titik speed Pressure
Salah satu langkah yang diambil oleh
pemilik kapal (ship owners) adalah (r/min) (bar) (kW) (BHP)
mengoptimalkan pemakaian power motor L1 250 18,5 2400 3270
penggerak kapal selama kapal berlayar. Untuk
L2 250 14,8 1920 2610
kapal dengan motor induk yang memiliki power
diatas 3000 Break horse power, penggurangan L3 212 18,5 2040 2790
bahan bakar 2 – 4 g/BHPh akan terasa sekali L4 212 14,5 1650 2220
penghematan yang terjadi, apalagi jika kapal
beroperasi selama lebih 10 tahun. Tabel.2. Konsumsi bahan bakar spesifik
Specific Fuel Oil Consumption
II. DIAGRAM BEBAN MOTOR INDUK
Sebagaimana yang terlihat di bawah ini, Titik 100% 80%
sebuah motor penggerak kapal (main engine) g/Kw h g/BHP h g/kW h g/BHP h
dengan power, rpm dan konsumsi bahan bakar
L1 179 132 178 131
sebagai berikut :
Type main engine : S26MC MAN B&W L2 174 128 173 127
Power : 3270 BHP L3 179 132 178 131
SFOC : 132 g/BHP h L4 174 128 173 127
Bore : 260 mm
Stroke : 980 mm
Agar kapal dapat bergerak, dia dilengkapi
dengan propeller, yang bekerja berdasarkan prinsip
hydrodinamik, disini propeller akan digerakan oleh
motor induk kapal (main engine) dengan
menggunakan transmisi poros (shaft propeller).
Sehingga motor induk /penggerak utama kapal
tersebut di bebani oleh propeller pada suatu range
power tertentu, sesuai dengan krakteristik
pembebanan dari propeller tersebut, dengan
hubungan sebagai berikut :
Pb = c x n3
Keterangan:
Pb : power engine
n : propeller speed
Gambar 2.1. Diagram layout power –speed main c : konstanta
engine.(ref.4.)
Selain beban efektif diatas, juga motor induk P : Kurva propeller, clean hull,
dipersiapkan untuk menerima beban tambahan yang light running
berasal dari penambahan tahanan kapal saat badan Garis 1 : Batas Torque/speed
kapal dipenuhi oleh fouling (pengotoran oleh Garis 2 : Batas mean effetive pressure
binatang yang menempel pada bagian badan kapal Garis 3 : Batas power for continuos
yang tercelup dalam air laut). Cuaca yang jelek saat running
kapal berlayar, seperti saat kapal menghadapi angin Garis 4 : Batas speed/rpm
badai dengan arah yang berlawanan dengan arah Garis 5 : Batas overload
gerak kapal, serta kondisi laut pada jalur pelayaran O : Titik optimal
kapal seperti untuk daerah pelayaran Asia-Pasific A : Titik referensi 100 % rpm
akan terjadi penambahan beban + 10 s/d 15 % dari M : MCR spesifik
power saat mendesain propeller.
Apabila diagram beban propeller IV. MENENTUKAN KONSUMSI BAHAN
direcanakan berada pada daerah pembebanan motor BAKAR
diantara 70 – 90 % , dimana pada daerah beban Berdasarkan peta beban motor induk kapal
tersebut akan mengkonsumsi bahan bakar lebih diatas maka dapat dimasukan dalam diagram
rendah dari yang terlihat dalam tabel diatas. konsumsi bahan bakar spesifik (spesific fuel oil
Dampak Lainnya adalah makin melebarnya area consumption) yang terdapat dalam panduan
perawatan mesin dengan demikin berarti mesin penggunaan motor induk (main engine), berisikan
akan lebih awet. informasi mengenai spesifikasi dan karakteristik
serta tuntunan perawatan motor penggerak kapal,
III. MENENTUKAN TITIK OPTIMAL seperti terlihat melalui gambar 2.3.
DALAM DIAGRAM MOTOR
Titik optimal untuk motor induk berada
dalam batasan wilayah L1,L2,L3,L4 pada layout
engine. Biasanya titik optomal(O)ini dipilih saat
kapal berlayar (service speed) dimana telah terdapat
pengotoran badan kapal oleh Fouling, dan
merupakan perpotongan antara garis beban
propeller (garis P’ pada gambar.1.) dengan kurva
power konstan, melalui titik M (maximum
continuous rating). Dalam hal ini titik Optimal (O)
sama dengan titik 100% rpm motor (A).
Namum titik optimal ini akan selalu berubah
sesuai dengan kondisi pembebanan, misalnya jika Gambar 2.3. Menentukan SFOC motor induk kapal
motor dikopel dengan poros generator, dan (data primer)
menggunakan propeller yang memiliki langkah
tetap (fix pitch propeller). Dalam gambar diagram diatas terlihat bahwa
pada 100 % mep terdapat pengurangan bahan bakar
sebanyak 3,6 g/BHP h dan pada 80% mep sebanyak
4,7 g/BHP h dan pada 50 % mep sebanyak 2,6
g/HP h.

V. KESIMPULAN
Penurunan bahan bakar cukup signifikan
terjadi pada motor penggerak kapal apabila kita
dapat mengoperasikannya pada titik optimum,
dimana pada awalnya motor tersebut memiliki
power nominal MCR ; 3.270,- BHP (100% power),
rpm 250 r/min (100% speed) dengan konsumsi
bahan bakar nominal 132 g/BHPh. Kondisi ini
berubah menjadi power spesifik MCR ; 2.616 BHP
(100% power), rpm 225 r/min (100% speed)
dengan konsumsi bahan bakar 128,4 g/BHPh.
Gambar.2. menentukan titik optimal (O) Pengoperasian motor penggerak kapal pada
80 % MCR, selama kapal berlayar akan terdapat
Keterangan : penurunan bahan bakar sebanyak 4,7 g/BHPh,
P’ : Kurva propeller yang melalui dengan power yang dihasilkan adalah sebesar
titik O, 2.092,8 BHP dengan konsumsi bahan bakar sebesar
P’ : Kurva propeller fouled hull 127,3 g/BHP h, ini setara dengan 266.413,44 gram/
heavy running jam (0,266 Ton/jam). Jika dikalkulasi dengan
perawatan yang terjadi sebesar 20%, maka dengan 3. JE Engstrom, Methode For Selection Of
penghematan bahan bakar 4 % penurunan ongkos Optimum Main Engine, Rome.
operasionalnya akan menjadi lebih dari 15 %. 4. Man B&W, 1991, S26MC, Marine Diesel
Engine.
DAFTAR PUSTAKA 5. Sulzer, , 1992, Performance Data AT25S,
1. Engval LO, Methode For Selection Of Marine Diesel Engine, Winterthur,
Optimum Main Engine, Rome. Switzerland.
2. Harrington, 1992, Marine Engineering,
Sname.
KAJIAN PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI FATTY ALCOHOL DENGAN
TEKNOLOGI PHOTOKATALITIK MENGGUNAKAN ENERGI SURYA
Mohamad Endy Yulianto1, Dwi Handayani1, Silviana2
1
Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang
2
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, UNDIP Semarang
E-mail : endyy@plasa.com

Abstract

Mohamad Endy Yulianto, Dwi Handayani, and Silviana, in paper Study of Glycerin Pitch Waste
Treatment from Fatty Alcohol Industry Based on Palm Oil with Photo Catalytic Technology Using Solar Energy.
That the one of management environmental effect is water pollution controlling which is the one of industry
activity. Glycerin pitch waste water handling in particular organic synthetic dye matter much needed is observed
because of its dangerous impact. There are several dyes which have toxic, as azo dye that contains amino
aromatic ring so need to remove before be introduced to sewage or to environment. Ultra violet ray solar energy
with its photochemistry reaction and catalyst, TiO2 capable to degrade colored matter by oxidation become CO2
and H2O. Photo catalytic is the technology for state which has a lot of solar ray for pretreatment in fatty alcohol
waste water purification process.

Key word: photo catalytic, solar energy,TiO2, waste water

I. PENDAHULUAN yang akan datang, maka diprediksi jumlah glycerin


Salah satu segi pengelolaan lingkungan pitch yang dihasilkan proses pembuatan fatty
adalah pengendalian pencemaran air yang salah alcohol dan metil ester dari CPO melalui jalur
satunya adalah efek dari suatu kegiatan industri. transesterifikasi akan semakin meningkat. Oleh
Hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 4 tahun sebab itu pengolahan glycerin pitch yang tepat
1982 yang memuat tentang ketentuan-ketentuan perlu segera diupayakan solusinya.
pokok pengelolaan lingkungan hidup, sedangkan Beberapa penelitian telah dilakukan, baik di
untuk pelaksanaan pengendalian pencemaran air Indonesia maupun Malaysia untuk mencari solusi
dijelaskan dalam pasal 15 Peraturan Pemerintah penanganan limbah glycerin pitch yang tepat, tetapi
No. 20 tahun 1990. Penjabaran lebih lanjut tentang hingga saat ini masih belum berhasil. Industri fatty
baku mutu air limbah bagi kegiatan industri diatur alcohol di Indonesia telah melakukan beberapa
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan upaya untuk mengolah glycerin pitch, seperti
Hidup No. Kep 51/Men LH/10/1997 . melakukan pembakaran glycerin pitch dalam rotary
Dengan adanya Undang-Undang, Peraturan incenerator dan pembakaran glycerin pitch
Pemerintah dan Keputusan Menteri yang telah ditempat terbuka, yang keduanya tidak memberikan
ditetapkan, maka industri diwajibkan mempunyai hasil yang memadai.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau dapat Pada dua dekade terakhir ini metode
bekerjasama dengan perusahaan jasa di dalam pengolahan air limbah dengan cara Advance
menanggulangi limbah industrinya. Oxidation Processes (AOPs) menunjukkan
Limbah cair dan glycerin pitch merupakan perkembangan yang sangat menarik, dimana
limbah yang dihasilkan oleh industri fatty alcohol. pengolahan limbah dengan AOPs mendapatkan
Pembuatan fatty alcohol melalui proses tempat yang lebih penting dibandingkan dengan
transesterifikasi dan hidrogenasi akan pengolahan limbah secara biologi yang sering tidak
menghasilkan produk berupa fatty alcohol, metil memadai untuk mengolah limbah dengan
ester, gliserin dan limbah. Limbah cair industri ini konsentrasi tinggi atau limbah beracun, salah satu
dikeluarkan dari unit proses pretreatment, metoda AOPs yang cukup efisien dan murah yaitu
deasidifikasi, distilasi metil ester, destilasi dengan menggunakan proses photokatalitik.
fraksinasi fatty alcohol, glycerin water evaporation Photokatalitik merupakan suatu teknologi
dan lain-lain, sedangkan glycerin pitch dihasilkan yang menjanjikan di negara yang kaya akan sinar
dari unit proses distilasi gliserin dan bleaching. matahari. Photokatalitik dapat digunakan sebagai
Glycerin pitch merupakan cairan kental pretreatmen pada proses pemurnian air limbah
menyerupai pasta yang berwarna gelap kecoklatan untuk dipergunakan kembali pada kegiatan suatu
dengan kandungan COD sebesar 1,8 – 2 juta mg/l. industri. Secara ekonomi sistem reaktor dengan
Masalah pengolahan dan pengembangan glycerin proses ini sangat memungkinkan untuk digunakan.
pitch merupakan persoalan serius yang dihadapi Pada proses photokatalitik, sinar ultraviolet secara
Indonesia dan Malaysia dewasa ini. Seiring umum digunakan sebagai sumber cahaya. Sinar
meningkatnya era pembuatan biodiesel dimasa ultraviolet bersama-sama dengan keberadaan katalis
sebagai penghasil OH* radikal merupakan Pada dasarnya, tingkat kerusakan pada
pengoksidasi utama sehingga dihasilkan reaksi paparan radiasi UV tergantung dari kuantitas dan
photokimia yang dapat mendegradasi air limbah. jenis radiasi yang dipaparkan. Dimana semakin
Adapun katalis yang diketahui sangat efektif pendek panjang gelombang radiasi maka energi
digunakan dalam proses photokatalitik ini yaitu yang dihasilkannya semakin besar yang berarti
TiO2 powder dalam larutan tersuspensi. Untuk itu tingkat kerusakannya juga tinggi.
perlu ditelaah pengolahan limbah industri fatty Berdasarkan kandungan energi kimianya,
alcohol menggunakan proses photokatalitik. radiasi UV mempunyai kemampuan untuk
menimbulkan kerusakan langsung pada molekul
II. REAKSI FOTOKIMIA penting senyawa yang menyerapnya dan
Cahaya dapat digunakan sebagai pemacu menghancurkan polutan di dalam air (Larson et al.
terjadinya reaksi kimia untuk mendapatkan seleksi dalam Tedder and Pohland, 1990). Sesuai dengan
tranformasi yang luas pada dekomposisi polutan hukum pertama fotokimia yang menyatakan bahwa
didalam air. Beberapa reaksi kimia tersebut perubahan kimia hanya akan terjadi bila sistem
sebenarnya tidak mungkin terjadi bila memakai menyerap radiasi (Jan Kopecky, 1992), maka
reaktan konvensional. Hal ini dapat terjadi karena cahaya harus diabsorbsi oleh sistem supaya reaksi
selain memancarkan radiasi infra merah dan cahaya kimia dapat berlangsung. Molekul-molekul harus
tampak, matahari juga memancarkan radiasi Ultra bisa menyerap panjang gelombang minimal sebesar
Violet (UV). Radiasi Ultra Violet tersebut 290 nm supaya dapat dipengaruhi oleh cahaya
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk matahari.
menyebabkan terjadinya reaksi kimia (bila
dibandingkan dengan kandungan energi radiasi 2.1.2. Cahaya buatan
infra merah dan cahaya tampak). Walaupun tidak Sumber cahaya buatan untuk reaksi
semua polutan organik menyerap cahaya, namun fotokimia dapat berasal dari lampu yang tersedia
banyak diantaranya yang mudah terdekomposisi pada variasi luas mulai dari lampu bohlam (bulb)
dengan satu atau berbagai macam cara. Oleh tungsten-filamen sederhana sampai lampu dengan
karenanya, pengetahuan terhadap mekanisme kimia pancaran bunga api listrik merkuri (mercury arc).
pada reaksi fotokimia akan bermanfaat dalam Lampu bohlam (bulb) tungsten-filamen memancar
merencanakan sistem pengolahan secara fotokimia secara kuat pada daerah tampak, sedangkan lampu
untuk air yang tercemar. (Larson et al . dalam mercury arc menghasilkan sinar UV dengan
Tedder and Pohland, 1990). panjang gelombang kurang dari 290 nm (UV-C :
0,2 – 0,28 mikron) yang mempunyai intensitas
2.1. Sumber Cahaya tinggi.
Sumber cahaya dapat digolongkan menjadi Sumber cahaya UV yang banyak digunakan
dua, yaitu sinar matahari dan cahaya buatan. adalah lampu dengan daya 4 – 40 watt, dan
intensitas maksimum pada panjang gelombang 254
2.1.1. Sinar matahari nm. Lampu ini mudah didapat di pasaran dan
Radiasi Ultra Violet matahari adalah energi banyak digunakan sebagai lampu germicidal.
elektromagnetik dengan panjang gelombang antara Beberapa jenis lampu yang dapat digunakan
0,2 – 0,4 mikron dan mempunyai energi lebih besar sebagai sumber cahaya Ultra Violet buatan dapat
dibanding cahaya tampak. Sinar matahari dilihat pada tabel 1. berikut :
dimanfaatkan sebagai sumber cahaya oleh Holmes
dan Pachecho (1990) dalam penelitiannya untuk 2.2. Prinsip Dasar Reaksi Fotokimia
mengolah air yang terkontaminasi dengan fotolisis. Reaksi fotokimia merupakan reaksi kimia
Berdasarkan panjang gelombangnya, radiasi UV yang menggunakan cahaya untuk mendekomposisi
matahari terbagi atas : polutan organik didalam air dengan cara menyerap
• UV-A (0,32 - 0,4 mikron) merupakan cahaya untuk memutuskan ikatan dari senyawa-
panjang gelombang panjang dan senyawa kimia. Cahaya dapat berupa panjang
memancarkan radiasi yang besarnya gelombang dan bersifat sebagai partikel (particle
konstan sepanjang tahun. Radiasi ini dapat like properties) dimana cahaya merupakan
menyebabkan penuaan dini pada kulit. gabungan dari ayunan elektrikal terhadap arah
• UV-B (0,28 - 0,32 mikron) merupakan propagasi dari gelombang (Schwarzenbach et al.
panjang gelombang pendek dan lebih 1993).
intens dibanding UV-A . UV-B lebih kuat Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara 2
terabsorbsi oleh beberapa polutan dan maksima berurutan, yang berbanding terbalik
bimolekul. dengan frekuensi dan biasa dinyatakan dengan
• UV-C (0,2 - 0,28 mikron) merupakan jumlah putaran penuh pada titik tertentu dalam satu
radiasi UV yang paling intensif dan detik, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
berbahaya serta berpotensi untuk C
λ= (1)
menimbulkan kerusakan pada organisme. v
Keterangan : Energi (k J eistein-1) dari foton atau kuantum dapat
C : Kecepatan cahaya dalam hampa dinyatakan dalam :
: 3 x 10 8 m.det –1 C
v : Elektromagnetik frekuensi (Hz) E = h⋅v = h⋅ (2)
λ
Cahaya sebagai partikel dapat diukur dan Keterangan :
diserap dalam satuan diskrit, yang disebut foton h : konstanta Planck
atau kuanta (satuan cahaya dalam bentuk molekul). : 6,63 x 10 –34 J. det

Tabel 1. Sumber cahaya Ultra Violet dan Intensitasnya


Sumber Daerah Panjang Intensitas Utama
Gelombang Efektif (nm) (Einstein det –1 cm –2)
a. Sumber lemah
- lampu tungsten 450 – tampak
- lampu hidrogen 165 – tampak
- lampu karbon 400 – tampak
b. Sumber intermediate
- batang merkuri 185,254 (254 nm) 2 x 10 –10
(tekanan rendah) (10 cm dari lampu 6 W)
- batang kadmium 229,326
- batang zinc 214,308
a. Sumber kuat
- sinar matahari 340 – tampak (400 nm) 5 x 10 –9
(350 nm) 3 x 10 –9
- batang merkuri 200 – tampak (313 nm) 1 x 10 –9
(tekanan sedang) (100 W pada 50 cm)
(366 nm) 1.5 x 10 –9
(dengan reflektor)
- batang merkuri 240 – tampak (366 nm) 1,2 x 10 –9
(tekanan tinggi) (200 W, 50 cm tanpa reflektor)
- batang xenon 200 – tampak

Sumber : Borrel, P , 1973

Satuan cahaya dalam molar biasa disebut radiasi UV-C mempunyai panjang gelombang
einstein. 1 einstein = 6,02 x 1023 (= 1 mol) foton / minimum 200 nm, maka molekul organik harus
kuanta. Energi cahaya dari panjang gelombang λ menyerap cahaya di atas 200 nm supaya terjadi
(nm) adalah : proses fotolisis (Larson and Weber, 1994). Energi
C 1,196 × 10 5 radiasi ini berhubungan dengan energi eksitasi
E = 6,02 × 10 23 ⋅ h ⋅ = (3) molekul dengan λ = 200 – 700 nm (Jan Kopecky,
λ λ 1992).
Energi sinar UV dan cahaya tampak dapat
Kondisi eksitasi suatu molekul tidak
mengeksitasi elektron suatu molekul dari kondisi
berlangsung lama sampai molekul tersebut kembali
dasar ke kondisi tereksitasi. Sehingga pada
pada kondisi dasar dengan melalui proses fisika
prinsipnya, ikatan dapat diputuskan dengan
berikut :
absorbsi cahaya (Schwarzenbach et al. , 1993).
• Melepaskan energi secara vibrasi dalam
Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
bentuk panas yang dipindahkan ke spesies
Pada reaksi fotokimia, penghancuran
lain.
molekul diawali dengan penyerapan foton (Larson
et al. dalam Tedder and Pohland, 1990). Saat foton • Melepaskan energi dalam bentuk cahaya.
mendekati sebuah molekul, terjadi interaksi antar Proses ini disebut flourosensi dan
medan elektromagnetik yang menyertai molekul. fosforesensi.
Terjadinya perubahan secara fotokimia disebabkan • Memindahkan kelebihan energi kepada
karena energi yang diabsorbsi mengubah molekul molekul lain yang biasa disebut
pada kondisi dasar (ground state) menjadi kondisi fotosensitisasi dan menyebabkan molekul
tereksitasi (excited state) yang tidak stabil. tersebut tereksitasi.
Supaya dapat terjadi penyerapan foton guna Proses kimia yang dialami oleh molekul
mendapatkan kondisi eksitasi, molekul harus tereksitasi untuk kembali ke kondisi dasar
mempunyai pita absorbsi pada spektrum UV- merupakan suatu bentuk tarnsformasi dan juga
cahaya tampak yang mencakup panjang gelombang penyisihan (removal) suatu senyawa
foton tersebut (Larson and Weber, 1994). Karena (Schwarzenbach et al. , 1993). Senyawa-senyawa
baru hasil transformasi dapat termasuk pemutusan
ikatan, penyusunan kembali atau reaksi semikonduktor). Band gap juga diartikan sebagai
intermolekular (Larson and Weber, 1994). kesensitivan panjang gelombang dari
Selanjutnya senyawa-senyawa tersebut akan semikonduktor untuk meradiasi (sophyan,1996).
bereaksi dengan proses fotokimia, kimia atau
biologi. Akibatnya sangat sulit untuk menentukan IV. REAKSI PHOTOKATALITIK
dan mengukur seluruh hasil transformasi fotokimia Photokatalitik secara mendasar didefinisikan
(Schwarzenbach et al. , 1993). sebagai suatu photoreaksi yang reaksinya
Dalam proses fotokimia, kecepatan foton dipercepat dengan keberadaan katalis. Katalis
yang diberikan ke suatu sistem reaksi menentukan mempercepat terjadinya photoreaksi dengan cara
kecepatan fotolisis suatu senyawa fotokimia. Unit berinteraksi dengan susbstrat dalam media atau
fluks cahaya yang sering digunakan dalam dengan hasil utama dari photoreaksi. Dalam reaksi
persamaan kinetika adalah einstein cm –2.det –1/nm . photokatatalitik, tidak ada energi yang disimpan,
Kecepatan fotolisis suatu senyawa kimia dalam yang terjadi hanya percepatan oleh katalis terhadap
larutan pada panjang gelombang : reaksi yang berjalan lambat dengan proses
penyinaran. Beberapa keuntungan yang didapat dari
DC/dt = Ø Ioλ (A/V)Fsλ.Fcλ (4) penggunaan reaksi photokatalitik adalah sebagai
berikut :
Keterangan : • Pengolahan air limbah dilakukan tanpa
Ø : Quantum yield adanya penambahan zat kimia
Ioλ : Intensitas cahaya pada suatu • Tidak diperlukannya pengolahan limbah
sistem reaksi (einstein cm-2 det- secara lanjut
1
) • Proses dapat dilaksanakan pada rentang
A : Luas permukaan yang terpapar pH normal
(cm2) Tipe katalis yang efektif digunakan pada
V : Volume larutan (liter) proses photokatalitik, yaitu oksida logam misalnya
Fsλ : Fraksi cahaya yang diserap oleh ZnO, WO3, Fe2O3, CdSe, SnO2 , tetapi beberapa
sistem penelitian membuktikan bahwa TiO2 yang berada
Fcλ : Fraksi cahaya yang terserap dalam larutan tersuspensi merupakan katalis yang
oleh zat kimia dalam sistem sangat efektif dan efisien digunakan dalam
photokatalitik. Titanium Dioksida (TiO2) yang
III. JENIS PHOTOKATALIS mempunyai “band gap” + 400 nm cahaya, telah
Photoreaksi dengan memanfaatkan banyak digunakan sebagai katalis fotooksidasi
keberadaan partikel semikonduktor disebut karena merupakan semikonduktor yang potensial,
semikonduktor fotokatalis (Sophyan, 1996). sumber transfer elektron, dan stabil untuk radiasi
Fotokatalis dibagi menjadi dua jenis yaitu : pendahuluan (Larson and Weber, 1994). Beberapa
• Catalyzed Photoreaction : dimana keuntungan menggunakan katalis TiO2 seperti
fotoreaksi awal terjadi di dalam molekul dibawah ini :
adsorbat yang kemudian berinteraksi • Proses terjadi pada suhu ambient
dengan substrat katalis pada kondisi dasar • Photokatalitik berjalan langsung tanpa
(ground state). adanya pembentukan produk intermediet
• Sensitized Photoreaction : dimana • TiO2 mempunyai nilai absorbansi
photoreaksi awal terjadi pada substrat maksimum pada panjang gelombang
katalis, substrat tereksitasi itu kemudian pendek
mentransfer elektron atau energi ke • Oksidasi substrat menjadi CO2 berjalan
dalam molekul ground state. secara lengkap
Penelitian photokatalis telah banyak • Proses beroperasi dengan murah
dilakukan, diantaranya oleh Tseng dan Huang • Proses mempunyai kemampuan menjadi
(dalam Tedder and Pohland, 1990) yang industri dengan teknologi detoksi untuk
memanfaatkan semikonduktor dalam upaya mengolah air limbah.
pengolahan limbah organik berbahaya yaitu fenol Beberapa masalah yang ditimbulkan dengan
dengan proses oksidasi fotokatalis. Hasil penelitian adanya penggunaan katalis dalam suatu larutan
menunjukkan bahwa penambahan semikonduktor tersuspensi adalah diperlukannya pengambilan
(TiO2) pada konsentarsi tertentu (1.0 g/l) kembali katalis untuk dipergunakan kembali dalam
berpengaruh pada proses dekomposisi fenol. proses photokatalitik. Beberapa penelitian
Daerah hampa yang terbentang dari pita menyarankan untuk menggunakan penempatan
valensi yang terisi penuh sampai kedasar pita katalis pada suatu gelas yang tidak bergerak dalam
konduksi kosong disebut band gap. Jarak dari reaktor, tetapi hal ini menimbulkan masalah yang
energi gap tertentu antara pita valensi dan pita cukup rumit, karena rendahnya efisiensi akibat
konduksi menentukan panjang dari populasi panas sulitnya transfer massa, selain itu juga mahalnya
pita konduksi (jarak penghantar elektrik dari biaya investasi, sehingga sampai saat ini,
penggunaan katalis TiO2 tersuspensi masih muatan positif h+ akan berpindah menuju area
dipandang sebagai proses yang masih efisien. anoda dari katalis yang berkemampuan untuk
Reaksi fotokimia yang berlangsung pada mengoksidasi HO- membentuk HO* radikal,
permukaan pertikel sangat mungkin untuk kemudian polutan dalam limbah cair akan
dilaksanakan. Semikonduktor fotokimia misalnya, didegradasi oleh HO* radikal tersebut membentuk
dapat berpengaruh dalam air yang mengandung zat tidak berbahaya seperti CO2 dan asam mineral,
oksida – oksida metal yang menyerap panjang sedangkan elektron akan berpindah menuju area
gelombang cahaya matahari seperti ZnO, MnO2, katoda dari katalis dan melakukan setengah reaksi
atau Fe2O3. Hal tersebut dikarenakan reduksi terhadap oksigen dalam limbah cair
semikonduktor oksida jika diradiasi dengan cahaya membentuk H2O, apabila kondisi air limbah tidak
yang panjang gelombangnya mempunyai energi mengandung oksigen yang memadai karena
lebih besar atau sebanding dengan energi “band keberadaan nitrogen dan air limbah mengandung
gap” nya (Larson and Weber, 1994), akan banyak ion logam, maka dalam hal ini elektron
melepaskan dari kondisi pasar pita valensinya diharapkan dapat mereduksi ion logam tersebut,
kekondisi tereksitasi pita konduksi, sehingga dengan catatan bahwa proses reduksi akan terjadi
menghasilkan elektron dalam kondisi tereksitasi jika petensial reduksi dari logam lebih besar dari
pada pita konduksi dan lubang bermuatan positif level terendah dari energi celah. Adapun persamaan
(h+) atau disebut electronic vacancy di tepi pita reaksi dari reaksi oksidasi yang terjadi adalah
valensi (Larson et al. dalam Tedder and sebagai berikut :
Pohland,1990). TiO2 + hv h+ + e-
+ -
Secara umum mekanisme reaksi h + OH HO*
photokatalilit dideskripsikan sebagai berikut : e- + O2 O2-
ketika suatu semikonduktor yaitu katalis tersuspensi
dalam suatu larutan disinari oleh sinar dengan Dengan mekanisme reaksi seperti Gambar 4.1.
energi yang melebihi atau sama dengan band gap Beberapa penelitian dengan menggunakan
dari semikonduktor tersebut, maka pada permukaan photokatalitik membuktikan bahwa proses tersebut
katalis tersebut akan terbentuk pasangan elektron dapat digunakan untuk memecah atau
(e- dan h+). Dalam hal ini semikonduktor yang menghancurkan tipe polutan organik, selain itu juga
digunakan adalah TiO2 dimana mempunyai band dapat digunakan untuk proses pemurnian air,
gap (energi celah) 3,2 eV, sehingga cahaya yang penghancuran bakteri, virus, dan pengambilan
digunakan harus mendekati UV dengan panjang logam dari aliran limbah.
gelombang lebih kecil dari 410 nm. Pada pasangan
elektron yang terbentuk dipermukaan katalis,

Gambar 4.1. Mekanisme Reaksi Photokatalitik

V. KESIMPULAN
Teknologi photokatalitik menggunakan DAFTAR PUSTAKA
energi surya bersama TiO2 sebagai katalis 1. Arslan I., Balcioglu I.A., Bahnemann D.W.,
berpotensi menurunkan kandungan COD limbah 2001, Photochemical Treatment Of
industri fatty alcohol, sehingga sesuai standar baku Simulated Dyehouse Effluents By Novel
mutu pembuangan air limbah. TiO2 Photocatalysts : Experience With The
Thin Film Fixed Bed (TFFB) And Double TiO2 Aqueous Solution, Environment
Skin Sheet (DSS) Reactor, Water Science Science Tech Vol. 24 no. 7 Hal. 990-996.
and Technology, 44, 171-178. 5. Kopecky, Jan 1992, Organic Photochemistri
2. Benefield, Larry, 1982, Process Chemistry : A Visual Approach, USA-VCH Pub, Inc
For Water and Wastewater Treatment, Hal 4 – 10.
Englewood Cliff. New Jersey : Prantice Hall, 6. www.nanocorporation.com, TiO2
Inc. Photocatalyst.
3. Borrel, P. 1973, Photochemistry : A Primer, 7. www.newbusiness.com, Seeking New
Great Britain : Adward – Arnold. Application of Photocatalytic Property of
4. D’Oleveira, Jean-Christope, Ghassan Al- Titanium Oxide.
Sayyed and Pierre Pichat, 1990, Photo
degradation of 2 and 3 Chlorophenol In
IMPLIKASI FAKTOR STRUKTURAL
TERHADAP BENTUK BANGUNAN
Taufik Mohamad
Program Diploma III Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstracts

Taufik Mohamad, in paper Implication Of The Structural Factor Toward The Shape Of The Building
explain that structure has an important contribution which should be considered as a key factor that most
influenced the shape and aesthetics of the building.
In the past there were so many constrains as well result of technology limitation. Now the development of
technology all the shape of the building style is possible.
However, the rightness structure is the main thing in building science. Because of that a building has an art
value is the structural building which not only can reflection the impression and strong of the building but
anyway that structure can describe the aesthetic feeling through static balance, giving satisfaction in fulfill
functional need and fulfill economical rules and regulation .

Key word : the structural

I. PENDAHULUAN Berdasarkan ini, kami mencoba untuk


Salah satu faktor utama untuk membuat membahas faktor-faktor yang ikut menentukan hal-
bangunan dengan arsitektur yang baik, adalah hal tersebut diatas yaitu faktor struktural,
faktor struktural disamping faktor fungsional dan fungsional dan estetika khususnya tentang peranan
estetika. Ketiga faktor tersebut harus direncanakan dan implikasinya dalam mewujudkan bentuk
bersamaan, artinya yang satu harus dirancang bangunan.
dengan memperhatikan pengaruhnya terhadap yang
lain. II. PENGERTIAN STRUKTURAL
Harus disadari bahwa ketiganya berkaitan Kata “struktur” berarti suatu susunan yang
satu sama lain, membentuk keseluruhan yang utuh. diatur dengan mengikuti suatu cara tertentu. Dalam
Tetapi ini bukan berarti bahwa ketiganya selalu ilmu bangunan, struktur berarti bagian-bagian
sama pentingnya. pokok bangunan yang menentukan kekokohan
Kemajuan jaman, masa yang berbeda bangunan.
memberikan penekanan yang berbeda pada ketiga Sebuah bangunan dikatakan struktural kalau
faktor tersebut. Pada abad yang lalu segi keindahan unsur-unsur utamanya (unsur-unsur struktural)
bentuklah yang diutamakan, sedang pada masa kini yang bekerja sebagai pendukung beban dan
penekanannya pada faktor fungsi atau organisasi kekokohan bangunan, disusun serta dibentuk
ruang yang baik disamping ekonomis dan efisiensi. sedemikian rupa sehingga fungsinya sebagai
Dengan berkembangnya bidang arsitektur, pendukung beban dan kekokohan bangunan terlihat
teknologi struktur dan bahan bangunan, sekarang jelas.
banyak sekali ditemukan bermacam-macam bentuk Kesan “kokoh” ini dapat diperoleh dengan
bangunan. Diantara bentuk-bentuk tersebut acapkali ketepatan perhitungan dan “kejujuran” dalam
ada yang hampir serupa meskipun fungsinya memberi bentuk. Demikian juga dengan unsur-
berbeda sama sekali. Hal ini membingungkan, unsur pengisi dan instalasi (unsur non struktural)
terlebih lagi bagi masyarakat awam. Padahal disusun dan dibentuk sedemikian rupa; sehingga
sesungguhnya, apapun bentuknya bangunan yang fungsinya yang tidak mendukung beban serta tidak
hadir itu dimaksudkan untuk memenuhi dan menentukan kekokohan bangunan harus dinyatakan
melayani kebutuhan masyarakat. Tetapi dengan bentuk yang tidak mendukung beban pula.
kenyataannya masyarakat sering tidak mengenal Jadi, bangunan yang struktural bukan asal
apalagi mengerti bentuk-bentuk bangunan yang kuat saja, tetapi juga harus wajar dan logis, tidak
berada diantara mereka, bahkan bentuk-bentuk berlebihan, tidak dibuat-buat. Bahkan bangunan
tersebut menjadi sesuatu yang asing dan yang terlalu kuat sebagian unsurnyapun tidak bisa
menakutkan; meskipun bentuk bangunan tadi disebut “struktural”.
banyak dipengaruhi oleh alam, kebudayaan dan
arsiteknya sendiri. Hal ini sungguh menyedihkan Curt Siegel (1962) dalam bukunya
dan sangat tidak diinginkan. Structure And Form In Modern Architecture,
membagi berbagai jenis struktur yang ada sekarang
kedalam tiga golongan besar, meliputi struktur 2.2. STRUKTUR PENOPANG
rangka, struktur penopang dan struktur ruang. Terdiri dari penopang-penopang berbentuk
V atau V terbalik. Pada bangunan-bangunan kuno,
struktur V terbalik biasanya dipakai karena
anggapan bahwa makin kebawah momen akibat
gaya horisontal makin besar. Karena bentuknya
yang melebar kebawah, maka struktur ini
penyaluran gayanya melalui dua dimensi. Ini berarti
struktur penopang dapat menahan gaya vertikal dan
juga horisontal dengan baik; sehingga pengkakuan
untuk menahan gaya horisontal tidak diperlukan.

Gambar 2.1. Balok dan Tiang Beton adalah unsur


struktural, sedang susunan batu-bata sebagai
dinding pengisi walaupun kuat sekali, merupakan
bahan non struktural.

2.1. STRUKTUR RANGKA


Konsep dasar Stuktur Rangka atau Skeleton
Structure adalah sepasang “tiang” yang ditegakkan
dan diatasnya diletakkkan suatu unsur datar yang
disebut “balok”. Struktur ini merupakan sistem
yang paling sederhana, berdimensi satu (one line Gambar 2.3. Kekakuan didapat dari bentuk “ massa
dimension) karena penyaluran gayanya melalui satu yang stabil”
dimensi. Ini berarti kerangka hanya kuat menahan
gaya vertikal. Dengan kemajuan teknologi dan
meningkatnya kebutuhan, sistem ini kemudian
berkembang dengan penggabungan rangka-rangka
itu kearah tegak keatas dan mendatar. Gaya-gaya
dibagi menjadi dua yaitu “gaya vertikal” dan “gaya
horisontal”.
Dengan demikian struktur rangka ini baik
sekali untuk bangunan bertingkat banyak. Tetapi
karena rangka ini kurang kaku, maka mutlak
diperlukan “core” atau “pengkakuan” lain untuk
menahan gaya horisontal; karena semakin tinggi
bangunan, gaya horisontalnya makin besar. Gambar 2.4. Kekakuan dengan “shear
Golongan ini terbagi dalam dua jenis, yaitu : “grid wall”(dinding tepi)
sempit” dan “grid lebar”.

Gambar 2.2. Struktur Rangka, penyaluran gaya


melalui satu dimensi, terdiri dari “grid sempit” dan
“grid lebar”.

Ada lima cara mengkakukan bangunan


rangka; seperti pada gambar 2.3, gambar 2.4.,
gambar 2.5., gambar 2.6. dan gambar 2.7. Gambar 2.5. Pengkakuan dengan “core”
2.3. STRUKTUR RUANG
Pada struktur ruang atau “space frame”,
gaya yang diterima disalurkan keberbagai arah
permukaan. Jadi, mempunyai “three line
dimension” dan merupakan sistem yang paling
efisien untuk suatu bentangan ruang yang besar,
bebas tiang seperti hanggar pesawat terbang, pabrik
dan sebagainya. Penampilannya akan terlihat lebih
ringan jika rangka ditonjolkan.

Gambar 2.6. Pengkakuan dengan “batang-batang


diagonal”

Gambar 2.11 Struktur Ruang, penyaluran gaya


menyeluruh, bisa kesegala arah.

Golongan ini dapat dibagi dalam :


Gambar 2.7. Pengkakuan dengan “open frame” • ruang rangka
• pelat lipat
Kemudian muncul struktur modern dengan • stuktur kabel, jaringan dan tenda
bentuk V terbalik yang meruncing kebawah • struktur pneumatic
memungkinkan fleksibilitas , asalkan sambungan • shell
tiang dan balok palangnya kaku serta kuat dengan
kaki bawah diberi engsel. Rangka dua sendi ini
termasuk jenis “rangka kaku”.

Gambar 2.12. Ruang Rangka

Gambar 2.8. Struktur Penopang, penyaluran gaya


melalui dua dimensi

Gambar 2.13. Pelat Lipat

Gambar 2.9. Penopang V terbalik pada bangunan


kuno
Gambar 2.14. Struktur Kabel, Tenda

Gambar 2.15. Struktur Pneumatic


Gambar 2.10. Penopang V pada rangka dua sendi
III. MACAM DAN SIFAT BAHAN
BANGUNAN
Sebelum menetapkan pemakaian bahan
struktur, sebaiknya sifat-sifat dari bahan bangunan
tersebut dipelajari lebih dahulu, karena masing-
masing material mempunyai sifat dan karakter
sendiri-sendiri yang menampilkan ekspresinya.
Gambar 2.16. Sinagoga di Yerusalem dibuat dari
“Shell”

Tabel 2.1. Bahan material dengan sifat dan kesan yang ditimbulkan
MATERIAL SIFAT KESAN PENAMPILAN CONTOH PEMAKAIAN
KAYU mudah dibentuk, juga untuk hangat, lunak, alamiah, untuk bangunan rumah
konstruksi-konstruksi yang menyegarkan tinggal dan bangunan-
ringan; bentuk-bentuk lengkung bangunan kecil lainnya
BATU BATA dinamis, dapat berfungsi praktis banyak digunakan untuk
sebagai dinding pendukung & bangunan perumahan,
dinding pengisi monumen, komersial
SEMEN • dapat untuk exterior dan dekoratif dan masif • bangunan bangunan di
(STUCCO) interior daerah Mediterania
• cocok untuk segala macam • untuk elemen elemen
warna dekorasi
• mudah rata (homogen)
mudah dibentuk
BATU ALAM • tak membutuhkan proses • berat, kasar bahan pondasi dan
• dapat dibentuk, diolah • alamiah struktural, juga dekoratif
• sederhana, informil dan banyak digunakan
untuk bangunan rumah
tinggal
BATU KAPUR mudah bergabung dengan • sederhana • bangunan rumah tinggal
bahan lain,mudah rata • kuat (jika digabung • bangunan ibadah
dengan bahan lain) (katedral di Perancis)
MARMER kaku dan sukar dibentuk • mewah, kuat bangunan-bangunan untuk
• formil menunjukkan kekuasaan,
• agung kemewahan dan kekuatan
BETON hanya menahan gaya tekan • formil, kaku • bangunan-bangunan
• keras monumental
• kokoh • bangunan pemerintahan
BAJA hanya menahan gaya tarik • keras bangunan-bangunan
• kokoh pemerintahan,
• kasar bangunan-bangunan utilitas
KACA tembus pandang, tembus • ringkih hanya sebagai pengisi
cahaya, biasanya digabung • dingin
dengan bahan lain • dinamis
PLASTIC mudah dibentuk sesuai • ringan bangunan-bangunan yng
kebutuhan (karena merupakan • dinamis sifatnya santai
bahan pabrik), dapat diberi • informil
bermacam-macam warna
Bahan yang sama tapi penyelesaiannya dalam bentuk-bentuk monumen dan
berbeda akan menampilkan ekspresi yang berbeda sebagainya.
pula. Atau dengan kata lain, setiap ekspresi dari • Bentuk bangunan secara erat berhubungan
material akan memperlihatkan bagaimana ia dengan skala manusia; selanjutnya
diselesaikan. Setiap ekspresi dari material secara diusahakan untuk mendapat kesenangan
langsung akan berhubungan dengan persepsi fisik dan non-fisik dari bentuk itu sendiri.
seseorang; dan akan menghasilkan asosiasi yang Hal ini menjadi dasar perencanaan bentuk
berbeda pula. ruang-ruang dalam bangunan.
Dibawah ini dapat dilihat adanya beberapa Bentuk bangunan yang berfungsi secara
macam bahan material yang memiliki sifat dan lahiriah mengungkapkan maksud dan tujuan
kesan yang ditimbulkannya, antara lain : bangunan, disertai dengan pengertian ilusinya.
Dengan demikian, pemilihan bahan bangunan yang Dalam hal ini ada faktor-faktor yang ikut berperan
akan diterapkan sebagai penutup struktur untuk dalam mewujudkan bentuk bangunan, antara lain :
mendapatkan suatu keselarasan mengenai sistem
konstruksi yang akan dipergunakan, termasuk 4.1. FUNGSI
dalam pengertian “intuisi struktur” disamping Batasan fungsi secara umum dalam ilmu
“teori struktur” sebagai faktor-faktor penentu bangunan adalah pemenuhan terhadap aktifitas
perencanaan struktur. Pengertian secara intuisi yang manusia, tercakup didalamnya kondisi alami.
dimaksud, yaitu pada waktu mempertimbangkan Sedangkan bangunan yang fungsional ialah
struktur; beberapa syarat misalnya : mengenai bangunan yang dalam pemakaiannya memenuhi
bahaya-bahaya akibat pergantian suhu, pengaruh kebutuhan secara tepat dan tidak mempunyai unsur-
lingkungan, pertimbangan beaya, metode unsur yang tidak berguna.
konstruksi dan pemilihan bahan bangunan, masuk Aktifitas timbul dari kebutuhan manusia,
didalam pertimbangan. baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani; seperti
Sesudah semua masalah-masalah tersebut kebutuhan kegiatan, cahaya, udara, kebahagiaan,
diatasi, barulah digunakan rumus-rumus teori perlindungan, kesejukan, kenyamanan, dan lain
struktur untuk mendapatkan ketepatan perhitungan sebagainya; yang kesemuanya ini harus sesuai
struktur tersebut secara lebih teliti. dengan sifat kegiatan yang diinginkan.
Implikasinya, pemikiran yang didasari oleh
IV. PERANAN STRUKTUR, FUNGSI, kegiatan manusia sebagai mahluk yang berakal
ESTETIKA DAN IMPLIKASINYA didunia melahirkan fungsi yang terwujud dalam
Schopenhauer, seorang arsitek menyatakan bentuk untuk menampung kegiatan manusia.
:”Keindahan ialah yang struktural “, sedang Pemikiran ini diperkuat oleh adanya pernyataan,
menurut Socrates :”Keindahan ialah bentuk yang bahwa “bentuk lahir karena ada sesuatu kekuatan
fungsional “ atau “ Form Follow Function”. yaitu kegiatan”.
Sistem estetika merupakan pengembangan dari Jadi kegiatan manusia merupakan kekuatan
teori-teori yang terdapat pada alam ini, yang yang mewujudkan bentuk. Dengan demikian,
sesungguhnya bila dijabarkan lebih lanjut, didapat semakin tinggi kebudayaan manusia semakin
dari pengalaman-pengalaman empiris dan banyak cabang kegiatan; yang berarti semakin
kebiasaan melihat bentuk-bentuk alam yang terjadi rumit pula fungsinya.
sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya. Oleh sebab itu manusia secara naluri
Prinsip yang sama berlaku pada berkeinginan agar bentuk-bentuk bangunan
perencanaan-perencanaan bangunan, dimana mencerminkan identitas fungsinya, atau dengan
bentuk-bentuk dasarnya harus diberikan untuk kata lain bentuk bangunan bergantung fungsinya.
melayani kebutuhan-kebutuhan aktifitas manusia. Fungsi sendiri dapat berkembang dan berubah.
Istilah bentuk dalam ilmu bangunan selalu Disebut berkembang bila fungsi tunggal menjadi
dirangkaikan dengan kata bangunan, menjadi istilah fungsi ganda, yaitu misalnya lobby suatu bangunan
“bentuk bangunan”, dimana ada beberapa menjadi ruang pameran sekaligus. Berubah bila
pengertian menyangkut istilah ini; antara lain : fungsi berganti; sebagai contoh Hotel menjadi
• Bentuk bangunan merupakan ruang yang Apartement atau Kantor. Dimana berkembangnya
dibangun didalam, pada atau diatas tanah dan berubahnya fungsi tergantung dari waktu dan
yang diberi penutup berupa atap dan lebih masyarakat.
sempurna lagi bila ditutup oleh dinding-
dinding. 4.2. SIMBOL
• Bentuk bangunan ditinjau dari fungsi Semakin lama manusia sangat
pemakaiannya dikelompok-kelompokkan memerlukan identitas baik bagi dirinya maupun
sebagai bentuk tempat bekerja, bentuk bagi benda-benda yang ada disekelilingnya. Pada
tempat berkumpul, beramah tamah, kenyataan sehari-hari kebutuhan akan identitas
menempatkan barang-barang, bersemedi, tersebut ditampilkan secara gamblang atau dengan
menghormat dan mengenang pahlawan simbol-simbol; baik simbol yang agak tersamar
yang menyatakan peran dari suatu bentuk, simbol
metaphor ataupun simbol sebagai unsur pengenal V. KESIMPULAN DAN CATATAN
secara fungsional dan lambang. 5.1. Kesimpulan
Dalam ilmu bangunan, pengenalan simbol Struktur bukanlah satu-satunya faktor utama
tersebut merupakan suatu proses yang terjadi pada yang mewujudkan bentuk bangunan, karena masih
individu dan pada masyarakat. Melalui panca ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan hal
indera, disini indera penglihat lebih berbicara; tersebut diatas, seperti :
manusia mendapat rangsangan yang kemudian • Fungsi atau kegunaan, juga merupakan
menjadi pra-persepsi, terjadi pengenalan obyek atau faktor yang sama pentingnya dalam
fisik; selanjutnya terwujud persepsi. Persepsi ini melahirkan bentuk bangunan.
sangat dipengaruhi oleh pengalaman termasuk • Simbol, yang dapat lahir atas prakarsa dan
pengalaman pendidikan yang menentukan tingkat daya bercitranya sang Arsitek maupun
intelektual manusia. Setelah itu terjadilah proses hadir dari nilai-nilai masyarakat
penyesuaian diri. Tingkat penyesuaian ini berbeda- • Jenis, macam bahan bangunan dan
beda pada setiap individu. Ini juga diakibatkan pada teknologi yang terus berkembang,
pengalaman dan tingkat intelektual yang berbeda sehingga menciptakan kemungkinan yang
pula. Meskipun demikian, masih ada sesuatu dasar lebih luas dalam mendukung estetika.
yang sama pada tiap individu yang tergabung dalam
suatu kelompok masyarakat, yaitu “kebudayaan”. 5.2. Catatan
Inilah yang lebih membuka kemungkinan Sesuai dengan disiplin ilmu bangunan yang
bagi suatu masyarakat untuk menghasilkan meliputi pengetahuan (knowledge), keahlian (skill)
penilaian yang sama. Implikasinya, Arsitek sebagai serta seni (art); ada beberapa hal yang patut dicatat
pewujud bentuk, dapat menampilkan simbol dan antara lain :
menggunakan bentuk simbolis untuk menyajikan • Struktur bangunan dapat ditonjolkan, jika
pengalaman keindahan yang mendalam sesuai dipakai sistem yang sama bagi seluruh
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, bangunan.
sehingga mudah dikenal oleh masyarakat. Simbol • “Pakaian” yang diberikan pada bangunan
dapat pula timbul dari gagasan murni sang Arsitek, harus dipilih agar tidak menutupi sistem
tergantung pada kemampuan dan citra Arsitek strukturnya, atau sedikitnya jangan sampai
untuk mengeluarkan hal-hal yang baru; karena mengelabui bentuk struktur yang
dalam dunia arsitektur juga dibutuhkan suatu sebenarnya.
penekanan kebutuhan simbol dalam perancangan. Akhirnya, perlu kita renungkan ucapan seorang
Simbol tadi mungkin dapat diterima dan ahli bangunan Schopenhauer : “Jika kita sanggup
diakui oleh masyarakat setelah melalui proses memperlihatkan perjuangan antara kekuatan bahan-
adaptasi yang membutuhkan waktu yang relatif bahan struktural melawan gravitasi, maka ekspresi
lama. struktur mendekati sempurna”.
4.3. TEKNOLOGI STRUKTUR DAN BAHAN
Merupakan faktor yang penting dalam ilmu DAFTAR PUSTAKA
bangunan; dimana tidak menjadi soal jenis ataupun 1. Boedojo, Poedio dkk, 1986, Arsitektur,
macam bangunannya. Apakah yang dibangun Manusia, Dan Pengamatannya, Djambatan
hanya berupa atap sederhana, berupa ruangan besar Jakarta.
untuk beribadah, berdagang, ataupun kantor 2. Frick, Heinz. Ir, 1991, Rumah Sederhana
misalnya. Bahan yang digunakan harus disusun dan Kebijaksanaan Perencanaan Dan
dikonstruksikan dalam jumlah tertentu menjadi Konstruksi, Kanisius Yogyakarta.
bangunan yang kuat dan berdiri tegak melawan 3. Hendraningsih dkk, 1985, Peran, Kesan
kedahsyatan alam, hujan, angin, panas terik Dan Pesan Bentuk-bentuk Arsitektur,
matahari, gempa dan sebagainya. Djambatan Jakarta.
Strukturpun mengandung keindahan, karena 4. Iskhar, H.K, 1992, Pedoman Umum
struktur dibuat berdasarkan hukum keindahan. Merancang Bangunan, PT. Gramedia
Dengan majunya pengetahuan manusia, struktur Pustaka Utama Jakarta.
mengalami perkembangan yang pesat, baik sistem 5. Siegel, Curt, 1962, Structure & Form In
konstruksinya maupun metode membangunnya. Modern Architecture, New York,
Implikasinya kemungkinan untuk menciptakan Reinhold Publishing Corporation.
berbagai bentuk bangunan dengan struktur yang
kuat dan indahpun makin bertambah lebar.
OPTIMASI KAPASITAS PENGIRISAN YANG BAIK
PADA BAWANG MERAH BESAR
DENGAN MESIN PENGIRIS BAWANG MERAH VERTIKAL
Sutomo, Rahmat
Program Diploma III Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstracts

Sutomo, Rahmat, in paper optimize capacities of shallot slice at vertical knife shallot Mincer machine
explain that Onion is special agriculture product in Brebes near Tegal Village. More production of these onions
some times have a little problem to their product. Because the price can turn down bellow the breakever cost, so
better they don’t sell it. But time to times this product will be out of date. So better they slice and fry these onion,
in order to increase the profit. Base on this condition, we make this machine and done this research in order
would like to know the optimum capacity base on big onion about more than 2,5 cm diameter, the result of our
research is optimum capacity 0,045 kg per second, base on cutter rotation is 145 rpm, and cutter angle is 4O.
these onions can slice with a good thickness of fry.

Key word : Onion vertical slicing machine, Slicing capacity, thickness slicing, cutter angle.

I. PENDAHULUAN yang tepat yaitu tipis merata tidak sobek. Pengaruh


Brebes dekat kota Tegal di sana terdapat lain dari sudut pisau pengiris adalah pada kapasitas
sawah yang sangat luas dengan tanah yang sangat pengirisan walaupun putaran rotor cutter dijaga
cocok untuk ditanami bawang merah. Pada saat tetap pada putaran 145 rpm putaran motor listrik
masa panen bawang merah bagi petani dan 1400 rpm.
pedagang di daerah sentra-sentra penghasil bawang
merah sering menyebabkan kerugian. Karena II. TINJAUAN PUSTAKA
berlimpahnya produksi bawang merah harga jual Mesin pengiris bawang merah dengan rotor
akan turun, kerugian yang ditimbulkan bahkan akan berpisau vertikal dengan kapasitas 16 Kg/jam,
bertambah karena bawang merah tidak mampu bawang ini adalah salah satu alat yang bertujuan
tahan lama (cepat busuk) pada saat disimpan. untuk mendukung peningkatan hasil produksi irisan
Kejadian ini sering terulang pada saat petani bawang merah, yang siap digoreng. Mesin pengiris
mengalami masa panen, sehingga diperlukan bawang merah ini menggunakan energi listrik yang
strategi jitu unutk mengatasi hal tersebut. Salah satu kecil dan harganya juga relatif murah sehingga
terobosan adalah dengan menjual bawang merah dapat di lakukan di desa-desa terutama pada sentra-
dalam bentuk irisan yang sudah siap dikonsumsi sentra Industri Kecil.
(bawang goreng kemasan). Prinsip kerja mesin pengiris bawang ini
Seiring dengan semakin banyaknya produk adalah dengan menggunakan rotor berpisau dengan
instan yang dikemas oleh industri makanan, penggerak listrik 0,25 HP. Adapun prinsip kerja
kebutuhan akan bawang goreng sebagai penyedap dari mesin ini adalah sebagai berikut. Bawang yang
makanan akan meningkat terutama untuk makanan sudah dikupas kulit keringnya dimasukkan ke
siap saji. Dengan adanya mesin pengiris bawang dalam corong kemudian rotor yang di punggungnya
merah ini proses pengirisannya akan lebih cepat terdapat pisau, akan berputar karena digerakkan
dan kapasistasnya pun besar. oleh motor listrik. Akibat putaran tersebut bawang
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : akan teriris dan irisan tersebut akan jatuh ke bawah.
• Untuk membuat suatu mesin dengan Motor penggerak merupakan alat pemutar
kapasitas produksi yang lebih besar bila yang terdiri dari motor listrik, pully dan sabuk V.
dibandingkan dengan cara konvensional. Putaran pada motor listrik ditransmisikan melalui
• Untuk mendapatkan mesin yang sabuk V dari pully yang terdapat pada As.
diharapkan mampu meningkatkan jumlah Kedudukan motor listrik dipasang pada rangka
produksi bawang merah. bagian bawah dengan disertai engsel agar dapat
• Membuat desain mesin agar perawatannya mengatur tinggi rendahnya motor tersebut untuk
mudah dan harganya dapat dijangkau oleh mengatur kekencangan sabuk. Sedangkan sabuk
industri kecil. dipilih sabuk profil V karena dapat mencegah
• Memperbanyak jenis mesin pengiris adanya slip pada saat pully berputar. Sedangkan
bawang merah. pully pada mesin pengiris bawang jumlahnya ada 2
Posisi sudut pisau pengiris yang vertikal ini (dua) pasang dengan perbandingan reduksi
akan sangat berpengaruh terhadap ketebalan irisan pasangan pully pertama 1 : 2 dan pasangan pully
kedua 1 : 6, berarti perbandingan reduksi
keseluruhan 1 : 12, pully terbuat dari alumunium
agar ringan dan tahan karat.
Rotor berfungsi sebagai tempat pisau pada
punggungnya. Rotor terbuat dari plat yang dibuat
silinder (tabung) dengan bagian atas ditambah
piringan dan bagian bawah diberi piringan tetapi
seperti sayap kupu-kupu. Lubang pada piringan
bagian bawah berfungsi sebagai saluran keluar hasil
irisan bawang merah. Agar higienis rotor terbuat
dari bahan Stainless Steel.
Pisau terbuat dari baja tahan karat (Stainless
Steel) yang digunakan untuk mengiris bawang
yangmasuk ke corong, pisau pada mesin pengiris
bawang ini jumlahnya ada satu. Agar mudah
mendapatkan maka dipilih pisau Stainless Steel Gambar 2.3 Perencanaan Mesin
yangsudah ada di pasaran.
Corong berfungsi sebagai saluran masuk Keterangan :
bawang sebelum diiris, corong terbuat dari besi 1. Rangka 6. Roda
profil kotak atau segi empat atau pipa, sedangkan 2. Motor Penggerak 7. Corong
yang kami gunakan corong dari profil kotak. Untuk 3. Poros 8. Sabuk
mencaga kehigienisan bawang, corong terlebih 4. Bantalan 9. Rotor
dahulu harus dicat agar tidak berkarat. 5. Pully 10. Pisau
Cover berfungsi untuk melindungi rotor agar
tidak membahayakan operator atau orang yang Putaran motor listrik 0,18 KW pada 1400
berada didekat mesin ini. Cover berbentuk tabung, rpm akan mempengaruhi kapasitas irisan brambang
cover menempel pada bodi mesin dengan baut. merah dengan kualitasnya, sebab tebal tipisnya
Cover ini terbuat dari plat St 37 yang dibuat tabung. irisan bawang merah akan dipengaruhi pula oleh
Selain untuk fungsi diatas cover juga berfungsi sudut pisau irisnya. Semakin kecil sudutnya, irisan
untuk mencegah irisan bawang agar jatuhnya tidak semakin tipis dan mudah rusak, sedangkan semakin
menyebar. Untuk menjaga karat dan agar kelihatan besar sudut pisau irisnya, akan semakin tebal dan
menarik cover dicat. mudah pecah.
Daya untuk memutar rotor dihitung dengan
menggunakan rumus : III. METODOLOGI
Pr = F . v = m . a . v Bawang merah yang akan diiris adalah
2 2 bawang merah yang besar dengan ukuran kira-kira
= m . ⎛⎜ π .d .n ⎞⎟ / t = m .⎛⎜ π .d .n ⎞⎟
⎝ 60 ⎠ t ⎝ 60 ⎠ lebih besar dari 2,5 cm diameternya. Sehingga
Keterangan : pengamatan dilakukan 1 ons bawang merah,
m : massa rotor (Kg) putaran motor cutter dijaga tetap 145 rpm,
n : putaran rotor (rpm) ketebalan irisan yang baik dinyatakan dengan
t : waktu untuk mencapai konstan ukuran sekitar 0,4 mm sampai 0,8 mm merata
(diasumsikan 1 detik) supaya hasil gorengannya dapat utuh dan baik.
d : diameter rotor Putaran motor listrik selalu tetap 1400 rpm supaya
Daya untuk mengiris (Pi) bawang putaran rotor cutter dapat tetap 145 rpm.
menggunakan pendekatan rumus :
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pi = F .2π .n.r
60 Setelah dilakukan pengamatan dalam
Keterangan : penelitian maka didapatkan data yang selanjutnya
Pi : daya pengirisan (Watt) diproses secara statistik berdasarkan tabel 4.1.,
F : gaya potong pengirisan bawang tabel 4.2., tabel 4.3., tabel 4.4., tabel 4.5. dan tabel
merah (N) 4.6.
r : jari-jari (M)
n : putaran rotor (rpm)
Tabel 4.1. Data statistik bawang A
Kapasitas 1 ons
No D (cm) θ ( o )
Waktu (det) Tebal irisan (mm) Ket
1 3,5 5 16 1,3 Irisan tebal
2 3,0 5 16 1,5 Irisan tebal
3 3,2 5 15 1,3 Irisan tebal
4 3,0 5 17 1,4 Irisan tebal
5 3,1 5 16 1,2 Irisan tebal
6 3,3 5 18 1,3 Irisan tebal
7 3,5 5 14 1,3 Irisan tebal
8 3,2 5 15 1,2 Irisan tebal
9 3,4 5 16 1,4 Irisan tebal
10 3,5 5 16 1,3 Irisan tebal

Tabel 4.2. Pengolahan Data Statistik Bawang B


Kapasitas 1 ons
No D (cm) θ ( o )
Waktu (det) Tebal irisan (mm) Ket
1 3,0 4 22 0,5 Irisan pas
2 3,1 4 22 0,5 Irisan pas
3 3,5 4 22 0,7 Irisan pas
4 3,3 4 23 0,5 Irisan pas
5 3,2 4 21 0,6 Irisan pas
6 3,4 4 21 0,6 Irisan pas
7 3,0 4 23 0,5 Irisan pas
8 3,1 4 24 0,7 Irisan pas
9 3,0 4 22 0,7 Irisan pas
10 3,5 4 21 0,8 Irisan pas

Tabel 4.3. Pengolahan Data Statistik Bawang C


Kapasitas 1 ons
No D (cm) θ ( o )
Waktu (det) Tebal irisan (mm) Ket
1 3,6 3 27 0,2 Irisan hancur
2 3,4 3 29 0,2 Irisan hancur
3 3,5 3 30 0,2 Irisan hancur
4 3,2 3 30 0,2 Irisan hancur
5 3,0 3 29 0,2 Irisan hancur
6 3,8 3 31 0,1 Irisan hancur
7 3,6 3 31 0,3 Irisan hancur
8 3,1 3 32 0,1 Irisan hancur
9 3,3 3 29 0,3 Irisan hancur
10 3,0 3 30 0,2 Irisan hancur

Tabel 4.4. Pengolahan Data Statistik Bawang A


Kapasitas
(Ons/det) = MD MD - MD (MD - MD )2
No Uji Std
1 0,0625 0,0005 2,5.10-7 0,004
2 0,0625 0,0005 2,5.10-7
3 0,0666 -0,0024 57,6.10-7
4 0,0588 -0,032 102,4.10-7
5 0,0625 0,0005 2,5.10-7
6 0,0555 -0,0065 422,5.10-7
7 0,0714 0,0094 883,6.10-7
8 0,0666 - 0,0024 57,6.10-7
9 0,0625 0,0005 2,5.10-7
10 0,0625 0,0005 2,5.10-7
∑ = Jumlah 0,062 15,377.10-5
Tabel 4.5. Pengolahan Data Statistik Bawang B
Kapasitas
(Ons/det) = MD MD - MD (MD - MD )2
No Uji Std
1 0,045 0 0 0,002
2 0,045 0 0
3 0,045 0 0
4 0,044 -0,001 10-6
5 0,047 0,002 4.10-6
6 0,047 0,002 4.10-6
7 0,044 -0,001 10-6
8 0,0416 - 0,0034 10-5
9 0,045 0 0
10 0,047 0,002 4.10-6
∑ = Jumlah 0,45 37,12.10-6

Tabel 4.6. Pengolahan Data Statistik Bawang C


Kapasitas
(Ons/det) = MD MD - MD (MD - MD )2
No Uji Std
1 0,037 0,03 9. 10-6 0,0017
2 0,034 0 0
3 0,033 -0,001 10-6
4 0,033 -0,001 10-6
5 0,034 0 0
6 0,032 -0,02 4.10-6
7 0,033 -0,002 4.10-6
8 0,031 - 0,003 9.10-6
9 0,034 0 0
10 0,033 -0,001 10-6
∑ = Jumlah 0,34 2,9.10-5

Hubungan kapasitas irisan dan sudut pisau


Kapasitas
irisan
(Kg/det)
0,7
(0.62 + 0.04)
0,6
(0.45 + 0.02) Irisan tipis-tipis, rusak
0,5
(0.34 + 0.017)
0,4 Irisan tipis bagus merata
0,3
Irisan tebal, kurang baik
0,2 untuk digoreng
0,1
0
3 4 5 Sudut iris pisau

Gambar 2. Hubungan antara Kapasitas Irisan dan Sudut Pisau

Sesuai dengan Tabel 1 data yang diperoleh, gorengannya matang merata. Dari table 3 pada θ =
pada sudut pisau iris θ = 5O hasilnya irisan akan 3O, terlihat irisannya sangat tipis dan hancur,
tebal sekitar 1,4 mm, apabila digoreng akan perlu kadang-kadang nyelip menyambut sehingga
waktu lebih lama dan minyak lebih banyak karena mengganggu irisan selanjutnya.
ketebalannya berlebih. Walaupun kapasitas irisan Dari gambar 2, ternyata sebaiknya
akan besar karena waktu pengirisan jadi kecil. Pada digunakan sudut iris θ = 4o sehingga kapasitas
sudut θ = 4o didapat hasil irisan bagus, tipis merata optimumnya adalah (0,45 + 0,022) kg/detik.
sekitar 0,5 – 0,8 mm sesuai Tabel 2. Hasil irisan ini
ideal untuk digoreng cepat, sedikit minyak goring,
V. KESIMPULAN DAN SARAN 3. Stolk. J. Ir. Kros, C. Ir, 1997, Elemen Mesin
Setelah dilakukan penelitian pengirisan Elemen Konstruksi Bangunan Mesin, Edisi
bawang merah yang besar (> 2,5 cm) dengan mesin ke-21, Penerbit Erlangga, Jakarta.
pengiris bawang merah berpisau vertikal pada 4. Sularso, 1997, Dasar Perencanaan dan
putaran rotor cutter 145 rpm, 0,18 kw, diperoleh Pemilihan Elemen Mesin, Cetakan ke-9, PT.
kapasitas optimum (45 + 0,2) . 10-3 kg/detik dengan Pradya Paramita, Jakarta.
sudut pisau iris 4o adalah sudut yang paling baik. 5. Zemanskey, Sears, 1962, Fisika Untuk
Universitas 1, Mekanika, Panas dan Bunyi,
Cetakan PT. Bina Cipta, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurmi R. S, Gupta J. K., 1982, A Text Book
of Machine Design, Eurasia Publishing House
(Pvt) LTD, New Delhi.
2. Rachman, Maman. Drs., 1996, Konsep dan
Analisis Statistik, CV. IKIP Semarang Press,
Semarang.
PENGARUH TIROSIN ,ASAM ASKORBAT,ENZIM POLIFENOL, XIDASE
(PPO) TERHADAP PERUBAHAN WARNA KENTANG
Wahyuningsih
Program Diploma III Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstracts

Wahyuningsih, in paper influence of tirosin, askorbat acid, polifenol and xidase to colour changed of
potatoes explain that The influence of tyrosin, ascorbic acid, enzyme activity (PPO) in potatoes have determined
by spectrophotometric method and theirs relatation change colour chart methode. Two varietas were used in this
exprimed subsequently, Wonosobo and Tawangmangu. Discoloration change that occurred in two varietas is
caused by enzymatic reaction and non enzymatic reaction, but for Wonosobo variety non enzymatic reaction the
dominand role

Key word; Tirosin

I. PENDAHULUAN II. BAHAN DAN METODA


Kentang (Solanum tuberosum) mudah sekali 2.1. Bahan
mengalami pencoklatan (browning), bila Kentang varietas Wonosobo dan
penenganannya kurang baik , salah satu factor yang Tawangmangu, asam askorbat,tirosin, folin
mempengaruhi adalah asam askorbat, tirosin, enzim ciocaleu, tembaga sulfat pentahidrat, natrium asetat,
polifenol oksidase dan oksigen yang tersedia. kalium natrium tartrat, EDTA, natrium karbonat,
Reaksi pencoklatan dapat terjadi melalui dua proses asam trikloroasetat, buffer fosfat, KCl 1%.
yaitu proses pencoklatan enzymatic , disebabkan
adanya enzim PPO dan tirosin yang berperan 2.2. Penentuan kadar tirosin
sebagai substrat sedangkan proses non enzimatis Bahan kentang sebanyak 50 gram dipotong-
disebabkan karena reaksi Meillard , karamelisasi potong, diblender dengan 100 ml methanol 180 %,
atau oksidasi asam askorbat (Richardson, 1983). saring, tambahkan asam trikloroasetat dan sentrifus
Proses pencoklatan yang terjadi kan mengurangi dengan kecepatan 800 rpm selama 10 menit, sample
kualitas produk dan menurunkan minat konsumen diencerkan dua kali. Kemudian tentukan kurva
(Friedman,1990). Pada penelitian ini dicoba standar tirosin dengan memipet 1 ml larutan standar
mempelajari proses yang terjadi apakah proses dengan konsentrasi yang berbervariasi, tambahkan
enzimatik atau non enzimatik, dengan reagen lowry diamkan selama 30 menit. Ukur
menggunakan dua jenis kentang varietas Wonosobo serapan pada panjang gelombang maksimum 660
dan Tawangmangu. Proses pencoklatan sebenarnya nm. Dengan menggunakan kurva kalibrasi standar
dimulai dari kentang yang dikupas , dipotong- ini ditentukan kadar tirosin dalam ekstrak. Kadar
potong , oksidasi asam askorbat, senyawa phenol tirosin dalam 50 gram sample adalah kadar torosin
seperti senyawa tirosin sebagai substrat, akan dalam ekstrak kentang dikali jumlah pengekstrak
dikatalisis enzim PPO menjadi quinon dan
berpolimerisasi membentuk o quinon, sehingga 2.3. Penentuan kadar asam askorbat
menghasilkan warna kecoklatan. Dari itu kami Bahan kentang sebanyak 50 gram dipotong-
mencoba menentukan kadar tirosin yang potong, diblender dengan 100 ml asam oksalat 1,25
merupakan gugus fenolat terbesar di dalam kentang %. Saring, encerkan empat kali. Ambil 3 ml ,
dapat mengoksidasi dan dipolimerisasi tambahkan 15 ml larutan Cu (II) EDTA. Ukur
menghasilkan melanin ( Bill Dean, 1992). absorben terhadap blanko (A1). Ambil kembali 3
Penentuan asam askorbat dalam varietas kentang ml tambahkan 12 ml larutan Cu(II) EDTA.
digunakan untuk proses penghambatan pencoklatan Campuran ini dipanaskan pada 50˚ C selama 15
kentang atau proses browning (inhibitor), karena menit, lalu tambahkan 3 ml EDTA 0,0005 M dan
menurut Mondy,1993, asam askorbat dapat ukur absorban terhadap blanko ( A2). Konsentrasi
menghambat enzim PPO pembentuk melanin. asam askorbat dalam ekstrak kentang dapat
Metode yang digunakan adalah metode dihitung dengan rumus sebagai berikut:
spektrofotometri untuk menentukan tirosin. Asam 6( XA )
askorbat, aktivitas enzim PPO dan perubahan warna A(ppm) =
S
kentang dengan metoda Murshell Soil Colour Keterangan :
Chart. X : factor pengenceran
A : A1 – A2
S : slope kurva kalibrasi
Jadi asam askorbat dalam 50 gram kentang diukur pada kondisi pH dan substrat maksimum dan
sama dengan kadar askorbat dalam ekstrak x suhu 28˚ C , dapat dilihat perbedaan kedua varietas
jumlah pengekstrak
Tabel 3.1. Kadar rata-rata tirosin dan asam askorbat
2.4. Penentuan Aktivitas Enzim PPO Varietas Kadar
Bahan kentang sebanyak 150 gram diiris, Tirosin Asam Askorbat
tambahkan 300 ml buffer fosfat 0,1 M ,pH 6,5 yang Wonosobo
mengandung sistein 0,01 M dalam suasana dingin, 1 23,94 16,54
diblender, homogenate yang didapat disaring, 2 16,88 20,31
supersenat ditambahkan KCl 1% 210 ml, aduk 3 26,14 26,42
dengan magnetic stirrer selama 30 menit. 4 29,30 36,02
Kemudian biarkan beberapa jam , sentrifuse dengan Tawangmangu
kecepatan 800 rpm selama 5 menit. Supernatan 1 5,100 1,629
yang diperoleh diendapkan protein enzimnya 2 7,714 2,182
dengan penambahan aseton secara fraksinasi yaitu
3 6,171 2,114
dengan penambahan aseton yang bervariasi,
4 6,386 1,500
sehingga di dapat fraksi-fraksi ekstrak kadar enzim.
Kemudian masing-masing fraksi enzim ditentukan
Tabel 3.2. Aktivitas enzim PPO dan aktivitas
kadar protein dengan metoda lowry dan aktivitas
enzim ditentukan pada kondisi optimum yaitu spesifiknya
varietas Wonosobo ph 6,9 , Tawangmangu pH 7,0, Varietas Aktivitas Aktivitas
konsentrasi substrat masing-masing 0,001 suhu 28˚ (unit) spesifik(unit/mg)
C. Ukur serapan larutan pada panjang gelombang Wonosobo
485 nm 1 8,690 9,042
2 8,960 9,042
2.5. Uji perubahan warna 3 17,840 18,040
Pengamatan dilakukan secara visual, kentang 4 17,200 18,040
yang diiris-iris dibiarkan, lalu amati perubahan Tawangmangu
warna tanah ( Murshell Soil Colour Chart) dan 1 25,360 26,980
catat waktu terjadi perubahan warna. 2 20,240 21,530
3 27,080 23,470
2.6. Uji Reaksi non Enzimatis 4 22,640 24,080
Bahan tirosin 0,01 M sebanyak 0,2 ml
tambahkan 2,0 ml buffer fosfat 0,1 M pH 7 Aktivitas enzim PPO pada varietas
Tawangmangu dan pH 6,9 Wonosobo tambahkan Tawangmangu jauh lebih besar dari varietas
0,5 ml larutan enzim dan 0,5 ml air bebas mineral, Wonosobo, berarti proses yang terjadi cenderung
hentikan aktivitas enzim dengan pemanasan, ukur enzimatis pada varietas Tawangmangu.
serapan pada panjang gelombang 485 nm,
kemudian bandingkan dengan yang diinkubasi 25 3.1. Perubahan warna
menit lebih dulu diinaktifkan enzimnya. Untuk mengetahui berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk merubah warna menjadi coklat
III. HASIL DAN PEMBAHASAN bias dilihat pada table 3.3. Perubahan yang terjadi
Kadar tirosin ditentukan dengan cara pada varietas Wonosobo berbeda dengan varietas
ekstrapolasi hasil pengukuran pada kurva kalibrasi Tawangmangu, varietas Wonosobo memerlukan
standar tirosin, pada panjang gelombang maksimum waktu yang lebih lama untuk merubah warna coklat
660 nm, dan kadar asam askorbat diukur pada jika dibandingkan dengan varietas Tawangmangu.
panjang gelombang maksimum 260 nm, Dari data tersebut bila dihubungkan dengan kadar
diekstrapolasi hasil pengukuran pada rumus, lihat tirosin, asam askorbat, aktivitas enzim PPO
metoda. Hasilnya seperti terlihat pada tabel 3.1. terhadap perubahan warna kentang adalah sebagai
Kadar tirosin kedua varietas hampir sama, berikut ( terlihat pada table 3.4).
menurut Eskin (1991) tirosin dapat berperan Pada penelitian ini kadar tirosin tidak ikut
sebagai substrat pada reaksi enzimatis dan non berperan penting pada perubahan warna kentang,
enzimatis, melakukan reaksi Meillard dengan karena kadar tirosin hamper sama. Reaksi
karbohidrat. Sedangkan kadar asam askorbat pencoklatan dapat juga terjadi dengan fenol lainnya
varietas Wonosobo lebih tinggi dibandingkan yaitu asam klorogenat ( Jiri Davidek,1990). Bila
varietas Tawangmangu. Penelitian Mondy dkk dilihat kandungan asam askorbat yang sangat
(1993) asam askorbat dapat menghambat aktivitas berbeda sekali , varietas Wonosobo cenderung
enzim, sehingga pembentukan melanin terhambat. berperan sebagai reaksi non enzimatis dapat
Aktivitas enzim PPO dan aktiviras spesifiknya dihubungkan dengan perubahan warna yang lebih
lama dibandingkan varietas Tawangmangu. Asam
askorbat dapat berfungsi pada reaksi enzimatik dan dibandingkan varietas Tawangmangu perubahan
non enzimatik ( Eskin,1991). Aktivitas kedua warnanya. Jadi pada penelitian ini enzim tidak
varietas sangat berbeda, jika aktivitas besar, maka merupakan indikator pada perubahan warna
perubahan warna akan cepat, tapi hasil penelitian kentang.
berbeda, varietas Wonosobo lebih lama

Tabel 3.3. Perubahan warna terhadap waktu


Warna
Waktu (menit) Wonosobo Tawangmangu
1 2 3 4 1 2 3 4
0 0 0 0 0 2 2 2 2
15 2 2 2 1 3 3 3 3
30 2 2 2 1 3 3 3 3
45 2 2 2 1 3 3 3 3
75 3 2 2 2 3 3 3 3
90 3 2 2 2 4 4 4 3
120 5 2 3 2 4 4 4 3
135 5 3 5 5 4 4 4 3
180 5 5 5 5 4 4 4 3
210 5 5 5 5 4 4 4 3

Keterangan :
0 = kuning
1 = kuning kecoklatan sanagt pucat
2 = coklat sangat pucat
3 = coklat pucat
4 = coklat
5 = coklat keabuan

Tabel 3.4. Hubungan antara kadar tirosin,asam askorbat, aktivitas ezim dan perubahan warna kentang
Parameter Sampel Varietas
Wonosobo Tawangmangu
Kadar Tirosin 1 23,94 16,54
2 16,88 20,32
3 26,14 26,32
4 29,30 36,02
Kadar Asam Askorbat 1 5,100 1,629
2 7,714 2,182
3 6,171 2,114
4 6,386 1,500
Aktifitas spesifik unit/mg 1 9,042 26,98
2 9,042 21,53
3 18,730 23,47
4 18,040 24,08
Perubahan Warna (menit) 1 0- .> 5 2->4
2 0- > 5 2-> 4
3 0->5 2-> 4
4 0->5 2->4

Untuk melihat reaksi non enzimatik pada varietas Wonosobo dapat dilihat dari tabel 3.5.

Tabel 3.5. Data absorben reaksi enzimatik dan non enzimatik


Varietas Absorben
Enzimatik Non Enzimatik
Wonosobo 0,297 0,235
Tawangmangu 0,329 0,321
Dari absorben dapat dilihat reaksi non DAFTAR PUSTAKA
enzimatik harga absormennnya lebih kecil 1. David,j.,et al, 1990 , Jan Valisek and Jan
dibandingkan reaksi enzimatik, bila dihitung pokarny Chemical Changes During Food
aktivitas enzim varietas Wonosobo 18,72 unit, Processing , Elvevier, Amsterdam, pp 302-310
Tawangmangu 25,36 unit. Sesuai dengan 2. Deam,B.,et al, 1992, Difference in Free and
perubahan , untuk varietas Wonosobo Protein Boound Tyrosine Among Potato
membutuhkan waktu yang lebih lama , sehingga Genotypes and the Relation Ship to internal
reaksinya bersifat non enzimatik. Blockspot Resistance, Am Potato journal, 67
3. Eskin, N.A.M.,et al, 1991, Biochemistry of
Food, Academic Press, NewYork, 116 121
IV. KESIMPULAN 4. Fredman M.,and Pert.I.M., 1990, Inhioction of
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat Broeving by Sulfur Amino Acid apple and
diambil kesimpulan sebagai berikut: potatoes, J. Agric. Food Chemistry 38, 1652-
• Kadar tirosin kedua varietas dapat 1656
mempengaruhi perubahan warna kentang 5. Mondy, N.I.,and C.B. Munshi, 1992, Effect
• Kadar tirosin juga mempengaruhi aktivitas Type of Potasium Fertillizer on Enzimatic
enzim Dis Coloration and Phenolic, Ascorbic Alic
• Asam askorbat mempengaruhi reaksi and Lipid contents of Pototoes, J. Agric.
enzimatik dan non enzimatik Food Chemistry, 41, 6, 849-852
• Perubahan warna yang terjadi pada kedua 6. Richardson T.,1991, Enzymes O.R..Ed Food
varietas adalah akibat reaksi enzimatik dan Chemistry Prinsiples on Food Sci.,Part 1,
non enzimatik. Pada varietas Wonosobo Morcel Dekker, Inc.New York and Basch, pp
reaksi non enzimatik sangat dominant. 285.
PEMANFAATAN KOMPUTER PADA SISTEM KONTROL DENGAN MENGATUR
SET-OFF SAAT KONDISI TUNAK (STEADY STATE)
Saiful Manan
Program Diploma III Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstracts

Saiful Manan, in paper control system with set-off define at steady state using kompuer explain that
automatic control systems have the develope which enough mean with growth of science and technology. this
control systems Theory give the easier to design the system to get the performance from system dinamics,
heightening quality and fast produce that is by regulasi at functioning kontroller or kompensator to maintain the
certain circumstance [is] such as those which wanted if system get sinyal trouble from outside system and also
from within system xself.
set-off of condition of steady state is one other require to be considered in system dynamics so that a value
finally can be arranged at time moment come to infinite. By exploiting this matter computer can be done with
interest easy to and respon which quickly.
computer exploiting done for the adjust of set the point or referens so that obtained set off is equal to zero.

Key word : microcomputer, set point, steady state.

I. PENDAHULUAN adalah regulasi yaitu kontroller/kompensator


Sistem kontrol automatik telah mengalami yang berfungsi untuk mempertahankan keadaan
suatu perkembangan yang cukup berarti, sejalan tertentu seperti yang diinginkan jika sistem
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan mendapat sinyal gangguan baik dari luar maupun
teknologi akhir-akhir ini. Sistem kontrol automatik dari sistem sendiri.
ini selain diperlukan pada pesawat ruang Pada makalah ini, sistem diinginkan
angkasa, satelit, sistem peluru kendali, pesawat mempunyai 'set-off' pada kondisi tunak sama dengan
terbang dan sebagainya telah menjadi bagian nol. Akan membahas penggunaan
yang penting dan terpadu dari proses-proses pada mikrokomputer pada sistem kontrol automatik
pabrik dan industri modern. Misalnya operasi- ini sehingga dapat memperbaiki kinerja jika
operasi industri untuk mengontrol tekanan, terjadi kesalahan 'set-off' atau 'set-off'
temperatur, kelembaman, viskositas dan aliran, mempunyai harga tertentu yaitu dengan cara
pengerjaan dengan mesin perkakas, perakitan merubah 'setpoint' atau sinyal acuan/referens
bagian-bagian mekanik dalam industri sehingga diperoteh 'set-offset' sama dengan nol.
manufaktur dan sebagainya.
Kemajuan teori sistem kontrol otomatik ini II. DASAR-DASAR SISTEM KONTROL
memberikan kemudahan untuk mendapatkan Sistem adalah elemen-elemen atau
performans/kinerja dari sistem dinamik, komponen-komponen yang bekerja sama
mempertinggi kualitas dan laju produksi, sehingga membentuk fungsi tertentu yang
meniadakan pekerjaan-pekerjaan rutin yang menghasilkan output/keluaran seperti yang
dilakukan manusia, maka sebagian besar ahli diinginkan dengan input/masukan tertentu.
teknologi rekayasa dan ilmuwan seharusnya Berdasar sinyal yang digunakan, sistem
mempunyai pemahaman yang cukup dalam bidang dibedakan antara sistem diskrit dan sistem
sistem kontrol ini. kontinyu. Sistem kontinyu adalah sistem yang
Sistem kontrol pada umumnya masih menggunakan sinyal kontinyu untuk mengolah
menggunakan kontroller analog dan beberapa sinyal informasi yang ada dalam sistem,
operator yang bertugas mengawasi jika terjadi sedangkan sistem diskrit adalah sistem yang
kesalahan set off. Jika terjadi kesalahan maka menggunakan sinyal diskrit untuk mengolah data.
operator akan memperbaiki atau merubah 'set Untuk menganalisa atau merancang suatu
point' atau sinyal acuan sehingga diperoteh 'set- sistem dengan menggunakan metoda-metoda
off' seperti yang diinginkan. Pada sistem kontrol sistem kontrol, sistem fisis terlebih dahulu harus
tidak dikehendaki adanya kesalahan 'set-off' antara dinyatakan dalam bentuk matematis selanjutnya
harga atau nitai yang dikehendaki dengan dilakukan transformasi dalam bentuk
harga/nilai yang sebenarnya, baik karena transformasi Laplace. Sistem fisis yang sudah
adanya perubahan set point (sinyal acuan) dalam bentuk matematis transformasi Laplace
maupun adanya sinyal gangguan. tersebut biasa disebut sebagai model matematis
Pada umumnya sistem kontrol otomatik sistem fisis, karena sistem fisis tersebut harus
bisa dinyatakan dalam bentuk transformasi sistem yang menunjukan kecepatan
Laplace, maka sistem harus linear jika terdapat sistem saat gejala peralihan (masa
elemen-elemen non linear hams dilakukan transien) ketika menerima masukan
linearisasi, salah satu sifat penting sistem linear maupun mendapat gangguan baik dari
adalah berlakunya teorema superposisi. dalam maupun luar sistem sampai
Setelah dilakukan analisa atau menuju keluaran seperti yang diinginkan.
perancangan dengan menggunakan metoda- • Kondisi tunak (steady state) yaitu
metoda sistem kontrol maka model matematis kemampuan sistem untuk kembali kepada
hasil analisa atau perancangan sistem tersebut harus output yang diinginkan pada saat t (waktu)
dapat dikembalikan ke bentuk semula yaitu dalam tak hingga. Karena biasanya pada sistem
bentuk sistem fisis untuk direalisasikan. akan terdapat error steady state (kesalahan
Secara garis besar suatu sistem kontrol kondisi tunak) yaitu selisih antara
mempunyai dua bentuk loop, loop terbuka dan output yang diinginkan dengan output
bop tertutup. Sistem kontrol dengan loop tertutup sebenarnya setelah dicapai kondisi tunak
adalah suatu sistem kontrol yang sinyal output atau (steady state), setelah menerima input
keluaran sistem berpengaruh langsung terhadap atau mendapat gangguan.
sinyal aksi pengontrolan sistem jika terjadi atau • Kepekaan sistem yaitu didefinisikan
ada gangguan sehingga bisa dikatakan bahwa sebagai ukuran penyimpangan fungsi
sistem kontrol loop tertutup adalah sistem transfer sistem terhadap parameter-
kontrol berumpan balik, Sinyal kesalahan parameternya jika berubah dari harga
pcnggcrak, yang merupakan selisih antara sinyal normalnya.
masukan dan sinyal umpan balik (yang dapat Untuk memperoleh karakteristik sistem yang
berupa sinyal keluaran atau fungsi sinyal baik dari suatu sistem kontrol, sudah banyak
keluaran dan turunannya) diumpankan ke metoda-metoda yang digunakan dari metoda klasik
kontroller atau kompensator untuk memperkecil misalnya metoda Bode, Root Locus, Routh
kesalahan dan membuat agar keluaran sistem Hurwitz, Nyquist dan sebagai (yang masing-
mendekati atau sama dengan keluaran yang masingnya mempunyai spesifikasi tersendiri)
diinginkan atau dengan kata lain loop tertutup sampai metoda kontrol modern yang pada dasarnya
adalah menggunakan aksi umpan balik untk adalah metoda-metoda untuk memperbaiki kinerja
memperkecil kesalahan. atau karakteristik sistem setelah dicapai
karakteristik dasar di atas, metoda-metoda modern
tersebut diantaranya metoda kontrol Optimal,
Robust Control, Kalman Filter, Adaptiv Control,
Fuzzy Logik dan sebagainya.
Dalam makalah ini dibahas karakteristik
dasar sistem yaitu error steady state dengan cars
membuat 'set-off' sama dengan nol. Hal ini dilakukan
dengan mengatur 'setpoint' menggunakan bantuan
Gambar 2.1. Diagram blok sistem pengaturan mikrokomputer tanpa memperhitungkan kondisi
loop tertutup. transien.

Berdasar pada sinyal input dikenal sistem III. SISTEM KONTROL DENGAN
servomekanik dan sistem regulasi. Pada sistem MEMPERHATIKAN ‘SET-OFF’ KONDISI
servo sinyal masukan (yang berupa 'setpoint') TUNAK (STEADY STATE)
terjadi perubahan dan jika tidak terdapat Pada gambar 2.1. terlihat bahwa dalam
gangguan maka output akan mengikuti sinyal sistem pengaturan loop tertutup terdiri dari elemen
input. Sedangkan pada sistem regulator sinyal umpan maju (feed forward) yaitu plan dan kontroller
input ('setpoint') adalah tetap atau tidak ada serta elemen umpan batik (feed back). Pada
perubahan. Sistem regulator ini banyak sekali umumnya jenis-jenis kontroller adalah
digunakan pada industri misalnya pengaturan • Kontroller proposional adalah jenis
temperatur, kecepatan aliran cairan, tinggi kontroller yang memberikan suatu nilai
permukaan dan sebagainya. dalam bentuk konstanta yang besarnya
Dalam merancang atau analisa sistem dapat diubah sesuai dengan yang
dengan menggunakan metoda-metoda sistem diinginkan.
kontrol ada 4 karakteristik dasar sistem yang • Kontroller integral adalah jcnis kontroller
hares diperhatikan yaitu yang menghasilkan keluaran yang bersifat
• Kestabilan sistem yaitu dengan masukan integratif, keluarannya mempunyai sifat
terbatas maka keluaran sistem juga harus superposisi dari sinyal sebelumnya.
terbatas. • Kontroller derivatif adalah jenis kontroller
• Kondisi transien, yaitu karakteristik yang keluarannya mengurangi sinyal
masukan secara terus-menerus sinyal mendekati suatu harga tertentu saat t (waktu)
masukan. Dalam realisasinya kontroller ini menuju tak hingga adalah sama dengan perilaku
tidak pernah berdiri sendiri karena akan sF(s) disekitar s = 0 maka berlaku
memberikan impuls yang sangat tinggi. lim f (t ) = lim sF ( s )
Untuk memperoleh performans/kinerja yang t →∞ s →0

baik biasa digunakan gabungan dari masingmasing Error kondisi tunak saat t menuju tak
kontroller di atas, rnisalnya kontroller PI hingga ess didefinisikan sebagai harga e(t) yang
(proposional integral), PID (proposional integral mendekati harga tertentu saat t menuju tak hingga
derivatif) yaitu gabungan antara kontroller maka berlaku
proposional, integral dan derivatif. ess = lim e(t ) = lim sE ( s)
t →∞ s →0
Pengaruh masing-masing jenis kontroller di
atas terhadap respon sistem terhadap masukan atau K 2 ( sT1 + 1)
e ss = lim − .s.N ( s )
gangguan baik dari luar maupun dalam sistem akan t →∞ ( sT1 + 1)( sT2 + 1) + K ( s ).K 1 K 2
dibahas sebagai berikut. Karena sistem fisis harus Jika N(s) adalah gangguan berupa fungsi step A/s
dinyatakan dalam model matematis bentuk maka
transformasi Laplace maka berlaku superposisi, K 2 ( sT1 + 1) A
untuk menganalisa pengaruh gangguan terhadap ess = lim − .s. (1)
t → ∞ ( sT1 + 1)( sT2 + 1) + K ( s ).K1K 2 s
sistem dianggap masukan R(s) adalah nol dan sinyal
gangguan N(s) adalah gangguan yang berupa fungsi Dengan menggunakan persamaan di atas
step (A/s), A adalah konstanta, s adalah notasi maka dapat dihitung error ‘ set-off ‘ kondisi tunak
operasi matematis Laplace, kontroller K(s) dan dari berbagai jenis kontroller.
untuk memudahkan diambil sistem plan terdiri dari Pada makalah ini diambil kotroller
G1(s) dan G2(s). Proposional Integral derivative atau PID.
Gl(s) = Ki/( sTi + t) Kontroller PID mempunyai model matematis
G2(s) = K2/( sT2 + 1 ). dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Dari gambar 3.1. terlihat bahwa karena 1
K c ( s ) = K p (1 + + sTd )
dianggap R(s) = 0 ; maka C(s) = -E(s), sehingga sTi
dari loop tertutup pada gambar 2 dapat ditentukan Dengan memasukan nilai Kc(s) pada persamaan
fungsi transfer sistem sebagai berikut C(s)/N(s) : (1) maka diperoleh persamaan :
K2
ess = lim − x
s → 0 sT2 + 1

K 2 (sT1 + 1)(sT2 + 1) A
.s
⎛ 1 ⎞ s
Gambar 3.1. Diagram blok sistem kontrol dengan (sT1 + 1)(sT2 + 1) + K1 K 2 K p ⎜⎜1 + sTd + ⎟

kontroller K(s) ⎝ sT j ⎠
=0
C (s) G2 ( s)
Dari gambar 2 = N (s)
N ( s ) 1 + K ( s)G1 ( s )G2 ( s ) Dari perhitungan diatas terlihat bahwa pada
G2 ( s ) controller PID bisa dibuat error (penyimpangan)
C (s) = N ( s) kondisi tunak sama dengan nol selain mempunyai
1 + K ( s)G1 ( s )G2 ( s) respon dan kestabilan yang lebih baik disbanding
Maka kotroller integral (PI) maupun controller derifative
G2 ( s ) (PD).
E (s) = − N (s)
1 + K ( s )G1 ( s)G2 ( s)
IV. PENGGUNAAN KOMPUTER DALAM
SISTEM KONTROL DENGAN
Dengan memasukan nilai-nilai G1(s) dan G2(s)
MEMPERHATIKAN KESALAHAN
diperoleh :
(SET-OFF) SAAT KONDISI TUNAK
K2 Pada system ini komputer tidak langsung
sT2 + 1 mengendalikan sistem, namun komputer hanya
E ( s) = − N ( s)
K1 K2 menentukan harga referensi R1, R2 seperti dalam
1 + K ( s ). .
sT1 + 1 sT2 + 1 gambar 4.1. Realisasi gambar 4.1. dapat
digambarkan dalam bentuk diagram blok seperti
K 2 ( sT1 + 1) pada gambar 4.2. Dengan asumsi bahwa kecepatan
E (s) = − N (s)
( sT1 + 1)( sT2 + 1) + K ( s ).K1K 2 sinyal gangguan pada sistem lebih lambat dari
kecepatan pengolahan data mikrokomputer dan
Sesuai dengan teorema harga akhir dari dengan menambahkan kontroler diskrit PI
teorema transformasi Laplace yaitu bahwa f(t) akan (proporsional Integral). Digunakan kontroler PI
karena kontroler PI akan menghasilkan offset Diagram blok sistem fisis diatas dapat
sama dengan nol, sehingga dengan menggunakan digambarkan seperti gambar berikut dalam
kontroler ini diinginkan ‘offset’ sama dengan nol. diagram blok matematis seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.1. Pengendalian sistem dengan menggunakan komputer

Gambar 4.2. Diagram blok sistem kontrol dengan komputer

Gambar 4.3. Diagram blok matematis

Prinsip kerja dari sistem tersebut adalah sebagai dan rangkaian pengubah analog ke digital (A/D).
berikut. Kd(s) adalah kontroler yang dapat Diambil kontroler analog ini adalah kontroler
direalisasikan dalam bentuk sinyal diskrit, proporsional Kp(s)karena kontroler ini
krontroler ini berfungsi untuk menghilangkan menghasilkan kesalahan yang besar.
kesalahan ‘offset’ yang terjadi pada sistem kontrol Mikrokomputer mengolah data perbedaan
analog terhadap adanya gangguan yang terjadi sinyal keluaran C(s) dan data ‘set point’ S(s) untuk
dalam sistem. menentukan ‘set point’ ke kontroler analog R(s)
Sinyal terukur output C(s) disamping sedemikian rupa sehingga diperoleh C(s) = S(s)
dikirimkan ke kontroler analog juga dikirim ke atau E(s) = S(s)-C(s), sehingga kita bisa mengatur
mikrokomputer melalui rangkaian ‘multiplexer’ kesalahan dengan,
e(min) < e(t) < e (maks)
dimana e minimum dan e maksimum adalah batas r (k ) = r (k − 1) + K p [c(k − 1) − c(k )] + K i [s(k ) − c(k )]
kesalahan yang bisa ditentukan sebelumnya.
Persamaan dapat direalisasikan dalam bentuk
⎛ 1 ⎞ diskrit maupun program komputer.
K d ( s ) = K pd ⎜⎜1 + ⎟
⎝ sTi ⎟⎠ Yang perlu diperhatikan bahwa dalam
Dengan menggunakan persamaan (1) maak dapat menentukan konstanta-konstanta ini harus dipilih
dihitung kesalahan pada kondisi tunak sebagai yang sedemikian rupa sehingga kondisi tunak
berikut : dapat dicapai dalam waktu secepat mungkin
seperti yang diinginkan yaitu dengan
E ( s ) = −C ( s )
memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam
K 2 ( sT1 + 1) sTi A
= −. .s. perancangan sistem kontrol misalnya metoda Root
sTi ( sT1 + 1)( sT2 + 1) + [(K d + 1)sTi − 1]K1 K 2 .K p s
Locus, Routh-Hurwitz dan sebagainya sehingga
Maka kesalahan (‘setoff’) pada kondisi tunak pemilihan komponen pendukung bukan
adalah dengan mengambil limit diatas yang adalah didasarkan pada metoda coba-coba atau bongkar
ess = lim s.E ( s) pasang.
s→0
K 2 ( sT1 + 1) sTi A
= lim − . .s.
s →0 sTi ( sT1 + 1)( sT2 + 1) + [(K d + 1)sTi − 1]K1 K 2 .K p s
V. KESIMPULAN
=0 Dari uraian diatas dapat diambil
Berdasar perhitungan di atas terlihat bahwa kesimpulan sebagai berikut :
controller proposional jika tanpa Kd akan terjadi • Pada sistem kontrol dengan kontrol
set-off atau set-off mempunyai nilai tertentu tetapi proporsional maka setoff akan mempunyai
dengan tambahan Kd yang dipasang cascade set- nilai apabila terjadi perubahan set point
off bisa diperkecil bahkan berharga nol. Algoritma atau adanya gangguan.
controller proposional integral Kd(s) adalah • Dengan penambahan kontrol pembantu
merupakan controller dalam bentuk diskrit. Model yaitu dengan menggunakan set point pada
matematis controller proposional integral tersebut komputer maka setoff dapat dihilangkan
adalah : atau sama dengan nol.
1 t • Dalam menentukan kosntanta-konstanta
r (t ) = K p e(t ) + ∫0 e(t )dt
Ti kontroler harus dipilih yang baik atau
linier sehingga kondisi tunak bisa dicapai
dalam waktu secepat mungkin seperti yang
diinginkan yaitu dengan memperhatikan
Dengan operator diskrit maka diperoleh : kaidah-kaidah yang berlaku dalam sistem
kontrol misalnya root locus, bode dan
⎡ 1 k ⎤ sebagainya.
r ( k ) = K p ⎢e( k ) + ∑ e( n ) ⎥
⎣ Ti n = 0 ⎦ • Dalam merancang suatu sistem kontrol
Jika Ki = Kp(T/Ti), maka otomatik sebaiknya memperhatikan
k kaidah-kaidah sistem kontrol otomatik
r ( k ) = K p e( k ) + K i ∑ e ( n ) untuk memperolah hasil yang sesuai
n =0
dengan yang diinginkan atau tidak
Dan jika terdapat tunda sekali maka menggunakan metode coba-coba.
k
r (k − 1) = K p e(k − 1) + Ki ∑ e(n − 1)
n=0 DAFTAR PUSTAKA
Dengan mengurangkan antara k dan k-1 maka 1. Katsuhiko Ogata, 1991, Teknik Kontrol
Otomatik, Jilid 1 & 2, Erlangga, Jakarta.
r (k ) = r (k − 1) + K p [e(k ) − e(k − 1)] + Ki e(k ) 2. Charles L. Phillips, Royce D. Harbor, 1996,
Sistem Kontrol Lanjutan, Prenhelindo,
Dari diagram blok terlihat bahwa : Jakarta.
e( k ) = s ( k ) − c ( k ) 3. William H. Hayt Jr., 1993, Elektromagnetika
e(k − 1) = s(k − 1) − c(k − 1) Teknologi, Erlangga, Jakarta.
Dengan substitusi persamaan di atas maka 4. Institut Teknologi Bandung, 1995, Seminar
diperoleh persamaan : And Workshop On Power System
Dynamics And Control, Institut Teknologi
r (k ) = r (k − 1) + K p [s(k ) − c(k ) − s(k − 1) + c(k − 1)] Bandung, Bandung.
5. Erwin Kreyszig, 1988, Advanced
+ K i [s (k ) − c(k )] Engineering Matematics, John Wiley &
Sons.
Karena S adalah set point sehinggai s(k) = s(k-1)
maka
OPTIMASI KECEPATAN POTONG MESIN BOR
MAGNET ELECTRIC TYPE JCA 2 – 23
TERHADAP BAJA KARBON ST 60
Juli Mriharjono
Program Diploma III Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstract

Juli Mriharjono, ini paper optimize cutting speed of electromagnetic bor machine type JCA 2-23 to ST 60
carbon steel explain that the construction of many kind of equipment were produced by fabrication factory and
used Magnetic Bor Engine. Mainly materials of those equipment are steels, base on this condition so we choose
St 60 would like to research. The high cutting speed will cause increasing the problem, such as decreasing of life
time of machine or tools, needing more fluid cooling. The low cutting speed will cause increasing the production
cost because will take more times to finishing the target. Base on this reason so we would like to research to
know the effective of cutting speed for material St 60. The result of this research is the effective of cutting speed
at 5,478 mm/minute.

Key word: Magnetic Bor Engine, Cutting speed, Bor Broke, Bor Time.

I. PENDAHULUAN Mesin bor magnet elektrik ini termasuk jenis


Mengebor adalah pekerjaan membuat lubang mesin dengan sumbu yang bergerak, karena sarung
pada benda pekerjaan dengan mesin bor dengan poros mesin poros mesin ini dapat digerakkan naik-
mata bor sebagai pisau penyayatnya, juga turun dan dasarnya (elektromagnet plate) yang
disamping mengebor pada mesin bor biasanya terbuat dari magnet yangmendapatkan energi listrik
dipakai juga untuk meluaskan lubang suatu benda sehingga secara otomatis dapat mencekam benda
kerja, atau memperhalus suatu lubang. Peluas yang kerja. Adapun penempatan dasar / plate tersebut
dipakai disebut “reamer”. Di dalam pengeboran dapat disesuaikan dengan posisi benda kerja dan
atau peluasan dengan mesin bor harus diperhatikan: keinginan pekerja.
• Kelengkapan-kelengkapan mesin bor. Jadi secara umum dalam melaksanakan
• Jenis bahan yang akan dibor. pemboran suatu lubang pada benda adalah
• Ukuran diameter bor yang dipakai. memerlukan suatu mesin bor yang baik dan teliti,
• Arah putaran dan kecepatan putaran mesin dapat membor secara terus menerus, mempunyai
bor. kecepatan poros yang dapat disetel menurut
Setiap jenis mesin bor dalam melaksanakan kebutuhannya dan dapar melakukan bermacam-
pemboran logam secra sukses dengan macam pemboran yang sesuai dan memuaskan.
menggunakan alat-alat potong dan harus dapat Dari uraian di atas maka timbul suatu
mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi pada permasalahan bagaimanakah kecepatan pemboran
logam. Dalam proses pemboran membutuhkan dua Mesin Bor Magnetik Model JIC – JCA 2-23 yang
tenaga potong yaitu : terjadi pada baja karbon St 60.
• Tenaga Putar / Tenaga Tangensial
Merupakan tenaga momen / tenaga dorong II. TINJAUAN PUSTAKA
yang langsung pada permukaan benda 2.1. Landasan (Elektromagnet Plate)
kerja untuk melakukan pemakanan, Dasar atau landasan dari pada suatu mesin
dimana tenaga yang dipilih harus sesuai adalah sebagai anggota pendukung dari pada
atau cukup dengan kebutuhan tangensial keseluruhan konstruksinya, dimana dasarnya
(tenaga untuk gerak pemotongan dan terbuat dari megnet atau besi tuang yang berukuran
menentukan kecepatan potong bor). besar.
• Pemakanan / Tenaga Linier
Gerakan arah garis sumbu mata bor 2.2. Tiang atau Pilar
terhadap benda kerja. Gerakan ini Tiang atau pilar adalah suatu batang yang
menentukan ketebalan dari chip / beram. berdiri tegak lurus pada landasan y ang gunanya
Pemakanan ini diukur dalam mm/putaran untuk mendukung kepala atau lengan meja dari
(1 milimeter tiap putaran). pada mesin bor.

1.1. Mesin Bor Magnet 2.3. Kepala


Kepala mesin bor dipasang pada tiang atau
lengan mesin bor dan terletak di atas meja. Pada
umumnya pada bagian kepala mesin bor o Benda kerja berputar
diperlengkapi dengan suatu motor listrik, yang akan o Bor akan patah
memutar sumber poros dan poros dalam perputaran o Bor tidak awet
akan memutar mata bor yang digunakan untuk III. PERHITUNGAN TEORITIS
membor benda kerja. Pemotongan pada mesin bor dengan sisi
potong waktu bor berputar, diharuskan dua gerakan
2.4. Poros yang dikehendaki bersama-sama :
Poros yangmenjepit mata bor dalam • Gerak putar
perputarannya akan membawa mata bor ikut Disebut gerak pemotongan dan
berputar, dimana poros pada waktu diam (tidak menentukan kecepatan potong. Kecepatan
berputar) atau dalam keadaan berputas dapat ini diukur dalam mm/menit.
digerakkan ke atas atau ke bawah yangbergerak • Pemakanan
dalam sarungnya. Yaitu gerak arah sumbu mata terhadap
benda kerja. Gerak ini menentukan
2.5. Mata bor ketebalan dari tatal. Pemakanan ini diukur
Mata bor disebut juga bor spiral karena dalam mm/putaran (1 mm/putaran).
terdapat alur spiral sekeliling badan mata bor dan Ketebalan beram / tatal yaitu sama dengan
pada bagian ujungya mempunyai satu atau lebih sisi pemakanan dibagi jumlah sisi potong pahat. Untuk
potong. Bor spiral umum digunakan dalam pengeboran : ketebalan sama dengan pemakanan
pemboran. Bor spiral terdiri dari unsur-unsur sudut dibagi dua.
atau tatal dan sudut tatal dan sudut bebas yang biasa
terdapat pada alait-alat potong. Keuntungan yang 3.1. Kecepatan Potong
utama adalah : Kecepatan potong mata bor akan diperoleh
• Mempunyai sudut bibir potong yang baik sebagai berikut;
• Diameternya tetap, meskipun sudah diasah Cs = π . d . N ………… mm/menit
• Mudah dijepit atau dipasang Karena kecepatan keliling atau potong
• Beram-beram pemotongan mudah keluar biasanya diperhitungkan dalam meter per menit
Secara original mata bor terbuat dari baja sedangkang dalam satu putaran diperhitungkan
karbon yang dikeraskan dan disepuh keras, tetapi dalam milimeter, maka perhitungan putaran harus
mesin-mesin bor yang bekerja berat dan dijadikan meter, sehingga harus dibagi dengan
berproduksi besar lebih banyak menggunakan mata 1.000. Jadi kecepatan potong dapat dituliskan
bor yang terbuat dari baja karbon pemoton gcepat sebagai berikut :
atau HSS. Mata bor HSS telah menjadi standart Cs = π . d . N ……………… m/menit
apabila hasil pemboran lebih diutamakan, karena 1000
dapat digunakan dengan kecepatan putaran yang Dan kecepatan putar mata bor (poros) akan
tinggi dan penyayatan yang tebal serta hasilnya diperoleh sebagai berikut :
lebih terjamin. N = 1000 x Cs ………………. Put/menit
Terdapat beberapa macam bentuk ujung bor π .d
yang dikenal. Bentuk ujung bor tersebut adalah : Keterangan :
• Ujung yang benar Cs : kecepatan keliling (m/menit)
o Menghasilkan lubang yang tepat N : kecepatan poros (put/menit)
o Kedua panjang bibir sama d : diameter mata bor (mm)
o Benda kerja diam atau stabil
o Bor tahan lama dipakai 3.2. Penyayatan
• Sudut titik simetris Pada suatu penyayatan kedalaman lubang
o Lubang yang dihasilkan tetap yang disebabkan oleh mata bor (mm) per 100
o Tatal yang dikeluarkan banyak putaran. Jadi pemboran per menit (S) adalah :
pada satu alur S = h . N/100 ………….. mm
o Benda kerja diam Dan lamanya pemboran untuk menembus
o Bibir pemotong cepat tumpul kedalaman tertentu adalah sebagai berikut :
• Bibir pemotong tidak sama panjang T = b / S ………………. Menit
o Lubang lebih besar dari pada Keterangan :
ukuran mata bor S : pemboran per menit yang
o Bentuk tatal tidak sama diperoleh (mm)
o Benda kerja berputar N : kecepatan putar (put / menit)
o Bor akan patah T : lama pemboran (menit)
• Bibir pemotong tidak sama panjang dan b : kedalaman lubang yang
sudut bibir pemotong tidak sama besar ditempuh (mm)
o Lubang akan lebih besar h : penyayatan (mm/100 put)
o Bentuk tatal tidak sama
Perhitungan di atas adalah teoritis, apabila PLN. Karena voltage listrik PLN kadang-kadang
hasil pengujian ternyata berbeda berarti ada bebrapa tidak stabil, maka voltage listrik yang diterima
aspek yang harus dicurigai. Permasalahan bisa saja mesin bor juga tidak stabil. Hal ini akan
muncul karena tidak stabilny kecepatan putaran mengakibatkan kecepatan putar yang dihasilkan
dari motor listrik atau kurang telitinya dalam juga tidak stabil.
pengaturan posisi pemasangan mata bor terhadap Untuk menghindari adanya penyimpangan
benda uji. Juga bisa disebabkan oleh tidak stabilnya kecepatan putaran akibat hal tersebut di atas maka
tenaga linier yang dibutuhkan untuk penyayatan. kecepatan putar selalu di sesuaikan setiap data akan
diambil.
IV. METODOLOGI Adapun momen atau pembebanan pada
Pengujian komposisi kimia dilakukan tenaga tangensial dibuat stabil dengan memberikan
dengan mesin spectrum, komposisi kimia universal beban pemberat sebesar 3 kg.
dan memberikan hasil pembacaan secara otomatis
kandungan komposisi kimia pada sampel uji baja 4.3. Metode Pengambilan Data
karbon St 60. Metode pengambilan data yang digunakan
adalah metode eksperimen, yaitu menyiapkan
Tabel 1. Komposisi Kimia Baja St 60 sarana eksperimen dan mengujinya di lapangan.
No Unsur Prosentase Sedangkan data yang diambil meliputi :
1 Fe - • Kedalaman lubang pemboran.
2 Si 0,250 • Lama pemboran yang dibutuhkan untuk
3 V 0,100 mencapai kedalaman lubang.
4 Co 0,036 • Besar sudut yang ditempuh pada waktu
5 C 0,950 pemboran.
6 Cu 0,956 • Kecepatan potong mesin bor dengan melihat
7 Ti 0 satu memperhatikan spesifikasi yang sudah
8 Nb 0,011 ditetapkan.
9 Mn 1,100 Data di atas diambil dengan menggunakan
10 Ni 0,140 alat bantu dan dicatat dalam suatu format pencatat
11 Al 0,006 data.
12 P 0,014
13 Cr 0,550 V. HASIL DAN PEMBAHASAN
14 S 0,076 Hasil penelitian ini terlihat pada tabel 5.1.
15 Mo 0,022 Dari data tersebut, dapat dianalisa berdasarkan
16 B 0 kelompok A1, A2, A3 dan A4. sedangkan hasil
17 W 0,550 pengukuran ditunjukkan pada tabel 5.2. Pada
gambar 5.1. terlihat grafik kecepatan pengeboran St
4.1. Variabel Bebas 60 pada kelompok pengujian tersebut.
Sesuai dengan tujuan penelitan yang ingin
dicapai maka variabel bebas dalam penelitian 5.1. Kelompok A1
ini adalah kecepatan potong. Untuk mengetahui Jumlah nilai kecepatan pengeboran (Σ MD)
besar kecepatan potong dari baja konstruksi Σ MD = 50.12 mm/menit
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan nilai kecepatan pengeboran rata-rata ( MD )
pendekatan teoritik dan pengukuran langsung
pada kerja pemboran tersebut. MD = ∑ MD n = banyaknya data
Pengukuran kecepatan secara langsung pada n
suatu pemboran dilakukan dengan cara mengukur sampel
kedalaman lubang dan lama waktu pemboran. MD = 50.12 = 5.012 mm/menit
Kemudian kedua data pengukuran tersebut 10
dihituing unutk mendapatkan kecepatan potong Besarnya penyimpangan (Deviasi) Std :
pemboran, yaitu dengan menggunakan rumus ;
∑ [MD − MD]
2

b …….. mm/menit Std =


V = n −1
T
Std = 3.936
4.2. Variabel Kendali = 0.437 = 0.661
10 − 1
Variabel kendali dalam penelitian ini adalah
kecepatan putar. Seperti telah diterangkan di muka
bahwa kecepatan putar tergantung dari voltage arus
ya ng masuk ke motor elektrik. Mesin bor akan
berputar mendapat arus listrik yang diambil dari
Tabel 5.1. Data Pemboran Baja Karbon St 60.Diameter mata bor 13 mm
Kedalaman Lama (waktu) Besar Keterangan
No Bram
lubang ( b ) mm pemboran ( t ) menit sudut Moment (Nm)
1 2 00,38,37 10o 23,64
2 4 01,12,15
3 6 01,37,12
4 8 01,59,49
5 10 02,15,68 41.3o 18,03
A1
6 12 02,33,02
7 14 02,49,18
8 16 03,07,86
9 18 03,22,23
10 20 03,50,42 72.6o 7,18
11 4 01,09,34
12 8 01,41,26
A 2 13 12 02,14,20
14 16 02,59,34
15 20 03,33,56 72.6o 7,18
16 2 00,43,17 10o 23,64
17 6 01,21,56
18 10 02,13,70 41.3o 18,03
A3
19 14 02,34,24
20 18 03,02,56
21 20 03,12,62 72.6o 7,18
22 20 03,50,18 72.6 o 7,18
23 20 03,39,37 72.6o 7,18
A4 24 20 03,22,60 72.6o 7,18
25 20 03,57,43 72.6o 7,18
26 20 03,26,14 72.6o 7,18

Tabel 5.2. Data pengukuran kecepatan pengeboran dan analisa pada baja karbon St 60
(K 460 Amutit S) kelompok A1
No. Uji
Kecepatan pengeboran
(MD) mm/menit
[MD − MD] [MD − MD]2 Standar deviasi
(Std)
1 5.26 0.248 0.062
2 3.57 -1.442 2.079
3 4.38 -0.632 0.399
4 5.03 0.018 0.000
5 4.62 -0.392 0.154
A1 0.661
6 5.15 0.138 0.019
7 5.62 0.608 0.370
8 5.19 0.178 0.032
9 5.59 0.578 0.334
10 5.71 0.698 0.487
Jumlah 50.12 3.936
Tabel 5.3. Data pengukuran kecepatan pengeboran dan analisa pada baja karbon
St 60 (K 460 Amutit S) kelompok A2
No. Uji
Kecepatan pengeboran
(MD) mm/menit
[MD − MD] [MD − MD]2 Standar deviasi
(Std)
1 3.61 -1.802 3.247
2 5.67 0.258 0.067
A 2 3 5.61 0.198 0.039 1.032
4 6.18 0.768 0.570
5 5.99 0.578 0.334
Jumlah 27.06 4.257

Tabel 5.4. Data pengukuran kecepatan pengeboran dan analisa pada baja karbon
St 60 (K 460 Amutit S) kelompok A3
No. Uji
Kecepatan pengeboran
(MD) mm/menit
[MD − MD] [MD − MD]2 Standar deviasi
(Std)
1 4.65 -0.93 0.86
2 5.88 0.30 0.09
3 4.67 -0.91 0.83
A3 0.739
4 5.98 0.40 0.16
5 5.94 0.36 0.13
6 6.39 0.81 0.66
Jumlah 33.51 2.73

Tabel 5.5. Data pengukuran kecepatan pengeboran dan analisa pada baja karbon
St 60 (K 460 Amutit S) kelompok A4
No. Uji
Kecepatan pengeboran
(MD) mm/menit
[MD − MD] [MD − MD]2 Standar deviasi
(Std)
1 5.71 -0.196 0.038
2 5.90 -0.006 0.000
A 4 3 6.19 0.284 0.081 0.257
4 5.60 -0.306 0.094
5 6.13 0.224 0.050
Jumlah 29.53 0.263

Grafik Kecepatan Pengeboran St 60

7
Kecepatan Pengeboran

6
5
( mm/menit )

4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12
Nomor Pengujian

A1 A2 A3 A4

Gambar 5.1. Grafik Kecepatan pengeboron St 60 pada 4 kelompok pengujian


5.2. Kelompok A2
Jumlah nilai kecepatan pengeboran (Σ MD) VI. KESIMPULAN
Σ MD = 27.06 mm/menit Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan
nilai kecepatan pengeboran rata-rata ( MD ) sebagai berikut :
• Dalam pengujian kecepatan pengeboran
MD = ∑ MD n = banyaknya data dengan menggunakan mesin bor magnet
n
elektrik tipe JIC-JCA 2-23, bahan uji
sampel
yang digunakan adalah baja karbon St 60
27.06 (K 460 Amutit S), mata bor berdiameter
MD = = 5.412 mm/menit
5 13 mm.
Besarnya penyimpangan (Deviasi) Std : • Setiap bahan uji (baja karbon) yang
∑ [MD − MD] diambil mempunyai tingkat kecepatan
2
Std = pengeboran yangberbeda satu dengan
n −1
yang lainnya.
Std = 4.257 • Kecepatan pengeboran dipengaruhi oleh
= 1.064 = 1.032 5.3. Kelompok A3
5 −1 dua hal yaitu tingkat kekerasan dan
Jumlah nilai kecepatan pengeboran (Σ MD) keuletan benda uji serta ukuran mata bor
Σ MD = 33.51 mm/menit yang dipakai.
nilai kecepatan pengeboran rata-rata ( MD ) • Baja St 60 mempunyai kecepatan
pengeboran paling rendah 4.806
MD = ∑ MD n = banyaknya data mm/menit, kecepatan efektif 5.478
n mm/menit dan maksimum pada 6.15
sampel mm/menit.
MD = 33.51 = 5.58 mm/menit • Sebelum pengeboran terhadap benda uji
5 (bja karbon) dilakukan, sebaiknya kita
Besarnya penyimpangan (Deviasi) Std : beri tanda titik dengan alat penitik
∑ [MD − MD] terlebih dahulu pada benda uji guna
2

Std = memperoleh ketepatan dan kesenteran.


n −1
• Berilah pendingin (bromous, oil, water)
Std = 2.78 yangsesuai dengan kondisi benda uji guna
= 0.546 = 0.739
5 −1 memperpanjang umur mata bor.
• Pemilihan mata bor sesuai kecepatan
5.4. Kelompok A4 yang dipakai.
Jumlah nilai kecepatan pengeboran (Σ MD)
Σ MD = 29.53 mm/menit
nilai kecepatan pengeboran rata-rata ( MD ) DAFTAR PUSTAKA
1. Burghardt, Hendry D, Aoron Axelrod dan
MD = ∑ MD n = banyaknya data James Anderson, 1959, Machine Tool
n Operation, Mc Graw hill Book Company,
sampel USA
MD = 29.53 = 5.906 mm/menit 2. Daryanto, Drs. , 1998, Mesin Perkakas
5 Bengkel, Rineka Cipta, jakarta
Besarnya penyimpangan (Deviasi) Std : 3. Krar S.F., J.W Osward, J.E.ST Amand, 1676,
∑ [MD − MD ] Technology of Machine Tool, Mc Graw Hill
2
Std = Ryerson Limited, Canada
n −1
4. Maman, Muchsin, R.M.Sc., 1996, Konsep
Std = 0.263 dan Analisa Statistik, CV. IKIP Semarang
= 0.065 = 0.257
5 −1 Press, Semarang
Dari hasil pengujian kecepatan pengeboran 5. Suparnomo, Sugiarto, SE, 1993, Statistik,
dengan mesin bor magnet electric type JIC-JCA 2- Andi Offset, Yogyakarta
23 terhadap baja St 60 (K460 Amutit) didapatkan 6. Surdia, Tata, Prof. Ir., M.S. Met E, prof Dr.
keceptan efektif pengeboran pada baja St 60 adalah Kenji Chijiiwa, 2000, Teknik Pengecoran
5.478 mm/menit dengan standar deviasi 0.672. Logam, Pradnya Paramita, Jakarta
Sedangakan harga kecepatan pengeboran
maksimum 6.15 mm/menit dan minimum 4.806
mm/menit.

Anda mungkin juga menyukai