Uka Kusnadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Jalan Raya Pajajaran Kav. E-59, Bogor 16143
negeri sehingga volume impor tidak begitu pengendalian penyakit, serta perbaikan
besar, rata-rata hanya 8.000 ton/tahun. efisiensi usaha maka usaha peternakan di
Namun mulai tahun 1998 impor daging Indonesia sudah dapat memanfaatkan
terus meningkat, bahkan pada tahun 2000 pasar lokal yang begitu potensial, yang di-
telah mencapai 72.295 ton, tetapi pada cerminkan oleh permintaan yang makin
tahun-tahun berikutnya mulai menurun meningkat sejalan dengan membaiknya
sehingga pada tahun 2004 impor daging kesejahteraan dan ekonomi masyarakat.
hanya 50.250 ton. Sejalan dengan itu,
volume impor sapi bakalan untuk pengge-
mukan makin meningkat, seiring dengan Potensi Pasar
peningkatan permintaan dan didukung
oleh adanya kebijakan impor sapi bakalan Pada tahun 2004, impor sapi potong
yang dimulai sejak tahun 1991. Pada saat mencapai 235.800 ekor dan daging sapi
itu, impor sapi bakalan mencapai 12.500 50.250.400 ton ekuivalen 125.625 ekor sapi.
ekor dengan kenaikan rata-rata 98,5%/ Bila jumlah ini sepenuhnya akan dipenuhi
tahun. Pada tahun 1996, sebelum krisis dari dalam negeri maka sedikitnya diper-
moneter, volume impor telah mencapai lukan tambahan sapi induk 500.000 ekor
367.000 ekor. Pada tahun 2000-2003, impor sehingga total populasi bertambah 1-2 juta
sapi bakalan menurun dari 267.700 ekor ekor. Sementara itu bila dalam 5 tahun
menjadi 208.000 ekor (7,33%/tahun), mendatang konsumsi daging rata-rata
namun pada tahun 2004 meningkat lagi meningkat dan mencapai 8,9 kg/kapita/
menjadi 235.800 ekor. tahun maka diperlukan tambahan populasi
Dengan prakiraan laju pertumbuhan (induk, sapihan dan bakalan) 2-3 juta ekor.
ekonomi 6,3% dan laju pertumbuhan Gambaran ini menunjukkan bahwa prospek
penduduk 1,45%/tahun dalam 5 tahun ke industri peternakan, khususnya ruminan-
depan, maka konsumsi daging akan me- sia (sapi, kerbau, domba, kambing) di In-
ningkat dengan laju 5,8%, untuk telur 6,2%, donesia cukup menjanjikan. Bila dalam 5
dan susu 7-8%/tahun. Dengan memper- tahun mendatang kebijakan diarahkan
hatikan preferensi konsumen, tampaknya untuk melakukan substitusi impor secara
laju permintaan daging sapi/kerbau dan selektif maka sedikitnya diperlukan keter-
ayam setingkat lebih tinggi dibanding laju sediaan lahan dan atau pakan untuk me-
permintaan daging kambing/domba dan menuhi penyediaan pakan akibat pe-
babi, dan pada telur tampaknya telur ayam nambahan populasi sebanyak 3-5 juta ekor.
ras lebih tinggi lajunya.
Dengan ketersediaan sumber daya
alam dan genetik yang dimiliki Indonesia, Potensi Sumber Daya Alam
sebenarnya melalui inovasi dan rekayasa
teknologi di bidang peternakan dapat Sampai saat ini masih banyak lahan sawah
diciptakan berbagai produk unggulan dan lahan kering (tegalan) di berbagai
dengan muatan iptek yang akan memiliki agroekosistem yang belum dimanfaatkan
keunggulan komparatif dan kompetitif secara optimal untuk pengembangan
karena sifatnya yang lokal spesifik. ternak, di antaranya tidak kurang dari 150
Dilengkapi dengan penyempurnaan sistem juta ha lahan kering dataran tinggi, khusus-
usaha tani ternak, teknik budi daya dan nya di bagian hulu daerah aliran sungai
192 Uka Kusnadi
Penelitian sistem usaha pertanian tuntas. SITT pada dasarnya tidak terlepas
terpadu yang dijabarkan dalam bentuk dari kaidah-kaidah ilmu usaha tani yang
Sistem Integrasi Tanaman-Ternak (SITT) berkembang lebih lanjut. Ilmu usaha tani
dengan berbagai pola dan bentuk dirintis itu sendiri merupakan suatu proses pro-
oleh Badan Litbang Pertanian sejak tahun duksi biologis yang memanfaatkan sumber
1980 melalui berbagai proyek dan program, daya alam, sumber daya manusia, modal,
antara lain: (1) Penelitian Penyelamatan dan manajemen yang jumlahnya terbatas.
Hutan Tanah dan Air, (2) Crop Livestock Karena sumber daya tersebut jumlahnya
System Research, (3) SUT Sapi dan Padi, terbatas maka penerapan SITT dalam
(4) Pertanian Lahan Pasang Surut dan proses produksi pertanian tidak terlepas
Rawa, (5) Proyek Pengembangan Perta- dari prinsip dan teori ekonomi. Berikut ini
nian Rawa Terpadu, (6) Pengembangan hasil-hasil penelitian dan pengembangan
Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang dalam upaya meningkatkan pendapatan
Surut Sumatera Selatan, (7) P4MI, serta (8) petani melalui SITT dalam sistem usaha
Sistem Integrasi Kelapa Sawit dan Sapi di pertanian di beberapa agroekosistem.
Daerah Perkebunan.
Dalam kegiatan tersebut dilakukan
penelitian dan pengembangan yang ber- Daerah Lahan Kering Dataran
basis sumber daya dan komunitas yang Tinggi
merupakan paradigma baru pada saat itu.
Paradigma tersebut dikembangkan sebagai DAS bagian hulu merupakan areal per-
perluasan cakupan penelitian dari basis tanian lahan kering dataran tinggi yang
komoditas yang kental dengan nuansa ego luasnya di Indonesia mencapai lebih dari
subsektor. Dengan mengintegrasikan ta- 150 juta ha (Departemen Pertanian 1987).
naman dan ternak dalam suatu sistem usa- Masalah utama di daerah ini adalah erosi
ha tani terpadu, petani dapat memperluas dan kesuburan tanah rendah sehingga
dan memperkuat sumber pendapatan produktivitas tanaman dan ternak juga
sekaligus menekan risiko kegagalan usa- rendah, yang pada akhirnya pendapatan
ha. Melalui kegiatan penelitian dan pe- petani menjadi rendah pula. Hasil survei
ngembangan tersebut telah banyak diha- pendasaran di DAS Citanduy, DAS Jratun-
silkan inovasi teknologi yang dapat di- seluna, dan DAS Brantas menunjukkan
kembangkan lebih lanjut. bahwa tingkat pendapatan petani masing-
masing hanya Rp43.500, Rp28.000, dan
Rp34.200/bulan (setara dengan 36,2 kg,
INOVASI TEKNOLOGI 23,3 kg, dan 28,5 kg beras) (Fagi et al. 1988).
PETERNAKAN DALAM SISTEM Dari pendapatan tersebut, kontribusi dari
INTEGRASI TANAMAN-TERNAK DI hasil ternak berkisar antara 10-15%
BEBERAPA AGROEKOSISTEM (Knipscheer and Kusnadi 1983, Levine
dan Mulyadi 1986; Levine et al. 1998).
Sistem Integrasi Tanaman-Ternak (SITT) Saat ini telah dirancang pola usaha tani
dalam sistem usaha pertanian di suatu konservasi yang dapat meningkatkan pen-
wilayah merupakan ilmu rancang bangun dapatan petani, serta menjamin konservasi
dan rekayasa sumber daya pertanian yang tanah dan air. Komoditas tanaman maupun
194 Uka Kusnadi
akibat harga daging dan sapi lokal me- Arah dan Sasaran Pengembangan
nurun. Namun pada tahun 2005, dengan
adanya penanggulangan daging ilegal dan Pengembangan usaha peternakan sapi
naiknya harga sapi impor, para peng- potong dalam 5 tahun ke depan diarahkan
usaha/peternak mulai bergairah kembali untuk memenuhi kebutuhan daging sapi
untuk menggemukkan sapi lokal karena domestik melalui percepatan peningkatan
memberikan keuntungan yang signifikan. produksi dalam rangka mengurangi ke-
tergantungan impor dan pencapaian swa-
sembada daging sapi pada tahun 2010.
Prospek Pencapaian produksi ini dengan asumsi
bahwa selama kurun waktu 5 tahun ke
Permintaan produk peternakan yang me- depan, populasi sapi potong meningkat
ningkat cepat atau bahkan lebih cepat dari 5,9%, jumlah penduduk bertambah 1,45%,
laju pendapatan konsumen menunjukkan dan konsumsi daging sapi per kapita naik
bahwa struktur konsumsi bahan pangan 5,3%/tahun.
telah bergeser dari dominan produk Pada tahun 2005, jumlah rumah tangga
karbohidrat ke bahan pangan sumber petani mencapai 20.171.140, sedangkan
protein terutama daging sapi. Selain rumah tangga peternak 4.980.302. Dari
karena meningkatnya pendapatan, kecen- jumlah rumah tangga peternak tersebut,
derungan perubahan pola konsumsi juga 58% adalah rumah tangga peternak sapi
didorong oleh urbanisasi dan pengetahuan potong atau sebanyak 2.888.575, dengan
masyarakat akan gizi yang makin baik. tingkat pendapatan yang relatif rendah
Perpaduan antara peningkatan konsumsi dan kontribusi usaha ternak hanya 17-30%
per kapita dan penambahan penduduk terhadap total pendapatan. Apabila target
akan menyebabkan permintaan terhadap pendapatan petani US$2.500 untuk sektor
produk peternakan terus meningkat de- pertanian maka subsektor peternakan
ngan laju yang makin pesat. Artinya dapat memberikan kontribusi pendapatan
prospek pasar produk peternakan khu- US$1.500 (60%) dan sebagian besar (48%)
susnya daging sapi cenderung membaik berasal dari usaha sapi potong. Untuk
seiring dengan kemajuan ekonomi yang mencapai target tersebut maka arah pe-
terefleksi dalam indikator kunci, yaitu ngembangan pola usaha sapi potong yang
kapasitas absorbsi pasar makin besar dan bersifat ekstensif harus diubah ke pola
harga cenderung meningkat dibanding usaha intensif dengan memanfaatkan
komoditas pertanian lainnya. sumber daya lokal yang dimiliki petani,
Prospek pasar yang makin membaik khususnya petani berlahan sempit. Pola
merupakan kekuatan penarik yang cukup usaha intensif melalui SITT, selain me-
besar sebagai landasan terjadinya ”revo- ningkatkan produksi daging dapat pula
lusi merah” di negara-negara sedang ber- membangkitkan kembali fungsi dan peran
kembang termasuk Indonesia. Peternakan ternak sapi/kerbau sebagai sumber tenaga
akan menjadi sumber utama pertumbuhan kerja, pupuk, dan gas bio yang merupakan
baru sektor pertanian yang ditopang oleh sumber energi terbarukan.
inovasi teknologi yang dihasilkan Badan Penggunaan traktor untuk pengolahan
Litbang Pertanian. tanah di daerah dengan pola tanam intensif
198 Uka Kusnadi
secara selektif dapat dikurangi karena an. Oleh karena itu, pemanfaatan instalasi
sudah tidak efisien lagi dan memerlukan gas bio selain difokuskan pada penyediaan
biaya investasi dan operasional yang bahan bakar untuk keperluan penerangan
tinggi, serta berdampak meningkatkan dan memasak dapat pula diarahkan pada
penggunaan BBM. Jika harga traktor Rp15 penanggulangan polusi dan pemanfaatan
juta, masa pakai 7-8 tahun, dan biaya untuk produksi protein bagi ikan dalam
operasional Rp5 juta maka dana yang integrated farming system. Di sinilah SITT
dibutuhkan mencapai Rp20 juta. Setelah makin berperan dalam pengumpulan ko-
masa pakai habis, traktor tidak memiliki nilai toran ternak dan pengembangan usaha.
lagi karena hanya merupakan besi tua.
Apabila dana tersebut digunakan untuk
membeli sapi/kerbau maka dapat diperoleh STRATEGI KEBIJAKAN DAN
4 ekor sapi/kerbau, dan selama 7-8 tahun PROGRAM PENGEMBANGAN SAPI
akan bertambah menjadi sedikitnya 20 ekor POTONG KE DEPAN
dengan nilai yang lebih tinggi. Di samping
itu, tanah yang kurang subur dapat diper- Strategi
baiki dengan menggunakan pupuk kan-
dang dari kotoran ternak yang jumlahnya Strategi pengembangan sapi potong untuk
sekitar 70-80 ton. menuju swasembada daging sapi dilaku-
Indonesia dalam beberapa tahun men- kan secara bertahap melalui perbaikan
datang akan mengalami krisis bahan bakar aspek usaha tani, pascaproduksi dan
sebagaimana dialami oleh negara lain, penciptaan nilai tambah, kebijakan pe-
khususnya minyak tanah untuk penerang- merintah serta perbaikan/pengembangan
an dan memasak. Kotoran sapi jika difer- pemasaran dan perdagangan dengan sis-
mentasi secara anaerob akan menghasilkan tem kelembagaan yang sinergis. Langkah
gas bio (metan) dalam jumlah banyak strategis ini dijabarkan dalam bentuk peta
bersama CO2. Metan inilah yang dapat jalan (road map) menuju ”revolusi merah”
dibakar untuk keperluan penerangan dan pengembangan sapi potong seperti pada
memasak. Gambar 1.
Kontribusi gas bio bagi kehidupan 1. Pada aspek usaha tani, untuk memacu
manusia adalah dalam hal suplai bahan produksi perlu dilakukan (a) perluasan
bakar, pupuk organik, masalah sanitasi, kawasan usaha pada lokasi spesifik, (b)
kesehatan lingkungan, dan kontrol polusi perbaikan mutu bibit dan reproduksi,
lingkungan. Oleh karena itu, sangatlah (c) perbaikan budi daya, dan (d) per-
tepat bahwa kita sebagai insan peternakan baikan pascapanen, yang bertujuan
perlu mengembangkan gas bio sebagai untuk meningkatkan efisiensi usaha
sumber energi terbarukan. Hal ini karena tani dan pengolahan hasil.
kotoran ternak merupakan sumber utama 2. Pada aspek teknologi, perlu dilakukan
dalam produksi gas bio, serta menjadi sa- penelitian secara terus-menerus untuk
lah satu penyebab utama polusi lingkung- memperoleh inovasi teknologi dalam
an, dan gangguan kesehatan, khususnya perbibitan, pakan, reproduksi, kese-
di daerah peternakan. Digest anaerobics hatan, dan manajemen budi daya yang
merupakan salah satu cara atau proses dapat meningkatkan kinerja sapi po-
untuk menghilangkan gangguan lingkung- tong menjadi komoditas unggulan,
Kondisi saat ini Langkah strategi pengembangan Kondisi yang dicapai (tujuan antara) Kondisi yang ingin dicapai tahun 2010
s
s
Populasi meningkat
lokasi spesifik meningkat
Usaha tani
s
sapi potong
(on farm) Perbaikan mutu bibit
s
Jarak beranak pendek Swasembada daging
dan reproduksi
tahun 2010
s
s
s
Perbaikan budi daya SITT (Integrasi)
Dalam usaha tani
s
dan pengolahan
s
Perbaikan pascapanen Industri pengolah daging
Sistem permodalan
s
Pengembangan infrastruktur
s t
s
Sistem kelembagaan Stabiltas harga
Kebijakan sapi potong
s
• Pendapatan
Kerja sama • Produktivitas daging
Pemasaran • Daging berdaya saing
perdagangan
Pengembangan unit usaha bersama Pengembangan Efisiensi
s
s
Gambar 1. Peta jalan menuju “Revolusi Merah” (road map pengembangan sapi potong)
199
200 Uka Kusnadi
ternak muda dengan cara melaku- tingkat bunga rendah. Tingkat suku
kan evaluasi dan kontrol yang ketat bunga 7%/tahun dinilai cukup memadai
terhadap peraturan yang berlaku. terutama untuk pembesaran sapi peng-
b. Melarang ekspor sapi betina pro- hasil bakalan. Kredit investasi ini perlu
duktif, terutama sapi Bali yang difasilitasi dengan pendampingan tek-
memiliki keunggulan produksi dan nologi, manajemen usaha, dan pember-
reproduksi serta adaptasi yang dayaan kelompok dalam menuju usaha
tinggi. sapi potong yang tangguh.
c. Mencegah dan melarang masuknya
daging dari negara yang belum
bebas penyakit berbahaya, serta KESIMPULAN
mengevaluasi kembali aturan impor
daging dan jeroan serta sapi potong 1. Dalam 10 tahun terakhir, pengembang-
dengan bobot badan tinggi. an subsektor peternakan telah menun-
d. Meningkatkan penyediaan sarana jukkan hasil yang nyata, terutama kon-
dan prasarana untuk usaha sapi tribusinya terhadap PDB. Konsumsi
potong pada tingkat praproduksi, daging, telur, dan susu masing-masing
produksi, dan pascaproduksi untuk meningkat 7,6%, 5,22%, dan 0,92%.
melancarkan distribusi bahan baku Namun peningkatan konsumsi belum
dan pemasaran hasil. diimbangi dengan peningkatan pro-
4. Dukungan kebijakan investasi. duksi, terutama daging sapi yang popu-
Upaya swasembada daging sapi lasinya bahkan menurun sampai 4,1%/
tahun 2010 perlu didukung oleh ke- tahun.
bijakan pengembangan program in- 2. Berdasarkan potensi pasar domestik,
vestasi dengan melibatkan pemerin- ditinjau dari kesenjangan antara kon-
tah, swasta, dan masyarakat peternak. sumsi dan produksi dalam negeri serta
Kebijakan dalam pemasaran dan per- volume impor daging yang makin me-
dagangan akan memegang peran kunci. ningkat, maka usaha ternak penghasil
Keberhasilan implementasi kebijakan daging khususnya sapi mempunyai
pasar daging maupun sapi hidup akan peluang yang besar untuk dikembang-
memberi dampak langsung terhadap kan.
bagian harga dan pendapatan yang 3. Sumber daya alam berupa lahan kering
diterima pelaku agribisnis yang pada beriklim basah dan kering, lahan sawah,
gilirannya akan memantapkan proses lahan pasang surut, lahan perkebunan
adopsi teknologi, meningkatkan pro- dan lahan lainnya yang belum diman-
duktivitas dan keuntungan usaha yang faatkan secara optimal merupakan
pada akhirnya akan menjamin keber- sumber daya pakan potensial untuk pe-
lanjutan investasi di masa depan. ngembangan sapi potong di Indonesia.
Hal lain yang diperlukan dalam 4. Inovasi teknologi Sistem Integrasi
upaya meningkatkan skala usaha, Tanaman-Ternak dalam sistem usaha
terutama peternak mikro, kecil, dan pertanian untuk berbagai agroeko-
menengah, adalah peningkatan pe- sistem telah dihasilkan Badan Litbang
nyediaan dan aksesibilitas kredit Pertanian dan terbukti dapat mening-
investasi perbankan dan kredit dengan katkan efisiensi usaha tani, karena
202 Uka Kusnadi
fungsi dan peran ternak dalam penye- Ananto, E.E., H. Subagyo, I.G. Ismail, U.
diaan daging, tenaga kerja, pupuk, gas Kusnadi, T. Alihamsyah, R. Thahir,
bio, pemanfaatan limbah, dan pening- Hermanto, dan Dewa K.S. 1998. Prospek
katan keuntungan merupakan tekno- pengembangan sistem usaha pertanian
logi yang ideal dalam usaha pengem- modern di lahan pasang surut Sumatera
bangan sapi potong. Selatan. Proyek Pengembangan Usaha
5. Usaha peternakan sapi potong diarah- Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera
kan untuk memenuhi kebutuhan Selatan, Badan Penelitian dan Pengem-
daging dalam negeri melalui perce- bangan Pertanian, Jakarta.
patan peningkatan produksi untuk Ananto, E.E. 2002. Penanganan panen dan
mengurangi ketergantungan impor dan pascapanen padi pada sistem usahatani
pencapaian swasembada pada tahun padi ternak terpadu. Dalam R. Thahir
2010, dengan target memberikan et al. (Ed.). Laporan Akhir Litkaji Pe-
kontribusi terhadap total pendapatan ngembangan Model Pengolahan Padi.
US$1.500 (60%) dan target antara Balai Besar Penelitian dan Pengem-
penghasil pupuk dan gas bio. bangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
6. Untuk mewujudkan swasembada da- Atmadilaga, D. 1992. Sekilas gagasan
ging sapi tahun 2010 diperlukan lang- sumbangan ternak sebagai unsur nilai
kah strategi kebijakan dan program aksi tambah usaha tani dan konservasi
penelitian dan pengembangan sapi tanah pada lahan marginal. hlm. 1-3.
potong, terutama dalam peningkatan Prosiding Pengolahan dan Komunikasi
produktivitas usaha tani, teknik budi Hasil-hasil Penelitian, Adopsi Tekno-
daya, pola usaha, kebijakan pengatur- logi Peternakan, Bogor, 19-23 Sep-
an, penyediaan sarana dan prasarana, tember 1991. Pusat Penelitian dan
serta dukungan kebijakan investasi. Pengembangan Peternakan, Bogor.
7. Upaya pencapaian swasembada da- Chaniago, T.D., J.M. Obst, A. Parakasi, dan
ging sapi 2010 berimplikasi terhadap M. Winugroho. 1984. Growth of Indo-
penyediaan anggaran, terutama untuk nesian sheep under village and im-
penelitian dan pengembangan, pening- proved management systems. Dalam
katan kualitas sumber daya manusia, M. Rangkuti et al. (Ed.). Prosiding
penyediaan sarana dan prasarana, Pertemuan Ilmiah Penelitian Rumi-
pengaturan teknis dan administrasi, nansia Kecil. Pusat Penelitian dan
serta promosi dan informasi. Pengembangan Peternakan, Bogor.
Departemen Pertanian. 1987. Pedoman Pola
Pembangunan di Daerah Aliran Su-
DAFTAR PUSTAKA ngai. SK Menteri Pertanian No. 175/
KPTS/Rc.220/4/1987. 2 April 1987.
Adimihardja, A., D.A. Suriadikarta, dan A. Direktorat Jenderal Peternakan. 2005.
Sofyan. 2001. Masalah tanah “sakit” Statistik Peternakan 2005. Direktorat
dan peningkatan produktivitasnya. Jenderal Peternakan, Jakarta.
Makalah Pelatihan Pengkajian Crop Diwyanto, K., D. Sitompul, I. Manti. I.W.
Livestock System. Pusat Penelitian dan Mathius, dan Soentoro. 2004. Pengkaji-
Pengembangan Peternakan, Bogor, 22- an pengembangan usaha sistem integ-
29 April 2001. rasi kelapa sawit-sapi. hlm. 11-22.
Inovasi teknologi peternakan dalam sistem integrasi tanaman-ternak ... 203
pada daerah berbasis usahatani padi. Jratunseluna dan Brantas. hlm. 311-344.
Laporan Hasil Penelitian, Balai Risalah Lokakarya Pola Usahatani.
Penelitian Ternak, Bogor. Bogor 2-3 September 1986, Buku 2.
Kusnadi, U., A. Thalib, dan M. Zulbardi, Badan Penelitian dan Pengembangan
2001b. Profitabilitas penggemukan sapi Pertanian dan IDRC.
PO pada daerah berbasis usahatani Levine, J., U. Kusnadi, Subiharta, Wiloeto,
padi di Kabupaten Subang. hlm. 435- dan D. Pramono. 1998. Sistem produksi
440. Prosiding Seminar Nasional Tekno- ruminansia di DAS bagian hulu Jawa
logi Peternakan dan Veteriner, Bogor 17- Tengah. Prosiding Workshop Pengem-
18 September 2001. Pusat Penelitian dan bangan Peternakan di Jawa Tengah.
Pengembangan Peternakan, Bogor. Balai Informasi Pertanian Ungaran.
Kusnadi, U. 2005a. Produktivitas dan re- Manti, I., Azmi, E. Priyotomo, dan D.
produktivitas serta sumbangan usaha Sitompul. 2004. Kajian sosial ekonomi
ternak kambing terhadap pendapatan sistem integrasi sapi dan kelapa sawit.
petani di lahan kering dataran rendah hlm. 245-260. Prosiding Lokakarya
Kabupaten Tangerang. hlm. 267-275. Nasional Sistem Integrasi Kelapa
Prosiding Seminar Nasional Pengem- Sawit-Sapi, Bengkulu 9-10 September
bangan Usaha Peternakan Berdaya 2003. Departemen Pertanian bekerja
Saing di Lahan Kering. Fakultas Peter- sama dengan Pemerintah Provinsi
nakan Universitas Gadjah Mada dan Bengkulu dan PT Agricinal.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasetyo, T., U. Kusnadi, dan Subiharta.
Peternakan, Bogor. 1988. Analisis keragaan produksi dan
Kusnadi, U. 2005b. Strategi dan kebijakan reproduksi domba di DAS Jratunselu-
pengembangan ayam lokal di lahan na. Risalah Lokakarya Hasil Penelitian
rawa untuk memacu ekonomi pedesaan. Pertanian Lahan Kering dan Konserva-
hlm. 252-259. Prosiding Lokakarya si di Daerah Aliran Sungai, Salatiga 14
Nasional Inovasi Teknologi Pengem- Maret 1988. P3HTA dan Badan Pene-
bangan Ayam Lokal, Semarang 26 litian dan Pengembangan Pertanian,
Agustus 2005. Pusat Penelitian dan Jakarta.
Pengembangan Peternakan, Bogor dan Prawiradiputra, B.R., D. Sugandi, dan U.
Fakultas Peternakan Universitas Dipo- Kusnadi. 1986. Potensi dan penyediaan
negoro, Semarang. pakan dalam pola usahatani tanaman/
Kusnadi, U., K. Diwyanto, dan S. Bahri. ternak di Batumarta. hlm. 55-56. Risalah
2005. Pengembangan sistem usaha tani Lokakarya Pola Usahatani, Bogor 2-3
ternak-tanaman pangan berbasis kam- September, 1986. Buku 1 Tanaman/
bing di Kabupaten Lombok Timur NTB. Ternak. Badan Penelitian dan Pengem-
hlm. 685-692. Prosiding Seminar Na- bangan Pertanian dan IDRC.
sional Teknologi Peternakan dan Ve- Santoso, D. 2003. Teknologi lahan kering.
teriner, Bogor 12-13 September 2005. hlm. 187-198. Prosiding Lokakarya Na-
Pusat Penelitian dan Pengembangan sional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-
Peternakan, Bogor. Sapi, Bengkulu, 9-10 September 2003.
Levine, J. dan A. Mulyadi N. 1986. Potensi Departemen Pertanian bekerja sama
dan kontribusi ternak dalam pola dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu
usahatani di hulu Daerah Aliran Sungai dan PT Agricinal.
Inovasi teknologi peternakan dalam sistem integrasi tanaman-ternak ... 205