Redaksi Pelaksana
Sulaiman, SST
Ign. Chistiawan, ST
Seno Darmanto, ST
Moh. Endi Yulianto, ST, MT
Drs. Eko Ariyanto
Sekretariat
Sri Susilowati, SH
Arkhan Subari, ST
Alamat Redaksi
Program Diploma III Fakultas Teknik Undip
Jl. Prof. Sudarto, SH – Tembalang, Semarang
Telp/Fax. 024 – 7471379
E-mail : gemateknologi@plasa.com
DAFTAR ISI
Pengaruh Penggunaan reactor Terhadap tegangan Lebih Transient Pada Operasi Pelepasan
Beban Di Gardu Induk 500 KV Ungaran Pedan
Yuniarto
Perbedaan Daya Untuk Start Maupun Kerja Normal Dengan Tenaga Yang Tercantum Dalam
Name Plate Pompa Air
Murni
Optimasi Kapasitas Pengirisan yang Baik Pada Bawang Merah Besar dengan mesin pengiris
Bawang Merah Vertikal
Sutomo, Rahmat
Pengaruh Tirosin, Asam Askorbat, Enzim Polifenol, Xidase (PPO) Terhadap Perubahan Warna
Kentang
Wahyuningsih
Pemanfaatan Komputer Pada Sistem Kontrol dengan Mengatur Set-Off Saat Kondisi Tunak
(Steady State)
Saiful Manan
Optimalisasi Kecepatan potong Mesin Bor Magnet Electric Type JCA 2-23 Terhadap Baja
Karbon ST 60
Juli Mriharjono
MENENTUKAN POWER MOTOR INDUK KAPAL KAYU
PENANGKAP IKAN TRADISIONAL
Mohd Ridwan
Program Diploma III Teknik Perkapalan
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstracts
Mohd Ridwan, in paper to get the main engine power for the force required to tow the tradisional
fishing vessel explain that it must be accurate calculated of the boat’s resistance, that will be reduce 20 %
operasional cost and fuel oil for main engine, because more 30 % power required to tow the boat in tradisional
way to selection of main engine .
Abstract
Yuniarto, in paper studies about rejection load at 500 Kv substation explain that The use of high
transmission line result in the transient over voltage in transmission-line will also increasingly higher, mainly
for lightning surge and switching surge. Switching surge is a dominant factor to show up much transient over
voltage in the transmission-line in the level of 230 kV or higher, if it is compared with lightning surge.
Switching surge is caused by singly rejection load process. Using interconnection, the rejection load in
Ungaran on 500 kV substation will increase the voltage on the extra high voltage line 500 kV in the Ungaran
side. The research studies the problem of transient over voltage that occur as result of rejection load in extra
high voltage line 500 kV Ungaran-Pedan. The simulation was conducted by varying the condition with reactor
and which is not.
The result simulation shows that transient over voltage occurred in the transmission without reactor is
higher than it with reactor.
(15)
Z R + Zc
dengan :
ρR = koefisien pantulan pada ujung Gambar 1. Model Rangkaian untuk
penerima Simulasi
ZR = impedansi ujung penerima Simulasi dijalankan dengan beban yang
ZC = impedansi karakteristik (impedansi terpasang sebesar 400 MVA kemudian beban
surja) dikurangi secara bertahap dari beban sebesar 100
Pada saluran yang ditutup dengan impedansi MVA sampai 400 MVA dengan kenaikan beban
karakteristik ZC, terlihat bahwa koefisien pantulan tiap tahap sebesar 25 MVA, dan mencatat besar
untuk sama dengan nol, sehingga tidak ada tegangan transien yang terjadi pada tiap tahap.
gelombang pantulan, dan saluran berlaku seakan- Pengukuran tegangan hanya dilakukan pada ujung
akan panjangnya tidak terhingga. pengirim.
Pada saat ujung saluran yang merupakan Simulasi dilakukan pada dua keadaan yaitu
suatu rangkaian terbuka ZR adalah tak terhingga keadaan tanpa reaktor dan keadaan memakai
akan didapatkan harga ρR sama dengan 1 (satu). reaktor. Dari hasil simulasi didapat data
Dengan demikan tegangan yang terjadi pada ujung sebagaimana tercantum pada tabel sebagai berikut:
penerima menjadi 2 kalinya tegangan pada sumber Tabel 1. Besar Tegangan Lebih Transien pada Saat
tegangan atau pada ujung pengirim. Pelepasan Beban di Gardu Induk 500 KV Ungaran-
Dari uraian di atas bisa disimpulkan Pedan dengan Beban Terpasang 400 MVA pada
bahwa besar tegangan lebih transien sangat Keadaan Tanpa Reaktor
tergantung pada impedansi karakteristik (ZC =
Beban Tegangan Tegangan Prosentase MVA. Pada operasi pelepasan ini dilakukan dengan
memakai reaktor. Dari tabel-2 juga juga terlihat
yg dilepas awal lebih transien kenaikan bahwa secara keseluruhan prosentase kenaikan
400,35 tegangan lebih pada operasi pelepasan beban tanpa
100 398,73 100,41%
memakai reaktor lebih besar dibandingkan dengan
125 398,73 402,03 100,83% operasi pelepasan beban dengan memakai reaktor.
150 398,73 402,96 101,06%
IV. KASIMPULAN DAN SARAN
175 398,73 404,27 101,39% 4.1. Kesimpulan
200 398,73 405,76 101,76% Pemakaian reaktor pada operasi pelepasan
225 398,73 407,05 102,09% beban dapat memperkecil besar tegangan lebih
transient yang terjadi.
250 398,73 411,67 103,25%
275 398,73 415,34 104,17% 4.2. Saran
Pada saat pelepasan beban yang dilakukan
300 398,73 420,74 105,52%
oleh PLN sebaiknya dilakukan dengan memakai
325 398,73 424,67 106,51% reaktor walaupun dengan begitu akan menambah
350 398,73 428,96 107,58% biaya operasional pengadaan reaktor.
375 398,73 447,84 112,32%
DAFTAR PUSTAKA
400 398,73 475,78 119,32% 1. Arismunandar, A., 1984, Buku Pegangan
Teknik Tenaga Listrik, Jilid III, Gardu Induk,
Tabel 2. Besar Tegangan Lebih Transien pada Pradnya Paramita, Jakarta.
Saat Pelepasan Beban di Gardu Induk 500 KV 2. Arismunandar, A., 1994, Teknik Tegangan
Ungaran-Pedan dengan Beban Terpasang 400 Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta.
MVA pada Keadaan Memakai Reaktor 3. Dommel, dan Herman, W., 1996.
Beban Tegangan Tegangan Prosentase Electromagnetic Transients Program,
Vancouver, Canada.
yg dilepas awal lebih transien kenaikan 4. EMTP Development Coordination group,
400,04 1998, The Electromagnetic Transients
100 398,73 100,33%
Program, Version 3,0 Rule Book 1, Volume 1,
125 398,73 400,98 100,56% EPRI Report.
150 398,73 402,01 100,82% 5. EMTP Development Coordination group,
1998, The Electromagnetic Transients
175 398,73 403,34 101,14%
Program, Version 3,0 Rule Book 2, Volume 1,
200 398,73 403,96 101,29% EPRI Report.
225 398,73 403,02 101,06% 6. EMTP Development Coordination group,
1998, The Electromagnetic Transients
250 398,73 405,67 101,71% Program, Version 3,0 Rule Book 3, Volume 1,
275 398,73 408,67 102,43% EPRI Report.
300 398,73 409,54 102,64% 7. Galvan, A., and Cooroy, V., 1997, Analysis of
Lightning-Induced Voltages in a Network of
325 398,73 415,67 104,08% Conductors using the ATP-EMTP Program,
350 398,73 418,47 104,72% Conference Publication no. 445, IEEE.
8. Kundur, P., Morison, G.R., and Wang, L.,
375 398,73 430,79 107,44%
2000, Techniques for On-Line transient
400 398,73 442,89 109,97% Stability Assessment and Control, Power
Engineering Society Winter Meeting no.06,
Dari tabel-1 terlihat bahwa besar beban IEEE.
yang boleh dilepas pada Gardu Induk 500 kV 9. Lorenzo, T., 2000, Trend Insulation
Ungaran-Pedan adalah lebih kecil dari 300 MVA, Coordination Toward, International
sesuai peraturan dari PLN yaitu tegangan transien Symposium on Modern Insulator
yang terjadi tidak boleh lebih dari 105% dari Technologies.
tegangan nominal. Pelepasan beban lebih dari 300 10. Marti, L., 1998, Calculation of Voltage
MVA akan menghasilkan prosentase tegangan lebih profile Along Transmission Lines, IEEE on
transien yang lebih besar dari 105%. Operasi Transaction on Power Delivery.
pelepasan ini dilakukan tanpa memakai reaktor. 11. Naidu, MS., V., Kamaraju, 1995, High
Tapi hal ini berbeda dengan tabel-2 dimana Voltage Engineering, Tata MCGraw-Hill
besar beban yang boleh dilepas pada Gardu Induk Publishing Company Limited.
500 kV Ungaran-Pedan adalah lebih kecil dari 350
12. Shwedhi, M.H., and Bakhashwain, J.M., 1997,
On the Analysis of Lightning Surges to
Cable Terminated Transformer Using
EMTP, IEEE Industry Application Society
Annual Meeting.
13. T.S. Hutauruk, 1989, Gelombang Berjalan
dan Proteksi Surja, Erlangga, Jakarta
14. Stevenson, W.D., Jr., 1996, Power System
Analysis, International Edition Singapore.
PENGARUH BENTUK DAN UKURAN UTAMA KAPAL
TERHADAP TAHANAN KAPAL
Solichin DS.
Program Diploma III Teknik Perkapalan
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstract
Solichin DS., in paper dependencies of main shape and size ship to ship resistence explain that Each floating
things on the surface water and to be movement will have resistance force. The resistance which is on the
material can be caused by water and air. The size of resistance depends from the shape of material, the
compare of material size and direction of the current from the water and air. The cubic material will get more
big resistance than slim edge material.
⎧v L B ⎫
R = C. f ⎨ ; CSA; ; ; Cm; Cp ; Re ; α⎬
⎩ dl B T ⎭ III. PEMBAHASAN
dimana C = 1/2 ρ . s . v2 Bentuk dan ukuran utama kapal memegang
peranan penting untuk perencanaan kapal
⎧⎪ ⎫⎪ selanjutnya. Perencanaan tersebut antara lain
R L B
=f⎨Fn ; 1/3 ; CSA; ; Cm; Cp; Re; α ⎬ meliputi perhitungan dan gambar Rencana Garis
D ⎪⎩ Δ T ⎪⎭ (lines plan), perhitungan dan gambar Rencana
Bila ditinjau pada kapal-kapal yang Umum (General Arrangement), perhitungan dan
mempunyai panjang yang sama, dimana air gambar Konstruksi Profil (Profil Construction) dan
mempunyai density/kerapatan yang tetap pula, perhitungan yang lainnya. Karena bentuk dan
maka Re (bilangan Renald) dihilangkan. ukuran utama kapal akan berpengaruh terhadap
tahanan kapal yang direncanakan. Pengaruh bentuk
⎧ ⎫
dan ukuran utama terhadap tahanan tersebut dapat
R L B
=f ⎨Fn ; 1/3 ; CSA ; ; Cm ; Cp ; α ⎬ diuraikan sebagai berikut
D ⎩ Δ T ⎭
3.1. Length Displacement Ratio (L / Δ1/3)
Bila kapal yang ditinjau mempunyai Dalam bukunya, Morton Gertler membuat
displacement yang tetap, persamaan tahanan lengkungan-lengkungan dari tahanan sisa (RT) yang
berfungsi terhadap koeffisien prismatic (Cp) dan
R ⎧⎪ v L B ⎫⎪ Length Displacement Ratio.
= f ⎨ 3 ; 1/3 ; ; Cm ; Cp ; α ; Δ ⎬
D ⎪⎩ g Δ Δ T ⎪⎭
Catatan :
Vo
Fn = umum dipakai
gL
V
Fn = 3 untuk kapal displacement
Δ
berubah-ubah Gambar 3.1. Lengkungan Tahanan Sisa yang
berfungsi terhadap Cp dan L. Displ.
Dengan dasar teori saja sulit dapat diketahui Cp, L dan Δ yang sama, sehingga L/ Δ1/3 akan sama
pengaruh perubahan L / Δ1/3 pada tahanan Δ
gelombang kapal untuk setiap ton displacement. pula. Dari hubungan Cp = akan diketahui
L . AΦ
Kalau dibandingkan kapal-kapal dengan
displacement yang sama, akan kelihatan bahwa bahwa dalam percobaan tersebut luas Mid ship
tahanan gelombang demikian juga tahanan sisa (RT) section sama untuk setiap model.
kapal setiap ton displacement akan turun jika harga Walaupun Mid ship coeffisient dirubah-
rubah dari harga limit yang terrendah sampai harga
L / Δ1/3 bertambah besar. Untuk kapal-kapal
teratas. Hasil percobaan tersebut didapatkan bahwa
samudra pengangkut barang harga L / Δ1/3 berkisar
dari kedua seri model hanya mempunyai sedikit
antara 5,5 – 6,5.
perubahan dalam tahanan sisa, sehingga pengaruh
Cm pada tahanan sisa kecil sekali.
3.2. Length Breadth Ratio (L/B)
Pada perbandingan ukuran utama panjang
3.5. Longitudinal Centre of Buoyancy (LCB)
dan lebar akan berpengaruh pada tahanan sisa (RT)
Menurut teori, bentuk kapal yang terbaik
pada displacement yang konstan.
dari segi tahanan gelombang adalah bentuk yang
simetris, sehingga letak LCB antara AP dan FP
pada posisi angka 0. Akibat dari perhitungan
teoritis bahwa bagian muka dan belakang berbentuk
T
sama akan menghasilkan tahanan gelombang yang
B L sama jika viscositas dan efek saling
mempengaruhinya diabaikan. Dari experimen
wigley diketahui bahwa hasil dari pengaruh
Gambar 3.2. Ukuran Panjang, Lebar dan Sarat
viscositas, maka wave making dari bagian belakang
kapal yang simetris akan mempunyai tahanan
Untuk kapal-kapal penumpang berkecepatan
gelombang yang lebih kecil dari bagian muka.
tinggi, harga L/B = 7,0 - 8,5, sebaliknya kapal-
Dengan menggeser Centre of Buoyancy ke arah
kapal pantai, karena terbatasnya luas perairan harga
belakang dengan parameter lain dibuat tetap,
L/B = 5,0 – 6,50.
koeffisien prismatic (Cp) dari bagian muka
berkurang, sedang Cp bagian belakang bertambah.
3.3. Breadth Draught ratio (B/T)
Bagian belakang yang gemuk akan menyebabkan
Bertambah besarnya perbandingan ukuran
Eddy Making Resistance bertambah besar,
lebar dan sarat akan berarti makin besar tahanan
sedangkan tahanan tekanan untuk bentuk yang
gelombang. Displacement akan dibawa ke
langsing dapat diabaikan
permukaan air, sehingga gangguan di bawah air
bertambah besar dan mengakibatkan tahanan
3.6. Bentuk Sudut Masuk (Angle of Entrance)
gelombang bertambah besar.
Dalam membuat rencana garis harus
Tahanan gelombang besarnya tergantung
diperhatikan bentuk dari garis air muat di bagian
(berubah-ubah) terhadap kecepatan, dengan
depan karena hal ini akan mempengaruhi tahanan
demikian pengaruh terhadap tahanan gelombang
gelombang. Pada diagram menunjukkan hubungan
akibat perubahan B/T mempunyai karakter yang
antara koeffisien prismatic bagian depan dengan
tidak tetap, tetapi rata-rata tahanan gelombang
sudut masuk dari garis muat. Garis muat dan garis
bertambah besar bila harga B/T semakin besar.
air di bawahnya harus dibuat sedemikian rupa,
Percobaan sistimatis dari Taylor dan
sehingga tidak ada perubahan yang mendadak.
percobaan yang dibuat Nordstorm meyakinkan
Sudut dari garis air pada stern kapal di depan
bahwa B/T pengaruhnya pada tahanan tidak sulit
baling-baling harus dibuat tidak melebihi 20o untuk
untuk diperkirakan, tetapi dapat diketahui dari
mencegah Eddy making. Bila lengkungan CSA
diagram-diagram yang telah ditemukan pengaruh
dan bentuk dari garis air muat sudah ditentukan
B/T pada tahanan akan berubah-ubah terhadap
yang berhubungan dengan Cp dan kecepatan kapal,
kecepatan. Untuk kapal-kapal barang samudra dan
ternyata masih dapat dengan bebas menentukan
bentuk biasa, besarnya B/T antara 2,20 – 2,60.
bentuk dari penampang melintang kapal, yaitu
Sedangkan kapal-kapal berbaling-baling tunggal ± bentuk potongan U atau V. Sarjana Kent dan
2,40 dan kapal berbaling-baling ganda harga B/T = Cutland megadakan percobaan di perairan yang
2,40 – 2,80. bergelombang dengan sebuah model kapal barang
dengan Cb = 0,75 dan kecepatan v = 12 knot,
3.4. Mid Ship Coefficient mendapatkan kesimpulan bahwa untuk kapal
Besar kecilnya Mid ship section dipengaruhi tersebut bentuk garis air muat di bagian depan lurus
oleh Cm ; radius of bilga dan raise of floor. Sarjana dan cembung dengan bentuk potongan V adalah
Taylor memeriksa pengaruh Cm pada tahanan sisa lebih baik dari segi kelayak lautannya dibandingkan
dengan mempergunakan 2 seri model kapal yang dengan bentuk garis air cekung dengan potongan V.
mempunyai CSA yang sama dan harga-harga L/B. Pada bagian belakang bentuk-bentuk potongan U
ekstrim, U sedang, V ekstrim dan V sedang dapat menentukan bentuk-bentuk tersebut
biasanya digunakan pada kapal-kapal berbaling- disamping data lain yang memegang
baling tunggal. Kapal dengan bentuk U di bagaian peranan penting, seperti stabilitas pada
belakang sedikit lebih baik pada kecepatan rendah bermacam sarat trim, kelayak lautan pada
dan kurang baik pada kecepatan tinggi dari pada kondisi ballast, lebar kapal pada double
bentuk V sedang. bottom, bentuk badan kapal diatas garis
Pemilihan bentuk U dan V di bagian air, dan hal-hal lain yang berhubungan
belakang berhubungan juga dengan rpm baling- dengan ukuran kapal.
baling. Pada rpm yang tinggi bentuk V lebih baik
untuk memperoleh propulsi yang baik. Faktor yang
lain yang menentukan adalah lebar dari pondasi DAFTAR PUSTAKA
mesin, bila mesin induk kapal terletak di bagian 1. Ferguson, J.M. and Meek, M 1954, The Effect
belakang kapal. On Resistance of Variations in Breadth –
Draught Ratio and Length – Displacement
IV. KESIMPULAN ratio, Transaction of the Institution of Naval
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan Architects, 96. 428.
sebagai berikut : 2. Gertler, M., 1954, A Reanalysis of the
• Untuk kapal barang dengan kecepatan Original Test Data for the Taylor Standard
rendah rpm mesin rendah dan mesin Series.
terletak dibelakang, bentuk V ekstrim 3. Navy Departement The David W Taylor
dibagian belakang dapat dipakai, Model Basin, report 806, Washington.
sedangkan untuk kapal-kapal dengan 4. Guldhammer, H.E and Harvald, Sv,Aa, 1974,
kecepatan tinggi dan rpm tinggi, bentuk V Ship Resistance Effect of Form and
ekstrim dan V sedang dapat dipergunakan. Principal Dimensions (Revised), Akademisk
• Bentuk U di bagian belakang tidak layak Forlag,Copenhagen.
digunakan untuk kapal-kapal twin screw 5. Harvald, SV. AA, 1983, Resistance and
(baling-baling ganda), hal ini disebabkan Propulsion of ship, John Wiley & Sons, New
penambahan tahanan tidak dapat York.
diimbangi dengan penambahan propulsive 6. Lackenby, H. and Parker, M.N, 1960, The
coeffisien, karena adanya distribusi dari B.S.R.A. Methodical Series – An Over all
wake yang lebih merata. Sedangkan Presentation, Varitation of Resistance With
bentuk potongan V lebih cocok untuk Breadth Ratio and Length Displacement
bagian belakang kapal twin screw. Ratio, Transaction of the Royal Institution of
• Dari pembahasan diatas dapatlah Naval Architects,114 . 283.
ditentukan bentuk apa yang akan dipakai.
Para perencana dengan pengalamannya
PERBEDAAN DAYA UNTUK START MAUPUN KERJA NORMAL
DENGAN TENAGA YANG TERCANTUM DALAM NAME PLATE
POMPA AIR
Murni
Program Diploma III Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstract
Murni, in paper handing out with title Difference of Energy for the Start of and also normal job with
energy which is contained in water pump plate name explain sudden the sudden increasing of electrical current
on starting time are the problems on home electrical system witch low electrical power.The problem is that there
are a lot of electric shock experienced in starting time, even the power on name plate still lower than capacity of
installation.From the research shows that, the increase of electric current at starting time, reaches 120 %
aversely, while in normal operation condition, electric current consumption increase up to 60 % from name
plate current.
Abstracts
Suharto, in paper optimize power of ship main engine explain that to use break horse power of main
engine of merchandise vessels, at optimal point will be reduced specific fuel oil consumption (marine diesel oil)
about 2 to 4 g/BHPh, It will minimal 15% the operational cost of ship.
I. PENDAHULUAN
Dengan merebaknya isu krisis bahan bakar Pada diagram gambar 2.1. memiliki
minyak yang ditandai, makin tingginya harga bahan distribusi power seperti pada tabel 2.1. Konsumsi
bakar minyak dunia per barel, akan berdampak bahan bakar spesifik motor penggerak kapal
pada naiknya ongkos operasional alat transportasi. tersebut terlihat pada tabel 2.2.
Terutama untuk transportasi laut yang
menggunakan kapal-kapal berukuran besar dengan Tabel.1.Distribusi power motor induk
motor penggerak kapalnya menggunakan bahan engine mean effetive
bakan minyak ( marine diesel oil). Power
Titik speed Pressure
Salah satu langkah yang diambil oleh
pemilik kapal (ship owners) adalah (r/min) (bar) (kW) (BHP)
mengoptimalkan pemakaian power motor L1 250 18,5 2400 3270
penggerak kapal selama kapal berlayar. Untuk
L2 250 14,8 1920 2610
kapal dengan motor induk yang memiliki power
diatas 3000 Break horse power, penggurangan L3 212 18,5 2040 2790
bahan bakar 2 – 4 g/BHPh akan terasa sekali L4 212 14,5 1650 2220
penghematan yang terjadi, apalagi jika kapal
beroperasi selama lebih 10 tahun. Tabel.2. Konsumsi bahan bakar spesifik
Specific Fuel Oil Consumption
II. DIAGRAM BEBAN MOTOR INDUK
Sebagaimana yang terlihat di bawah ini, Titik 100% 80%
sebuah motor penggerak kapal (main engine) g/Kw h g/BHP h g/kW h g/BHP h
dengan power, rpm dan konsumsi bahan bakar
L1 179 132 178 131
sebagai berikut :
Type main engine : S26MC MAN B&W L2 174 128 173 127
Power : 3270 BHP L3 179 132 178 131
SFOC : 132 g/BHP h L4 174 128 173 127
Bore : 260 mm
Stroke : 980 mm
Agar kapal dapat bergerak, dia dilengkapi
dengan propeller, yang bekerja berdasarkan prinsip
hydrodinamik, disini propeller akan digerakan oleh
motor induk kapal (main engine) dengan
menggunakan transmisi poros (shaft propeller).
Sehingga motor induk /penggerak utama kapal
tersebut di bebani oleh propeller pada suatu range
power tertentu, sesuai dengan krakteristik
pembebanan dari propeller tersebut, dengan
hubungan sebagai berikut :
Pb = c x n3
Keterangan:
Pb : power engine
n : propeller speed
Gambar 2.1. Diagram layout power –speed main c : konstanta
engine.(ref.4.)
Selain beban efektif diatas, juga motor induk P : Kurva propeller, clean hull,
dipersiapkan untuk menerima beban tambahan yang light running
berasal dari penambahan tahanan kapal saat badan Garis 1 : Batas Torque/speed
kapal dipenuhi oleh fouling (pengotoran oleh Garis 2 : Batas mean effetive pressure
binatang yang menempel pada bagian badan kapal Garis 3 : Batas power for continuos
yang tercelup dalam air laut). Cuaca yang jelek saat running
kapal berlayar, seperti saat kapal menghadapi angin Garis 4 : Batas speed/rpm
badai dengan arah yang berlawanan dengan arah Garis 5 : Batas overload
gerak kapal, serta kondisi laut pada jalur pelayaran O : Titik optimal
kapal seperti untuk daerah pelayaran Asia-Pasific A : Titik referensi 100 % rpm
akan terjadi penambahan beban + 10 s/d 15 % dari M : MCR spesifik
power saat mendesain propeller.
Apabila diagram beban propeller IV. MENENTUKAN KONSUMSI BAHAN
direcanakan berada pada daerah pembebanan motor BAKAR
diantara 70 – 90 % , dimana pada daerah beban Berdasarkan peta beban motor induk kapal
tersebut akan mengkonsumsi bahan bakar lebih diatas maka dapat dimasukan dalam diagram
rendah dari yang terlihat dalam tabel diatas. konsumsi bahan bakar spesifik (spesific fuel oil
Dampak Lainnya adalah makin melebarnya area consumption) yang terdapat dalam panduan
perawatan mesin dengan demikin berarti mesin penggunaan motor induk (main engine), berisikan
akan lebih awet. informasi mengenai spesifikasi dan karakteristik
serta tuntunan perawatan motor penggerak kapal,
III. MENENTUKAN TITIK OPTIMAL seperti terlihat melalui gambar 2.3.
DALAM DIAGRAM MOTOR
Titik optimal untuk motor induk berada
dalam batasan wilayah L1,L2,L3,L4 pada layout
engine. Biasanya titik optomal(O)ini dipilih saat
kapal berlayar (service speed) dimana telah terdapat
pengotoran badan kapal oleh Fouling, dan
merupakan perpotongan antara garis beban
propeller (garis P’ pada gambar.1.) dengan kurva
power konstan, melalui titik M (maximum
continuous rating). Dalam hal ini titik Optimal (O)
sama dengan titik 100% rpm motor (A).
Namum titik optimal ini akan selalu berubah
sesuai dengan kondisi pembebanan, misalnya jika Gambar 2.3. Menentukan SFOC motor induk kapal
motor dikopel dengan poros generator, dan (data primer)
menggunakan propeller yang memiliki langkah
tetap (fix pitch propeller). Dalam gambar diagram diatas terlihat bahwa
pada 100 % mep terdapat pengurangan bahan bakar
sebanyak 3,6 g/BHP h dan pada 80% mep sebanyak
4,7 g/BHP h dan pada 50 % mep sebanyak 2,6
g/HP h.
V. KESIMPULAN
Penurunan bahan bakar cukup signifikan
terjadi pada motor penggerak kapal apabila kita
dapat mengoperasikannya pada titik optimum,
dimana pada awalnya motor tersebut memiliki
power nominal MCR ; 3.270,- BHP (100% power),
rpm 250 r/min (100% speed) dengan konsumsi
bahan bakar nominal 132 g/BHPh. Kondisi ini
berubah menjadi power spesifik MCR ; 2.616 BHP
(100% power), rpm 225 r/min (100% speed)
dengan konsumsi bahan bakar 128,4 g/BHPh.
Gambar.2. menentukan titik optimal (O) Pengoperasian motor penggerak kapal pada
80 % MCR, selama kapal berlayar akan terdapat
Keterangan : penurunan bahan bakar sebanyak 4,7 g/BHPh,
P’ : Kurva propeller yang melalui dengan power yang dihasilkan adalah sebesar
titik O, 2.092,8 BHP dengan konsumsi bahan bakar sebesar
P’ : Kurva propeller fouled hull 127,3 g/BHP h, ini setara dengan 266.413,44 gram/
heavy running jam (0,266 Ton/jam). Jika dikalkulasi dengan
perawatan yang terjadi sebesar 20%, maka dengan 3. JE Engstrom, Methode For Selection Of
penghematan bahan bakar 4 % penurunan ongkos Optimum Main Engine, Rome.
operasionalnya akan menjadi lebih dari 15 %. 4. Man B&W, 1991, S26MC, Marine Diesel
Engine.
DAFTAR PUSTAKA 5. Sulzer, , 1992, Performance Data AT25S,
1. Engval LO, Methode For Selection Of Marine Diesel Engine, Winterthur,
Optimum Main Engine, Rome. Switzerland.
2. Harrington, 1992, Marine Engineering,
Sname.
KAJIAN PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI FATTY ALCOHOL DENGAN
TEKNOLOGI PHOTOKATALITIK MENGGUNAKAN ENERGI SURYA
Mohamad Endy Yulianto1, Dwi Handayani1, Silviana2
1
Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang
2
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, UNDIP Semarang
E-mail : endyy@plasa.com
Abstract
Mohamad Endy Yulianto, Dwi Handayani, and Silviana, in paper Study of Glycerin Pitch Waste
Treatment from Fatty Alcohol Industry Based on Palm Oil with Photo Catalytic Technology Using Solar Energy.
That the one of management environmental effect is water pollution controlling which is the one of industry
activity. Glycerin pitch waste water handling in particular organic synthetic dye matter much needed is observed
because of its dangerous impact. There are several dyes which have toxic, as azo dye that contains amino
aromatic ring so need to remove before be introduced to sewage or to environment. Ultra violet ray solar energy
with its photochemistry reaction and catalyst, TiO2 capable to degrade colored matter by oxidation become CO2
and H2O. Photo catalytic is the technology for state which has a lot of solar ray for pretreatment in fatty alcohol
waste water purification process.
Satuan cahaya dalam molar biasa disebut radiasi UV-C mempunyai panjang gelombang
einstein. 1 einstein = 6,02 x 1023 (= 1 mol) foton / minimum 200 nm, maka molekul organik harus
kuanta. Energi cahaya dari panjang gelombang λ menyerap cahaya di atas 200 nm supaya terjadi
(nm) adalah : proses fotolisis (Larson and Weber, 1994). Energi
C 1,196 × 10 5 radiasi ini berhubungan dengan energi eksitasi
E = 6,02 × 10 23 ⋅ h ⋅ = (3) molekul dengan λ = 200 – 700 nm (Jan Kopecky,
λ λ 1992).
Energi sinar UV dan cahaya tampak dapat
Kondisi eksitasi suatu molekul tidak
mengeksitasi elektron suatu molekul dari kondisi
berlangsung lama sampai molekul tersebut kembali
dasar ke kondisi tereksitasi. Sehingga pada
pada kondisi dasar dengan melalui proses fisika
prinsipnya, ikatan dapat diputuskan dengan
berikut :
absorbsi cahaya (Schwarzenbach et al. , 1993).
• Melepaskan energi secara vibrasi dalam
Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
bentuk panas yang dipindahkan ke spesies
Pada reaksi fotokimia, penghancuran
lain.
molekul diawali dengan penyerapan foton (Larson
et al. dalam Tedder and Pohland, 1990). Saat foton • Melepaskan energi dalam bentuk cahaya.
mendekati sebuah molekul, terjadi interaksi antar Proses ini disebut flourosensi dan
medan elektromagnetik yang menyertai molekul. fosforesensi.
Terjadinya perubahan secara fotokimia disebabkan • Memindahkan kelebihan energi kepada
karena energi yang diabsorbsi mengubah molekul molekul lain yang biasa disebut
pada kondisi dasar (ground state) menjadi kondisi fotosensitisasi dan menyebabkan molekul
tereksitasi (excited state) yang tidak stabil. tersebut tereksitasi.
Supaya dapat terjadi penyerapan foton guna Proses kimia yang dialami oleh molekul
mendapatkan kondisi eksitasi, molekul harus tereksitasi untuk kembali ke kondisi dasar
mempunyai pita absorbsi pada spektrum UV- merupakan suatu bentuk tarnsformasi dan juga
cahaya tampak yang mencakup panjang gelombang penyisihan (removal) suatu senyawa
foton tersebut (Larson and Weber, 1994). Karena (Schwarzenbach et al. , 1993). Senyawa-senyawa
baru hasil transformasi dapat termasuk pemutusan
ikatan, penyusunan kembali atau reaksi semikonduktor). Band gap juga diartikan sebagai
intermolekular (Larson and Weber, 1994). kesensitivan panjang gelombang dari
Selanjutnya senyawa-senyawa tersebut akan semikonduktor untuk meradiasi (sophyan,1996).
bereaksi dengan proses fotokimia, kimia atau
biologi. Akibatnya sangat sulit untuk menentukan IV. REAKSI PHOTOKATALITIK
dan mengukur seluruh hasil transformasi fotokimia Photokatalitik secara mendasar didefinisikan
(Schwarzenbach et al. , 1993). sebagai suatu photoreaksi yang reaksinya
Dalam proses fotokimia, kecepatan foton dipercepat dengan keberadaan katalis. Katalis
yang diberikan ke suatu sistem reaksi menentukan mempercepat terjadinya photoreaksi dengan cara
kecepatan fotolisis suatu senyawa fotokimia. Unit berinteraksi dengan susbstrat dalam media atau
fluks cahaya yang sering digunakan dalam dengan hasil utama dari photoreaksi. Dalam reaksi
persamaan kinetika adalah einstein cm –2.det –1/nm . photokatatalitik, tidak ada energi yang disimpan,
Kecepatan fotolisis suatu senyawa kimia dalam yang terjadi hanya percepatan oleh katalis terhadap
larutan pada panjang gelombang : reaksi yang berjalan lambat dengan proses
penyinaran. Beberapa keuntungan yang didapat dari
DC/dt = Ø Ioλ (A/V)Fsλ.Fcλ (4) penggunaan reaksi photokatalitik adalah sebagai
berikut :
Keterangan : • Pengolahan air limbah dilakukan tanpa
Ø : Quantum yield adanya penambahan zat kimia
Ioλ : Intensitas cahaya pada suatu • Tidak diperlukannya pengolahan limbah
sistem reaksi (einstein cm-2 det- secara lanjut
1
) • Proses dapat dilaksanakan pada rentang
A : Luas permukaan yang terpapar pH normal
(cm2) Tipe katalis yang efektif digunakan pada
V : Volume larutan (liter) proses photokatalitik, yaitu oksida logam misalnya
Fsλ : Fraksi cahaya yang diserap oleh ZnO, WO3, Fe2O3, CdSe, SnO2 , tetapi beberapa
sistem penelitian membuktikan bahwa TiO2 yang berada
Fcλ : Fraksi cahaya yang terserap dalam larutan tersuspensi merupakan katalis yang
oleh zat kimia dalam sistem sangat efektif dan efisien digunakan dalam
photokatalitik. Titanium Dioksida (TiO2) yang
III. JENIS PHOTOKATALIS mempunyai “band gap” + 400 nm cahaya, telah
Photoreaksi dengan memanfaatkan banyak digunakan sebagai katalis fotooksidasi
keberadaan partikel semikonduktor disebut karena merupakan semikonduktor yang potensial,
semikonduktor fotokatalis (Sophyan, 1996). sumber transfer elektron, dan stabil untuk radiasi
Fotokatalis dibagi menjadi dua jenis yaitu : pendahuluan (Larson and Weber, 1994). Beberapa
• Catalyzed Photoreaction : dimana keuntungan menggunakan katalis TiO2 seperti
fotoreaksi awal terjadi di dalam molekul dibawah ini :
adsorbat yang kemudian berinteraksi • Proses terjadi pada suhu ambient
dengan substrat katalis pada kondisi dasar • Photokatalitik berjalan langsung tanpa
(ground state). adanya pembentukan produk intermediet
• Sensitized Photoreaction : dimana • TiO2 mempunyai nilai absorbansi
photoreaksi awal terjadi pada substrat maksimum pada panjang gelombang
katalis, substrat tereksitasi itu kemudian pendek
mentransfer elektron atau energi ke • Oksidasi substrat menjadi CO2 berjalan
dalam molekul ground state. secara lengkap
Penelitian photokatalis telah banyak • Proses beroperasi dengan murah
dilakukan, diantaranya oleh Tseng dan Huang • Proses mempunyai kemampuan menjadi
(dalam Tedder and Pohland, 1990) yang industri dengan teknologi detoksi untuk
memanfaatkan semikonduktor dalam upaya mengolah air limbah.
pengolahan limbah organik berbahaya yaitu fenol Beberapa masalah yang ditimbulkan dengan
dengan proses oksidasi fotokatalis. Hasil penelitian adanya penggunaan katalis dalam suatu larutan
menunjukkan bahwa penambahan semikonduktor tersuspensi adalah diperlukannya pengambilan
(TiO2) pada konsentarsi tertentu (1.0 g/l) kembali katalis untuk dipergunakan kembali dalam
berpengaruh pada proses dekomposisi fenol. proses photokatalitik. Beberapa penelitian
Daerah hampa yang terbentang dari pita menyarankan untuk menggunakan penempatan
valensi yang terisi penuh sampai kedasar pita katalis pada suatu gelas yang tidak bergerak dalam
konduksi kosong disebut band gap. Jarak dari reaktor, tetapi hal ini menimbulkan masalah yang
energi gap tertentu antara pita valensi dan pita cukup rumit, karena rendahnya efisiensi akibat
konduksi menentukan panjang dari populasi panas sulitnya transfer massa, selain itu juga mahalnya
pita konduksi (jarak penghantar elektrik dari biaya investasi, sehingga sampai saat ini,
penggunaan katalis TiO2 tersuspensi masih muatan positif h+ akan berpindah menuju area
dipandang sebagai proses yang masih efisien. anoda dari katalis yang berkemampuan untuk
Reaksi fotokimia yang berlangsung pada mengoksidasi HO- membentuk HO* radikal,
permukaan pertikel sangat mungkin untuk kemudian polutan dalam limbah cair akan
dilaksanakan. Semikonduktor fotokimia misalnya, didegradasi oleh HO* radikal tersebut membentuk
dapat berpengaruh dalam air yang mengandung zat tidak berbahaya seperti CO2 dan asam mineral,
oksida – oksida metal yang menyerap panjang sedangkan elektron akan berpindah menuju area
gelombang cahaya matahari seperti ZnO, MnO2, katoda dari katalis dan melakukan setengah reaksi
atau Fe2O3. Hal tersebut dikarenakan reduksi terhadap oksigen dalam limbah cair
semikonduktor oksida jika diradiasi dengan cahaya membentuk H2O, apabila kondisi air limbah tidak
yang panjang gelombangnya mempunyai energi mengandung oksigen yang memadai karena
lebih besar atau sebanding dengan energi “band keberadaan nitrogen dan air limbah mengandung
gap” nya (Larson and Weber, 1994), akan banyak ion logam, maka dalam hal ini elektron
melepaskan dari kondisi pasar pita valensinya diharapkan dapat mereduksi ion logam tersebut,
kekondisi tereksitasi pita konduksi, sehingga dengan catatan bahwa proses reduksi akan terjadi
menghasilkan elektron dalam kondisi tereksitasi jika petensial reduksi dari logam lebih besar dari
pada pita konduksi dan lubang bermuatan positif level terendah dari energi celah. Adapun persamaan
(h+) atau disebut electronic vacancy di tepi pita reaksi dari reaksi oksidasi yang terjadi adalah
valensi (Larson et al. dalam Tedder and sebagai berikut :
Pohland,1990). TiO2 + hv h+ + e-
+ -
Secara umum mekanisme reaksi h + OH HO*
photokatalilit dideskripsikan sebagai berikut : e- + O2 O2-
ketika suatu semikonduktor yaitu katalis tersuspensi
dalam suatu larutan disinari oleh sinar dengan Dengan mekanisme reaksi seperti Gambar 4.1.
energi yang melebihi atau sama dengan band gap Beberapa penelitian dengan menggunakan
dari semikonduktor tersebut, maka pada permukaan photokatalitik membuktikan bahwa proses tersebut
katalis tersebut akan terbentuk pasangan elektron dapat digunakan untuk memecah atau
(e- dan h+). Dalam hal ini semikonduktor yang menghancurkan tipe polutan organik, selain itu juga
digunakan adalah TiO2 dimana mempunyai band dapat digunakan untuk proses pemurnian air,
gap (energi celah) 3,2 eV, sehingga cahaya yang penghancuran bakteri, virus, dan pengambilan
digunakan harus mendekati UV dengan panjang logam dari aliran limbah.
gelombang lebih kecil dari 410 nm. Pada pasangan
elektron yang terbentuk dipermukaan katalis,
V. KESIMPULAN
Teknologi photokatalitik menggunakan DAFTAR PUSTAKA
energi surya bersama TiO2 sebagai katalis 1. Arslan I., Balcioglu I.A., Bahnemann D.W.,
berpotensi menurunkan kandungan COD limbah 2001, Photochemical Treatment Of
industri fatty alcohol, sehingga sesuai standar baku Simulated Dyehouse Effluents By Novel
mutu pembuangan air limbah. TiO2 Photocatalysts : Experience With The
Thin Film Fixed Bed (TFFB) And Double TiO2 Aqueous Solution, Environment
Skin Sheet (DSS) Reactor, Water Science Science Tech Vol. 24 no. 7 Hal. 990-996.
and Technology, 44, 171-178. 5. Kopecky, Jan 1992, Organic Photochemistri
2. Benefield, Larry, 1982, Process Chemistry : A Visual Approach, USA-VCH Pub, Inc
For Water and Wastewater Treatment, Hal 4 – 10.
Englewood Cliff. New Jersey : Prantice Hall, 6. www.nanocorporation.com, TiO2
Inc. Photocatalyst.
3. Borrel, P. 1973, Photochemistry : A Primer, 7. www.newbusiness.com, Seeking New
Great Britain : Adward – Arnold. Application of Photocatalytic Property of
4. D’Oleveira, Jean-Christope, Ghassan Al- Titanium Oxide.
Sayyed and Pierre Pichat, 1990, Photo
degradation of 2 and 3 Chlorophenol In
IMPLIKASI FAKTOR STRUKTURAL
TERHADAP BENTUK BANGUNAN
Taufik Mohamad
Program Diploma III Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstracts
Taufik Mohamad, in paper Implication Of The Structural Factor Toward The Shape Of The Building
explain that structure has an important contribution which should be considered as a key factor that most
influenced the shape and aesthetics of the building.
In the past there were so many constrains as well result of technology limitation. Now the development of
technology all the shape of the building style is possible.
However, the rightness structure is the main thing in building science. Because of that a building has an art
value is the structural building which not only can reflection the impression and strong of the building but
anyway that structure can describe the aesthetic feeling through static balance, giving satisfaction in fulfill
functional need and fulfill economical rules and regulation .
Tabel 2.1. Bahan material dengan sifat dan kesan yang ditimbulkan
MATERIAL SIFAT KESAN PENAMPILAN CONTOH PEMAKAIAN
KAYU mudah dibentuk, juga untuk hangat, lunak, alamiah, untuk bangunan rumah
konstruksi-konstruksi yang menyegarkan tinggal dan bangunan-
ringan; bentuk-bentuk lengkung bangunan kecil lainnya
BATU BATA dinamis, dapat berfungsi praktis banyak digunakan untuk
sebagai dinding pendukung & bangunan perumahan,
dinding pengisi monumen, komersial
SEMEN • dapat untuk exterior dan dekoratif dan masif • bangunan bangunan di
(STUCCO) interior daerah Mediterania
• cocok untuk segala macam • untuk elemen elemen
warna dekorasi
• mudah rata (homogen)
mudah dibentuk
BATU ALAM • tak membutuhkan proses • berat, kasar bahan pondasi dan
• dapat dibentuk, diolah • alamiah struktural, juga dekoratif
• sederhana, informil dan banyak digunakan
untuk bangunan rumah
tinggal
BATU KAPUR mudah bergabung dengan • sederhana • bangunan rumah tinggal
bahan lain,mudah rata • kuat (jika digabung • bangunan ibadah
dengan bahan lain) (katedral di Perancis)
MARMER kaku dan sukar dibentuk • mewah, kuat bangunan-bangunan untuk
• formil menunjukkan kekuasaan,
• agung kemewahan dan kekuatan
BETON hanya menahan gaya tekan • formil, kaku • bangunan-bangunan
• keras monumental
• kokoh • bangunan pemerintahan
BAJA hanya menahan gaya tarik • keras bangunan-bangunan
• kokoh pemerintahan,
• kasar bangunan-bangunan utilitas
KACA tembus pandang, tembus • ringkih hanya sebagai pengisi
cahaya, biasanya digabung • dingin
dengan bahan lain • dinamis
PLASTIC mudah dibentuk sesuai • ringan bangunan-bangunan yng
kebutuhan (karena merupakan • dinamis sifatnya santai
bahan pabrik), dapat diberi • informil
bermacam-macam warna
Bahan yang sama tapi penyelesaiannya dalam bentuk-bentuk monumen dan
berbeda akan menampilkan ekspresi yang berbeda sebagainya.
pula. Atau dengan kata lain, setiap ekspresi dari • Bentuk bangunan secara erat berhubungan
material akan memperlihatkan bagaimana ia dengan skala manusia; selanjutnya
diselesaikan. Setiap ekspresi dari material secara diusahakan untuk mendapat kesenangan
langsung akan berhubungan dengan persepsi fisik dan non-fisik dari bentuk itu sendiri.
seseorang; dan akan menghasilkan asosiasi yang Hal ini menjadi dasar perencanaan bentuk
berbeda pula. ruang-ruang dalam bangunan.
Dibawah ini dapat dilihat adanya beberapa Bentuk bangunan yang berfungsi secara
macam bahan material yang memiliki sifat dan lahiriah mengungkapkan maksud dan tujuan
kesan yang ditimbulkannya, antara lain : bangunan, disertai dengan pengertian ilusinya.
Dengan demikian, pemilihan bahan bangunan yang Dalam hal ini ada faktor-faktor yang ikut berperan
akan diterapkan sebagai penutup struktur untuk dalam mewujudkan bentuk bangunan, antara lain :
mendapatkan suatu keselarasan mengenai sistem
konstruksi yang akan dipergunakan, termasuk 4.1. FUNGSI
dalam pengertian “intuisi struktur” disamping Batasan fungsi secara umum dalam ilmu
“teori struktur” sebagai faktor-faktor penentu bangunan adalah pemenuhan terhadap aktifitas
perencanaan struktur. Pengertian secara intuisi yang manusia, tercakup didalamnya kondisi alami.
dimaksud, yaitu pada waktu mempertimbangkan Sedangkan bangunan yang fungsional ialah
struktur; beberapa syarat misalnya : mengenai bangunan yang dalam pemakaiannya memenuhi
bahaya-bahaya akibat pergantian suhu, pengaruh kebutuhan secara tepat dan tidak mempunyai unsur-
lingkungan, pertimbangan beaya, metode unsur yang tidak berguna.
konstruksi dan pemilihan bahan bangunan, masuk Aktifitas timbul dari kebutuhan manusia,
didalam pertimbangan. baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani; seperti
Sesudah semua masalah-masalah tersebut kebutuhan kegiatan, cahaya, udara, kebahagiaan,
diatasi, barulah digunakan rumus-rumus teori perlindungan, kesejukan, kenyamanan, dan lain
struktur untuk mendapatkan ketepatan perhitungan sebagainya; yang kesemuanya ini harus sesuai
struktur tersebut secara lebih teliti. dengan sifat kegiatan yang diinginkan.
Implikasinya, pemikiran yang didasari oleh
IV. PERANAN STRUKTUR, FUNGSI, kegiatan manusia sebagai mahluk yang berakal
ESTETIKA DAN IMPLIKASINYA didunia melahirkan fungsi yang terwujud dalam
Schopenhauer, seorang arsitek menyatakan bentuk untuk menampung kegiatan manusia.
:”Keindahan ialah yang struktural “, sedang Pemikiran ini diperkuat oleh adanya pernyataan,
menurut Socrates :”Keindahan ialah bentuk yang bahwa “bentuk lahir karena ada sesuatu kekuatan
fungsional “ atau “ Form Follow Function”. yaitu kegiatan”.
Sistem estetika merupakan pengembangan dari Jadi kegiatan manusia merupakan kekuatan
teori-teori yang terdapat pada alam ini, yang yang mewujudkan bentuk. Dengan demikian,
sesungguhnya bila dijabarkan lebih lanjut, didapat semakin tinggi kebudayaan manusia semakin
dari pengalaman-pengalaman empiris dan banyak cabang kegiatan; yang berarti semakin
kebiasaan melihat bentuk-bentuk alam yang terjadi rumit pula fungsinya.
sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya. Oleh sebab itu manusia secara naluri
Prinsip yang sama berlaku pada berkeinginan agar bentuk-bentuk bangunan
perencanaan-perencanaan bangunan, dimana mencerminkan identitas fungsinya, atau dengan
bentuk-bentuk dasarnya harus diberikan untuk kata lain bentuk bangunan bergantung fungsinya.
melayani kebutuhan-kebutuhan aktifitas manusia. Fungsi sendiri dapat berkembang dan berubah.
Istilah bentuk dalam ilmu bangunan selalu Disebut berkembang bila fungsi tunggal menjadi
dirangkaikan dengan kata bangunan, menjadi istilah fungsi ganda, yaitu misalnya lobby suatu bangunan
“bentuk bangunan”, dimana ada beberapa menjadi ruang pameran sekaligus. Berubah bila
pengertian menyangkut istilah ini; antara lain : fungsi berganti; sebagai contoh Hotel menjadi
• Bentuk bangunan merupakan ruang yang Apartement atau Kantor. Dimana berkembangnya
dibangun didalam, pada atau diatas tanah dan berubahnya fungsi tergantung dari waktu dan
yang diberi penutup berupa atap dan lebih masyarakat.
sempurna lagi bila ditutup oleh dinding-
dinding. 4.2. SIMBOL
• Bentuk bangunan ditinjau dari fungsi Semakin lama manusia sangat
pemakaiannya dikelompok-kelompokkan memerlukan identitas baik bagi dirinya maupun
sebagai bentuk tempat bekerja, bentuk bagi benda-benda yang ada disekelilingnya. Pada
tempat berkumpul, beramah tamah, kenyataan sehari-hari kebutuhan akan identitas
menempatkan barang-barang, bersemedi, tersebut ditampilkan secara gamblang atau dengan
menghormat dan mengenang pahlawan simbol-simbol; baik simbol yang agak tersamar
yang menyatakan peran dari suatu bentuk, simbol
metaphor ataupun simbol sebagai unsur pengenal V. KESIMPULAN DAN CATATAN
secara fungsional dan lambang. 5.1. Kesimpulan
Dalam ilmu bangunan, pengenalan simbol Struktur bukanlah satu-satunya faktor utama
tersebut merupakan suatu proses yang terjadi pada yang mewujudkan bentuk bangunan, karena masih
individu dan pada masyarakat. Melalui panca ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan hal
indera, disini indera penglihat lebih berbicara; tersebut diatas, seperti :
manusia mendapat rangsangan yang kemudian • Fungsi atau kegunaan, juga merupakan
menjadi pra-persepsi, terjadi pengenalan obyek atau faktor yang sama pentingnya dalam
fisik; selanjutnya terwujud persepsi. Persepsi ini melahirkan bentuk bangunan.
sangat dipengaruhi oleh pengalaman termasuk • Simbol, yang dapat lahir atas prakarsa dan
pengalaman pendidikan yang menentukan tingkat daya bercitranya sang Arsitek maupun
intelektual manusia. Setelah itu terjadilah proses hadir dari nilai-nilai masyarakat
penyesuaian diri. Tingkat penyesuaian ini berbeda- • Jenis, macam bahan bangunan dan
beda pada setiap individu. Ini juga diakibatkan pada teknologi yang terus berkembang,
pengalaman dan tingkat intelektual yang berbeda sehingga menciptakan kemungkinan yang
pula. Meskipun demikian, masih ada sesuatu dasar lebih luas dalam mendukung estetika.
yang sama pada tiap individu yang tergabung dalam
suatu kelompok masyarakat, yaitu “kebudayaan”. 5.2. Catatan
Inilah yang lebih membuka kemungkinan Sesuai dengan disiplin ilmu bangunan yang
bagi suatu masyarakat untuk menghasilkan meliputi pengetahuan (knowledge), keahlian (skill)
penilaian yang sama. Implikasinya, Arsitek sebagai serta seni (art); ada beberapa hal yang patut dicatat
pewujud bentuk, dapat menampilkan simbol dan antara lain :
menggunakan bentuk simbolis untuk menyajikan • Struktur bangunan dapat ditonjolkan, jika
pengalaman keindahan yang mendalam sesuai dipakai sistem yang sama bagi seluruh
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, bangunan.
sehingga mudah dikenal oleh masyarakat. Simbol • “Pakaian” yang diberikan pada bangunan
dapat pula timbul dari gagasan murni sang Arsitek, harus dipilih agar tidak menutupi sistem
tergantung pada kemampuan dan citra Arsitek strukturnya, atau sedikitnya jangan sampai
untuk mengeluarkan hal-hal yang baru; karena mengelabui bentuk struktur yang
dalam dunia arsitektur juga dibutuhkan suatu sebenarnya.
penekanan kebutuhan simbol dalam perancangan. Akhirnya, perlu kita renungkan ucapan seorang
Simbol tadi mungkin dapat diterima dan ahli bangunan Schopenhauer : “Jika kita sanggup
diakui oleh masyarakat setelah melalui proses memperlihatkan perjuangan antara kekuatan bahan-
adaptasi yang membutuhkan waktu yang relatif bahan struktural melawan gravitasi, maka ekspresi
lama. struktur mendekati sempurna”.
4.3. TEKNOLOGI STRUKTUR DAN BAHAN
Merupakan faktor yang penting dalam ilmu DAFTAR PUSTAKA
bangunan; dimana tidak menjadi soal jenis ataupun 1. Boedojo, Poedio dkk, 1986, Arsitektur,
macam bangunannya. Apakah yang dibangun Manusia, Dan Pengamatannya, Djambatan
hanya berupa atap sederhana, berupa ruangan besar Jakarta.
untuk beribadah, berdagang, ataupun kantor 2. Frick, Heinz. Ir, 1991, Rumah Sederhana
misalnya. Bahan yang digunakan harus disusun dan Kebijaksanaan Perencanaan Dan
dikonstruksikan dalam jumlah tertentu menjadi Konstruksi, Kanisius Yogyakarta.
bangunan yang kuat dan berdiri tegak melawan 3. Hendraningsih dkk, 1985, Peran, Kesan
kedahsyatan alam, hujan, angin, panas terik Dan Pesan Bentuk-bentuk Arsitektur,
matahari, gempa dan sebagainya. Djambatan Jakarta.
Strukturpun mengandung keindahan, karena 4. Iskhar, H.K, 1992, Pedoman Umum
struktur dibuat berdasarkan hukum keindahan. Merancang Bangunan, PT. Gramedia
Dengan majunya pengetahuan manusia, struktur Pustaka Utama Jakarta.
mengalami perkembangan yang pesat, baik sistem 5. Siegel, Curt, 1962, Structure & Form In
konstruksinya maupun metode membangunnya. Modern Architecture, New York,
Implikasinya kemungkinan untuk menciptakan Reinhold Publishing Corporation.
berbagai bentuk bangunan dengan struktur yang
kuat dan indahpun makin bertambah lebar.
OPTIMASI KAPASITAS PENGIRISAN YANG BAIK
PADA BAWANG MERAH BESAR
DENGAN MESIN PENGIRIS BAWANG MERAH VERTIKAL
Sutomo, Rahmat
Program Diploma III Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstracts
Sutomo, Rahmat, in paper optimize capacities of shallot slice at vertical knife shallot Mincer machine
explain that Onion is special agriculture product in Brebes near Tegal Village. More production of these onions
some times have a little problem to their product. Because the price can turn down bellow the breakever cost, so
better they don’t sell it. But time to times this product will be out of date. So better they slice and fry these onion,
in order to increase the profit. Base on this condition, we make this machine and done this research in order
would like to know the optimum capacity base on big onion about more than 2,5 cm diameter, the result of our
research is optimum capacity 0,045 kg per second, base on cutter rotation is 145 rpm, and cutter angle is 4O.
these onions can slice with a good thickness of fry.
Key word : Onion vertical slicing machine, Slicing capacity, thickness slicing, cutter angle.
Sesuai dengan Tabel 1 data yang diperoleh, gorengannya matang merata. Dari table 3 pada θ =
pada sudut pisau iris θ = 5O hasilnya irisan akan 3O, terlihat irisannya sangat tipis dan hancur,
tebal sekitar 1,4 mm, apabila digoreng akan perlu kadang-kadang nyelip menyambut sehingga
waktu lebih lama dan minyak lebih banyak karena mengganggu irisan selanjutnya.
ketebalannya berlebih. Walaupun kapasitas irisan Dari gambar 2, ternyata sebaiknya
akan besar karena waktu pengirisan jadi kecil. Pada digunakan sudut iris θ = 4o sehingga kapasitas
sudut θ = 4o didapat hasil irisan bagus, tipis merata optimumnya adalah (0,45 + 0,022) kg/detik.
sekitar 0,5 – 0,8 mm sesuai Tabel 2. Hasil irisan ini
ideal untuk digoreng cepat, sedikit minyak goring,
V. KESIMPULAN DAN SARAN 3. Stolk. J. Ir. Kros, C. Ir, 1997, Elemen Mesin
Setelah dilakukan penelitian pengirisan Elemen Konstruksi Bangunan Mesin, Edisi
bawang merah yang besar (> 2,5 cm) dengan mesin ke-21, Penerbit Erlangga, Jakarta.
pengiris bawang merah berpisau vertikal pada 4. Sularso, 1997, Dasar Perencanaan dan
putaran rotor cutter 145 rpm, 0,18 kw, diperoleh Pemilihan Elemen Mesin, Cetakan ke-9, PT.
kapasitas optimum (45 + 0,2) . 10-3 kg/detik dengan Pradya Paramita, Jakarta.
sudut pisau iris 4o adalah sudut yang paling baik. 5. Zemanskey, Sears, 1962, Fisika Untuk
Universitas 1, Mekanika, Panas dan Bunyi,
Cetakan PT. Bina Cipta, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurmi R. S, Gupta J. K., 1982, A Text Book
of Machine Design, Eurasia Publishing House
(Pvt) LTD, New Delhi.
2. Rachman, Maman. Drs., 1996, Konsep dan
Analisis Statistik, CV. IKIP Semarang Press,
Semarang.
PENGARUH TIROSIN ,ASAM ASKORBAT,ENZIM POLIFENOL, XIDASE
(PPO) TERHADAP PERUBAHAN WARNA KENTANG
Wahyuningsih
Program Diploma III Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstracts
Wahyuningsih, in paper influence of tirosin, askorbat acid, polifenol and xidase to colour changed of
potatoes explain that The influence of tyrosin, ascorbic acid, enzyme activity (PPO) in potatoes have determined
by spectrophotometric method and theirs relatation change colour chart methode. Two varietas were used in this
exprimed subsequently, Wonosobo and Tawangmangu. Discoloration change that occurred in two varietas is
caused by enzymatic reaction and non enzymatic reaction, but for Wonosobo variety non enzymatic reaction the
dominand role
Keterangan :
0 = kuning
1 = kuning kecoklatan sanagt pucat
2 = coklat sangat pucat
3 = coklat pucat
4 = coklat
5 = coklat keabuan
Tabel 3.4. Hubungan antara kadar tirosin,asam askorbat, aktivitas ezim dan perubahan warna kentang
Parameter Sampel Varietas
Wonosobo Tawangmangu
Kadar Tirosin 1 23,94 16,54
2 16,88 20,32
3 26,14 26,32
4 29,30 36,02
Kadar Asam Askorbat 1 5,100 1,629
2 7,714 2,182
3 6,171 2,114
4 6,386 1,500
Aktifitas spesifik unit/mg 1 9,042 26,98
2 9,042 21,53
3 18,730 23,47
4 18,040 24,08
Perubahan Warna (menit) 1 0- .> 5 2->4
2 0- > 5 2-> 4
3 0->5 2-> 4
4 0->5 2->4
Untuk melihat reaksi non enzimatik pada varietas Wonosobo dapat dilihat dari tabel 3.5.
Abstracts
Saiful Manan, in paper control system with set-off define at steady state using kompuer explain that
automatic control systems have the develope which enough mean with growth of science and technology. this
control systems Theory give the easier to design the system to get the performance from system dinamics,
heightening quality and fast produce that is by regulasi at functioning kontroller or kompensator to maintain the
certain circumstance [is] such as those which wanted if system get sinyal trouble from outside system and also
from within system xself.
set-off of condition of steady state is one other require to be considered in system dynamics so that a value
finally can be arranged at time moment come to infinite. By exploiting this matter computer can be done with
interest easy to and respon which quickly.
computer exploiting done for the adjust of set the point or referens so that obtained set off is equal to zero.
Berdasar pada sinyal input dikenal sistem III. SISTEM KONTROL DENGAN
servomekanik dan sistem regulasi. Pada sistem MEMPERHATIKAN ‘SET-OFF’ KONDISI
servo sinyal masukan (yang berupa 'setpoint') TUNAK (STEADY STATE)
terjadi perubahan dan jika tidak terdapat Pada gambar 2.1. terlihat bahwa dalam
gangguan maka output akan mengikuti sinyal sistem pengaturan loop tertutup terdiri dari elemen
input. Sedangkan pada sistem regulator sinyal umpan maju (feed forward) yaitu plan dan kontroller
input ('setpoint') adalah tetap atau tidak ada serta elemen umpan batik (feed back). Pada
perubahan. Sistem regulator ini banyak sekali umumnya jenis-jenis kontroller adalah
digunakan pada industri misalnya pengaturan • Kontroller proposional adalah jenis
temperatur, kecepatan aliran cairan, tinggi kontroller yang memberikan suatu nilai
permukaan dan sebagainya. dalam bentuk konstanta yang besarnya
Dalam merancang atau analisa sistem dapat diubah sesuai dengan yang
dengan menggunakan metoda-metoda sistem diinginkan.
kontrol ada 4 karakteristik dasar sistem yang • Kontroller integral adalah jcnis kontroller
hares diperhatikan yaitu yang menghasilkan keluaran yang bersifat
• Kestabilan sistem yaitu dengan masukan integratif, keluarannya mempunyai sifat
terbatas maka keluaran sistem juga harus superposisi dari sinyal sebelumnya.
terbatas. • Kontroller derivatif adalah jenis kontroller
• Kondisi transien, yaitu karakteristik yang keluarannya mengurangi sinyal
masukan secara terus-menerus sinyal mendekati suatu harga tertentu saat t (waktu)
masukan. Dalam realisasinya kontroller ini menuju tak hingga adalah sama dengan perilaku
tidak pernah berdiri sendiri karena akan sF(s) disekitar s = 0 maka berlaku
memberikan impuls yang sangat tinggi. lim f (t ) = lim sF ( s )
Untuk memperoleh performans/kinerja yang t →∞ s →0
baik biasa digunakan gabungan dari masingmasing Error kondisi tunak saat t menuju tak
kontroller di atas, rnisalnya kontroller PI hingga ess didefinisikan sebagai harga e(t) yang
(proposional integral), PID (proposional integral mendekati harga tertentu saat t menuju tak hingga
derivatif) yaitu gabungan antara kontroller maka berlaku
proposional, integral dan derivatif. ess = lim e(t ) = lim sE ( s)
t →∞ s →0
Pengaruh masing-masing jenis kontroller di
atas terhadap respon sistem terhadap masukan atau K 2 ( sT1 + 1)
e ss = lim − .s.N ( s )
gangguan baik dari luar maupun dalam sistem akan t →∞ ( sT1 + 1)( sT2 + 1) + K ( s ).K 1 K 2
dibahas sebagai berikut. Karena sistem fisis harus Jika N(s) adalah gangguan berupa fungsi step A/s
dinyatakan dalam model matematis bentuk maka
transformasi Laplace maka berlaku superposisi, K 2 ( sT1 + 1) A
untuk menganalisa pengaruh gangguan terhadap ess = lim − .s. (1)
t → ∞ ( sT1 + 1)( sT2 + 1) + K ( s ).K1K 2 s
sistem dianggap masukan R(s) adalah nol dan sinyal
gangguan N(s) adalah gangguan yang berupa fungsi Dengan menggunakan persamaan di atas
step (A/s), A adalah konstanta, s adalah notasi maka dapat dihitung error ‘ set-off ‘ kondisi tunak
operasi matematis Laplace, kontroller K(s) dan dari berbagai jenis kontroller.
untuk memudahkan diambil sistem plan terdiri dari Pada makalah ini diambil kotroller
G1(s) dan G2(s). Proposional Integral derivative atau PID.
Gl(s) = Ki/( sTi + t) Kontroller PID mempunyai model matematis
G2(s) = K2/( sT2 + 1 ). dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Dari gambar 3.1. terlihat bahwa karena 1
K c ( s ) = K p (1 + + sTd )
dianggap R(s) = 0 ; maka C(s) = -E(s), sehingga sTi
dari loop tertutup pada gambar 2 dapat ditentukan Dengan memasukan nilai Kc(s) pada persamaan
fungsi transfer sistem sebagai berikut C(s)/N(s) : (1) maka diperoleh persamaan :
K2
ess = lim − x
s → 0 sT2 + 1
K 2 (sT1 + 1)(sT2 + 1) A
.s
⎛ 1 ⎞ s
Gambar 3.1. Diagram blok sistem kontrol dengan (sT1 + 1)(sT2 + 1) + K1 K 2 K p ⎜⎜1 + sTd + ⎟
⎟
kontroller K(s) ⎝ sT j ⎠
=0
C (s) G2 ( s)
Dari gambar 2 = N (s)
N ( s ) 1 + K ( s)G1 ( s )G2 ( s ) Dari perhitungan diatas terlihat bahwa pada
G2 ( s ) controller PID bisa dibuat error (penyimpangan)
C (s) = N ( s) kondisi tunak sama dengan nol selain mempunyai
1 + K ( s)G1 ( s )G2 ( s) respon dan kestabilan yang lebih baik disbanding
Maka kotroller integral (PI) maupun controller derifative
G2 ( s ) (PD).
E (s) = − N (s)
1 + K ( s )G1 ( s)G2 ( s)
IV. PENGGUNAAN KOMPUTER DALAM
SISTEM KONTROL DENGAN
Dengan memasukan nilai-nilai G1(s) dan G2(s)
MEMPERHATIKAN KESALAHAN
diperoleh :
(SET-OFF) SAAT KONDISI TUNAK
K2 Pada system ini komputer tidak langsung
sT2 + 1 mengendalikan sistem, namun komputer hanya
E ( s) = − N ( s)
K1 K2 menentukan harga referensi R1, R2 seperti dalam
1 + K ( s ). .
sT1 + 1 sT2 + 1 gambar 4.1. Realisasi gambar 4.1. dapat
digambarkan dalam bentuk diagram blok seperti
K 2 ( sT1 + 1) pada gambar 4.2. Dengan asumsi bahwa kecepatan
E (s) = − N (s)
( sT1 + 1)( sT2 + 1) + K ( s ).K1K 2 sinyal gangguan pada sistem lebih lambat dari
kecepatan pengolahan data mikrokomputer dan
Sesuai dengan teorema harga akhir dari dengan menambahkan kontroler diskrit PI
teorema transformasi Laplace yaitu bahwa f(t) akan (proporsional Integral). Digunakan kontroler PI
karena kontroler PI akan menghasilkan offset Diagram blok sistem fisis diatas dapat
sama dengan nol, sehingga dengan menggunakan digambarkan seperti gambar berikut dalam
kontroler ini diinginkan ‘offset’ sama dengan nol. diagram blok matematis seperti pada gambar 4.3.
Prinsip kerja dari sistem tersebut adalah sebagai dan rangkaian pengubah analog ke digital (A/D).
berikut. Kd(s) adalah kontroler yang dapat Diambil kontroler analog ini adalah kontroler
direalisasikan dalam bentuk sinyal diskrit, proporsional Kp(s)karena kontroler ini
krontroler ini berfungsi untuk menghilangkan menghasilkan kesalahan yang besar.
kesalahan ‘offset’ yang terjadi pada sistem kontrol Mikrokomputer mengolah data perbedaan
analog terhadap adanya gangguan yang terjadi sinyal keluaran C(s) dan data ‘set point’ S(s) untuk
dalam sistem. menentukan ‘set point’ ke kontroler analog R(s)
Sinyal terukur output C(s) disamping sedemikian rupa sehingga diperoleh C(s) = S(s)
dikirimkan ke kontroler analog juga dikirim ke atau E(s) = S(s)-C(s), sehingga kita bisa mengatur
mikrokomputer melalui rangkaian ‘multiplexer’ kesalahan dengan,
e(min) < e(t) < e (maks)
dimana e minimum dan e maksimum adalah batas r (k ) = r (k − 1) + K p [c(k − 1) − c(k )] + K i [s(k ) − c(k )]
kesalahan yang bisa ditentukan sebelumnya.
Persamaan dapat direalisasikan dalam bentuk
⎛ 1 ⎞ diskrit maupun program komputer.
K d ( s ) = K pd ⎜⎜1 + ⎟
⎝ sTi ⎟⎠ Yang perlu diperhatikan bahwa dalam
Dengan menggunakan persamaan (1) maak dapat menentukan konstanta-konstanta ini harus dipilih
dihitung kesalahan pada kondisi tunak sebagai yang sedemikian rupa sehingga kondisi tunak
berikut : dapat dicapai dalam waktu secepat mungkin
seperti yang diinginkan yaitu dengan
E ( s ) = −C ( s )
memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam
K 2 ( sT1 + 1) sTi A
= −. .s. perancangan sistem kontrol misalnya metoda Root
sTi ( sT1 + 1)( sT2 + 1) + [(K d + 1)sTi − 1]K1 K 2 .K p s
Locus, Routh-Hurwitz dan sebagainya sehingga
Maka kesalahan (‘setoff’) pada kondisi tunak pemilihan komponen pendukung bukan
adalah dengan mengambil limit diatas yang adalah didasarkan pada metoda coba-coba atau bongkar
ess = lim s.E ( s) pasang.
s→0
K 2 ( sT1 + 1) sTi A
= lim − . .s.
s →0 sTi ( sT1 + 1)( sT2 + 1) + [(K d + 1)sTi − 1]K1 K 2 .K p s
V. KESIMPULAN
=0 Dari uraian diatas dapat diambil
Berdasar perhitungan di atas terlihat bahwa kesimpulan sebagai berikut :
controller proposional jika tanpa Kd akan terjadi • Pada sistem kontrol dengan kontrol
set-off atau set-off mempunyai nilai tertentu tetapi proporsional maka setoff akan mempunyai
dengan tambahan Kd yang dipasang cascade set- nilai apabila terjadi perubahan set point
off bisa diperkecil bahkan berharga nol. Algoritma atau adanya gangguan.
controller proposional integral Kd(s) adalah • Dengan penambahan kontrol pembantu
merupakan controller dalam bentuk diskrit. Model yaitu dengan menggunakan set point pada
matematis controller proposional integral tersebut komputer maka setoff dapat dihilangkan
adalah : atau sama dengan nol.
1 t • Dalam menentukan kosntanta-konstanta
r (t ) = K p e(t ) + ∫0 e(t )dt
Ti kontroler harus dipilih yang baik atau
linier sehingga kondisi tunak bisa dicapai
dalam waktu secepat mungkin seperti yang
diinginkan yaitu dengan memperhatikan
Dengan operator diskrit maka diperoleh : kaidah-kaidah yang berlaku dalam sistem
kontrol misalnya root locus, bode dan
⎡ 1 k ⎤ sebagainya.
r ( k ) = K p ⎢e( k ) + ∑ e( n ) ⎥
⎣ Ti n = 0 ⎦ • Dalam merancang suatu sistem kontrol
Jika Ki = Kp(T/Ti), maka otomatik sebaiknya memperhatikan
k kaidah-kaidah sistem kontrol otomatik
r ( k ) = K p e( k ) + K i ∑ e ( n ) untuk memperolah hasil yang sesuai
n =0
dengan yang diinginkan atau tidak
Dan jika terdapat tunda sekali maka menggunakan metode coba-coba.
k
r (k − 1) = K p e(k − 1) + Ki ∑ e(n − 1)
n=0 DAFTAR PUSTAKA
Dengan mengurangkan antara k dan k-1 maka 1. Katsuhiko Ogata, 1991, Teknik Kontrol
Otomatik, Jilid 1 & 2, Erlangga, Jakarta.
r (k ) = r (k − 1) + K p [e(k ) − e(k − 1)] + Ki e(k ) 2. Charles L. Phillips, Royce D. Harbor, 1996,
Sistem Kontrol Lanjutan, Prenhelindo,
Dari diagram blok terlihat bahwa : Jakarta.
e( k ) = s ( k ) − c ( k ) 3. William H. Hayt Jr., 1993, Elektromagnetika
e(k − 1) = s(k − 1) − c(k − 1) Teknologi, Erlangga, Jakarta.
Dengan substitusi persamaan di atas maka 4. Institut Teknologi Bandung, 1995, Seminar
diperoleh persamaan : And Workshop On Power System
Dynamics And Control, Institut Teknologi
r (k ) = r (k − 1) + K p [s(k ) − c(k ) − s(k − 1) + c(k − 1)] Bandung, Bandung.
5. Erwin Kreyszig, 1988, Advanced
+ K i [s (k ) − c(k )] Engineering Matematics, John Wiley &
Sons.
Karena S adalah set point sehinggai s(k) = s(k-1)
maka
OPTIMASI KECEPATAN POTONG MESIN BOR
MAGNET ELECTRIC TYPE JCA 2 – 23
TERHADAP BAJA KARBON ST 60
Juli Mriharjono
Program Diploma III Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstract
Juli Mriharjono, ini paper optimize cutting speed of electromagnetic bor machine type JCA 2-23 to ST 60
carbon steel explain that the construction of many kind of equipment were produced by fabrication factory and
used Magnetic Bor Engine. Mainly materials of those equipment are steels, base on this condition so we choose
St 60 would like to research. The high cutting speed will cause increasing the problem, such as decreasing of life
time of machine or tools, needing more fluid cooling. The low cutting speed will cause increasing the production
cost because will take more times to finishing the target. Base on this reason so we would like to research to
know the effective of cutting speed for material St 60. The result of this research is the effective of cutting speed
at 5,478 mm/minute.
Key word: Magnetic Bor Engine, Cutting speed, Bor Broke, Bor Time.
Tabel 5.2. Data pengukuran kecepatan pengeboran dan analisa pada baja karbon St 60
(K 460 Amutit S) kelompok A1
No. Uji
Kecepatan pengeboran
(MD) mm/menit
[MD − MD] [MD − MD]2 Standar deviasi
(Std)
1 5.26 0.248 0.062
2 3.57 -1.442 2.079
3 4.38 -0.632 0.399
4 5.03 0.018 0.000
5 4.62 -0.392 0.154
A1 0.661
6 5.15 0.138 0.019
7 5.62 0.608 0.370
8 5.19 0.178 0.032
9 5.59 0.578 0.334
10 5.71 0.698 0.487
Jumlah 50.12 3.936
Tabel 5.3. Data pengukuran kecepatan pengeboran dan analisa pada baja karbon
St 60 (K 460 Amutit S) kelompok A2
No. Uji
Kecepatan pengeboran
(MD) mm/menit
[MD − MD] [MD − MD]2 Standar deviasi
(Std)
1 3.61 -1.802 3.247
2 5.67 0.258 0.067
A 2 3 5.61 0.198 0.039 1.032
4 6.18 0.768 0.570
5 5.99 0.578 0.334
Jumlah 27.06 4.257
Tabel 5.4. Data pengukuran kecepatan pengeboran dan analisa pada baja karbon
St 60 (K 460 Amutit S) kelompok A3
No. Uji
Kecepatan pengeboran
(MD) mm/menit
[MD − MD] [MD − MD]2 Standar deviasi
(Std)
1 4.65 -0.93 0.86
2 5.88 0.30 0.09
3 4.67 -0.91 0.83
A3 0.739
4 5.98 0.40 0.16
5 5.94 0.36 0.13
6 6.39 0.81 0.66
Jumlah 33.51 2.73
Tabel 5.5. Data pengukuran kecepatan pengeboran dan analisa pada baja karbon
St 60 (K 460 Amutit S) kelompok A4
No. Uji
Kecepatan pengeboran
(MD) mm/menit
[MD − MD] [MD − MD]2 Standar deviasi
(Std)
1 5.71 -0.196 0.038
2 5.90 -0.006 0.000
A 4 3 6.19 0.284 0.081 0.257
4 5.60 -0.306 0.094
5 6.13 0.224 0.050
Jumlah 29.53 0.263
7
Kecepatan Pengeboran
6
5
( mm/menit )
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12
Nomor Pengujian
A1 A2 A3 A4